NPM : 21203008
2021/2022
A. Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam
setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post
partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah
anak dan plasenta lahir .
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24
jam pertama setelahlahirnya bayi ). HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml
selama atau setelah kelahiran.
B. Etiologi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah
a. Atonia Uteri
b. Retensi Plasenta
c. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
a) Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
b) Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
d. Trauma jalan lahir
a) Episiotomi yang lebar
b) Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan Rahim
c) Rupture uteri
e. Penyakit darah\Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia
/hipofibrinogenemia. Tanda yang sering dijumpai :
1) Perdarahan yang banyak.
2) Solusio plasenta.
3) Kematian janin yang lama dalam kandungan.
4) Pre eklampsia dan eklampsia.
5) Infeksi, hepatitis dan syok septik.
f. Hematoma
g. Inversi Uterus
h. Subinvolusi Uterus
C. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan
sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus
menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup
sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti
epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan
perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya
afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk
membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan
postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock
hemoragik.
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Gejala Klinis umum yang terjadic adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak
(> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih,
dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri:
a) Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)
b) Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
a) Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera
setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
b) Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
a) Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik
b) Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
a) Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera
b) Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi
fundus tidak berkurang.
e. Inversio uterus
a) Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri
sedikit atau berat.
b) Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
F. Komplikasi
Komplikasi perdarahan post partum primer yang paling berat yaitusyok. Bila terjadi
syok yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasilanjutan yaitu anemia dan
infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaananemia bisa berlangsung berat
sampai sepsis. Pada perdarahan yang disertaioleh pembekuan intravaskuler merata
dapat terjadi kegagalan fungsi organorganseperti gagal ginjal mendadak.
G. Penatalaksanaan
Pada perdarahan akibat robekan jalan lahir penanganannya adalah :
1. Lakukan eksplorasi untul mengidentifikasilokasi laserasi dan sumberperdarahan
2. Lakukan irigasi pada tempat luka dan berikan laruta antiseptik.
3. Jepit dengan klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benangyang dapat
diserap
4. Lakukan penjahitan
a. Pada ruptura perineal tingkat I (robekan pada mkosa vagina dankulit),
robekan dijahit dengan benang catgut dan memekai jarumbundar.
b. Pada roptura perineal tingkat II (ruptura perinei sub totalis) ikutrobek pula
dasar panggul seperti : luka jahit dua lapis dengan benangcatguthalus
secara simpul atau jelujur dengan jarum bundar, kulitdijahit dengan
benang sutera dan memakai jarum yang tajam
c. Pada ruptur perineal tingkat III (ruptur perinei totalis) yang robekselain
spingter ani externa. Sebelum memulai menjahit harusditemukan dulu
kedua pangkal m.stingter ani externa yang terpoting.Otot ini dijahit dengan
benang cromiksecara simpul, penjahitan harusdilakukan secara cermat
agar otot tersebut tersambung dengan baik.Kemudian dijahit seperti
menjahit ruptura perinei II. Bila mucosaBila mucosarectum ikut robek
maka harus dijahit terlebih dahulu dengan benangcatgut halus secara
simpul.Bila ada plasenta dilakukan sebagai berikut
1) Memeriksa kelenhkapan plasenta setelah dilahirkan
2) Berikan antibiotika karena kemungkinan adaendometriosis
3) Lakukan eksplorasi digital atau bila servik terbuka
danmengeluarkan bekuan darah atau jaringan
4) Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukanevakuasi
sisa plasenta dengan dilatasi dan kuret
5) Bila Hb 8 gr % berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus600 mg
per hari selama 10 hari
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
a) Identitas Klien
Biasanya identitas pasien berisi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pekerjaan, agama, pendidikan, alamat, no registrasi, tanggal MRS, dx medis,
tanggal pengkajian.
b) Penanggung Jawab
Biasanya identitas berisi nama ,umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
agama, pendidikan, hubungan keluarga, alamat.
c) Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama : Perdarahan dari jalan laahir, badan lemah, keringat
dingin,perubahan kesadaran
2. Riwayat kesehatan sekarang :Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu
menderita penyakityang bisa menyebabkan perdarahan post portum seperti
aspekfisiologis dan psikososialnya.
