Anda di halaman 1dari 6

TEKNOLOGI INFORMASI

“RESUME”

“RENCANA RUANG EVAKUASI PASCA BENCANA DI


KOTA PALU”

Di Susun Oleh:

Yusril Habibu Kamla ( F 231 18 020 )

PROGRAM STUDI S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN


KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO PALU


1. Rencana Ruang Evakuasi Pasca Bencana Di
Kota Palu
a) Bappenas Siapkan Perencanaan Wilayah Pasca Gempa Palu
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas
Bambang Brodjonegoro mengatakan pihaknya tengah menyiapkan
perencanaan wilayah pasca gempa Palu, Sulawesi Tengah, 28
September 2018.
Ya kita sedang siapkan perencanaan wilayah di Palu ya setelah
tahap tanggap darurat nanti," ujar dia di JCC, Senayan, Rabu, 3
Oktober 2018.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Syarif Burhanuddin
mengatakan pemerintah bakal segera membangun hunian baru bagi
ratusan korban gempa Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. "Perlu
rehabilitasi dan pembangunan kembali salah satunya membangun
rumah-rumah," kata dia dalam Seminar Asosiasi Kontraktor Indonesia
(AKI) di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa, 2 Oktober 2018. 
Kementerian PUPR memfokuskan penanganan pasca-bencana
gempa bumi dan tsunami wilayah Palu dan sekitarnya dengan empat
langkah utama. Keempat langkah tersebut, kata Menteri PUPR Basuki
Hadimuljono, yaitu evakuasi korban bencana, penyediaan prasarana
dan sarana air bersih dan sanitasi, pembersihan kota dari puing-puing
bangunan runtuh, serta penyelesaian masalah konektivitas.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB mencatat
korban meninggal akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah
hingga Selasa pukul 13.00 WIB mencapai 1.234 orang. Kepala Pusat
Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo
Nugroho mengatakan angka tersebut kemungkinan terus bertambah
karena tim Basarnas masih melakukan pencarian para korban.
b) Menurut Jonan perlu ada tim kajian RTRW supaya bisa
mengurangi dampak korban dan kerusakan akibat bencana.
Menteri ESDM, Ignatius Jonan mempertanyakan perhitungan
aspek geologi dalam rencana tata ruang dan rencana wilayah (RTRW)
di Palu dan sekitarnya usai mengalami bencana gempa, tsunami, dan
likuefaksi.
Jonan di Kementerian ESDM Jakarta pada Jumat (12/11/2018).
mengatakan perlu kajian ulang lebih ilmiah untuk memetakan wilayah
rawan bencana, wilayah yang layak huni, serta spesifikasi kegunaan
wilayah layak huni tersebut.
"Saya melihat dengan adanya otonomi daerah dan RTRW, yang
lebih diserahkan ke pemerintah kota atau kabupaten perlu adanya
kajian kembali lebih keilmuwan, mana sebenarnya yang bisa
digunakan untuk hunian manusia atau dalam berbagai kegiatan atau
yang tidak mudah digunakan untuk hunian manusia dengan berbagai
kegiatan," ujarnya.
Kajian rekonstruksi tahan gempa perlu melibatkan semua teknisi
terkait, seperti sipil, arsitektur, dengan memperhitungkan juga biaya
yang dibutuhkan. Misalnya, kebutuhan biaya untuk pembangunan
gedung-gedung tahan gempa dengankekuatan6SR,7SR,dansebagainya.
"Membangun gedung bertingkat untuk tahan gempa misalnya 7 SR
itu beda ongkosnya untuk bangun gedung tahan gempa 6 SR, atau
kalau bangunnya tahan gempa 9 SR, itu ongkosnya 2-3 kali dari pada 6
SRaja,"ujarnya.
Menurutnya, perlu ada tim kajian RTRW supaya bisa mengurangi
dampak depannya korban dan kerusakan bangunan akibat gempa,
tsunami atau likuefaksi ke.
Tim tersebut tentu akan melibatkan kementerian/lembaga terkait,
seperti Kementerian ESDM dalam hal ini Badan Geologi, Kementerin
Agraria dan Tata Ruang (ATR), Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional (PPN)/Bappenas, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika(BMKG) ,dan sebagainya.
Tidak hanya untuk mengkaji rekonstruksi di Palu dan sekitarnya,
tim ini juga untuk menginformasikan, mengedukasi tentang wilayah-
wilayah berpotensi bencana gempa, tsunami dan likuefaksi di berbagai
daerah Indonesia, serta cara penanganannya.
"Saya kira harus ada badan otoritas untuk menginformasikan.
Kemudian perlu ada satu yang menginformasikan untuk bisa
menjelaskan (potensi bencana terhadap tata ruang), kemudian kalau
enggak cocok sama tata ruangnya gimana (solusinya)? Setelah ini
digabung saya berharap Kementerian ATR untuk menjadi front
runner,"ujarnya.

