Anda di halaman 1dari 4

Nama : Puji Sukmaningsih

NIM : D1091171012
Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota
Mata Kuliah : Pengelolaan Wilayah Pesisir
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Gusti Zulkifli Mulki, DEA

ANALISIS FISIK PESISIR DI KALIMANTAN BARAT

Wilayah pesisir diartikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan lautan
yaitu batas kearah daratan meliputi wilayah-wilayah yang tergenang air maupun yang
tidak tergenang air yang masih terpengaruh oleh proses laut seperti pasang surut, angin
laut, dan intrusi garam. Sementara batas kearah lautan adalah daerah yang
terpengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sendimentasi dan
mengalirnya air tawar kelaut serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-
kegiatan manusia di daratan.

Wilayah pesisir dan laut merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting
bagi negara Indonesia, dimana pihak pemerintah memiliki hak dan menguasai lahan di
bawah teritorial laut dan sumberdayanya. Pemerintah, baik pusat maupun daerah
memiliki tanggung jawab untuk membuat peraturan, atau keputusan-keputusan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya untuk kepentingan umum. Salah satu bentuk
tanggung jawab pemerintah adalah mengatur ataupun membuat strategi pengelolaan
dan pemanfaatan wilayah pesisir.

Kota Singkawang merupakan salah satu Kota di Kalimantan Barat yang memiliki
sumber daya pesisir dan laut yang cukup potensial untuk dikembangkan di Kalimantan
Barat. Sebagian besar wilayah Kota Singkawang merupakan pesisir dan perairan laut,
dimana empat dari lima kecamatan yang ada di Kota Singkawang merupakan
kecamatan pesisir sehingga potensi pembangunan berada di kawasan pesisir.
Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan kegiatan pembangunan sehingga
membuat kawasan pesisir rawan terhadap kerusakan sumber daya alam dan
lingkungan.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Singkawang


Tahun 2013-2017 sesuai Peraturan Daerah Kota Singkawang Nomor 10 tahun 2013
terdapat ancaman terhadap lingkungan yaitu peningkatan investasi dan percepatan
pembangunan kota akan mendorong eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan
yang berdampak negatif bagi kesinambungan pembangunan kota.

Perubahan Lahan yang mencolok terjadi di Pesisir Kota Singkawang sejak tahun
2004 sampai 2009 yaitu telah terjadi bukaan lahan yang cukup luas guna pemanfaatan
wisata alam, wisata pantai dan wisata buatan (Bappeda, 2011). Perubahan lahan
terhadap pesisir Kota Singkawang terjadi karena adanya eksploitasi dari
pengembangan. Pengembangan oleh pihak swasta ini terjadi karena belum adanya
peraturan yang mengatur tentang peruntukan zona pesisir di Kota Singkawang
sehingga payung hukum terhadap pengelolaan pesisir masih lemah.

Pemanfaatan yang tidak berkelanjutan akan mengganggu fungsi dari wilayah pesisir,
yang apabila mengalami kerusakan permanen, maka tidak hanya manfaat ekonomi
ataupun sosialnya saja yang hilang tetapi juga manfaat ekologinya. Penyimpangan
dalam pemanfaatan ruang dan kerusakan ekosistem di wilayah pesisir terutama
ekosistem mangrove dapat berpengaruh terhadap ekosistem pesisir lainnya yang
berakibat terhadap hasil tangkapan ikan sehingga mempengaruhi perekonomian
masyarakat pesisir.

Dalam rencana strategis Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Singkawang dijelaskan
bahwa arah pembangunan yang tepat pada periode 5 Tahun ke depan adalah pemulihan
kembali perekonomian daerah melalui upaya terobosan dengan merevitalisasi sumber-
sumber pertumbuhan ekonomi yang ada serta menciptakan sumber-sumber
pertumbuhan ekonomi baru. Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang harus
dikembangkan adalah berbasis keunggulan komparatif daerah. Resources based
industries, sektor kelautan dan perikanan dapat menjadi salah satu keunggulan
komparatif yang berpotensi menjadi keunggulan kompetitif untuk menggerakkan
perekonomian daerah, sehingga sudah saatnya sektor ini menjadi prioritas
pembangunan daerah.

Singkawang adalah sebuah kota di Kalimantan barat yang mempunyai kedudukan


yang sangat strategis karena merupakan jalur keluar dari suatu daerah pendukung yang
sangat potensial terhadap perkembangan industri, serta cukup dekat dengan pusat
perdagangan dalam dan luar negri seperti Pulau Jawa, Pulau Natuna, Pulau Bangka,
Keulauan riau, Batam, Singapura dan Malaysia. Potensi daerah pendukung Singkawang
seperti kabupaten Sambas dan kabupaten Bengkayang, yang merupakan sentra
produksi hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, hasil perikanan laut serta industri
lainnya yang mempunya nilai pasar yang cukup baik diluar wilayah Singkawang hingga
ke luar negri. Dalam hal ini pelabuhan laut Kota Singkawang memegang peran yang
penting bagi perkembangan Kota Singkawang di masa yang akan datang. Pelabuhan
Kota Singkawang juga merupakan sarana yang sangat penting jika dikaitkan dengan
rencana Pemerintah daerah setempat yang akan menjadikan Kota Singkawang sebagai
kota jasa/pariwisata.

