http://jurnalfpk.uinsby.ac.id/index.php/jpp
ISSN 2087-3441 (printed) 2549 9882 (online)
DOI: http://doi.org/
Abstract : This study aims to determine the effect of stress and conformity on
smoking behavior in early adulthood. This research uses quantitative research
methods. The data collection tool uses a smoking behavior scale, stress scale and
conformity scale. The subjects in this study were 384 early adults using the Simple
Random Sampling technique, with the criteria being men and women aged 18-40
years and active smokers. The results of this study partially show that there is an
influence of stress and peer conformity on smoking behavior. The significance
value in the simultaneous test is 45.401 with a significance value of 0.000 <0.05.
The results of this study found that there were 19.2% of subjects carrying out
smoking behavior due to stress and conformity factors, while the rest were not
explained in this study.
Keywords: Stress, Conformity, and Smoking Behavior
Pendahuluan
__________________
Corresponding Author: Author (e-mail: coresponden@uinsby.ac.id) Program Studi Psikologi Fakultas
Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya, Jl. A. Yani 117 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia 60237
Author 1, et al, Judul Ditulis Secara Singkat, Jelas, dan Menarik
Metode Penelitian
Subyek penelitian diambil dari dewasa awal laki-laki maupun perempuan yang
dimana menurut Hurlock (1990) dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-
kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai
berkurangnya kemampuan reproduktif dan yang aktif merokok. Untuk jumlah subjeknya
yaitu 384 responden. Pengambilan jumlah subjek menggunakan rumus Lemeshow. Teknik
sampling yang digunakan oleh peneliti yaitu simple random sampling. Dalam penelitian
ini, kuesionernya menggunakan skala likert dimana variable yang diukur dijabarkan
menjadi indicator variable dan kemudian dijadikan sebagai dasar untuk membuat item
instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan. Pada skala likert, terdapat lima
macam jawaban yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S), Jarang (J), Tidak Pernah (TP).
Hasil Penelitian
Pada pengelompokan jenis kelamin, didapatkan subjek dari 384 dewasa awal yaitu
laki-laki berjumlah 342 responden dan jenis kelamin perempuan berjumlah 42
responden. Untuk uji asumsi yang pertama menggunakan uji normalitas. Uji normalitas
digunakan untuk menguji data apakah berdistribusi normal atau itidak. Uji normalitas
akan ditentukan dengan mengacu pada kaidah nilai signifikan datanya 0.05 artinya dapat
dikatakan normal (Muhid, 2019). Hasil uji normalitas yang didapatkan pada penelitian ini
dengan nilai signifikannya sebesar 0,092. Yang berarti nilai signifikansi lebih besar dari
taraf signifikansi yaitu0,05 sehingga karena nilai yang didapat 0,092 maka dapat
disimpulkan hasil data yang diperoleh dari penelitian berdistribusi normal
Hasil uji hipotesis yang pertama yaitu Uji Statistik T Parsial yang menunjukkan
adanya hasil dari analisis data koefisien antara variabel efikasi diri dengan kecemasan
berbicara di depan umum didapatkan nilai t hitung sebesar 5,842 dengan nilai
signifikansinya sebesar 0,000>005. Hasil tabel diatas menghasilkan bahwa hipotesis di
terima. Yang berarti terdapat pengaruh stres terhadap perilaku merokok pada dewasa
awal. Maka disimpulkan bahwa semakin tinggi stres maka akan semakin tinggi perilaku
merokok. Hasil data dari analisis koefisien antara variabel konformitas dengan perilaku
merokok menunjukkan nilai t hitung sebesar 7,775 dengan hasil signifikansinya 0,000
Coefficient
s
B Std. Beta
Err
or
-1,346
,835
1,267
Kedua, hasil tabel anova yang mengukur nilai F hitung, dari data di atas
menunjukkan nilai F Hitung sebesar 45,401 dengan nilai signifikansinya sebesar
0,000<0,05. Maka dari hasil data tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dari ketiga
variabel tersebut diterima. Hal ini dapat diartikan adanya hubungan pada variabel stress
dan konformitas terhadap perilaku merokok.
Model Summary
Square of the
Estimate
Pembahasan
Pada penelitian ini peneliti mengangkat judul “Pengaruh Stres dan Konformitas
Teman Sebaya terhadap Perilaku Merokok pada Dewasa Awal”.Variabel pada penelitian
ini antara lain, stres sebagai variabel bebas (X1), konformitas teman sebaya sebagai
variabel bebas (X2), dan variabel terikat (Y) yaitu perilaku merokok. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh stres dengan perilaku merokok pada dewasa awal,
lalu pengaruh konformitas teman sebaya dengan perilaku merokok pada dewasa awal,
dan pengaruh stres dan konformitas teman sebaya terhadap perilaku merokok pada
dewasa awal. Jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 384 orang. Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh stres terhadap perilaku merokok
dengan menunjukkan hasil nilai t hitung lebih besar dibandingkanidengan t tabel pada
variabel stres yaitu 6.048 > 1.667 dan nilai signifikansi lebih kecil (< 0.05). Dari hasil
tersebut dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh antara variabel stres dengan perilaku
merokok. Sehingga stres yang ada pada diri seseorang semakin tinggi, maka periklaku
merokoknya juga akan meningkat.
Adapun hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eka Aryani (2019)
mengenai Hubungan antara Konformitas Teman Sebaya dan Asertivitas dengan Perilaku
Merokok pada Siswa di SMPN 2 Sleman mengatakan bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara konformitas teman sebaya dan asertivitas dengan perilaku merokok.
Nilai tersebut didukung dengan nilai koefisien determinan sebesar 0,386, artinya
besarnya sumbangan efektif yang diberikan variabel konformitas teman sebaya dan
variabel asertivitas terhadap perilaku merokok adalah sebesar 38,6%, sedangkan sisanya
61,4% dipengaruhi oleh faktor lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Ismi Chairunnisah Mayah, et al (2020) hasil uji
kendall tau menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.550** (signifikan 0.000) dengan
nilai p value 0.000 < 0,01 yang berarti bahwa ada hubungan signifikan antara variabel
stres dengan kebiasaan merokok responden. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa
tingkat stress terbanyak ada pada tingkat stress sedang yaitu 54 responden (85.7%) dan
kebiasaan merokok dalam kategori berat sebanyak 60 responden (95,2%). yang dapat
disimpulkan bahwa tingkat stress ada hubunganya dengan kebiasaan merokok. Hal ini
dibuktikan dari data hasil penelitian, bahwa responden dengan tingkat stres yang sedang
memiliki frekuensi merokok yang angat berat dan masih banyaknya responden yang
merokok sampai sekarang yang mana banyak responden yang merokok untuk
menghilangkan kecemasan, ketika di marahi dan untuk menghilangkan stress. Stres
merupakan predisposing factor untuk seseorang menjadi perokok, dimana rokok
digunakan sebagai alat untuk menenangkan sehingga mengurangi stress.
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh Luthfi Wijayanti Raharjo
(2019) menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara konformitas dan stres dengan
perilaku merokok pada remaja. Ada hubungan positif antara konformitas dengan perilaku
merokok pada remaja yang artinya semakin tinggi konformitas yang dimiliki maka akan
semakin tinggi perilaku merokok. Ada hubungan positif antara stres dengan perilaku
merokok pada remaja yang artinya semakin tinggi stres maka akan semakin tinggi
perilaku merokok. Tingkat konformitas pada remaja dalam penelitian ini tergolong
sedang. Tingkat stres pada remaja dalam penelitian ini tergolong sedang. Tingkat perilaku
10 merokok pada remaja dalam penelitian ini tergolong sedang. Sumbangan efektif
konformitas dan stres terhadap perilaku merokok adalah sebesar 92,6% dilihat dari nilai
regresi antara konformitas dan stres (R) sebesar 0,962, sedangkan koefisien
determinasinya (R Square) sebesar 0,926. Sisanya sebanyak 7,4% dipengaruhi oleh faktor
lain diluar variabel konformitas dan stres
Hipotesis pertama yaitu hasil uji analisis yang dilakukan bahwa hipotesis pertama
bahwa nilai signifikan kurang dari 0,05 yang berarti hipotesis tersebut diterima yang
berarti ada hubungan stress dengan perilaku merokok pada dewasa awal. Maka, di artikan
bahwa dewasa awal yang memiliki stress yang tinggi maka tingkat perilaku merokok juga
tinggi. Hipotesis kedua yaitu hasil uji analisis hipotesis tersebut diterima karena nilai
signifikansinya kurang dari 0,05 yang berarti adanya hubungan konformitas dengan
perilaku merokok pada dewasa awal. Hal tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu
bahwa semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi tingkat perilaku merokok pada
dewasa awal. Hipotesis yang ketiga dihasilkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara stres dan konformitas dengan perilaku merokok karena nilai signifikannya kurang
dari 0,05. Maka hal tersebut disimpulkan bahwa semakin tinggi stress dan konformitas
maka semakin tinggi tingkat perilaku merokok pada dewasa awal dengan memiliki
pengaruh sebanyak 19,2% dalam penelitian ini.
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin membahas mengenai bidang lain. Namun jika
ingin mengambil judul peneliti saat ini disarankan agar menambah kriteria lebih detail
lagi, serta ketika mencari responden disarankan selalu mendampingi ketika mengisi
kuesioner. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk menggunakan item yang mudah
dipahami agar dimengerti oleh responden. Selain itu, dapat dijadikan sebagai tolak ukur
untuk menambah faktor lain dalam penelitian.
Daftar Pustaka
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Hasnida & Kemala, I.(2005). Hubungan antara stres dan perilaku merokok pada remaja laki-
laki. Jurnal Psikologia Volume I No. 2 Desember 2005. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara
Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Alih bahasa: Istiwidayati & Soedjarwo. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Parrott, Andy C. (1999). Does cigarette smoking cause stress?. America: American Psychologist
Association, 54(10)
Rahmadi, A., Lestari, Y., & Yenita. (2013). Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap rokok
dengan kebiasaan merokok siswa smp di kota padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 2 (1).
Wulandari, D. (2008). Peranan Afeksi Negatif Terhadap Perilaku Merokok Dewasa Awal. Jurnal
Psikologi. 21(1).