Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup berbahaya di

seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor risiko utama yang mengarah kepada

penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal jantung, stroke dan penyakit

ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit jantung iskemik dan stroke menjadi dua

penyebab kematian utama di dunia (WHO, 2018)

Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dini pada masyarakat di

dunia dan semakin lama, permasalahan tersebut semakin meningkat. WHO telah

memperkirakan pada tahun 2025 nanti, 1,5 milyar orang di dunia akan menderita

hipertensi tiap tahunnya.Hipertensi atau yang dikenal pula sebagai tekanan darah

tinggi merupakan masalah kesehatan yang mendunia. Hipertensi adalah peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90

mmHg (Mills et al,2016).Hipertensi berkontribusi dalam memperburuk penyakit

jantung, stroke, dan gagal ginjal (WHO, 2013)

Tingginya angka kejadian hipertensi di dunia, dipengaruhi oleh dua jenis

faktor, yaitu yang tidak bisa diubah seperti umur, jenis kelamin, dan ras. Faktor yang

bisa diubah diantaranya obesitas, konsumsi alkohol, kurang olahraga, konsumsi garam

yang berlebihan, dan kebiasaan merokok (Yashinta Octavian Gita Setyanda,

2015).Salah satu faktor risiko hipertensi adalah kebiasaan merokok. Faktor risiko

hipertensi lainnya antara lain umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan genetic

(faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), serta kebiasaan mengonsumsi

garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minuman

beralkohol, obesitas, kurang estrogen/kontrasepsi pil KB (Kemenkes RI, 2014)

1
Merokok dan hipertensi adalah dua faktor risiko yang terpenting dalam

penyakit aterosklerosis, penyakit jantung koroner, infark miokard akut, dan kematian

mendadak. Merokok telah menyebabkan 5,4 juta orang meninggal setiap tahun

(Gumus et al, 2013)

Merokok merupakan masalah yang terus berkembang dan belum dapat

ditemukan solusinya di Indonesia sampai saat ini. Menurut data WHO tahun 2011,

pada tahun 2007 Indonesia menempati posisi ke-5 dengan jumlah perokok terbanyak

di dunia. Hal ini terutama disebabkan oleh nikotin yang dapat merangsang saraf

simpatis sehingga memacu kerja jantung lebih keras dan menyebabkan penyempitan

pembuluh darah, serta peran karbonmonoksida yang dapat menggantikan oksigen

dalam darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.Perilaku

merokok merupakan suatu perilaku mengkonsumsi rokok berupa membakar dan

mengisap yang dinilai dan frekuensi merokok perhari dan ada tidaknya

ketergantungan terhadap tembakau( Candra Dewi,2012)

Merokok dapat menyebabkan hipertensi dan rusaknya lapisan dinding arteri

akibat zat-zat kimia yang terkandung di dalam tembakau dan mengakibatkan dinding

arteri itu sendiri lebih rentan terjadi penumpukan plak (arterosklerosis). Hal ini

terutama disebabkan oleh nikotin yang dapat merangsang saraf simpatis, sehingga

memicu kerja jantung lebih keras dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah,

serta peran karbon monoksida dan mengambil alih peran oksigen dalam darah serta

memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh (WHO, 2011).

Berdasarkan data dari World Health Organization, hipertensi telah

mengakibatkan 9,4 juta orang meninggal di seluruh dunia tiap tahun; hipertensi

berperan dalam 45% kematian yang disebabkan karena penyakit jantung dan 51%

kematian yang disebabkan oleh stroke.

2
Kejadian hipertensi lebih sering terjadi pada laki-laki usia 45 tahun keatas

karena proses degenerasi yang pasti terjadi pada setiap orang. Proses degenerasi ini di

antaranya terjadi pada sistem kardiovaskular. Jadi, meskipun besarnya angka kejadian

hipertensi adalah kasus kronis yang akan meningkat seiring bertambahnya umur

(Suheni 2013).

Prevalensi perokok di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 29,3%, dengan

jumlah perokok pada laki-laki sebanyak 47,5% dan perempuan 1,1%. Hasil Global

Adult Tobacco Survey (GATS) Tahun 2011 menunjukkan, Indonesia menduduki

posisi pertama dengan prevalensi perokok aktif bila dibandingkan dengan negara-

negara lain yang melaksanakan GATS, yaitu 67,4% pada laki-laki dan 2,7% pada

wanita. Menurut laporan Riskesdas tahun 2010, persentase perokok di pedesaan lebih

tinggi dibandingkan persentase perokok di perkotaan. Dari 86.869 responden di

pedesaan, sebanyak 37,4% merupakan perokok aktif, sedangkan di perkotaan

sebanyak 32,4% responden merupakan perokok aktif dari 91.057 responden. Di

Indonesia berdasarkan pengukuran pada usia > 18 tahun sebesar 25,8% (Rikesdas

2017).

Prevalensi hipertensi di NTT berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah

adalah 22,8% dan hanya berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 5,4%

sementara berdasarkan diagnosis dan atau riwayat minum obat hipertensi adalah

5,5%. Menurut Kabupaten/Kota, prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran

tekanan darah berkisar antara 18,6% - 36,3% dan prevalensi tertinggi ditemukan di

Kabupaten Ende, Pulau Flores sedangkan terendah di Kabupaten Rote Ndao.