3. Riwayat kesehatan dahulu : Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu
perah menderitapenyakit yang lain yang menyertai dan bisa memperburuk
keadaanatau mempersulit penyambuhan. Seperti penyakit diabetus
melitusdan jantung
4. Riwayat kesehatan keluarga : Meliputi penyakit yang diderita pasien
danapakah keluarga pasienada yang mempunyai riwayat yang sama
5. Riwayat kehamilan, persalinan
d) Pemeriksaan Fisik (Tanda – tanda vital)
Suhu :
Nadi : Takikardi/Bradikardi
TD : regular/ireguler
TB :
BB :
e) Pemeriksaan Per-Sistem
1. Sistem pernapasan
Anamnesa :
Hidung
Inspeksi : Napas cupping hidung (+/-)
Palpasi : nyeri tekan (+/-)
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir, alat bantu nafas (ETT)
Area dada
Inspeksi : pola nafas, penggunaan otot bantu pernapasan , kesimetrisan dada
Palpasi : nyeri tekan
Perkusi : batas – batas jantung
Auskultasi : suara nafas (ronkhi, wheezing)
2. Kardiovaskuler dan Limfe
Anamnesa : Identifikasi adanya nyeri dada (PQRST)
Wajah
Inspeksi : sembab,pucat,konjungtiva pucat / tidak
Leher
Inspeksi : bendungan vena jugularis
Palpasi : pembesaran kelenjar tyroid (+/-)
Dada
Inspeksi : bentuk dan pergerakan dada (simetris/tidak)
Palpasi : letak ictus kordis
Perkusi : batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung (Bj1 dan Bj2) atau kelainan bunyi jantung
(gallop,murmur)
Ekstrimitas atas
Inspeksi : sianosis, clubbing finger
Palpasi : CRT
Ekstrimitas bawah
Inspeksi :identifikasi edema pada ektrimitas , clubbing finger
Palpasi : identifikasi adanya benjolan pada ekstrimitas
3. Persyarafan
a. Uji nervus 1 olfaktorius (pembau) : dengan cara menggunakan bau – bauan
(minyak kayu putih, kopi dan tembakau), kemudian meminta klien untuk
menutup mata dan membedakan bau – bauan tersebut
b. Uji nervus II opticus (penghilatan)
c. Uji nervus III oculomotorius : mengobservasi apakah terdapat edema
kelopak mata,hipermi konjungtiva
d. Uji Nervus IV toklearis :pemeriksaan pupil dengan menggunakan senter
kecil
e. Uji nervus V trigeminus : sensasi kulit wajah
f. Uji nervus VI abdusen : menganjurkan klien menggerakkan mata dari
dalam ke luar mengobservasi kelopak mata, kesimetrisan gerakan bola mata
g. Uji nervus VII facialis : menganjurkan klien untuk mengerut,
mengembangkan pipi, dan menaikkan dan menurunkan alis mata, melihat
adanya kesimetrisan
h. Uji nervus VIII additorious / akustikus : menguji kemampuan klien
mendengarkan kata – kata yang diucapkan dengan mendekatkan arloji ke
telinga pasien
i. Uji nervus IX glosoparingeal : dengan menyentuhkan tongs patel ke
posterior faring pasien. Jika timbul reflek muntah adalah normal (positif),
jika negative bila tidak ada reflek
j. Uji nervus X vagus : untuk mengetahui gerakan lidah, menelan dan rasa
k. Uji nervus XI aksesorius ; menganjurkan klien untuk menggeleng dan
menoleh kea rah kiri – kanan
l. Uji nervus hypoglossal : meminta klien menjulurkan lidah ke garis dan
menggerakkannya ke samping kanan dan ke samping kiri
4. Sistem pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : mengidentifikasi nafsu makan
Mulut
Inspeksi : sianosis , stomatitis (+/-)
Palpasi : nyeri tekan
Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)
Inspeksi : terdapat luka atau tidak
Palpasi :
Perkusi : suara perut (tympani / hypertimpani)
Kuadran I
Hepar : hepatomegaly, nyeri tekan
Kuadran II
Gaster : distensi abdomen
Kuadran III
Massa (skibola,tumor) :nyeri tekan
Kuadran IV
Nyeri tekan pada titik Mc Burney
5. Sistem muskuluskeletal dan integument
Anamnesa : nyeri , kelemahan ektrimitas
Warna kulit :
Kekuatan otot :
Keterangan:
B. Diagnosa Keperawatan
Berikan mencegah
perdarahan karena
uteri pada
subinvolusio
Tindakan kolaborasi :
Monitor kadar
gas darah dan
PH
( perubahan
kadar gas
darah dan PH
merupakan
tanda hipoksia
jaringan )
Berikan terapi
oksigen
(Oksigen
diperlukan
untuk
memaksimalk
an transportasi
sirkulasi
jaringan
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan Pertahankan Meminimalkan
dengan terputusnya tindakan tirah baring stimulasi dan
inkontinuitas keperawatan selama fase mengurangi
jaringan selama ..x 24 jam akut intensitas nyeri
diharapkan
Ajarkan teknik untuk
dengan kriteria mengurangi
relaksasi nafas
hasil : intensitas nyeri
dalam atau
Skala nyeri pada
teknik
pasien berkurang
distraksi
Menurunkan
Kolaborasi
atau
dengan
mengontrol
pemberian
nyeri dan
analgetik
menurunkan
rangsang
sistem saraf
simpatis
a. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan . Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada pasien, tehnik
komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas
sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,
intelektual dan teknik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan
berupa pencatatan dan pelaporan .
b. Evaluasi
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapi dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang.Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien: