Anda di halaman 1dari 9

KONTROVERSI PEMBANGUNAN TANGGUL TELUK PALU

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Nur Vitra Yuniarti D101 21 256 Anggi Risma Patattan D101 21 202

Moh.Asril D101 21 250 Fitra Magfira D101 21 228

Rahmasita Maharani D101 21 231 Nur Azizah D101 21 197

Rachel Amira Ibrahim D101 21 225 Sri Rahmayani D101 21 241

Nabilah Joelyani Putri Solaiman D101 21 237 Nasrul D101 21 244

Hukum Penataan Ruang

Kelas B/BT.14

Dosen Pengampuh: Widyatmi Anandi, SH., MH

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TADULAKO PALU

TAHUN AJARAN 2023/2024


Isu Penataan Ruang

Tanggul teluk Palu merupakan proyek yang dilakukan oleh Kementrian PUPR (Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat RI) yang didesain untuk menahan muka air laut tertinggi hingga
tidak membanjiri kawasan tangguh bencana Silebeta serta menanggulangi abrasi. Pemerintah
membangun tanggul laut untuk mencegah pasang laut dan tsunami di teluk palu,kota palu,
Sulawesi Tengah. Tanggul laut dinilai sebagai opsi terbaik melindungi pesisir, termasuk dari
terjangan tsunami. Dalam rencana rekonstruksi pascagempa sulteng, tanggul laut dibangun
sepanjang 7 kilometer dipesisir teluk palu, tepatnya dari kelurahan silae hinggah kelurahan talise.
Tingginya bervariasi, 1,5-3 meter. Tanggul tersebut di bangun dari batu.

Perencanaan pembangunan Tanggul Teluk Palu ini berawal pasca bencana alam melanda
kota Palu pada tahun 2018, sebagai antisipasi mengurangi dampak tsunami di pesisir teluk palu
maka Prov. Sulteng atau kota Palu merevisi Rencana Penataan Ruang Wilayah (RTRW) sebelum
melakukan pembangunan tersebut. Namun pada kenyataannya ditahun 2019 proyek
pembangunan tanggul teluk palu telah beroperasi bahkan sebelum RTRW tersebut selesai
direvisi. Hal ini sampaikan oleh Koordinator Sulteng Bergerak, Adriansa Manu yang ditemui
pada Minggu (20/9/2020) “Bagaimana mungkin pembangunan sudah dilakukan, sementara
RTRW masih dalam proses penggodokan. Ini tentu saja sangat melanggar, karena RTRW itu
panglima dari pembangunan. Jadi tidak boleh ada pembangunan sebelum ada RTRW”.

Banyak pro dan kontrak selama pembangunan tanggul laut ini dibangun protes tersebut
disampaikan baik dari kalangan ahli tsunami maupun masyarakat lokal Palu. Selain boros
anggaran karena menelan biaya hingga ratusan miliar, pembangunan tanggul laut dinilai justru
berbahaya karena dapat menimbulkan rasa aman yang palsu serta dapat melunturkan budaya
bahari. Proyek yang direncanakan sejak akhir 2018 ini sempat terhenti pada April 2019. Saat itu,
proyek dianggap tidak relevan oleh ahli bencana nasional. Pembangunan juga mendapat
penolakan dari elemen masyarakat sipil. Namun, dengan berbagai pertimbangan, proyek itu
akhirnya disepakati terus berjalan pada November 2019. Pemerintah melalui Kementerian PUPR
mengubah nama proyek dari tanggul tsunami menjadi jalan layang.

Ketidak relevan pembuatan tanggul ini disampaikan oleh Ketua Umum Ikatan Ahli
Tsunami Indonesia (IATI) Gegar S Prasetya mengatakan, tsunami tidak bisa ditahan oleh
struktur keras, termasuk tanggul sekalipun. Sebab, tsunami membawa panjang gelombang bukan
tinggi gelombang seperti ombak pantai pada umumnya. Dengan demikian, IATsI tidak
merekomendasikan tanggul tsunami. Selain mahal dan tidak efektif menahan tsunami,
keberadaan tanggul justru bisa menimbulkan efek psikologis yang salah dalam mitigasi bencana.
Potensi korban bisa semakin banyak ketika tsunami terjadi di masa mendatang. Selain itu Gegar
S. Prasetya juga mengatakan, Proyek pembangunan pengaman pantai menelan biaya sekitar
Rp. 200 miliar, tetapi ketahanannya hanya 30-50 tahun. Padahal, menurut Peneliti Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawidjaja, peristiwa tsunami di tempat yang
sama baru berpotensi terulang setelah 75-100 tahun.

Selain itu Peneliti dan akademisi Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Amar Akbar Ali
mengatakan bentuk tanggul tsunami yang direncanakan tidak jauh berbeda dengan tanggul
tsunami yang dibangun oleh Pemerintah Jepang seperti di antaranya di Kota Sinday, Onagawa
dan Matsusima pasca tsunami 2011 yang meluluhlantahkan wilayah tersebut. Menurutnya di
lokasi tsunami Teluk Palu memiliki karakteristik yang jauh berbeda dengan tsunami di Jepang
yang tidak ada patahan di bawahnya, sehingga layak dibangunkan tanggul tsunami di sana.
Sementara di Teluk Palu di bawahnya itu ada patahan. Jika pemerintah memutuskan membangun
tanggul tsunami yang sama di sepanjang kawasan Teluk Palu maka upaya tersebut juga harus
menyertakan pembangunan pohon mangrove yang dipadupadankan dengan tanggul tsunami agar
pembangunan tanggul dengan biaya Rp668 miliar bentuk utang atau pinjaman dari Negara
Jepang tidak akan sia-sia.

Di antara banyaknya kontrak yang timbul atas pembanguan tanggul teluk palu, Bagi
pemda Kota Palu, keberadaan tanggul tsunami sudah tepat untuk mengurangi risiko dan dampak
tsunami berikutnya. Sebab, mereka tidak bisa merelokasi warga yang berjarak sampai 200 meter
dari garis pantai. Selain karena membutuhkan biaya besar, faktor sosial juga dipertimbangkan.
Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Sulawesi Tengah Syaifullah Djafar menjelaskan,
kawasan pesisir Teluk Palu sudah ditetapkan sebagai kawasan tangguh bencana. Karena itu, di
kawasan tersebut akan dibangun beberapa infrastruktur yang sifatnya mitigasi bencana.
Gambar Infrastuktur Mitigasi Bencana Teluk Palu;

Jika dilihat dari Teori Sistem Hukum oleh Lawrence M. Fried dapat diklasifikasi menjadi 3
bagian yaitu:

1. Subtansi, yang berkenaan dengan aturan.


Aturan Pembangunan Tanggul Teluk Palu telah disusun oleh kementrian PUPR Sebagai
bagian dari upaya mitigasi terhadap tsunami, pemerintah memutuskan mengombinasikan
pembangunan struktur keras dan vegetasi di Teluk Palu. Meskipun berfungsi menyerupai
tanggul, proyek infrastruktur itu dinamakan berbeda oleh pemerintah, yakni:
• Pelindung pantai (coastal protection) sepanjang 7,2 km dengan tinggi 3 meter.
• Jalan layang (elevated road) yang dibangun sepanjang 4,1km setinggi 6,5 meter.
Kedua proyek ini memiliki fungsi yang serupa seperti tanggul yakni untuk meredam
gelombang laut atau mereduksi empasan tsunami. Namun yang terlaksana di kota Palu
baru saja sampai pada proyek infrastuktur mitigasi berupa pelindung Pantai.