Sementara prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau

minum obat hipertensi berkisar antara 1,8% - 8,1%. Memperhatikan angka prevalensi

hipertensi berdasarkan diagnosis atau minum obat dengan prevalensi hipertensi

3
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah di setiap Kabupaten/Kota di NTT. pada

umumnya nampak perbedaan prevalensi yang cukup besar. Perbedaan prevalensi

paling besar ditemukan di Kabupaten Manggarai. Data ini menunjukkan banyak kasus

hipertensi di Kabupaten Manggarai maupun di wilayah lainnya di NTT belum

ditanggulangi dengan baik. (Riskesdas NTT 2017)

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 mencatat prevalensi hipertensi di

Indonesia sebanyak 34,1%, dengan proporsi terbesar ada di provinsi Kalimantan

Selatan, yakni 44,1%, dan terendah di provinsi Papua, yakni 22,2%. Proporsi

hipertensi di provinsi Nusa Tenggara Timur adalah 22,8 %. Kasus terbanyak ada di

kabupaten Ende ( 11,1 %) dan yang terendah di kabupaten Rote Ndao (1,8 %),

(RISKESDAS, 2018). Di Kabupaten Manggarai, hipertensi menduduki angka

tertinggi dari 10 besar penyakit terbanyak. Jumlah penderita hipertensi tahun 2017

sebanyak 15.239 orang. (Dinkes kab. Manggarai, 2017 ).

Muhamad Numansyah (2019) dalam penelitian yang berjudul “Hubungan

antara Merokok dengan kejadian Hipertensi di Puskesmas Kawangkoan” dengan

jumlah sampel 74 responden. Penelitian ini juga menggunakan desain cross sectional.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

merokok dengan kejadian, dengan p- value 0, 016 lebih kecil dari nilai signifikan

0,05.

Zaman sekarang, rokok bukanlah hal yang tabu bagi seluruh orang. Perilaku

merokok sudah sangat membudaya di kalangan masyarakat dunia, khususnya remaja.

Zat kimia yang terdapat di dalam rokok bersifat adiktif yang artinya dapat

menyebabkan ketergantungan, dan bila sudah ketergantungan maka orang akan secara

terus-menerus menghisap rokok. Perilaku merokok khususnya pada Remaja bila

4
dilakukan secara terus-menerus maka akan menimbulkan berbagai penyakit, salah

satunya adala hipertensi.

Menurut Suheni (2013),Selain itu juga dari berbagai penelitian didapatkan

fakta bahwa semakin tinggi usia seseorang maka semakin tinggi pula tekanan

darahnya.dan pada umumnya hipertensi pada pria terjadi pada usia di atas 45 tahun

dikarenakan daya tahan tubuh mereka semakin menurun.(Suheni,2013) Untuk

mengobati hipertensi,dapat dilakukan dengan menurunkan kecepatan denyut

jantung,volume sekuncup,atau Tahan Pembulu Darah (TPR). Intervensi farmakologis

dan nonfarmakologis dapat membantukan individu mengurangi tekanan

darah.Penuruan berat badan dapat mengurangi tekanan darah,kemungkinan dengan

mengurangi beban kerja janntung sehingga kecepatan denyut jantung dan volume

sekuncup berkurang.Olahraga, terutama bila disretai penururnan berat, menurunkan

tekanan darah dengan menurunkan kecepatan denyut jantung istrahat dan mungkin

TPR. Olahraga meningkat kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang dapat

mengurangi terbentuknya aterosclerosis hipertensi.Teknik relaksasi dapat mengurangi

denyut jantung dan TPR dengan cara menghambat respon stres saraf simpatis.

Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena

asap rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat

meningkatkan kerja jantung,(Aspiani Dkk ,2014).

Berdasarkan fakta sebagaimana yang disebutkan pada uraian hasil penelitian

sebelumnya bahwa tahun 2017,prevalensi penyakit paling tinggi di Manggarai adalah

hipertensi,Maka penulis tertarik melakukan kajian pustaka tentang : Hubungan

Merokok dengan Kejadian Hipertensi.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana hubungan merokok terhadap

kejadian hipertensi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui Hubungan Antara

Merokok Dengan Kejadian Hipertensi

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karateristik responden pada penelitian yang di kaji tentang


Hubungan perilaku merokok dengan kejadian hipertensi.?
2. Mengetahui gambaran kebiasaan merokok pada perokok ?

3. Mengetahu gambaran kejadian hipertensi pada perokok?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Manfaat

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang

baru bagi Peneliti dan Mahasiswa/i keperawatan. Selain itu, penelitian ini

diharapkan menjadi literatur untuk menambah wacana baru dalam dunia

akademis dan menjadi acuan bagi penelitian merokok dengan kejadian hipertensi

yang akan dilaksanakan oleh peneliti berikutnya yang kemudian menjadikan teori

lebih berkembang.

6
2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian yang dilaksanakan ini, yaitu :

a. Bagi Klien Hipertensi

Dapat memberikan informasi yang digunakan dalam upaya menumbuhkan

motivasi kesehatan pada penderita hipertensi.

b. Manfaat bagi Institusi

Studi literatur ini dapat menambah dan memperkaya bacaan bagi civitas

akademika di prodi Sarjana Keperawatan Universitas Katholik Indonesia

Santu Paulus Ruteng.

c. Manfaat bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat di gunakan sebagai sumber informasi dalam melakukan

penelitian selanjutnya. Serta mengenal lebih jauh tentang“Hubungan Merokok

dengan kejadian Hipertensi”.

Anda mungkin juga menyukai