Kerusakan di Dupa Tondo, Kelurahan Layana, Kecamatan Mantikulore,


Kota Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (2/10/2018). Kawasan pergudangan dan
mebel yang terletak di pesisir pantai, luluh lantak diterjang tsunami
Direktur Jenderal Tata Ruang Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Abdul Kamarzuki
mengatakan, wilayah Kota Palu, Sulawesi Tengah, masuk zona merah
bencana. Untuk itu, perlu penataan ulang di sana. Terkait dengan
rencana tata ruang setelah bencana, Abdul mengakui, pihaknya diberi
waktu selama dua hingga tiga bulan untuk menyelesaikan rencana tata
ruang wilayah ( RTRW) di Palu dan sekitarnya.
Abdul menambahkan, pihaknya sudah mengeluarkan beberapa
rekomendasi untuk RTRW baru. Salah satunya adalah menghindari
membangun kembali fungsi hunian dan pusat kegiatan di beberapa
lokasi rawan. Lokasi rawan tersebut antara lain zona sempadan pantai
dan wilayah terjadinya likuifaksi masif, seperti di Balaroa dan Petobo.
Untuk hunian dan gedung di sekitar pantai harus dibangun dengan
jarak 100 meter dari zona sempadan pantai. Hal ini ditetapkan karena
mempertimbangkan bahaya dan risikotsunami.
Selain itu, pembangunan baru di kawasan pesisir teluk dibatasi
pada bangunan tinggi yang mampu menahan getaran gempa, tetapi
juga sekaligus bisa menjadi tempat evakuasi ketika tsunami melanda.
Khusus untuk kawasan rawan likuifaksi, pihaknya memberikan
rekomendasi berupa pembatasan intensitas pemanfaatan ruang.

Kerusakan akibat
gempa bumi dan tsunami di Dupa Tondo, Kelurahan Layana, Kecamatan
Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (2/10/2018). Di area
kompleks mebel dan pergudangan ini luluh lantak akibat gempa dan

diterjang tsunami.
Menurut saya RTRW kota palu harus di revisi kembali setelah
terjadinya bencana berupa gempa bumi, tsunami, dan liquivaksi.
Seperti yang kita ketahui bahwa ada sebagian wilayah yang rawan
terjadinya liquivaksi seperti di petobo dimana pemerintah harus cepat
menindak lanjuti hal tersebut sehingga tidak terjadi bencana serupa,
terkait dengan jalur evakuasi masyarakat ketika lain waktu terjadi
bencana serupa saya pikir dengan pemanfaatan internet sebagai media
masyarakat untuk mencari jalur evakuasi sangatlah penting namun
seperti yang kita kita ketahui sekarang ini masyarakat belum
mengetahui manfaat atau kegunaan internet secara luas untuk itu saya
sarankan kepada pemerintah untuk memberi tanda di jalan maupun di
spanduk yang menunjukan jalur evakuasi untuk masyarakat, menurut
saya tempat evakuasi yang paling pas yaitu tempat yang sangat luas
yang tidak ada di bangun apapun sehingga dapat mencukupi masa
yang di evakuasi kemudian tempat tersebut telah di teliti bahwa tidak
memungkinkan terjadinya liquivaksi di tempat tersebut, upaya
pemerintah harus sangat relevan dengan kebutuhuhan masyarakat
sehingga terjadinya kehidupan masyarakat yang nyaman, aman, dan
damai.

Anda mungkin juga menyukai