NIM : D1091171012
Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota
Mata Kuliah : Pengelolaan Wilayah Pesisir
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Gusti Zulkifli Mulki, DEA
Wilayah pesisir diartikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan lautan
yaitu batas kearah daratan meliputi wilayah-wilayah yang tergenang air maupun yang
tidak tergenang air yang masih terpengaruh oleh proses laut seperti pasang surut, angin
laut, dan intrusi garam. Sementara batas kearah lautan adalah daerah yang
terpengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sendimentasi dan
mengalirnya air tawar kelaut serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-
kegiatan manusia di daratan.
Wilayah pesisir dan laut merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting
bagi negara Indonesia, dimana pihak pemerintah memiliki hak dan menguasai lahan di
bawah teritorial laut dan sumberdayanya. Pemerintah, baik pusat maupun daerah
memiliki tanggung jawab untuk membuat peraturan, atau keputusan-keputusan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya untuk kepentingan umum. Salah satu bentuk
tanggung jawab pemerintah adalah mengatur ataupun membuat strategi pengelolaan
dan pemanfaatan wilayah pesisir.
Kota Singkawang merupakan salah satu Kota di Kalimantan Barat yang memiliki
sumber daya pesisir dan laut yang cukup potensial untuk dikembangkan di Kalimantan
Barat. Sebagian besar wilayah Kota Singkawang merupakan pesisir dan perairan laut,
dimana empat dari lima kecamatan yang ada di Kota Singkawang merupakan
kecamatan pesisir sehingga potensi pembangunan berada di kawasan pesisir.
Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan kegiatan pembangunan sehingga
membuat kawasan pesisir rawan terhadap kerusakan sumber daya alam dan
lingkungan.
Perubahan Lahan yang mencolok terjadi di Pesisir Kota Singkawang sejak tahun
2004 sampai 2009 yaitu telah terjadi bukaan lahan yang cukup luas guna pemanfaatan
wisata alam, wisata pantai dan wisata buatan (Bappeda, 2011). Perubahan lahan
terhadap pesisir Kota Singkawang terjadi karena adanya eksploitasi dari
pengembangan. Pengembangan oleh pihak swasta ini terjadi karena belum adanya
peraturan yang mengatur tentang peruntukan zona pesisir di Kota Singkawang
sehingga payung hukum terhadap pengelolaan pesisir masih lemah.
Pemanfaatan yang tidak berkelanjutan akan mengganggu fungsi dari wilayah pesisir,
yang apabila mengalami kerusakan permanen, maka tidak hanya manfaat ekonomi
ataupun sosialnya saja yang hilang tetapi juga manfaat ekologinya. Penyimpangan
dalam pemanfaatan ruang dan kerusakan ekosistem di wilayah pesisir terutama
ekosistem mangrove dapat berpengaruh terhadap ekosistem pesisir lainnya yang
berakibat terhadap hasil tangkapan ikan sehingga mempengaruhi perekonomian
masyarakat pesisir.
Dalam rencana strategis Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Singkawang dijelaskan
bahwa arah pembangunan yang tepat pada periode 5 Tahun ke depan adalah pemulihan
kembali perekonomian daerah melalui upaya terobosan dengan merevitalisasi sumber-
sumber pertumbuhan ekonomi yang ada serta menciptakan sumber-sumber
pertumbuhan ekonomi baru. Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang harus
dikembangkan adalah berbasis keunggulan komparatif daerah. Resources based
industries, sektor kelautan dan perikanan dapat menjadi salah satu keunggulan
komparatif yang berpotensi menjadi keunggulan kompetitif untuk menggerakkan
perekonomian daerah, sehingga sudah saatnya sektor ini menjadi prioritas
pembangunan daerah.
Pelabuhan Singkawang atau lebih dikenal sebagai Kuala Singkawang termasuk Pos
Pelabuhan yang diusahakan. Dalam Tantanan Kepelabuhanan Nasional (TKN),
Pelabuhan (Kuala) Singkawang merupakan Pelabuhan Nasional. Pada
kenyataannya bahwa Singkawang mempunyai 2 (dua) area yang melayani
angkutan perairan yaitu Kuala Singkawang dan Terminal Sedau /
Singkawang yang berjarak 3 mil dari Kuala Singkawang. Pelabuhan ini
terhubung dengan pusat bisnis Kota Singkawang melalui Jalan Yos Sudarso
dengan lebar perkerasan ± 6 meter aspal. Kapal maksimum yang dapat masuk
pelabuhanhanya kapal berukuran panjang 30 meter dengan draft 2,50 meter, dapat
masuk pelabuhan saat pasang tertinggi.
Pada sisi pantai, Sungai Sedau, di sisi selatan berjarak 1,7 Km, terdapat
“tanjung” wilayah Pasir Panjang, sehingga mengurangi hempasan gelombang dari sisi
selatan, sedangkan dari sisi utara untuk pengembangan selanjutnya diperlukan
adanya penghalang gelombang terutama pada musim barat. Tingkat sedimentasi
Sedau yang relatif lebih rendah dibandingkan Kuala (berdasar data Laporan
Survey Hidrografi Penyelidikan Tanah dan Desain Dalam Rangka Pengerukan
Alur Pelayaran Pelabuhan Kuala dan Muara Sungai Sedau Singkawang,
Departemen Perhubungan Pos dan Telekomunikasi Pemerintahan Kota Singkawang,
2008)
Hasil analisa pemilihan lokasi, bahwa Sungai Sedau ini memiliki faktor keselamatan
pelayaran yang baik, diantaranya :