PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya bencana adalah sesuatu yang tidak dapat terpisahkan dari
kehidupan. Pandangan ini memberikan arahan bahwa bencana harus dikelola secara
menyeluruh sejak sebelum, pada saat dan setelah kejadian bencana. Oleh karena itu
dibutuhkan sebuah management khusus untuk menanganinya.
1
kesehatan berbagai kegiatan pada tahapan siaga darurat terdapat 2 ( dua)
kemungkinan yaitu bencana benar-benar terjadi atau bencana tidak terjadi.
Rencana Kontingensi
Inti dari kontingensi ini lebih kepada suatu proses mengarah kepada kesiapan
dan kemampuan untuk meramal , dan jika memungkinkan dapat untuk mencegah
bencana itu sendiri, serta mengurangai dampaknya dan menangani secara efektif da
melakukan pemulihan diri dari dampak yang dirasakan .
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat disimpulkan dari makalah ini yaitu :
1. Hubungan Kontingensi dengan Revisi Tata Ruang di Kota Palu
2. Mengapa Pembangunan diarahkan ke Tondo Duyu dan Sigi
C. Tujuan
Adapun tujuan yang di ambil berdasarkan rumusan masalah diatas sebagai
acuan dalam makalah ini
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
lain zona sempadan pantai dan wilayah terjadinya likuifaksi masif, seperti di
Balaroa dan Petobo. Untuk hunian dan gedung di sekitar pantai harus dibangun
dengan jarak 100 meter dari zona sempadan pantai. Hal ini ditetapkan karena
mempertimbangkan bahaya dan risiko tsunami. Selain itu, pembangunan baru di
kawasan pesisir teluk dibatasi pada bangunan tinggi yang mampu menahan
getaran gempa, tetapi juga sekaligus bisa menjadi tempat evakuasi ketika tsunami
melanda. Khusus untuk kawasan rawan likuifaksi, pihaknya memberikan
rekomendasi berupa pembatasan intensitas pemanfaatan ruang.
5
B. Kontingensi Studi Kasus Kota Palu
Resiko Bencana Di Kota Palu
Dengan kondisi wilayah seperti yang ada dikota palu, Provinsi Sulawesu Tengah
dapat disebut sebagai wilayah “swalayan bencana alam”. Selain potensi bencana
yang disebabkan oleh aktivitas alam, provinsi ini juga memiliki potensi bencana
yang disebabkan oleh manusia seperti konflik sosial, dan kegagalan teknologi.
Namun potensi yang disebabkan oleh manusia ini, relatif kecil jumlah kejadiannya.
Dampak negatif Wilayah Sulawesi Tengah secara geologi merupakan wilayah yang
berpotensi untuk terjadinya bencana alam beraspek geologi berupa gempa bumi
tektonik baik yang berpusat di darat yaitu pada jalur patahan sesar palu koro yang
adakalanya diikuti oleh naiknya permukaan air laut atau yang lebih dikenal dengan
tsunami.
Setelah Gempa Bumi 28 September 2018 dengan skala 7,7 SH yang menewaskan
2000-+ Jiwa, perhatian masyarakat terhadap bencana gempa dan tsunami menjadi
perhatian utama di provinsi ini, Rentetan gempa yang terjadi berikutnya telah
menimbulkan trauma di masyarakat Kota Palu. Terlebih lagi dengan perkiraan para
ahli seismology akan terjadinya gempa raksasa berikutnya (giant earthquake) di
sekitar Palu-Sigi-Donggala, membuat pemerintahan provinsi Sulawesi Tengah
harus melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan yg komprehensif.
Agar dampak bencana dapat dikurangi, perlu dipetakan risiko bencana yang ada.
Risiko bencana dapat dihitung secara sederhana dengan mempertimbangkan
potensi terjadinya bencana dan potensi kerugian dan kerusakan yang
ditimbulkannya. Dari dua variabel tersebut dapat disusun 3 tingkatan risiko bencana
6
berkaitan dengan tahapan penanganannya yaitu Tingkat Risiko I (mendesak),
Tingkat Risiko 2 (segera), dan Tingkat Risiko 3 (bertahap).
Pada dasar nya proses perencanan kontijensi hanya sesuai untuk peristiwa atau
kejadian dengan tingkat besar dan parahya dampak yang diptimbulkan sedangkan
untuk kejadian kejadian yang tidak terlalu parah cukup menggunakan kebijakan
yang ada. Bahkan jika tidak parah samasekali tidak perlu disusun rencanan
kontijensi.
7
Rencana kotijensi dibuat segera setelah ada tanda-tanda awal akan terjadi bencana,
beberapa jenis bencana sering terjadi secara tiba-tiba, tanpa ada tanda-tanda terlebih
dahulu (gempa bumi), keadaan ini sulit dibuat rencana kontijensi, namun demikian
tetap dapat dibuat dengan menggunakan data kejadian dimasa lalu . sedangkan
jenis-jenis bencana tertentu dapat diketahui tanda-tanda akan terjadi , terhadap hal
ini dapat dilakukan pembuatan rencana kontijensi, umumnya penyusunan rencana
kontijensi dilakukan pada saat segera akan tejadi bencana. Pada situasi ini, rencana
kontijensi langsung disusun tanpa melalui penilaian atau analisis. Ancaman atau
bahaya.akan tetapi kenyataan dilapangan hal tersebut sulit dilakukan karena
keadaan sudah cheos atau panik akan lebih baik apabila rencana kontijensi dibuat
pada saat sudah diketahuinya adanya potensi bencana.
