Anda di halaman 1dari 31

KAJIAN LITERATUR : HUBUNGAN

ANTARA KEBIASAAN MEROKOK


DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

Nama : Aleksander Guntur


Npm : 1714201003
Latar belakang

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah


sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg (Mills et al, 2016)

Hipertensi merupakan salah satu penyebab


kematian dini pada masyarakat di dunia dan
semakin lama, permasalahan tersebut semakin
meningkat. WHO telah memperkirakan pada
tahun 2025 nanti, 1,5 milyar orang di dunia akan
menderita hipertensi tiap tahunnya.
 Salah satu faktor risiko hipertensi adalah
kebiasaan merokok. Faktor risiko hipertensi
lainnya antara lain umur, jenis kelamin,
riwayat keluarga, dan genetic (faktor resiko
yang tidak dapat diubah/dikontrol), serta
kebiasaan mengonsumsi garam, konsumsi
lemak jenuh, penggunaan jelantah,
kebiasaan konsumsi minuman beralkohol,
Dan obesitas, KB (Kemenkes RI, 2014)
 Rokok adalah hasil olahan dari tembakau kering yang
dibungkus sehingga berbentuk seperti cerutu. Sebagian besar
rokok mengandung tembakau dan tanaman nicotiana
tabacum, nicotiana rustica dan spesis lainya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan lainnya. (Juliansyah, 2010).
 Merokok dapat menyebabkan hipertensi dan rusaknya lapisan
dinding arteri akibat zat-zat kimia yang terkandung di dalam
tembakau dan mengakibatkan dinding arteri itu sendiri lebih
rentan terjadi penumpukan plak (arterosklerosis). Hal ini
terutama disebabkan oleh nikotin yang dapat merangsang
saraf simpatis, sehingga memicu kerja jantung lebih keras dan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah, serta peran
karbon monoksida dan mengambil alih peran oksigen dalam
darah serta memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh (WHO, 2011).
 Berdasarkan data dari World Health
Organization, hipertensi telah
mengakibatkan 9,4 juta orang meninggal di
seluruh dunia tiap tahun; hipertensi berperan
dalam 45% kematian yang disebabkan
karena penyakit jantung dan 51% kematian
yang disebabkan oleh stroke.
Prevalensi perokok di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 29,3%, dengan jumlah
perokok pada laki-laki sebanyak 47,5% dan perempuan 1,1%. Hasil Global Adult
Tobacco Survey (GATS) Tahun 2011 menunjukkan, Indonesia menduduki posisi
pertama dengan prevalensi perokok aktif bila dibandingkan dengan negara-
negara lain yang melaksanakan GATS, yaitu 67,4% pada laki-laki dan 2,7% pada
wanita. Menurut laporan Riskesdas tahun 2010, persentase perokok di pedesaan
lebih tinggi dibandingkan persentase perokok di perkotaan. Dari 86.869
responden di pedesaan, sebanyak 37,4% merupakan perokok aktif, sedangkan di
perkotaan sebanyak 32,4% responden merupakan perokok aktif dari 91.057
responden. Di Indonesia berdasarkan pengukuran pada usia > 18 tahun sebesar
25,8% (Rikesdas 2013).
 Di Kabupaten Manggarai, hipertensi
menduduki angka tertinggi dari 10 besar
penyakit terbanyak. Jumlah penderita
hipertensi tahun 2017 sebanyak 15.239 orang.
(Dinkes kab. Manggarai, 2017 ).
 Muhamad Numansyah (2019) dalam
penelitian yang berjudul “Hubungan antara
Merokok dengan kejadian Hipertensi di
Puskesmas Kawangkoan” dengan jumlah
sampel 74 responden. Penelitian ini juga
menggunakan desain cross sectional. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara merokok
dengan kejadian
Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui karateristik Responden


pada penelitian yang di kaji tentang Hubungan
Perilaku Merokok Deangan kejadian
hipertensi.?
 Mengetahui Gambaran Kebiasaan Merokok
Pada Perokok ?
 Mengetahu Gambaran kejadian hipertensi
Pada Perokok?
KERANGKA TEORI
Faktor yang dapat
dikontrol Faktor yang Tidak dapat dikontrol

Genetik,Jenis kelamin dan Umur


Obesitas Merokok
dan stres Kurang Konsumsi
olahraga kopi dan
Dan alkohol Mengandung Banyak zat Peningkatan Tekanan
Konsumsi Toksik Darah/Hipertensi
garam
berlebih
Zat kimia (nikotin)