Pelabuhan Singkawang atau lebih dikenal sebagai Kuala Singkawang termasuk Pos
Pelabuhan yang diusahakan. Dalam Tantanan Kepelabuhanan Nasional (TKN),
Pelabuhan (Kuala) Singkawang merupakan Pelabuhan Nasional. Pada
kenyataannya bahwa Singkawang mempunyai 2 (dua) area yang melayani
angkutan perairan yaitu Kuala Singkawang dan Terminal Sedau /
Singkawang yang berjarak 3 mil dari Kuala Singkawang. Pelabuhan ini
terhubung dengan pusat bisnis Kota Singkawang melalui Jalan Yos Sudarso
dengan lebar perkerasan ± 6 meter aspal. Kapal maksimum yang dapat masuk
pelabuhanhanya kapal berukuran panjang 30 meter dengan draft 2,50 meter, dapat
masuk pelabuhan saat pasang tertinggi.

Kondisi perairan ini cukup riskan terhadap pendangkalan alur, karena


posisinya langsung berhadapan dengan Laut Natuna, yang mempunyai
karakteristik, arus lautnya adalah menyusur sepanjang pantai. Dampaknya
sedimentasi dari sisi pantai terbawa menuju muara atau menuju alur pelayaran ke
pelabuhan. Pada areal labuh ini kondisinya terbuka terhadap laut lepas (Laut Natuna)
maka sulit bagi kapal yang mempunyai DWT besar untuk masuk ke areal ini bila
kondisi surut. Kondisi sebaliknya bagi kapal kecil harus hati-hati apabila masuk ke
pelabuhan Kuala, mengingat adanya breakingzone atau area ombak pecah,
sehingga merupakan hal yang riskan bagi kapal-kaal kecil yang belum
berpenglaman keluar/masuk di daerah ini, Maka pelabuhan Kuala menjadi sulit
bila suatu saat perlu di kembangkan.
Terkait pelabuhan ini, ada isu bahwa akan ada pemindahan lokasi pelabuhan ke
sedau. Di Sedau belum terdapat fasilitas pelabuhan permanen (beton atau
baja), namun telah tersedia pelabuhan semi permanen yang terbuat dari
konstruksi kayu. Bila kota Singkawang melakukan pengembangan pada lokasi
ini, relatif lebih baik. Tinjauan baik disini adalah lokasi tersebut mempunyai
prospek bagi masa mendatang, karena sangat dekat dengan jalan (propinsi)
dan mudah untuk melanjutkan ke moda transportasi umum darat (Angkutan
Kota), sehingga akses, pelayanan untuk dari dan menuju pelabuhan menjadi lebih
mudah.

Pada sisi pantai, Sungai Sedau, di sisi selatan berjarak 1,7 Km, terdapat
“tanjung” wilayah Pasir Panjang, sehingga mengurangi hempasan gelombang dari sisi
selatan, sedangkan dari sisi utara untuk pengembangan selanjutnya diperlukan
adanya penghalang gelombang terutama pada musim barat. Tingkat sedimentasi
Sedau yang relatif lebih rendah dibandingkan Kuala (berdasar data Laporan
Survey Hidrografi Penyelidikan Tanah dan Desain Dalam Rangka Pengerukan
Alur Pelayaran Pelabuhan Kuala dan Muara Sungai Sedau Singkawang,
Departemen Perhubungan Pos dan Telekomunikasi Pemerintahan Kota Singkawang,
2008)

Hasil analisa pemilihan lokasi, bahwa Sungai Sedau ini memiliki faktor keselamatan
pelayaran yang baik, diantaranya :

a. Tingkat sedimentasi yang relatif rendah dibandingkan Kuala (berdasar data


Laporan Survey Hidrografi Penyelidikan Tanah dan Desain Dalam
Rangka Pengerukan AlurPelayaran Pelabuhan Kuala dan Muara Sungai
Sedau Singkawang, Departemen Perhubungan Pos dan Telekomunikasi
PemKot Singkawang, 2008);
b. Tinggi gelombang yang baik, karena terhalang oleh tanjung disisi kiri dan
arus utara yang cenderung menurun sebelum memasuki daerah muara
sungai Sedau;
c. Lebar alur pelayaran yang cukup;
d. Kebutuhan pada kolam putar bisa disediakan; dan
e. Kedalaman alur yang cukup untuk kapal NT 276.

Anda mungkin juga menyukai