Pada dasarnya rencana kontijensi harus dibuat secara bersama-sama oleh semua
pihak ( stakeholder) dan multi sektor yang terlibat dan berperan dalanm penanganan
bencanan , termasuk dari pemerintah (sektor-sektor) yang terkait, perusahaan
negara, swasta, organisasi non pemerintah lembaga internasional dan masyarakat,
serta pihak-pihak yang lain yang terkait.
Rencana kontijensi disusun melalui ” proses ” . proses ini sangat penting , karena
disusun oleh parisipan, atau peserta sendiri, sedangkan fasilitator hanya
mengarahkan jalannya proses penyusunan kontijensi.
8
Rencana kontijensi bukan merupakan tugas rutin tetapi suatu kegiatan yang
eksepsional
Tidak ada perbedaan yang prinsip antara rencana kontijensi dengan rencana operasi
, kecuali waktu penyusunannya , rencana kontijensi disusun menjelang dan sebelum
terjadinya bencana, sehingga rencana tersebut disusun berdasarkan asumsi dan
skenario , sedangkan rencana operasi disusun pada saat bencana benar-benar
terjadi, sehingga rencana ini disusun sesuai dengan keadaan sebenarnya .
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah secara prisnip penysusunan rencana
kontijensi selaian disusun bersama seluruh pemangku kepentingan , juga setelah
disusun skenario dan dilakuan ananlisis kebutuhan , setelah dihitung secara rinci
9
kebutuhan , ditentukan siapa saja pelakunya, dan tidak lupa dilakukan penilaiaan
(ketersediaan) sumberdaya yang dimiliki oleh pelaku kepentingan dari kebutuhan
dan ketersediaan sumberdaya tersebut diketahuai kesenjangan yang akan dipenuhi
dari berbagai sumber.
Pada tahap pelaksanaan adalah penysusunan rencanan kontijensi yang dimulai dari
penilaian resiko, didahulukan dengan penilaian bahaya dan penilaian tingkat
bahaya untuk menentukan 1 jenis ancaman atau bencana yang diperkirakan akan
terjadi (yang menjadi prioritas)
10
Setelah langkah tersebut , hasil penilaiaan bahaya di plot ke dalam matrik skala ,
tingkat bahaya untuk mengidentifikasi bahaya yang beresiko tinggi .
Berdasarkan peta wilayah dapat diidentifiksi masyarakat dan daerah /lokasi yang
terterancam bencana (daerah rawan bahya /bencana) sehingga dapat diperkirakan
luas/besarnya dampak bencana yang mungkin terjadi .
Terdapat lima aspek yang terkena dampak bencana , yaitu aspek kehidupan
/penduduk , sarana/prasarana/fasilitas/aseet, ekonomi , pemerintahan dan
lingkungan .
11
Dampak pada aspek pemerintahan dapat berupa kehancuran dokumentasi peralatan
kantor, bangunan pemerintah dan lain-lain.
Dampak pada aspek lingkungan dapat berupa rusaknya kelestarian hutan, danau,
objek wisata, pencmaran, kerusakan lahan perkebunan dan pertanian danlainnya.
Untuk mengukur dampak pada aspek kehidupan /pensusuk perlu ditetapkan terlebih
dahulu pra kiraan jumlah penduduk yang terancam, baru ditetapkan dampak
kematain, luka-luka, pengunsian, hilang dan dampak lainnya sehingga diketahui
jumlah/persentase dampak yang ditimbulkan . sedangkan untuk dampak pada aspek
sarana dan prasarana, pemerintahan, ekonomi dan lingkungan diklasifikasiakan
kedalam tingkat ringan, sedang dan berat .
12
Para pelaksanaan penyusunan rencana kontijensi tergabung dalam sektor-sektor (
misalnya : managment dan koordinasi, efakuasi , pangan dan non pangan ,
kesehatan , transportasi, sarana atau prsarana) .
Situasi sektor merupakan gambaran kondisi pada saat kejadian yang dimaksudkan
untuk mengantisipasi tingkat kesulitan dalam penanganan darurat dan upaya-upaya
yang harus dilakukan sasaran sektor dimaksudkan sebagai sasaran-saran yang akan
dicapai dalam penanganan bencana atau kedaruratan sehingga masyarakat atau
korban bencana dapat ditangani secara maksimal.
13
Kerjasama dengan berbagai pihak, baik unsur pemerintah maupun non pemerintah
, bia berbentuk momarendum of understending ( MOU) , stanby kontak , meminjam
, atau kerjasama dalam bentuk lain.
