Anda di halaman 1dari 15

HUMAN IMMUNODEFICIENCY

VIRUS (HIV) / ACQUIRED


IMMUNO DEFICIENCY
SYNDROME (AIDS)
KELOMPOK 6 :
 
Rika Ayu Parwati (18631718)
Rifka Annisa (18631670)
Sari Oktavia (18631651)
Ani Nur Aini (18631647)
PENGERTIAN HIV / AIDS
 HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang
relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Sedangkan AIDS sendiri adalah suatu
sindroma  penyakit yang muncul secara kompleks  dalam waktu relatif lama
karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
 Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
infeksi HIV. Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan bahwa
diagnosa AIDS ditujukan pada orang yang mengalami infeksi opportunistik,
dimana orang tersebut mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T
berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.
ETIOLOGI
 AIDS adalah gejala dari penyakit yang mungkin terjadi saat system imun
dilemahkan oleh virus HIV. Penyakit AIDS disebabkan oleh Human
Immunedeficiency Virus (HIV), yang mana HIV tergolong ke dalam kelompok
retrovirus dengan materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA), menyebabkan
AIDS dapat membinasakan sel T-penolong (T4), yang memegang peranan utama
dalam sistem imun. Sebagai akibatnya, hidup penderita AIDS terancam infeksi
yang tak terkira banyaknya yang sebenarnya tidak berbahaya, jika tidak terinfeksi
HIV.
PATOFISIOLOGI
 Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen dan secret Vagina.
Sebagaian besar ( 75% ) penularan terjadi melalui hubungan seksual.
HIV tergolong retrovirus yang mempunyai  materi genetic RNA. Bilaman virus masuk kedalam
tubuh penderita ( sel hospes ), maka RNA virus diubah menjadi
 oleh ensim reverse transcryptase yang dimiliki oleh HIV . DNA pro-virus tersebut kemudian
diintegrasikan kedalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus.
 HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen pembukaan
CD4, terutama sekali limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan
mempertahankan system kekebalan tubuh. Selain tifosit T4,virus juga dapat menginfeksi sel
monosit makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag
pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak Virus yng masuk kedalam
limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya
menghancurkan sel limfosit itu sendiri.
 Kejadian awal yang timbul setelah infeksi HIV disebut sindrom retroviral akut atau Acute Roviral
Syndrome. Sindrom ini diikuti oleh penurunan CD4 (Cluster Differential Four) dan peningkatan
kadar RNA Nu-HIV dalam plasma. CD4 secara perlahan akan menurun dalam beberapa tahun
dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada 1,5 – 2,5 tahun sebelum pasien jatuh dalam
keadaan AIDS
MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai semua sistem organ.
Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi akibat infeksi dan efek langsung
HIV pada jaringan tubuh. Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat dari penampilan luar.
Orang yang terinfeksi tidak akan menunjukan gejala apapun dalam jangka waktu yang relatif lama (±7-
10 tahun) setelah tertular HIV. Masa ini disebut masa laten. Orang tersebut masih tetap sehat dan bisa
bekerja sebagaimana biasanya walaupun darahnya mengandung HIV.

 Gejala Mayor:  Gejala Minor:


- Berat badan menurun lebih dari 10% - Batuk menetap lebih dari 1 bulan
dalam 1 bulan - Adanya herpes zostermultisegmental dan
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 herpes zoster berulang
bulan - Kandidias orofaringeal
- Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan - Limfadenopati generalisata
- Ruam
KOMPLIKASI
A. Oral lesi
1. Kandidiasis oral
2. Sarcoma Kaposi
B. Neurologik
1. Enselophaty
2. Infark serebral kornea sifilis
3. Neuropati karena inflamasi demielinasi oleh serangan
C. Gastrointestinal
4. Diare
5. Hepatitis
6. Penyakit anorektal
PENCEGAHAN PENULARAN HIV / AIDS