2. Struktur, yang berkenaan dengan instansi yang berwenang mengeluarkan kebijakan.


• Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah, seperti Pemerintah Kota Palu, Gubernur
Prov. Sulteng, H. Longki Djanggola bersama Pemerintah Kota Palu telah
mengeluarkan Rencana Pengembangan Kawasan Teluk Palu yang disusun oleh
Kementerian PUPR berupa revisian RTRW Kota Palu Pasca Bencana Alam tahun
2019 sebagai upaya mitigasi yang dilakukan di pesisir Teluk Palu. memiliki peran
penting dalam merencanakan dan mengawasi pembangunan infrastruktur seperti
Tanggul. Mereka bertanggung jawab untuk membuat kebijakan, regulasi, dan
perencanaan tata ruang yang sesuai.
• Badan Lingkungan Hidup: Lembaga lingkungan hidup setempat memiliki
tanggung jawab untuk memastikan bahwa proyek pembangunan, termasuk
Tanggul, mematuhi regulasi lingkungan, meminimalkan dampak lingkungan, dan
menjaga keberlanjutan.
• Badan Tata Ruang: Lembaga ini memiliki peran dalam mengawasi dan mengatur
perencanaan tata ruang, termasuk pembangunan infrastruktur seperti Tanggul,
untuk memastikan konsistensi dengan rencana tata ruang yang ada.
• Kementerian atau Lembaga Terkait: Di tingkat nasional, lembaga-lembaga seperti
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dapat terlibat dalam pembangunan Tanggul
jika proyek tersebut bersifat nasional atau memiliki dampak yang luas.
• Kontraktor dan Konsultan: Struktur proyek pembangunan Tanggul di Kota Palu
juga melibatkan kontraktor yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan fisik
proyek dan konsultan yang memberikan saran teknis dalam perencanaan dan
desain seperti PT. Adhi Karya dengan nilai kontrak Rp 248 miliar.
3. Kultur, yang berkenaan dengan budaya.
Dalam hal pembangunan tanggul teluk Palu yang paling disoroti budaya bahari yang
mungkin akan berpotensi luntur, karena warga masyarakat yang tinggal di daerah dekat
pesisir teluk palu terkhusus kelurahan Lere rata-rata adalah pelayan. Dengan adanya
pembangunan tanggul teluk palu banyak para nelayan yang merasa kesusahan dalam
mengakses dan memarkirkan perahu mereka di karena pembangunan proyek yang cukup
tinggi dengan menggunakan batu besar tersebut tidak menyediakan tambatan perahu bagi
para nelayan sehingga banyak perahu nelayan yang rusak. Masyarakat lokal sangat
bergantung pada keberlanjutan budaya bahari mereka, dan pembangunan proyek ini tanpa
mempertimbangkan kebutuhan mereka dapat merusak budaya tersebut. Penting untuk
memasukkan aspek budaya dalam perencanaan penataan ruang, memastikan bahwa
proyek-proyek tersebut tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga
memperhitungkan dampak sosial dan budaya pada masyarakat setempat.

Selanjutnya, berdasarkan klasifikasi dalam Teori Sistem Hukum oleh Lawrence M.


Friedman, terdapat beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam kontroversi
pembangunan Tanggul Teluk Palu:
1. Keterlibatan Masyarakat: Salah satu permasalahan utama adalah kurangnya
keterlibatan masyarakat setempat dalam pengambilan keputusan terkait proyek ini.
Pembangunan tanpa mempertimbangkan pandangan dan kebutuhan masyarakat lokal
dapat menimbulkan konflik dan resistensi. Penting untuk mendengarkan suara
masyarakat dan menjalankan partisipasi yang lebih luas dalam proses perencanaan.
2. Aspek Lingkungan: Proyek Tanggul Teluk Palu memiliki dampak lingkungan yang
signifikan, termasuk perubahan terhadap ekosistem pesisir dan potensi lunturnya
budaya bahari. Perlu adanya analisis dampak lingkungan yang komprehensif untuk
memitigasi kerusakan dan mencari cara untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.
3. Legalitas dan Izin: Pembangunan yang dimulai sebelum selesainya revisi RTRW
Kota Palu telah menimbulkan pertanyaan tentang legalitas proyek tersebut. Hal ini
menyoroti perlunya penerapan aturan dan perizinan yang ketat dalam penataan ruang,
serta tindakan hukum yang sesuai jika terjadi pelanggaran.
4. Kajian Teknis: Kajian yang lebih mendalam perlu dilakukan terkait struktur fisik
dari Tanggul Teluk Palu, terutama mengingat adanya patahan di bawah Teluk Palu.
Analisis teknis yang komprehensif harus dilakukan untuk memastikan efektivitas dan
keamanan proyek ini dalam mengatasi potensi tsunami dan gelombang laut.
5. Koordinasi Antara Pemerintah Daerah dan Pusat: Koordinasi antara pemerintah
pusat (Kementerian PUPR) dan pemerintah daerah (Kota Palu dan Provinsi Sulteng)
adalah kunci dalam menjalankan proyek ini secara efisien. Keputusan yang saling
mendukung dan komunikasi yang baik diperlukan untuk menghindari konflik dan
masalah legalitas.

Dalam merespons kontroversi ini, pihak berwenang perlu memastikan bahwa seluruh aspek
ini dipertimbangkan secara cermat. Ini mencakup mendengarkan masukan dari masyarakat,
melakukan evaluasi lingkungan yang komprehensif, memperbaiki koordinasi, dan mengikuti
prosedur hukum yang berlaku. Dengan pendekatan yang holistik, proyek Tanggul Teluk Palu
dapat dipelihara dengan baik sambil meminimalkan dampak negatif dan konflik yang mungkin
muncul.

Berdasarkan klasifikasi tersebut maka ditemukan permasalahan dalam Fungsi Penataan


Ruang, yaitu:

1. Perencanaan Penataan Ruang


Dalam merencanakan penataan ruang pemerintah daerah Kota Palu dalam hal ini hanya
berfokus pada upaya mitigasi bencana tanpa menghiraukan budaya bahari masyarakat
kelurahan lere, seharusnya dalam menyusun perencanaan alangkah baiknya pemerintah
kota Palu juga memikirkan masyarakat yang tinggal disekitarnya yang berprofesi sebagai
nelayan dengan menyediakan satu titik lokasi tempat perahu-perahu para nelayan
bersandar.
2. Pemanfaatan Penataan Ruang
Dalam hal pemanfaatan penataan ruang haruslah berlandaskan dengan perencanaan,
namun dalam berita yang kelompok kami baca yang berjudul “Aktivis Desak
Pembangunan Tanggul Teluk Palu Dihentikan” bahwa pembuatan tanggul ini telah
melanggar rencana tata ruang dimana pada saat itu RTRW Kota Palu belum selesai
direvisi tetapi proyek ini sudah dibangun. Sehingga hal tersebut merupakan
pembangunan ilegal dibangun oleh pihak dinas Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR).

3. Pengendalian Penataan Ruang


Sudah seharusnya sesuai dengan program yang sudah di rencanakan, tetapi melihat dari
proses pembangunan tanggul tersebut masih di anggap belum sesuai, di karenakan
melihat dari lokasi Tsunami Teluk Palu dibawah nya ada patahan, Kemudian program
tersebut telah di rencanakan dengan menyertakan penanaman pohon mangrove yang
dipadupadankan dengan tanggul tsunami namun penanam pohon mangrove tidak
dilakukan bahkan terkesan mengeyampingkan dan mengutamakan penimbunan pesisir
teluk Palu dengan batu-batu besar, maka dengan itu pengendalian penataan ruang masih
belum sesuai dengan rencana tata ruang yang telah dibuat. Selain itu pembangunan
tanggul tersebut masih dinilai ilegal karena di anggap belum adanya surat izin yang
dikeluarkan dalam pembangunan tanggul penahan gelombang air laut tersebut, serta di
anggap tidak mendengar suara masyarakat setempat. Walaupun rencana tersebut telah di
laksanakan oleh Pemerintah untuk mencegah pasang laut dan tsunami di Teluk Palu.
Sumber Bahan Pembahasan:

Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai di Kota Palu Dianggap Langgar Tata Ruang,
https://www-kabarselebes-
id.cdn.ampproject.org/v/s/www.kabarselebes.id/berita/2020/09/20/pembangunan-
tanggul-abrasi-pantai-di-kota-palu-dianggap-langgar-tata-
ruang/?amp=&amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#a
mp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16988741887419&referrer=https%3A%2F%2Fwww.g
oogle.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.kabarselebes.id%2Fberita%2F2020%2F
09%2F20%2Fpembangunan-tanggul-abrasi-pantai-di-kota-palu-dianggap-langgar-tata-
ruang%2F
Pembangunan Tanggul Teluk Palu ‘Menggerus’ Pendapatan Nelayan,
https://media.alkhairaat.id/pembangunan-tanggul-teluk-palu-menggerus-pendapatan-
nelayan/
Aktivis Desak Pembangunan Tanggul Laut Palu Dihentikan, https://media.alkhairaat.id/aktivis-
desak-pembangunan-tanggul-laut-palu-dihentikan/
Pembangunan Tanggul Tsunami 7,2 Km Di Teluk Palu Bakal Sia-Sia, https://m-bisnis-
com.cdn.ampproject.org/v/s/m.bisnis.com/amp/read/20190527/45/927674/pembangunan-
tanggul-tsunami-72-km-di-teluk-palu-bakal-sia-
sia?amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16988743855795&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com
Tanggul laut teluk palu tetap dibuat
https://apps.apple.com/app/id535886823?pt=9008&ct=iosChromeShare&mt=8

Anda mungkin juga menyukai