Bantuan masyarakat internasional yang sah dan tidak mengikat ( bersifat
melengkapi)
Oleh karena proyeksi kebutuhan bukan merupakan penyususnan anggaran proyek,
maka wajib memprioritaskan sumberaya atau potensi lokal dalam hal kondisi
terpaksa atau tidak memungkinkan , maka pengadaan barang-barang kebutuhan
dapat dilakukan. Setelah tanggap darurat selesai, semua barang-barang kebutuhan
dapat dilakukan. Setelah tanggap darurat seelesai, semua barang-barang atau
peralatan yang sifatnya ” Tidak habis dipakai” yang menjadi kewenangan atau
tanggung jawab, atau dalam penguasaaan atau pengelolaan instansi pememrintah
menjadi barang inventaris negara, atau pemerintah. Sedangkan barang-barang habis
dipakai dalam hal-hal terdapat kelebihan dapat disalurkan sesuai dengan praturan
perundang-undangan.
Dari hasil perencanaan sektoral tersebut datas semua kegiatan atau pekerjaan yang
dilakukan oleh sektor-sektor diharmonisasi atau diintegrasikan kedalam rencana
kontijensi . hal ini dapat dilakukan melalui rapat koordinasi , yang dipimpin oleh
gubernur, bupati /walikota. Atau pejabat yang ditunjuk . tujuannya adalah untuk
mengetahui siapa melakukan apa agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan,
hasilnya adalah berupa rencana kontijensi berdasarkan kesepakan atau konsensus
dari rapat koordinasi lintas pelaku , lintas fungsi dan lintas sektor.
14
legislatif untuk mendapatkan komitmen atau dukungan politik dan mengalokasikan
anggaran.
Setelah proses penyusunan rencanan kontijensi dan dihimpun dalam suatu dokumen
resmi , tahap selanjutnya adalah perlu ditndaklanjuti dengan berbagai kegiatan atau
langkah-langkah yang diperlukan untuk menghadapi kejadian bencana.
Pelaksanaan tidak lanjut tersebut, menuntut peran aktif masing-masing sekot yang
juga memerlukan koordinasi dan kerjasama yang baik. Dan untuk menguji
ketepatan kontijensi yang diubuat maka perlu dilakukan uji coba dalam bentuk
simulasi atau gladi. Dalam gladi ini diusahakan supaya besaran dan skalanya
mendekati peristiwa atau kejadian yang diskenariokan. Apa bila tidak
memungkinkan maka dapat diambil sebagian dari luas yang sesungguhnya.
Langkah pertama yang harus dilakukan apabila terjadi bencana antara lain rapat
koordinasi segera setelah terjadi bencana , dengan mengaktivasi pusat pengendali
operasi ( PUSDALOPS)menjadi posko , Penetapan dan pengiriman tim reaksi
cepat (TRC) kelapangan untuk melakukan pertolongan, penyelamatan dan evakuasi
serta kaji cepat ( Quick assesment) untuk pendataan korban kerusakan atau
kerugian, kebutuhan dan kemampuan sumberdaya serta prediksi perkembangan
kondisi kedepan. Hasil kerja TRC menjadi acuan untuk melakukan tanggap darurat
dan pemulihan darurat prasaran dan sarana fital .dan Pelaksanaan operasi tanggap
15
darurat, dimana Sektor-sektor yang sudah diberntuk segera melaksanakan tugas
tanggap darurat sampai dengan kondisi darurat pulih atau kembali kekondisi
normal.
Langkah Kedua dilakukan adalah Evakuasi berkala atau rutin terhadap pelaksanaan
operasi tanggap darurat, dengan mendiskripsikan Pemecahan masalah-masalah
yang dihadapi dan keputusan terhadap perpanjangan dan pernyataan resmi
berakhirnya.tanggap darurat.
Apabila setelah melalui kaji ulang dan perpanjangan masa berlaku ternyata tidak
terjadi bencana, rencana kontijensi dapat di deaktivasi ( dinyatakan tidak berlaku) .
dengan pertimbangan bahwa potensi bencana tidak lagi menjadi ancaman.
Rencana kontijensi yang telah dideaktvasi dapat diaktifkan kemabali setiap saat (
aktivasi ) jika diperlukan . atau dapat juga rencana kontijensi diturunkan statusnya
menjadi rencana penaggulangan bencana dengan catatan bahwa rencana kontijensi
yang bersifat single hazard ( satu jenis ancaman) menjadi rencana kesiapan yang
bersifat multi hazards ( lebih dari satu jenis ancaman) .
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
https://vanrenov.wordpress.com/2010/01/12/perencanaan-kontijensi-disaster-
contijensi-planning/
https://properti.kompas.com/read/2018/10/03/175000521/setelah-bencana-tata-
ruang-kota-palu-akan-diubah
https://kompas.id/baca/humaniora/ilmu-pengetahuan-teknologi/2018/10/13/tata-
ruang-kota-palu-harus-diubah/
https://www.pressreader.com/indonesia/kompas/20181023/281977493602697
18