 A= Abstinence, tidak melakukan hubungan seksual atau tidak melakukan hubungan


seksual sebelum menikah
 B = Being faithful, setia pada satu pasangan, atau menghindari berganti-ganti pasangan
seksual
 C = Condom, bagi yang beresiko dianjurkan selalu menggunakan kondom secara benar
selama berhubungan seksual
 D = Drugs injection, jangan menggunakan obat (Narkoba) suntik dengan jarum tidak steril
atau digunakan secara bergantian
 E = Education, pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan HIV/AIDS
PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan saat ini
2. Riwayat kesehatan masa lalu
3. Riwayat penyakit keluarga
4. Diagnosa medis dan terapi
5. Pola fungsi kesehatan (Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual)
 Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
 Sistem kardiovaskuler (mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi
jantung)
 Sistem hematologi (mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan,
mimisan splenomegali)
 Sistem urogenital (ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang)
 Sistem muskuloskeletal (mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau
tidak)
 Sistem kekebalan tubuh (mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening)
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Resiko gangguan perkembangan b.d penyakit kronis


 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d faktor biologis
 Hipertermi b.d proses penyakit (infeksi)
 Diare b.d Proses Infeksi
Diagnosa Keperawatan (SDKI) Outcome(SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)

Resiko gangguan Status perkembangan 1. Perawatan perkembangan


perkembangan b.d penyakit membaik 2. Promosi perkembangan anak
kronis 3. Observasi
 Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
 Identifikasi isyarat prilaku dan fisiologis yang di
tunjukkan bayi
 Identifikasi kebutuhan khusu anak dengan teman
sebaya
4. Edukasi
 Ajarakan pengasuh milestones perkembangan dan
prilaku yang dibentuk
 Ajarkan anak cara meminta bantuan dari anak
lain, jika perlu
 Demonstrasikan kegiatan yang meningkatkan
perkembangan pada pengasuh
Diagnosa Keperawatan (SDKI) Outcome(SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)

5. Terapeutik
 Pertahankan lingkungan yang mendukung
perkembangan optimal
 Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
1. Kolaborasi
 Rujuk untuk konseling, jika perlu
6. Kolaborasi
Rujuk untuk konseling, jika perlu

Ketidakseimbangan nutrisi: Status nutrisi membaik 1. Manajemen nutrisi


2. Observasi
kurang dari kebutuhan b.d • Monitor asupan makanan
faktor biologis • Monitor berat badan
• Identifikasi status nutrisi
3. Terapeutik
• Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
• Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
• Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi
pasien
Diagnosa Keperawatan (SDKI) Outcome(SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
4. Edukasi
• Anjurkan posisi duduk, jika mampu
• Ajarkan diet yang diprogramkan
• Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
5. Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
Hipertermi b.d proses 1. Observasi
Termogulasi membaik
• Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
penyakit (infeksi) dehidrasi terpapar lingkungan panas
penggunaan incubator)
• Monitor suhu tubuh
• Monitor kadar elektrolit
• Monitor haluaran urine
Diagnosa Keperawatan (SDKI) Outcome(SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
2. Terapeutik
• Longgarkan atau lepaskan pakaian
• Basahi dan kipasi permukaan tubuh
• Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen,aksila)
3. Edukasi
• Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
• Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu

Diare b.d Proses Infeksi 1. Manajemen diare


Eliminasi fekal
2. Pemantauan cairan
membaik 3. Observasi
• Monitor elastisitas atau turgor kulit
• Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
Monitor ttv
4. Terapeutik
• Berikan asupan cairan oral
• Pasang jalur intravena
• Berikan cairan intravena
Diagnosa Keperawatan (SDKI) Outcome(SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
5. Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
• Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/
spasmolitik
• Kolaborasi pemberian obat pengeras feses.
6. Edukasi
• Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap
• Anjurkan menghindari makanan, pembentuk
gas, pedas, dan mengandung lactose
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai