Oleh:
RAHMAH FAHRUDIENA
RETNO KUMOLOHADI
i
NASKAH PUBLIKASI
i
PENGARUH PELATIHAN KOGNITIF PERILAKU
Rahmah Fahrudiena
Retno Kumolohadi
INTISARI
i
Pengantar
dunia dengan jumlah sekitar 141 juta orang dengan korban 57 ribu perokok
meninggal setiap tahun dan sekitar 500 ribu menderita berbagai penyakit.
Diperkirakan, konsumsi rokok Indonesia setiap tahun mencapai 199 miliar batang
rokok atau berada di urutan ke-4 setelah RRC (1.679 miliar batang), AS (480 miliar),
bahan kimia. Sekali satu batang dibakar maka ia akan mengeluarkan sekitar 4000
bahan kimia. Secara umum bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar
yaitu komponen gas dan komponen padat atau partikel, komponen padat dibagi
kompleks, karena merupakan hasil interaksi dari aspek kognitif, lingkungan sosial,
kondisi psikologis, conditioning dan keadaan fisiologis. Secara kognitif, para perokok
tidak memperlihatkan keyakinan yang tinggi terhadap bahaya yang di dapat dari
merokok. Bila di tinjau dari aspek sosial, sebagian besar perokok menyatakan bahwa
melambangkan kejantanan dan sportivitas. Rokok menjadi gaya hidup dari citra diri
i
seseorang yang sehat, sukses dan dinamis. Dalam usahanya memperluas pasar bagi
mereka. Mengingat kebiasaan merokok dimasa remaja akan terbawa terus sampai kita
Selain itu, adanya pengaruh tekanan dari kelompok teman sebayanya dengan
kebenarannya, menambah daftar panjang perokok remaja. Keinginan yang kuat untuk
selalu dapat diterima oleh kelompok seringkali justru menjadi tujuan utama yang
mendorong remaja untuk tetap merokok. Untuk itu diperlukan informasi tentang
gangguan atau resiko yang dapat dialami perokok sehingga dapat mengubah persepsi
anak-anak dan remaja mungkin karena mereka belum memahami bahaya merokok
(www.info-sehat.com).
perokok untuk berhenti dari perilaku merokok dapat ditempuh dengan beberapa
i
strategi yaitu memberikan pengetahuan tentang bahaya merokok, memberi
dipilih untuk tritmen penelitian ini, pelaksanaan terapi ini dilingkungan pendidikan
perilaku fleksibel terhadap penyelesaian masalah, fokusnya pada hal-hal yang terjadi
Perceived Self Efficacy berhenti merokok. Hasil penelitian adalah ada pengaruh CBT
pada sumber, indicator self efficacy berhenti merokok pada siswa SLTP. Penelitian
pengukuran. Penelitian ini dilakukan oleh Lasmono, dkk (2001), penelitian ini
perilaku merokok. Penelitian yang dilakukan oleh Aliza, dkk (2003) berjudul Empati
i
hubungan negatif antara empati dengan perilaku merokok di tempat umum,
khususnya pada remaja madya dan remaja akhir yang merokok di tempat umum.
Tujuan Penelitian
perilaku merokok.
Manfaat Penelitian
merokok diharapkan dapat membantu perokok ringan di kalangan siswa SMU untuk
manfaat pelatihan kognitif perilaku dan penyuluhan tentang perilaku merokok bagi
perokok.
i
Perilaku Merokok
jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme, secara khusus bagian dari
satu kesatuan pola reaksi, satu perbuatan/aktivitas, satu gerak atau kompleks gerak-
gerak. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rngsangan atau
tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus (daun ripah, kertas dan
Perilaku merokok adalah respon individu yang berupa keinginan, sikap dan
Pelatihan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) berarti proses, cara,
kepada pengetahuan faktual yang empiris. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi
2002).
Pada penelitian ini materi yang terdapat dalam pelatihan kognitif perilaku
i
Penyuluhan Tentang Perilaku Merokok
merokok. Penyuluhan tentang perilaku merokok diberikan pada siswa dengan muatan
merokok. Penyuluhan ini bertujuan agar siswa mampu memetakan masalah perilaku
merokok secara terperinci, memberikan informasi yang benar terkait dengan rokok
dari sisi kesehatan, menyanggah keyakinan umum yang salah tentang perilaku
Hipotesis
i
Metode Penelitian
Identifikasi Variabel
Subjek Penelitian
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subjek berjumlah 10 orang terdiri dari
lima siswa di kelompok eksperimen dan lima siswa di kelompok kontol. Kriteria
1. Perokok ringan
i
Metode Pengumpulan Data
3. Wawancara
Rancangan Eksperimen
(2004) menjelaskan bahwa dalam treatment by subject design beberapa jenis atau
variasi treatment diberikan kepada sekelompok subjek yang sama, jadi satu grup yang
sama pada suatu ketika dijadikan grup eksperimen, pada saat lain dijadikan grup
kontrol.
Hasil penelitian
Subjek penelitian berjumlah 10 orang yang memiliki klasifikasi siswa SMU UII
Yogyakarta yang mencakup kelas XA, XB, XI IA dan XI IS. Keseluruhan subyek
berjenis kelamin laki-laki, perokok ringan yang mengkonsumsi rata-rata rokok 1-10
ditentukan oleh modifikasi skala tahap perubahan perilaku dari Karyani (2000)
minimal pada tahap ke dua. Pemilihan subjek berdasarkan rekomendasi guru yang
i
lebih mengetahui perilaku merokok yang ada dilingkungan sekolah serta siswa yang
secara personal.
Gambaran data hasil penelitian secara umum dapat dilihat pada tabel deskripsi
Tabel 2
Deskripsi Data Gain score Kelompok Kontrol-Kelompok Eksperimen
Variabel Skor yang diperoleh Skor yang dimungkinkan
(Empirik) (Hipotetik)
lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Berikut
i
Tabel 3
Kriteria kategorisasi Skala Perilaku Merokok Pre test Kelompok Penyuluhan dan
Kelompok Pelatihan
Kategori Skor Jml (%) Jml KE (%)
KK
Sangat rendah X < 51.2 1 20% 2 40%
rendah 51.2 = X = 70.4 1 20% - -
Sedang 70.4 < X = 89.6 2 40% 3 60%
tinggi 89.6 < X = 108.8 1 20% - -
Sangat tinggi 108.8 < X - - - -
Tabel 4
Kriteria Kategorisasi Skala Perilaku Merokok Post test Kelompok Penyuluhan dan
Kelompok Pelatihan
Kategori Skor Jml KK (%) Jml KE (%)
Sangat rendah X < 51.2 1 20% 1 20%
rendah 51.2 = X = 70.4 1 20% 1 20%
Sedang 70.4 < X = 89.6 2 40% 3 60%
tinggi 89.6 < X = 108.8 1 20% - -
Sangat tinggi 108.8 < X - - - -
Dari kedua kategorisasi ini diperoleh hasil subyek penelitian mempunyai
Peneliti juga menggunakan metode kuesioner setelah terapi dan wawancara sebagai
penelitian, untuk mngetahui feed back keseluruhan terkait pada terapi kognitif
penelitian ini. Namun subyek merasa perlu dilakuakan terapi kognitif perilaku
dimasa mendatang dengan cara yang lebih baik. Subyek memberikan skor 8-9
i
Secara keseluruhan dari lima subjek pada kelompok eksperimen menyatakan
tidak ada perbedaan yang berarti sebelum dan sesudah terapi. Dari segi materi
merokok dari beberapa aspek, dapat menenagkan pikiran. Kekurangan dari terapi
ini diungkapkan subyek yaitu dari segi materi yang membuat bosan, kurang
adanya kontrol, tempat yang kurang memadai, konsumsi, dam pemberian reward
pada siswa. Saran bagi terapi kognitif perilaku antara lain : materi lebih singkat,
lebih sering dilakukan agar dapat berhenti merokok, lebih luas ke masyarakat.
Secara garis besar perilaku merokok dipengaruhi oleh 2 faktor yakni internal dan
rasa ingin tahu, rasa malu pada lingkungan jika subyek tidak merokok, kemudian
subyek memilih merokok sebagai bagian dari aktivitasnya. Para subyek memulai
Kesan yang diperoleh subyek tentang perokok seolah berbanding terbalik dengan
informasi yang mereka ketahui tentang peilaku merokok ini. Sebagian besar
subyek beranggapan bahwa merokok membuat diri terlihat lebih gentle, percaya
diri, dewasa, gaul sehingga dengan kesan seperti diatas subyek akan lebih
diterima secara sosial. Dari kesan yang mereka ungkapakan, terdapat kontradiksi
i
karena alas an pergaulan, maupun kesulitan merubah perilaku baik terutama
berhenti merokok.
subyek untuk merokok. Pada dasarnya subyek penelitian termasuk dalam kategori
perokok ringan, menurut jumlah rokok yang dihisap berkisar 1-10 batang. Subyek
penelitian sudah mengetahui hal-hal yang harus dimiliki jika ingin mengendalikan
Uji Hipotesis
Dari hasil analisis diperoleh skor Z = -1.366 dan skor p sebesar 0.222 (1-tailed).
Sehingga skor p > 0.05. Hal ini menunjukkan tidak adanya pengaruh perlakuan
terhadap perilaku merokok. Maka hipotesis yang berbunyi Ada perbedaan perilaku
i
Pembahasan
penyuluhan. Tidak adanya pengaruh seperti diuraikan dalam hipotesis yang berbunyi
pilihan langkah konkret yang diambil untuk mencapai tujuan tersebut, namun subjek
mengungkapkan bahwa hal itu dalam konteks pribadi, ketika subjek sudah
berhadapan dengan lingkungan sosial keinginan itu menjadi minimal dan kembali
kemampuan berpikir, remaja telah memiliki kemampuan yang lebih baik dari anak
dalam berpikir mengenai situasi seacara hipotesis, memikirkan sesuatu yang belum
terjadi tapi akan terjadi. Ia pun telah mampu berpikir tentang konsep-konsep yang
abstrak seperti pertemanan, demokrasi, moral. Remaja pun telah mampu berpikir
secara logis tentang kehidupannya seperti : kehidupan apa yang akan ia tempuh
i
dikemudian hari, tentang hubungannya dengan teman dan keluarga, tentang politik
keadaan sendiri, tidak bersama teman sebayanya. Pada materi perilaku merokok
terhadap kesehatan beberapa subjek baru mengetahui zat-zat berbahaya yang ada
dalam rokok, selama ini informasi kesehatan yang diketahui hanya dari tulisan di
bungkus rokok.
yang diperlukan, seperti materi terdiri dari bebapa sesi; belajar pengalaman berhenti
merokok dari orang lain, penjelasan perilaku merokok terhadap kesehatan, distorsi
kognitif, praktek relaksasi. Namun beberapa kendala menjadi faktor kegagalan terapi
antara lain : waktu yang sangat singkat yaitu 3 x 45 menit (3 jam pelajaran) dan
berlangsung hanya satu kali, idealnya terapi kongitif perilaku dilaksanakan secara
yang keliru tentang merokok lebih bisa dihayati oleh subyek. Dan secara perlahan
perbedaan perilaku merokok subyek bisa terlihat. Subyek juga sulit untuk
ulang agar siap menerima materi, beberapa siswa berperilaku seenaknya dengan
memberikan komentar langsung pada saat berjalannya materi. Pada dasarnya subyek
i
penelitian menyimak dengan serius materi yang disampaikan namun pengaruh teman-
teman yang bukan kelompok eksperimen. Sehingga subyek tidak dapat menerima
dengan karakteristik siswa, latar belakang perilaku untuk mencapai tujuan. Pada
Bermula dari masalah subjek penelitian, subyek penelitian sudah sesuai dengan
kriteria yang mencakup perokok ringan, berusia 15-18 tahun, mempunyai keinginan
Diclemente (Ogden, 1996), namun pengaruh teman sebaya sangat kuat dalam
Penelitian ini tentu masih banyak kekurangan yang bisa terus menjadi bahan
evaluasi dimasa yang akan datang. Terapi ini dilakukan dalam satu waktu selama
3x45 menit = 3 jam pelajaran. Kelemahan dari segi trainer yang minim pengalaman.
Serta perilaku negative sangat kental akan tetapi materi tritmen masih didominasi
ranah kognitif saja sehiongga pengendalian perilaku merokok tidak optimal. Penulis
juga tidak memberikan TFT kepada guru sebagai upaya tindak lanjut guru BK dan
i
Kesimpulan
perilaku merokoknya pasca terapi. Hal ini dikarenakan banyak kendala teknis seperti
waktu yang diberikan hanya satu kali terapi selama 135 menit untuk melaksanakan
seluruh rangkaian terapi. Hasil wawancara menjelaskan bahwa subyek sudah ada
berhenti merokok, namun keinginan itu belum bisa terpenuhi karena pengaruh teman
Saran
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa terapi kognitif perilaku tidak dapat
siswa SMU yang sudah menjadi subyek penelitian diharapkan dapat terus
menerapkan materi yang sudah dipelajari berkaitan dengan perilaku merokok, dan
i
2. Bagi pihak sekolah
berikut :
dilakukan secara berkala dalam periode tertentu supaya terapi bisa memberikan
feed back bagi subyek secara optimal. Waktu perpertemuan/sesi juga sebaiknya
c. Dalam pembuatan modul terutama apabila subyek adalah siswa maka perlu
siswa.
d. Pengujian terapi, pelatihan dengan materi yang berbeda dan diujicobkan pada
i
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y. 1992. Rokok dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Aliza, M., Ramdhani, N., Sari A.T.O. 2003. Empati dan Perilaku Merokok di Tempat
Umum. Jurnal Psikologi No.2, 81-90.
Atamimi R. N., Hadjam, M.N.R., Hasanat, N.U., Prawitasari, J.E., Ramdhani, N.,
Retnowati, S., Subandi, M.A. 2003. Psikoterapi: Pendekatan Konvensional
dan Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Atkinson, R.L. 1999. Pengantar Psikologi, Edisi Kesebelas, Jilid 1. Batam Centre:
Interaksara.
Bonollo, D.S., Emmons, K.M., Mermelstein, R.J., Ockene, J.K., Perkins, K.A.,
Voorhees, C.C. 2000. Relapse and Maintenance Issues for Smoking
Cessation. Health Psychology, Vol. 19, No.1(suppl.), 17-31.
Chaplin, J.P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Djarwanto, Ps. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta.
i
Effendi, M. 2004. Penggunaan Cognitive Behavior Therapy untuk Mengendalikan
Kebiasaan Merokok Dikalangan Siswa melalui Peningkatan Perceived Self
Efficacy Berhenti Merokok. Jurnal, http://www.depdiknas.go.id/jurnal/56/
penggunaan.htm.15 /03 /06
Evans, B., Marks, D.F., Murray, M., Willig, C. 2000. Health Psychology: Theory,
Research & Practice. London: Sage Publication Ltd.
Fradsen J.K., Hafen B.Q., Karren K.J., Smith N.L. 1996. Mind/Body Health: The
Effect of Attitudes, Emotions, and Relationships. Massachusets: A Simon &
Schuster Company.
Hartati. 2000. Efektivitas Terapi Kognitif dan Stimulasi Humor untuk Penurunan
Gangguan Depresi Penderita Pasca Stoke. Tesis (Tidak Diterbitkan).
Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Hidayati, S.D. & Mangoenprasodjo, A.S. 2005. Hidup Sehat Tanpa Rokok.
Yogyakarta: Pradipta Publishing.
Karyani, U. 2000. Perubahan Perilaku Merokok Melalui Buku Bantu Diri. Tesis
(Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah
Mada.
i
Kristyawati, D. 2001. Pemberian Intervensi Relaksasi dan Terapi Kognitif untuk
Mengurangi Tingkat Depresi pada Pasien Cedera Medula Spinalis. Tesis
(Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah
Mada.
Ogden, Jane. 2000. Health Psychology A text book 2nd edition. Buckingham: Open
University Press.
i
Radmacher, A. & Sheridan, L.C. 1992. Health Psychology: Challenging The
Biomedical Model. Canada: John Wiley & Sons, Inc.
---------. 2002. Modul Training for Counselor of Smoking Cessation Program. IBIS
Hotel.
---------. http://www.info-sehat.com.9/01/07.
i
i