Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan yang
paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin sebelum
mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan
beratnya kurang dari 500gr. Terdapat beberapa macam abortus, yaitu abortus spontan,
abortus buatan, dan abortus terapeutik. Abortus spontan terjadi karena kualitas sel
telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin.
Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia
kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut
abortus terapeutik
Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi
ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya wanita mengalami
yang kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa
hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia,
diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat
500.000 - 750.000 janin yang mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada
kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta
tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14
minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk
kantong amnion kosong dan kemudian plasenta.

Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus


adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan
yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi
serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian abortus

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup
hidup sendiri diluar uterus, belum snggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak
antara 400-1000gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Eastman dalam
(Mochtar,2002) Menurut Mochtar (2002) abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelumjanin dapat hidup diluar kandungan. Menurut Brunner&Suddarth(2001) abortus
adalah penghentian kehamilan atau pengeluaran produk konsepsi sebelum janin hidup.
Janin biasanya dianggap mampu hidup setelah lima sampai enam bulan masa gestasi
2.  Etiologi
Factor – factor yang menyababkan kematian fetus adalah factor ovum sendiri, factor
ibu, dan factor bapak.
a)  Kelainan ovum
Menurut HERTIG dkk dalam Mochtar 2002 pertumbuhan abnormal dari fetus
sering menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000
abortus spontan, maka 48,9 % disebabkan karena ovum yang patologis; 3,2%
disebabkan oleh kelainan letak embrio; dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang
abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus
spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang
kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda
kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh
kelainan ovum (50-80%).
b) Kelainan genitalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita:
 Anomaly congenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis dll)
 Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
 Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang
sudah dibuahi, seperti kurangnya progesterone atau estrogen, endometritis,
mioma submukosa
 Uterus terllu cepat teregang (kehamilan danda, mola)
 Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
c)  Gangguan sirkulasi plasenta

2
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia
gradivarum, anomaly plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.
d) Penyakit –penyakit ibu
Misalnya pada
 Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, typoid,
pielitis, rubeola, demam malta dan sebagainya. Kematian fetus dapat
disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.
 Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alcohol, dll
 Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemi
gravis.
 Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan
vitamin A, C, atau E, diabetes militus.
e)  Antagonis Rhesus
Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia
pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
f)  Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
Misalnya terkejut, ketakutan, laparatomi, trauma langsung terhadap fetus: selaput
janin rusak langsung karena instrument, benda, dan obat – obatan.
3. Patofisiologi
Pada permulaan, terjadinya perdarahan pada desidua basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringa sekitarnya, kmudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena
dianggap bendaasing mak uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan
dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum
menembus desidua terlalu dalam; sedangkan paa kehamilan 8-14 minggu telah masuk
agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu akan
banyak terjadi pendarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan
terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir
mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
4.  Klasifikasi
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu:
Abortus spontaneous Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus
meliputi:

3
1)   Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan
pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya
adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri
kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri
dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di
panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.
2)  Abortus insipiens:
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual
perdarahan bertambah. Abortus inkompletus: Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
3)  Abortus kompletus:
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan
dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
4)  Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium
uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis
servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding
menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri
eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan
kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
5) Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang
telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion
tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone
progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed
abortion.

4
6) Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut.
Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir
sebelum 28 minggu
7) Abortus lnkompletus
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta
(seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi
perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang
lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan
hipovolemia berat.
Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) Yaitu: menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat
hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat
badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram
dapat terus hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu:
1. Abortus medisinalis (abortus therepeutika) adalah abortus karena tindakan kita
sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga
tim dokter ahli
2. Abortus kriminalis adal abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

5.  Manifestasi klinis
1. Secara umum
 Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
 Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat
 Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
 Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus

5
 Pemeriksaan ginekologi :Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau
tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulvanspekulo:
perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih
kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
2. Tanda dan gejala pada abortus Imminen:
1) Terdapat keterlambatan datang bulan
2) Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
3) Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan
terjadi kontraksi otot rahim
4) Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
5) Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
3. Tanda dan gejala pada abortus Insipien:
a. Perdarahan lebih banyak
b. Perut mules atau sakit lebih hebat
c. Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan
jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba
Tanda dan gejala abortus Inkomplit:
1. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
2. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
3. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
4. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
4.Tanda dan gejala abortus Kompletus :
1. Uterus telah mengecil
2. Perdarahan sedikit
3. Canalis sWervikalis telah tertutup
5.Tanda dan gejala Missed Abortion :
1. Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan
maserasi janin
2. Buah dada mengecil kembali
6
6. Komplikasi
1. Perdarahan (haemorrogrie)
2. Perforasi
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak) dan syok
septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
6. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
   7.  Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan fisik, meliputi:
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang
diinspeksi antara lain:
 mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
 Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
b)      Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
 Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Suhu badan normal
atau meningkat
 Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Denyut nadi normal atau cepat
dan kecil
 Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
c)  Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan
tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya.
 Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan
ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.

7
 Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding
perut atau tidak
d)  Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. Tekanan
darah normal atau menurun (Johnson & Taylor, 2005: 39

8. Pemeriksaan Diagnostik
 Tes Kehamilan : Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
 Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
 Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
9. Pemeriksan ginekologi
1. Inspeksi vulva
Perdarahan pervagina ada atau tidak ada jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva.
2. Inspekulo
Perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak adanya jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Colok vagina
Porsio nasih terbuka atau sudah tertutup,teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebijh kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas
tidak menonjol dan nyeri.
10. Therapy
1. Therapy abortus kompletus : Hanya dengan uteronika
2. Therapy abortus inkompletus :
 Ø jika syok  : dengan pemberian cairan dan tranfusi darah
 Ø berikan obat uteronika dan antibiotik
1. Therapy abortus insipiens : therapy sama dengan therapy abortus inkompletus
2. Missed abortion : dilatasi, kurete, berikan obat antibiotic dan tonika

8
3. Therapy abortus habitualis : therapy operatif : SHIRODKAR atau MC DONALD
(cervical cerclage)
11.  Penatalaksanaan
Penanganan abortus imminens meliputi:
 Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.
 Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional
sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak
diketahui secara pasti.
 Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.
Penanganan Abortus Insipiens meliputi:
1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum
manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
 Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
 Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu:
 Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
 Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi.
 Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
Penanganan abortus inkomplit:
1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri
ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan:
 Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia.

9
 Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
 Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
 Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
 Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
1. Penganan abortus kompletus
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya
apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari
atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
2. Penanganan abortus servialis
Penganan terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk
mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
3. Penanganan missed abortion
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi
perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai
faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak
dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak
jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung
janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah:

10
a.  Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
b.  Keluhan utama: Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu: keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
e. Riwayat penyakit yang pernah dialami: Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung,
hipertensi, masalah ginekologi/urinary,
penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit
lainnya.
f. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai
penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.
g. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang
menyertainya
h. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
i. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
j. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

11
k. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

1. Pemeriksaan fisik, meliputi :


 Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain:mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan
warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
 Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
 Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan
tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya.
Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan
ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada
kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak
 Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah,
dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39)

12
1.  Pemeriksaan laboratorium:Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang: rontgen,
USG, biopsi, pap smear. Keluarga berencana: Kaji mengenai pengetahuan klien
tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan
menggunakan KB jenis apa.
2.  Data lain-lain:Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama
dirawat di RS.
 Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi
dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping
yang digunakan.Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
 Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan.
 
2.  Diagnose Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan
2.  Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas s.d kurang pengetahuan
3. Rencana Tindakan
1 Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan:Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik
jumlah maupun kualitas.
Intervensi:
1) Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional: Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik
bervariasi
2) Ukur pengeluaran harian
Rasional: Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan
jumlah cairan yang hilang pervaginal
3) Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional: Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
4) Evaluasi status hemodinamika
Rasional: Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik

13
Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan:
Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi:
1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional: Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi
perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah
kondisi klien lebih buruk
2) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
Rasional: Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi
organ reproduksi
3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional: Mengistiratkan klilen secara optimal
4) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan
kemampuan/kondisiklien
Rasional: Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens,
istirahat mutlak sangat diperlukan
5) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Rasional: Menilai kondisi umum klien
Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan:
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi:
1) Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional: Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala
maupun dsekripsi.
2) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional: Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance
mengatasi nyeri
3) Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional: Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan
pemberianoral analgetika maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik
Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab

14
Tujuan:
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan

Intervensi:
1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar; jumlah, warna, dan bau
Rasional: Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart
keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak
mungkin merupakan tanda infeksi
2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional: Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang
lebih luar
3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional: Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4) Lakukan perawatan vulva
Rasional: Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.
5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional: Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi;
demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala
infeksi
6) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama
masaperdarahan
Rasional: Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu;
senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi
system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi
pada pasangan.
Cemas s.d kurang pengetahuan
Tujuan:
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit
meningkat
Intervensi:
1) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga
terhadappenyakit

15
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa
cemas
2) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional: Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan
penialaian objektif klien tentang penyakit
3) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional: Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan
merupakan support yang mungkin berguna bagi klien
dan meningkatkan kesadaran diri klien
4) Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
Rasional: Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi
menurunkan kecemasan
5) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga.
Rasional: Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk
meningkatkan pengetahuan dan membangun support
system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan
keluarga.

Kasus
Ny A berusia 25 tahun datang ke RS pada tanggal 14 november 2018 dengan keluhan
nyeri abdomen dan terjadi pendarahan, G1, A1, HO pada usia kehamilan 16 minggu, ibu
mengatakan HPHT tanggal 25 juli 2018. Dia mengatakan sering merasa mulas dan kram
perut bagian bawah dia juga mengatakan bahwa perna mengalami abortus sebelumnya. Ny A
mengatakan merasa cemas terhadap penyakitnya tersebut karena ia tidak tau terjadi pada
dirinya. Dari pemeriksaan fisik pada abdomen tidak terdapat nyeri tekan. Uterus dapat teraba
pra abdomen.

16
Klien merasa mulas dan kram pada perut bagian bawah wajah klien tampak  pucat,
perdarahan 100 cc TD : 100/70 mmHg, RR : 20X/menit ; Nadi : 80 x/menit;suhu : 36,50c

PENGKAJIAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Unit: VK (volker kamer ) ruangan persalinan

Autoanamnase :
1. Keluhan utama :
klien mengatakan nyeri pada abdomen dan terjadi pendarahan
2. Riwayat kesehatan dahulu :
klien mengatakan bahwa dia pernah mengalami abortus
3. Riwayat kesehatan sekarang :
Klien datang ke RS dengan keluhan sakit pada abdomen, meras
mulas dan klien juga mengatakan bahwa dia perna mengalami
abortus sebelumnya. Tekanan darah 100/70 mmHg, RR :
20X/menit,Nadi : 80 x/menit;suhu : 36,50c.
4. Klien tidak memiliki faktor genetik
Kamar : 03
Alloanamnase : -
Tanggal pengkajian : 15 november 2018
Sumber data

Tanggal pengkajian : 15 november 2018


Jam pengkajian : 10.00 WITA
1. Identitas pasien
Nama : Ny A G1, A1, HO
Umur : 25 tahun
Alamat : Golobilas
Status : Sudah menikah
Agama : Khatolik
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama suami : Tn. BM

17
Diagnosa medis : abortus
Tanggal masuk RS : 14 november 2015 pukul 09.00 WITA
No RM :

Tahun Tipe Penolong Jenis Berat Keadaan Masalah


NO persalinan kelamin badan bayi kehamilan
lahir waktu
lahir
201822222222
1 2016 Spontan Dokter - - - Abortus(
komplit )

Pengalam menyusui:klien belum pernah menyusui

Keterangan: karena bayi abortus

Riwayat kehamilan saat ini

1. Berapa kali periksa kehamilan : Klien sudah melakukan pemeriksaan kehamilan


selam 2 kali
2. Masalah kehamilan : klien merasa kram perut dan mules

Riwayat persalinan

1. Jenis persalinan : Klien mengalami persalian spontan

Riwayat Ginekologi :

1. Riwayat menstruasi
klien mengatakan siklusnya teratur ( 28 hari dengan relatif banyak 1-3 hari )
haid terakhir 25 juni 2018
2. Riwayat KB
Klien mengatakan perna menggunakan KB suntik depo 3 bulan

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI

Status abstetrik: Klien perna mengalami G1 A1 H0

Keadaan umum : Klien tanpak baik kesadaran normal BB 65 kg TB 153 cm TTV


100/70mmHg; Nadi : 80x/menit ; Suhu 36, 50 c; RR : 20x/menit

a) Kepala : Bentuknyamesosephal,tidak ada ketombe dan kulit kepalanya bersih


b) Mata : simetris kiri dan kanan, skleer berwarna putih, conjungtiva berwarna
merah mudah dan penglihatannya baik

18
c). Hidung : simetris kiri dan kanan, ada lubang hidung, tidak ada poli, tidak ada
pernapasan cuping hidung, tidak ada pengeluarn sekret

d). Mulut: Bibir lembab, bibir tidak pucat, lidah bersih, dan tidak ada gigi yang
berlubang

e). Telinga : Bentuk telinga simetris antara kiri dan kanan, dapat mendengar dengan
baik, tidak ada peradangan dan nyeri.

f). Leher : tidak ada pembesaran dan pembengkakan kelenjar parotis kelenjar linfe,
kelenjar tyroit, vena kunjularis

g). Dada : simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi dinding dada.

h). Payudara : simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, aerola mamae berwarna
kehitaman.

i). Genetalia : pendarahan pervagina berbau, tidak ada udem, tidak terdapat varies

j). Pengeluaran ASI : klien belum perna melakukan pemberian ASI

k). Fundus uteri : setinggi pusat dan kontraksinya baik dan fungsi pencernaan
normal, perinium utuh

l). Kebersihan : klien bisa melakukan personal hygine sendiri

m). Lokia ruber : jumlah darah yang dikeluarkan 100cc, warnanya merah
konsistensi e
ncer dan baukas darah

n). Tanda hotman klien positif

Eliminasi

 Urin: kebiasaan klien untuk BAK 3 x 4 setiap hari dan BAK saat ini 2 x sehari
 Fekal: kebiasaan klien BAB 1 -2 kali sehari dan BAB saat ini 1kali
 Pola tidur : kebiasaan klien tidur selama 1 jam dan pola tidur saat ini 30 menit
klien perna mengalami ketidak nyaman dan intensitasnya kurang

Nutrisi dan Cairan

 Asupan nutrisi: nafsu makan klien sangat tinggi, klien makan 3 kali sehari
dan menghabiskan semua porsi yang disiapkan
 Asupan cairan
Input: klien dalam sehari dapat menghabiskan 800 ml air
Autput: urin 400 ml, feses 200 ml pendarahan 100 ml
 Keadaan mental; klien tidak memiliki gangguan rasa mentalnya
 Adddaptasi psikologis: klien bisa beradaptasi dengan baik

19
 Penerimaan terhadap bayi; klien tidak mengalami penolakan terhadap
bayinya

PERIKSA PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan


Hemaglobin 12.00 12.00-16.00 g/dl
Hematokrit 37.00 37.00-47.00 %
Leukosit 4.0 4.0-10.5 103UL
Trombosit 150 150-450 10/3UL
Eritrosit 4.00 4.00-5.00 10/3UL

MPV 6.5 6.5-12.00 Fl


PDW 6.5 9.0-17.00
PCT O.108 O.108-O.282 %
Indeks
MCV O.108 80.0-97.0 fL
MCHC 32.O 32.O-38.0 g/dL

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan


MCH 27.0-32.0 Pg
Hitung jenis
Neutrofil% 50.0—65.0 %
Limfosit% 25.0-40.0 %
Monosit% 3.0-9.0 %
Eosinofil% 1.0-3.0 %
Basofil% 0.0-1.0 %
Neutrofil# 2.00-7.00 10^3/uL
Limfosit# 1.25-4.00 10^3/uL
Monosit# 0.30-1.00 10^3uL
Eosinofil# 0.02-0.5 10^3uL
Basofil# 0.00-1.00 10^3Ul
Golongan darah O
Imuno-serologi
HbAg Negatif

TERAPI OBAT

3. Therapy abortus kompletus : Hanya dengan uteronika


4. Therapy abortus inkompletus :
 Ø jika syok  : dengan pemberian cairan dan tranfusi darah
 Ø berikan obat uteronika dan antibiotik

20
4. Therapy abortus insipiens : therapy sama dengan therapy abortus inkompletus
5. Missed abortion : dilatasi, kurete, berikan obat antibiotic dan tonika
6. Therapy abortus habitualis : therapy operatif : SHIRODKAR atau MC DONALD
(cervical cerclage)

ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1 S :pasien mengatakan keram perut bag Pendarahan Resiko
Ian bawah syokhemorrhagie
O: Suhu pasien ≥39oc ,HB 5 dan pasie
nmengeluarkan banyak darah

2 S:Pasien merasa lemas Pendarahan Gangguan aktifitas


O:Nadi lemah (50x/menit)dan pasiente Anemia
Rlihat pucat Kelemahan

3 S: pasien mengeluh nyeri di perut dan Keguguran janin Gangguan rasa


Pasien merintih kesakitan Ransangan pada nyaman
uterus
O: Dilatasi serviks
P:Abortus
Q:severe pain
R:Abdomen
S:Skala 8
T:Current
4 S: Pasien mengatakan ketakutan karen Keguguran janin Cemas
Atidak bisa memberikan keturunan
O:Pasien akan terlihat gelisah dan
akralnya dingin

DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Nyeri berhubungan dengan kontraksi uteri


 Resiko infeksi tinggi berhubungan dengan pendarahan
 Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

21
NNO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawat
an
1 Nyeri Setelah 1. Mengkaji TTV 1. Mengetahu
berhubung dilakukan keadaan umum i TTV
an dengan tindakan selama dan keluhan keadaan
kontraksi 1 x 24 jam 2. Mengkaji umum dan
uteri klien tidak intake dan keluhan
mengalami aouput cairan klien
syok 3. Anjurkan klien 2. Adanya
hemmorragic istrahat balance
berhubungan 4. Kolaborasi seimbang
dengan dengan ti medis 3. Meningkat
pendarahan. dalam kan
Dengan kreteria pemberian obat kenyaman
hasil 1. : TTV : 5. Kaji nyeri klien
TD : 90/70
mmHg, RR :
18X/menit ;
Nadi : 70
x/menit;suhu :
36,50c
2. Volume
cairan
stabil
dengan
kesimba
ngan
intake
atau
auoput.
3. Menghil
angkan
rasa
nyeri

IMPLEMENTASI

Hari NO Tindakan keperawatan Evaluasi respon


tanggal
jam

22
Rabu, 14 1 Mengkaji TTV, keadaan umum dan DS : pasien mengatakan
November keluhan perut terasa kram
2018 disertai mulas.
DO : keadann umum baik
kesadaran
10.00 komposmentis
TTV : TD : 110/70
mmHg, RR : 20X/menit ;
Nadi : 80
x/menit;suhu :
36,50c

10.11 1 Mengkaji intake dan aouput cairan DS : pasien mengatakan


dengan pemasangan
infus
DO : klien mengatakan
feses normal,
urine normal
11.15 1 Anjurkan klien istrahat DS : klien mengatakan
nyaman
DO : klien biasa-biasa
pada sat istrahat

11.55 1 Kolaborasi dengan tim medis dalam DS : klien mengatakan


pemberian obat setelah pemberian
obat analgetik
nyeri hilang

EVALUASI

Hari tanggal Evaluasi keperawatan Paraf


jam

23
Rabu, 17 S : klien mengatakan nyeri
november 2018 abdomen
14.00 O : klien tanpa meringgis
dan masih meras ansientas
Keadaan : baik
Kesadaran : penuh
TTV : TD : 90/70; N : 60x/
menit; RR : 18 x/menit; S :
36,50C
BB : 50 kg
A : masalah yang teratasi
P : lanjut intervensi

Kamis 18 S: klein mengatakan


november 2018 berkurangnya rasa nyeri
13.00 pada abdomen dan klien
lebih meras nyaman dan
rasa lemas berkurang
O : klien lebih tanpak
rileks.
Keadaan umum : baik
Kesadaran : penuh
TTV : TD : 110/80 mmHg;
N : 80x/menit; RR : 18x
/menit; BB : 49 kg
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
dan pasien dianjurkan
pulang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

24
Abortus adalah;keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas .dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr.atau abortus merupakan pengeluaran
Atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gr atau kurang ,dari ibu yang kira-kira
berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan.

B. Saran
Semoga ibu-ibu yang sedang hamil bisa menjaga janin mereka dengan baik sehingga tidak ter
jadi hal yang tidak diinginkan bagi ibu dan bayi .dan bagi keluarga diharapkan untuk selalu
membangun relasi yang baik agar ibu hamil tidak mengalami depresi atau stres.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran.


Jakarta: EGC
25
Hamilton, C. M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC: Jakarta.
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius : Jakarta.
Marylin E. D. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Tridasa Printer : Jakarta
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8 Volume
2.Jakarta ; EGC.
Normahendi, W.A. 2007. Abortus.  http://fkuii.org/tiki
download_wiki_attachment.php?attId=964&page=Wulan%20Asih%20Normahendri. 23
September 2009 pada pukul 14.27
-------.2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien Abortus.http://mediadankomputer.co.cc//?
p=424  23 September 2009 pada pukul 14.30

26

Anda mungkin juga menyukai