Merangsang sistem saraf simpatis

Aktivasi hormon adrenalin

Takikardiadan vasokonstriksi
METODE PENELITIAN
 Literatur Riview
Literatur review adalah bahan yang tertulis berupa
buku, jurnal yang membahas tentang topik yang
hendak diteliti. Literatur riview membantu peneliti
untuk melihat ide-ide, pendapat dan kritik tentang
topik tersebut yang sebelumnya telah dibangun dan
dianalisi oleh para ilmuwan sebelumnya. Pentingnya
Literatur riview untuk melihat dan menganalisa nilai
tambah penelitian dibandingkan dengan penelitian-
penelitian sebelumnya (Semiawan, 2010)
 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Literature Review, yaitu penelitian dilakukan dengan cara
mengumpulkan informasi dan data yang ada di perpustakaan
seperti buku referensi, hasil penelitian sebelumnya yang
sejenis, artikel, catatan, skripsi serta berbagai jurnal yang
berkaitan dengan masalah atau penelitian yang akan
dilakukan. Kegiatan dilakukan secara sistematis untuk
mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data dengan
menggunakan metode atau teknik tertentu guna mencari
jawaban atas permasalahan yang dihadapi (Sari, 2020).
Tahapan literatur review

penelitian yang menggunakan metode


literatur riview memiliki beberapa tahapan yang
dilakukan Okoli (2015) :

 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melihat adanya hubungan antara Merokok
dengan Kejadian Hipertensi.
Pencarian data
Dalam penelitian sumber pustaka yang
digunakan adalah jurnal, buku, skripsi, artikel,
yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan, sumber penyediaan jurnal yang
terkait. Adapun kata kunci pencarian mencakup
kata kunci Hipertensi dan Merokok. Sumber
penyediaan jurnal yang terkait yaitu
menggunakan Google Scolar yang dapat diakses
secara bebas ataupun tidak
 Screening
Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jurnal kesehatan dengan kata kunci
hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian
Hipertensi, serta rentang tahun terbit jurnal yang
digunakan mulai dari tahun 2010-2020. Pemilihan
jurnal yang terkait dengan penelitian yaitu Non-
eksperimental, eksperimental dengan metode
Cross sectional. Data diperoleh dari jurnal nasional
dan internasional menggunakan Google scolar.
 Penilaian kualitas
Penilaian kualitas pada metode Literature Review yang
dimaksud adalah kriteria eksklusi yang dapat membatalkan
data atau jurnal yang sudah didapat untuk dianalisa lebih
lanjut.
 Ekstrasi data
Ekstraksi data dapat dilakukan jika semua data yang telah
memenuhi syarat telah diklasifikasikan untuk semua data
yang ada. Setelah proses screening dilakukan maka hasil
dari ekstraksi data ini dapat diketahui pasti dari jumlah awal
data yang dimiliki berapa yang masih memenuhi syarat
untuk selanjutnya di analisa lebih jauh.
 Analisa data
Dalam penelitian ini setelah melewati tahapan
screening sampai dengan ekstraksi data maka
analisa dapat dilakukan dengan
menggabungkan semua data yang memenuhi
persyaratan inklusi menggunakan teknik baik
secara kuantitatif, kualitatif atau keduanya.
Pada penelitian ini peneliti akan
menggunakan teknik analisa data yakni
secara kualitatif.
Populasi dan sampel

 Populasi
Populasi yang digunakan oleh peneliti ini
adalah artikel, buku, skripsi, jurnal nasional dan
jurnal internasional yang yang telah melalui
masa screening dan masuk dalam kriteria inklusi
yang telah ditetapkan yakni jurnal yang
berkaitan dengan hubungan Merokok dengan
Hipertensi,serta dengan jurnal dalam rentang
waktu 2010-2020.
 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 10 jurnal penelitian terkait,
dengan beberapa kriteria :
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
HASIL

BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN

PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini akan memberikan kajian tentang hubungan


kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Penelitian kajian
pustaka merupakan penelusuran atas karya ilmiah artikel
(jurnal), maka data-data hasil penelusuran akan diolah secara
kualitatif berdasarkan teknik analisis data sebagaimana yang
diuraikan pada bab sebelumnya.
Setelah penulis membaca dan menganalisa artikel yang dijadikan
sampel dalam penelitian literatur review ini, selanjutmya Peneliti
merangkum dan menganalisis hasil berbagai penelitian tersebut,
dan selanjutnya akan dibahas berdasarkan konsep teori tentang
variabel kebiasaan merokok dan variabel kejadian hipertensi.
Teori ini sejalan dengan penelitian yang
PEMBAHASAN
dilakukan Hasil Penelitian Nurhidayat (2018)
dari 30 responden sebagian besar memiliki
1. Gambaran Kebiasaan kebiasaan merokok sebanyak perokok sedang
Merokok 63,3%, perokok berat 30% dan perokok ringan
Dari sepuluh 10 jurnal yang
terdapat pada tabel diatas, rata-rata hanya 6,7%. Hasil penelitian Mohammad Sadli
responden yang memiliki kebisaan (2010) dari 80 responden didapatkan bahwa
merokok berada pada kategori yang paling banyak mayoritas perokok berat
perokok berat, sedang dan perokok
53,9% pada perokok berat dan menghisap 10
aktif.
Berdasarkan jumlah rokok yang batang/hari. Hasil penelitian Nurmansyah
dihisap dalam sehari, kriteria perokok (2019) dari 74 responden sebagian besar
dibagi menjadi 3 bagian yaitu : memiliki kebiasaan merokok pada perokok
Perokok ringan adalah seseorang
sedang sebanyak 43 responden (58,1%) dan
yang mengkonsumsi rokok sekitar 1-
10 batang perhari. Perokok sedang perokok berat sebanyak 31 responden (41,%).
adalah seseorang yang Hasil penelitian Simanjuntak (2019), dari 250
mengkonsumsi rokok sekitar 11-12 responden, sebagian besar pemilihan responden
batang per hari. Perokok berat adalah
kebiasaan merokok adalah mayoritas perokok
seseorang yang mengkonsumsi rokok
lebih dari 20 batang per hari. berat sebanyak 19,6%, perokok sedang
(Sulastiningsih & Arifin, 2017). sebanyak 37,6% Orang. Hasil penelitian K,Tisa
(2012) dari 115 responden sebagian besar
 
memiliki kebiasaan merokok adalah mayoritas
perokok sedang sebanyak 75% di usia ≤ 40
Teori ini sejalan dengan penelitian
Rokok adalah hasil olahan
tembakau terbungkus yang dilakukan oleh Sudhana (2013)
termasuk cerutu atau dari 70 responden menunjukan
bentuk lainnya yang Responden perokok aktif sebanyak 23
dihasilkan dari tanaman Responden (32,9%). Sedangkan
Nicotiana tabacum,
Responden perokok pasif sebanyak 47
Nicotiana rustica, dan
spesies lainnya atau Responden (67,1%). Hasil penelitian
sintetisnya yang Setiyanda (2018) dari 92 responden
mengandung nikotin dan menunjukan bahwa sebagian besar
tar dengan atau tanpa mayoritas perokok aktif sebanyak 44
bahan tambahan. Menurut
(77,2%) Responden. Hasil penelitian
Aula (2010) secara
umum, tipe perokok yang dilakukan oleh Sidabutar (2020),
dibagi menjadi dua, yaitu dari 81 responden didapatkan bahwa
perokok aktif dan pasif. yang paling banyak mayoritas
perokok aktif sebanyak 87,7% .
Rokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi, hal ini
disebabkan didalam rokok terdapat nikotin yang yang dapat menyebabkan
tekanan darah meningkat. Semakin banyak seseorang mengkonsumsi
rokok dalam sehari, semakin besar pula peluangnya untuk menderita
hipertensi. Merokok ≥ 20 batang per hari berhubungan erat dengan
peningkatan tekanan darah dan hipertrofi ventrikel kiri. Responden yang
merokok lebih dari 30 tahun mempunyai risiko 2,98 kali dibandingkan
yang merokok kurang dari 10 tahun. Risiko orang yang berhenti merokok
untuk mengalami Hipertensi Primer akan lebih kecil dari pada orang yang
merokok.

Hasil ini menunjukkan bahwa hipertensi dapat dipengaruhi oleh banyaknya


jumlah batang rokok yang dihisap setiap harinya. Semakin banyak rokok
yang dikonsumsi, semakin tinggi tekanan darah sistolik.
Gambaran Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil kajian literatur yang Teori ini sejalan dengan penelitian
dilakukan oleh peneliti dari 10 artikel jurnal yang dilakukan oleh Wayan
menunjukan sebagian responden mengalami Sudhana (2012) menunjukan
peningkatan tekanan darah dengan kategori bahwa sebagian besar responden
sedang . dengan kategori prehipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi juga sebanyak atau (28,6%) responden,
dapat diartikan sebagai tekanan darah persisten Hipertensi derajat I 20,0% dan dan
di mana tekanan darah sistoliknya ≥ 140 hipertensi derajat II (15,7%)
mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≥ 90 responden. Dari penelitian ini
mmHg (Triyanto, 2014). didapatkan bahwa kejadian
Menurut (Smeltzer,at al 2013) bahwa hipertensi lebih banyak terjadi
dikatakan prehipertensi jika tekanan darah pada laki-laki (38,1%)
sistolik 120-139 mmHg dan diastoliknya 80- dibandingkan pada perempuan
90 mmHg, dikatakan seseorang mengalami dengan proporsi sebesar 9 dari 28
hipertensi stadium I jika tekanan darah responden (32,1%).
sistoliknya mencapai 140-159 mmHg dan Hasil penelitian Nurmansyah
tekanan darah diastoliknya 90-99 mmHg, dan (2019), dari 74 responden
sedangkan dikatakan seseorang mengalami sebagian besar responden dengan
hipertensi Stadium II jika tekanan darah mayoritas hipertensi derajat II
sistoliknya mencapai ≥ 160 mmHg dan sebanyak 39,2% responden.
tekanan darah diastoliknya mencapai ≥ 100
mmHg
 Hipertensi atau penyakit “darah tinggi” merupakan kondisi seseorang
mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lembut atau mendadak
(akut). Hipertensi menetap (tekanan darah tinggi yang tidak menurun)
merupakan faktor resiko terjadinya stroke, penyakit jantung koroner
(PJK), gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma arteri (penyakit
pembuluh darah). Peningkatan tekanan darah yang relatif kecil, namun hal
tersebut dapat menurunkan angka harapan hidup (Agoes dkk, 2010)
 Menurut Nuraini (2015) bahwa faktor risiko yang memicu terjadinya
hipertensi dibagi menjadi dua yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan
faktor yang dapat dikontrol. Faktor yang tidak dapat dikontrol meliputi
usia, jenis kelamin, dan keturunan (genetik). Faktor yang dapat dikontrol
meliputi kegemukan (obesitas),stress, konsumsi alkohol berlebihan,
konsumsi garam berlebihan, aktivitas fisik, diet yang tidak seimbang dan
merokok
Hubungan kebiasan merokok dengan
kejadian hipertensi
Dari 10 jurnal diatas semuanya menunjukan bahwa terdapat hubungan antar
kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.
Merokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Zat-zat kimia beracun
seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk
ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri,
mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi
autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya
aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok pada penderita
tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh
darah arteri (Aula, 2010).
Teori ini sejalan dengan penelitian Sudhana,(2013) dari 70 reponden sebagian
besar responden perokok mengalami peningkatan tekanan darah yaitu
72,2% lebih banyak terjadi pada laki-laki dan pada kelompok umur 65 tahun
ke atas..artinya terdapat hubungan antara kebisaan dengan kejadian
hipertensi di Sindang Barang Kota bogor.hasil penelitian.
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Nurhidayat,Dkk (2018),” Hubungan
frekuensi merokok dengan kejadian hipertensi pada masyarakat”.
menunjukan bahwa dari 30 responden perokok yang di gunakan
didapatkan 40% mengalami peningkatan tekanan darah sedang,
sedangkan 26,7% yang mengalami peningkatan tekanan darah
berat.Hasil penelitian oleh Putri,Dkk (2019 ),Dari 250 responden
sebanyak 89 responden kebiasaan merokok ringan dengan kejadian
hipertensi ringan sebanyak (69.5%). Hasil penelitian oleh Martini,Dkk
(2020), sebagian besar pemilihan responden,merupakan 77,80%
responden memiliki perilaku merokok responden yang mempunyai
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg adalah 20,3% . Hasil penelitian oleh
Sidabutar (2020),dari 81 responden kebiasaan merokok sebagian besar
mengalami peningkatan tekanan darah yaitu 71 responden (87,7%),
 Kandungan rokok yaitu nikotin dapat
menstimulus pelepasan katekolamin.
Katekolamin yang mengalami peningkatan
dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung, iritabilitas miokardial serta terjadi
vasokontriksi yang dapat meningkatkan
tekanan darah (Ardiansyah, 2012).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dari 10 artikel (jurnal) kebiasaan
merokok,terdapat 10 artikel mengkategorikan kebisaan ke dalam
dua kategori yaitu merokok dan tidak merokok dan terdapat 7 jurnal
yang mengkategorikan merokok kedalam 3 kategori yaitu perokok
ringan, sedang, dan berat. Responden yang memiliki kebisaan
merokok paling banyak adalah Perokok berada pada kategori berat
dan sedang dan rata-rata mengkonsumsi 10 batang/hari dan
sebagian besar berada pada perokok laki-laki. Sedangakan
hipertensi dikategorikan ke dalam 2 kategori yaitu hipertensi dan
tidak hipertensi dan 3 kategori yaitu hipertesni derajat ringan,
sedang dan berat. Sebagian besar responden yang mengalami
penyakit hipertensi berada pada hipertensi derajat sedang dab berat.
Hasil analisa 10 artikel (jurnal) menunjukan bahwa ada hubungan
antara kebisaan merokok dengan kejadian hipertensi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai