Anda di halaman 1dari 13

Reka Racana

Jurnal Online Institut Teknologi Nasional

Teknik Sipil Itenas | No.x | Vol. Xx


Agustus 2016

Analisis Hidrodinamika Menggunakan


Software SMS 8.1 Dalam Rangka
Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan
Kaledupa di Pulau Kaledupa Kabupaten
Wakatobi Sulawesi Tenggara
ANGGA RIZKI PRATAMA1, YATI MULIATI2, FACHRUL MADRAPRIYA3
1

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional,Bandung


2
Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional,Bandung
3
Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional,Bandung
Email : anggarizki.pratama3@gmail.com

ABSTRAK
Dalam pembangunan suatu pelabuhan dibutuhkan suatu desain rekayasa
ditunjang dari analisis hidro-oseanografi. Pada penelitian ini analisis hidrooseanografi difokuskan pada analisis gelombang dan arus dengan bantuan
software SMS 8.1 Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi gelombang dan
arus pada perairan lokasi pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Kaledupa
dalam menentukan arah dan posisi dermaga. Adapun metode yang digunakan
adalah menggunakan data survei pendahuluan sebagai data sekunder untuk
pemodelan gelombang dan arus pada software SMS 8.1 serta perencanaan
prasarana laut dan darat. Hasil analisa menunjukkan bahwa tinggi gelombang
maksimum pada lokasi proyek < 1 m yang terjadi pada zona gelombang pecah,
dan kecepatan arus 0,0018 m/s dengan arah arus dari timur laut dari lokasi
dermaga sedangkan perencanaan Pelabuhan Penyeberangan Kaledupa
menunjukkan bahwa dermaga tipe plengsengan berbentuk L dengan badan
kapal yang besandar. Kedalaman kolam pelabuhan adalah 5 m LWS dan
kedalaman alur pelayaran adalah 5,6 m
Kata kunci : Desain Pelabuhan, Gelombang, Arus, SMS 8.1
ABSTRACT
In the construction of a port requires a supported engineering design of hydrooceanographic analysis. In this study, analysis of hydro-oceanography focused on
the analysis of the waves and currents with the help of SMS 8.1 software aim is
to determine the condition of waves and currents in waters Seaport Crossing
construction site Kaledupa in determining the direction and position of the dock.
The method used is to use the data as a preliminary survey of secondary data for
the modeling of waves and currents on the SMS 8.1 software and infrastructure
planning of land and sea. The analysis shows that the maximum wave height at
the project site <1 m that occur on a breaking wave zone, and the velocity
0.0018 m / s with the current direction of the northeast of the port location while
planning Seaport Crossing Kaledupa showed that the L-shaped pier-type
plengsengan with a hull that absolute reliance. The depth of the pool is 5 m LWS
harbor and navigation channel depth is 5.6 m
Keywords : Port Design, Waves, Current, SMS 8.1
Reka Racana - 1

Analisis Hidrodinamika Menggunakan Software SMS 8.1 Dalam Rangka


Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Kaledupa di pulau Kaledupa
Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara

1. PENDAHULUAN
Kabupaten Wakatobi adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kepulauan Wakatobi sejak tahun 2003 telah menjadi Kabupaten sebagai
pemekaran dari Kabupaten Buton. Kabupaten Wakatobi merupakan kumpulan
kepulauan yang memiliki 4 pulau besar yaitu P. Wangiwangi, P. Kaledupa,
P.Tomia, dan P.Binongko disamping pulaupulau kecil lainnya. Wakatobi juga
merupakan nama kawasan taman nasional yang ditetapkan pada tahun
1996.Pulau Kaledupa merupakan pulau terdekat dengan ibukota Kabupaten
Wakatobi yakni Pulau Wangi-wangi sehingga pertumbuhan ekonomi di Pulau
Kaledupa lebih pesat setelah Pulau Wangi-wangi. Guna meningkatkan
perekonomian di Pulau Kaledupa tentunya diperlukan infrastruktur yang
memadai, dalam pembangunan infrastruktur di Pulau Kaledupa ini terhambat
oleh transportasi yang tidak layak salah satumya pelabuhan. Pelabuhan di Pulau
Kaledupa ini menjadi pusat masuk dan keluarnya penumpang dan barang.
Pelabuhan ini merupakan salah satu pelabuhan laut perintis yang sangat
berperan dalam tumbuh kembangnya ekonomi di pulau Kaledupa. Aktivitas
ekonomi di kaledupa ratarata berasal dari pulau Wangiwangi, inilah yang
menyebabkan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan mobilitas
penduduk dari dua wilayah tersebut tiap tahunnya.Dalam peningkatan
infrastruktur di Pulau Kaledupa, Pelabuhan laut perintis Kaledupa ini sudah tidak
layak dalam peningkatan infrastruktur di Pulau Kaledupa karena dilihat jenis
kapal yang dapat bersandar hanya kapal penumpang < 1000 DWT, sedangkan
untuk meningkatkan infrastruktur dibutuhkan mobilisasi roda 4. Sehingga di
Pulau Kaledupa ini dibutuhkan Pelabuhan Penyeberangan Kapal Ferry untuk
mengangkut tidak hanya penumpang saja tetapi kendaraan roda 4 atau lebih.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganailis gelombang dan arus di perairan
gelombang dan
desain perencanan
Pelabuhan Penyeberangan Kaledupa.
Analisis gelombang dan arus diharapkan dapat menentukan arah dan posisi
dermaga serta desain perencanaan ini juga diharapkan dapat mempermudah
transportasi dari dan ke Pulau Kaledupa yang selama ini kurang memadai dan
guna meningkatkan pertumbuhan daerah di Pulau Kaledupa.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidro-Oseanograf
Hidro-oseanografi adalah studi ilmiah mengenai bumi yang ditutupi oleh air dan
juga lingkungannya. Sasarannya adalah memperluas pengertian manusia
mengenai semua aspek kelautan, sifat antara tingkah laku air, flora dan fauna
dalam alam laut, interaksi udara diatasnya serta bentuk dan struktur air laut itu
sendiri (Hutabarat dan evans,1985). Aspek-aspek yang ditinjau antara lain,
pasang surut yang merupakan fluktuasi muka air laut akibat
1.3.gaya tarik benda-benda di langit terhadap massa air laut di bumi, angin yang
berpengaruh dalam pengendalian kapal saat memasuki mulut pelabuhan yang
menimbulkan gaya-gaya horizontal juga mengakibatkan gelombang laut yang
berpengaruh terhadap konstruksi pelabuhan, Gelombang merupakan faktor
Reka Racana - 2

Analisis Hidrodinamika Menggunakan Software SMS 8.1 Dalam Rangka


Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Kaledupa di pulau Kaledupa
Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara
utama dalam penentuan tata letak (layout) pelabuhan, alur pelayaran dan
perencanaaan bangunan pantai (Triatmodjo, 1996).

1.
2.
3.
4.

2.2Peramalan Gelombang
Dalam peramalan gelombang ini ada beberapa parameter yang digunakan,
yaitu :
Kecepatan angin (U) di permukaan laut
Arah angin
Panjang daerah pembangkitan angin(fetch)
Lama hembus angin atau durasi angin
Dari parameter di atas dapat diramalkan tinggi gelombang (H) dan periode
gelombang (T) yang terjadi dengan menggunakan metode Shore Protection
Manual (1984).
2.1.5 Surface Water Modelling System 8.1
Surface Water Modeling System (SMS) adalah sebuah wadah yang komprehensif
bagi pengguna grafis untuk model permukaan satu-dan dua-dimensi air berbasis
grafis untuk mengotomatisasi mesh dan proses pemodelan. SMS memasukkan
berbagai model hidrolik dan pantai untuk aplikasi termasuk analisis aliran sungai,
kontaminan dan angkutan sedimen, banjir pedesaan dan perkotaan, muara dan
pemodelan teluk, sirkulasi pesisir pantai dan pemodelan gelombang. Terdapat
beberapa modul pada SMS di antaranya :

1. CGWAVE
Software ini digunakan untuk mengestimasii medan gelombang di
pelabuhan, pantai, inlet sekitar pulau, dan sekitar struktur/bangunan.
2. RMA2
Software ini digunakan untuk mendapatkan simulasi pola aliran untuk
mengetahui pola aliran dan distribusi kecepatan aliran dalam tampungan
berupa arus.
3. KONDISI EKSISTING PULAU KALEDUPA
Data-data kondisi lapangan ini merupakan data-data sekunder yang diperoleh
dari hasil Survey Investigasi dan Desain Pulau Kaledupa Kabupaten Wakatobi
Provinsi Sulawesi Tenggara.
3.1
Topograf dan Bathimetri
Kondisi topografi Pulau kaledupa yang mempunyai daerah berbukit di tengah
pulau dengan ketinggian berkisar 20-350 mdpl dan topografi landai pada daerah
selatan dan utara pulau. Kondisi bathimetri di perairan Kaledupa memiliki
kedalaman yang landai dengan jarak kontur yang renggang, elevasi terdalam
sebesar -9 m. dan perairan Kaledupa memiliki hamparan batu karang tersebar
dibeberapa titik di perairan kaledupa.
3.2
Hasil Analisis dan Kondisi Hidro-Oseanograf
Hasil analisis dan kondisi oseanografi diperoleh data-data sebagai berikut.
3.2.1 Pasang Surut
Reka Racana - 3

Pratama, A.R., Muliati, Y., Madrapriya, F.

Kondisi pasang surut penting untuk merencanakan elevasi dermaga. Pengamatan


pasang surut dilakukan selama 15 hari berturut-turut dengan alat palem. Hasil
pengamatan tinggi air yang kemudian dianalisis dengan menggunakan Metode
LeastSquare sehingga menghasilkan konstanta-konstanta harmonis pasang surut.
Grafik pasang surut di lokasi rencana pelabuhan di Pulau Kaledupa dapat dilihat
pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafk Pasang Surut Lokasi Rencana Pelabuhan Kaledupa


Parameter pasang surut berupa elevasi-elevasi penting pasang surut dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Elevasi-elevasi Penting Pasang Surut
Elevasi-elevasi acuan relatif terhadap LWS (cm)
Highest Water Spring
(HWS)
:
256
Mean High Water Spring (MHWS) :
234
Mean High Water Level
(MHWL)
:
201
Mean Sea Level
(MSL)
:
148
Mean Low Water Level
(MLWL)
:
97
Mean Low Water Spring
(MLWS)
:
44
Lowest Low Water Level (LLWL)
:
23
Tunggang pasang (cm) :
190
3.2.2 Arus
Berdasarkan hasil pengukuran arus yang telah dilakukan, karakteristik arus di
lokasi survei dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kecepatan arus dilokasi survei relatif kecil.
2. Kecepatan arus dilokasi survei maksimum kurang dari 1 m/dt.
3. Kecepatan arus dilokasi survei masih memenuhi syarat maksimum untuk
berlabuh kapal yaitu 2 m/dt.
3.2.3 Angin
Angin mengakibatkan terjadinya gelombang laut. Oleh karena itu data angin
dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi dan arah gelombang di lokasi,
sehingga data ini diperlukan sebagai masukan dalam peramalan gelombang.
Adapun hasil analisis data angin dapat dilihat dalam bentuk windrose berikut.

Reka Racana - 4

Analisis Hidrodinamika Menggunakan Software SMS 8.1 Dalam Rangka


Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Kaledupa di pulau Kaledupa
Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara
Gambar 2. Windrose
3.3
Penduduk dan Barang
Jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi tahun 2008 dan 2009 untuk jumlah
barang hanya wilayah kaledupa tahun 2009 dari buku Kabupaten Wakatobi
Dalam Angka Tahun 2010. Jumlah penduduk tahun 2008 sebesar 101.475 jiwa
dan tahun 2009 sebesar 103.423, jumlah barang sebesar 18.256 ton.Hasil
proyeksi penduduk dan barang dari Pelabuhan Kaledupa pada tahun 2035 adalah
408.688 untuk penduduk dan 115.378 ton untuk barang.

4. PEMBAHASAN
4.1

Kriteria Perencanaan
Kriteria yang digunakan dalam perencanaan layout pelabuhan adalah
berdasarkan survei topografi, bathimetri, hidro-oseanografi, jenis kapal, dan
jumlah penduduk. Berikut ini adalah
kriteria yang akan digunakan dalam
perencanaan layout pelabuhan berdasarkan survei topografi, bathimetri, dan
hidro-oseanografi.
4.1.1 Kapal
Dalam perencanaan kapal ini diambil berdasarkan proyeksi jumlah penduduk
Kabupaten Wakatobi pada tahun 2035 dengan asumsi sebesar 30 % dari jumlah
penduduk Kabupaten Wakatobi untuk mendapatkan jumlah pergerakan orang
dan 60 % dari jumlah komoditas Kabupaten Wakatobi untuk mendapatkan
jumlah pergerakan barang yang akan melakukan mobilisasi.Hasil asumsi 30 %
pergerakan orang yang akan melakukan perjalanan dari total jumlah keseluruhan
penduduk di Kabuparten Wakatobi didapatkan sebesar 372 orang per hari dan
asumsi 60% pergerakan barang yang akan melakukan perjalanan dari total
jumlah keselurahan komoditas dalam ton per tahun sebesar 115.378,2 ton/thn
kemudian dikonversi kedalam satuan kendaraan truck (1 truck = 8 ton) sehingga
didapati jumlah kendaraan per tahun sebesar 8.653 kend/tahun dan diubah
dalam satuan kendaraan per hari sehingga didapatkan sebesat 26 kend/hari.
Dalam penentuan jenis kapal menggunakan hasil jumlah kendaraan dan data
ukuran kapal yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perhubungan Darat
Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan sehingga didapatkan jenis kapal
1000 GRT dengan kapasitas 600 penumpang dan 27 kendaraan truk 8 ton.
Berikut data ukuran kapal yang dimaksud ada pada tabel 2.

GRT

LOA
(m)

150
200
300

29,5
33,5
40,5

Tabel 2. Data Ukuran Kapal


Draft
Kedalam
Kapasitas
Lebar B
(m)
an perlu
Penumpang Kendaraan
(m)
(m)
7,0
1,50
-3,00
100
9 truk 4 ton
9,0
1,85
-3,25
200
12 truk 4 ton
10,5
2,20
-3,50
300
15 truk 4 ton
Reka Racana - 5

Pratama, A.R., Muliati, Y., Madrapriya, F.

500
600

47,0
53,3

11,5
14,0

2,60
2,60
3,70

-4,10
-4,10
-5,00

500
600
600

20 truk 4 ton
36 truk 4 ton
27 truk 8
1000
70,0
14,2
ton
Sumber : Ditjen Perhubungan Darat Angkutan Sungai Danau dan
Penyeberangan

4.1.2 Peramalan Gelombang


Hasil peramalan gelombang dengan metode SPM dibuat dalam bentuk Tabel dan
dalam bentuk grafik berupa waverose untuk gelombang tahunan dan gelombang
bulanan. Selain itu ditetapkan tinggi gelombang signifikan (Hs) berdasarkan
tinggi gelombang yang maksimum untuk masing-masing tahun. Berikut tabel dan
waverose maksimum tahunan pada tabel 3.

Tabel 3. Prosentase Kejadian Gelombang Maksimum Tahunan 1999-2008


Tinggi Gelombang (m)
Jumlah
Arah
0-0,1
0,10,20,3-0,4
0,4-0,5
>0,5
0,2
0,3
utara
0
0
0
0,91
2,73
10
13,64
Timur
0
0,91
0
0
1,82
16,36
19,09
Laut
Timur
1,82
0,91
0,91
0
1,82
49,09
54,55
Tenggara
0
0
0
0
0
0
0
Selatan
0
0
0
0
0
0
0
Barat
0
0
0
0
0
0
0
Daya
Barat
0
0
0
0
0
0
0
Barat Laut
0
0
0
0,91
10,91
0,91
12,73
Prosentase Kejadian
100
Prosentase Data Tidak Tercatat
0
Prosentase Kejadian Total
0

Gambar 3. Waverose Gelombang Maksimum

Reka Racana - 6

Analisis Hidrodinamika Menggunakan Software SMS 8.1 Dalam Rangka


Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Kaledupa di pulau Kaledupa
Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara
Dari hasil tinggi gelombang maksimum setiap tahunnya guna dalam
peramalan gelombang laut dalam, sehingga tinggi gelombang ekstrim pada
periode tertentu dapat diketahui, maka digunakan metode distribusi Pearson
Type III menggunakan software SMADA. Hasil dari periode ulang gelombang
dilampirkan pada tabel 4.
Period
e
Ulang
(Tahun
)
100
50
25
10
5

Tabel 4. Periode Gelombang Maksimum


Tenggara
Barat Laut
Timur
Timur Laut
H (m) T (s) H (m) T (s) H (m) T (s) H (m) T (s)

0,82
0,71
0,61
0,49
0,34

2,93
2,76
2,60
2,40
2,27

1,23
1,06
0,89
0,68
0,55

3,65
3,50
3,33
3,10
2,91

0,99
0,98
0,96
0,94
0,92

4,09
4,07
4,06
4,02
3,99

1,53
1,43
1,32
1,17
1,05

4,95
4,80
4,63
4,41
4,22

Utara
H (m) T (s)

1,84
1,56
1,30
1,00
0,82

5,55
5,13
4,72
4,23
3,89

4.1.3 Perencanaan Posisi Dermaga


Perencanaan tata letak dermaga adalah penentuan letak dermaga berdasarkan
kedalaman kapal yang diperlukan. Kapal yang akan berlabuh di dermaga ini
adalah kapal 1000 GRT dengan kedalaman yang diperlukan sebesar 5 m,
sehingga posisi rencana dermaga terletak pada koordinat X = 586.045,5 ; Y =
9.390.406,3 dan Z = 5,53 m.
4.1.4 Pemodelan Gelombang
Pemodelan gelombang menggunakan modul CGWAVE ini didasari dari hasil
peramalan gelombang dengan periode ulang tinggi gelombang 25 tahunan, dari
setiap arah bangkitan angin. Boundary Coondition dari peta topografi dan
bathimetri serta tinggi gelombang 25 tahunnan. Hasil pemodelan menunjukan
bahwa gelombang tertinggi terjadi dari arah timur laut dengan tinggi maksimum
gelombang disekitar dermaga rencana sebesar 0,047 m < 0,5 m sehingga aman
untuk kapal berlabuh dan dapat dermaga dapat dibangun. Berikut kontur tinggi
gelombang terbesar arah timur laut dan tinggi gelombang disekitar struktur
akibat gelombang arah timur laut pada Gambar 4 sampai 5.

Gambar 4. Kontur tinggi gelombang arah timur laut dengan periode 25


tahun

Reka Racana - 7

Pratama, A.R., Muliati, Y., Madrapriya, F.

Gambar 5. Tinggi gelombang di sekitar struktur akibat gelombang arah


timur laut
4.1.5 Pemodelan Arus
Pemodelan arus menggunakan modul RMA2 dengan boundary condition berupa
peta topografi dan bathimetri serta pasang surut. Pasang surut yang digunakan
adalah pasang surut jam-jaman selama 15 hari pengamatan. Dari hasil
pemodelan arus, arah pergerakan arus bergerak dari bibir pantai menyebar ke
arah timur laut dan utara, dan besar kecepatan terbesar tejadi pada arah timur
laut. Besar kecepatan yang terjadi disekitar dermaga rencana pada timur laur
sangat kecil sebesar 0,00181 m/s > 0,002 m/s sehingga aman untuk kapal
berlabuh dan tidak akan berpengaruh pada letak dan arah dermaganya. Berikut
hasil pemodelan arus terbesar pada arah timur laut pada gambar 6 smapai 7.

Gambar 6. Arah pergerakan arus

Gambar 7. Kecepatan arus di sekitar struktur

4.2
Fasilitas Laut
Perencanaan fasiitas laut untuk pelabuhan ini terdiri atas perencanaan dermaga,
alur pelayaran, dan kolam pelabuhan. Perencanaan fasilitas laut ini tidak
memerlukan breakwater (pemecah gelombang).
4.2.1 Dermaga
Dalam perencanaan dermaga, hal-hal yang harus diperhatikan adalah tipe
dermaga, elevasi dermaga, panjang dermaga, dan lebar dermaga.
1. Tipe Dermaga
Reka Racana - 8

Analisis Hidrodinamika Menggunakan Software SMS 8.1 Dalam Rangka


Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Kaledupa di pulau Kaledupa
Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara
Tipe dermaga yang digunakan adalah tipe L, dengan posisi badan kapal
bersandar pada dermaga.
2. Elevasi Dermaga
Elevasi dermaga atau tinggi dek dermaga mempunyai tinggi jagaan berkisar
antara 0,3 1 m. Dengan mempertimbangkan terjadinya pemanasan global,
sehingga permukaan air laut meningkat, maka elevasi dermaga yang
direncanakan adalah sebagai berikut :

1
H=MHWS + tinggi gelombang rencana+tinggi jagaan
2

2,34+

( 12 x 0,047 )+1

+3,5 m
3. Panjang Dermaga
Perhitungan kebutuhan panjang dermaga dengan jumlah kapal yang sandar 1
adalah sebagai berikut :

L=1,3 LoA

1,3 (70 )=91 m


4. Lebar Dermaga
Lebar dermaga yang direncanakan sebesar 20 m, agar memudahkan ruang
gerak kendaraan dan penumpang untuk mengantri dan masuk ke kapal
dengan baik.
4.2.2 Alur Pelayaran
Perairan di sekitar alur harus cukup tenang terhadap pengaruh gelombang dan
arus laut. Perencanaan alur pelayaran didasarkan pada ukuran kapal terbesar
yang akan masuk ke kolam pelabuhan.
1) Kedalaman Alur

d alur =draft + squat+ pitching dan rolling+trim+berat air


+faktor empiris

3,7+0,3+

+0,5+ 0+1
( 0,047
2 )

5,523 m5,6 m
2) Lebar Alur
Lebar alur pelayaran berdasarkan KM perhubungan No. 52 Tahun
2004 :

LA ( 9 x B ) +30
( 9 x 14,2 ) +30
157,8 m
LOA kapal terbesar = 70 m , maka LA dipilih yang terbesar yaitu 158 m.
Reka Racana - 9

Pratama, A.R., Muliati, Y., Madrapriya, F.

4.2.3 Kolam Pelabuhan


1) Kolam Putar
Kapal masuk dengan cara memutar, maka jari-jari kolam putar adalah

R=1,5 LOA

1,5 x 70
105 m
2) Kedalaman Kolam Pelabuhan
Berdasarkan tabel data ukuran kapal kedalaman perlu untuk kapal 1000
GRT sebesar 5 m sehingga kedalaman kolam pelabuhan pun sesuai dengan
kedalaman perlu kapal yaitu 5 m.
4.3
Fasilitas Darat
Perencanaan fasilitas darat pada pelabuhan penyeberangan di Pulau Kaledupa
berupa perencanaan bangunan pelabuhan yang berguna sebagai prasarana
pendukung pelabuhan yang menghubungkan perpindahan moda laut ke moda
darat. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan no. 52 tahun 2004,
kebutuhan prasarana di darat yang direncanakan pada pelabuhan
penyeberangan di Pulau Kaledupa meliputi :
4.3.1 Areal Gedung Terminal
Perkiraan kebutuhan gedung terminal di Pulau Kaledupa
berdasarkan kapasitas penumpang untuk 1 kapal :
- Frekuensi kedatangan kapal hanya 1 kali dalam 1 hari.
-

Luas gedung terminal

akan

dihitung

A=a1 +a2 +a 3+a4 +a5

A=1036 +156+156+337+ 169

A=1854 m2
4.3.2 Areal Parkir Kendaraan Penyeberang
Kebutuhan areal parkir kendaraan penyeberang berdasarkan pada unit
kendaraan terbesar yang kemungkinan akan menyeberang yaitu truk 8 ton dan
jumlah kendaraan dalam kapal rencana.
Luas total areal parkir untuk kendaraan menyeberang :

A=anNxy

A=6027111,3

A=2106 m2
4.3.3 Areal Parkir Kendaraan Antar/Jemput
Kebutuhan areal parkir kendaran antar/jemput berdasarkan pada unit kendaraan
penumpang yang akan mengantar/menjemput dan kapasitas penumpang untuk 1
kapal
Luas total areal parkir kendaraan antar/jemput

Reka Racana - 10

A=

an1Nx yz1
n2

Analisis Hidrodinamika Menggunakan Software SMS 8.1 Dalam Rangka


Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Kaledupa di pulau Kaledupa
Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara

A=

25600111,311
8

A=2438m2
4.3.4 Areal Fasilitas Bahan Bakar
Kebutuhan areal untuk tempat penampungan BBM (Bahan Bakar Minyak)
dihitung berdasarkan jumlah kebutuhan BBM per hari untuk satu trip kapal
rencana.
- Kebutuhan BBM untuk satu trip kapal sebesar 1000 liter atau 0,87 ton.
- Kebutuhan 1 ton BBM memerlukan luas areal sebesar 20 m 2, maka luas
areal yang dibutuhkan adalah 17,4 m2 atau 18m2.
4.3.5 Areal Fasilitas Air Bersih
Kebutuhan areal untuk fasilitas air bersih dihitung berdasarkan jumlah kebutuhan
kebutuhan air bersih per hari dengan menggunakan asumsi sebagai berikut :
- Jika diasumsikan kebutuhan air bersih untuk satu orang sebanyak 10 liter
air bersih dan kapasitas penumpang pada kapal rencana sebanyak 600
orang, maka kebutuhan air bersih sebanyak 6000 liter atau 6 ton.
- Jika 1 ton air memerlukan luas areal sebesar 20 m 2, maka luas areal yang
butuhkan untuk fasilitas air bersih sebesar 120 m 2 .
4.3.6 Areal Generator
Kebutuhan areal untuk generator didasarkan pada standar kebutuhan ruang
untuk fasilitas listrik yaitu seluas 150 m2.
4.3.7 Areal Terminal Angkutan Umum dan Parkir
Kebutuhan areal untuk terminal angkutan umum dan parkir akan dihitung
berdasarkan daya tampung mobil yang masuk dan berhenti di terminal dengan
perhitungan sebagai berikut :
- Kendaraan yang masuk merupakan kendaraan penumpang dengan luas
areal yang dibutuhkan untuk satu unit kendaraan sebesar 25 m 2 dan
rata-rata penumpang berjumlah 8 orang.
- Jumlah penumpang yang menggunakan angkutan umum diasumsikan
sebanyak 50% dari kapasitas penumpang 1 kapal.
-

Luas areal terminal angkutan umum dan parkir :

A=

( 60050 )
25
8

A=938 m2
4.3.8 Areal Fasilitas Lainnya
Kebutuhan ruang fasilitas untuk peribadatan, kesehatan, perdagangan, dan pos
dan telekomunikasi didasarkan pada kebutuhan ruang untuk fasilitas umum dan
fasilitas sosial untuk 250 penduduk pendukung yaitu seluas 60 m 2.
Hasil perhitungan areal fasilitas laut dan fasilitas darat secara lebih jelas dapat
dilihat pada Gambar 8 berikut.

Reka Racana - 11

Pratama, A.R., Muliati, Y., Madrapriya, F.

Gambar
8. Layout

Reka Racana - 12

Analisis Hidrodinamika Menggunakan Software SMS 8.1 Dalam Rangka


Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Kaledupa di pulau Kaledupa
Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara
4. KESIMPULAN
Berdasarkan seluruh rangkaian pembahasan, kesimpulan yang dapat diambil dari
pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil perhitungan orang dan komoditas/barang yang akan melalukan
pergerakan dengan asumsi 30 % untuk orang dan 60 % untuk
komoditas/barang didapatkan sebesar 372 org/hari dan 26 kend/hari ( 1
kend = 8 ton).
2. Penentuan jenis kapal berdasarkan Tabel 4.3 dengan menggunakan jumlah
pergerakan
untuk komoditas/barang sebesar 26 kend/hari maka
digunakan jenis kapal 1000 GRT dengan kapasitas 600 penumpang dan 27
kendaraan truk 8 ton.
3. Berdasarkan hasil peramalan didapatkan arah datang gelombang
maksimum dari arah timur laut dengan tinggi gelombang maksimum
sebesar 1,30 m dan arah datang gelombang dominan dari arah timur.
4. Periode gelombang yang digunakan untuk simulasi pemodelan gelombang
adalah periode ulang 25 tahun.
5. Dari hasil simulasi pemodelan gelombang dengan CGWAVE didapatkan
tinggi gelombang tertinggi terjadi dari arah timur laut, dengan tinggi
gelombang disekitar struktur dermaga 0,047 m sehingga aman untuk
kapal berlabuh.
6. Dari hasil simulasi pemodelan arus dengan RMA2 didapatkan arah
pergerakan arus dari dan ke arah timur dari bibir pantai. Kecepatan arus
yang terjadi di sekitar struktur dermaga 0,00181 m/s sehingga aman unutk
kapal berlabuh.
7. Dari hasil pemodelan gelombang dan arus tidak berpengaruh besar
tehadarp arah dari dermaga.
DAFTAR RUJUKAN
Hutabarat, Sahala dan Stewart M. Evans, 1985, Pengantar Oseanografi, (Jakarta:
Universitas Indonesia Press), cet III.
Kementerian
Perhubungan,
Keputusan
Menteri
Perhubungan,
(2004),
Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan.
(http://peraturan.bkpm.go.id/jdih/lampiran/Kepmenhub_52_2004.pdf. Diakses 30
Mei 2016)
Kementrian Perhubungan, Laporan Survey Investigasi dan Desain Pengembangan
Pelabuhan Kaledupa Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggata.
Muliati, Y., (2013), Diktat Kuliah Rekayasa Pelabuhan, Bandung.
Triatmojo, B., (1996), Pelabuhan. Yogyakarta : Penerbit Beta Offset.
Triadmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai. Penerbit Beta Offset. Yogyakarta.
BPS. 2010. Kabupaten Wakatobi Dalam Angka 2010
U. S. Army, Corps of Engineers, Shore Protection Manual, vol I, Coastal Engineer Research
Center, Washinton D. C., 1984.
Enviromental Modeling Research Laboratory of Brigham Young University, 2002, SMS:
Surface Water Modelling System.

Reka Racana - 13

Anda mungkin juga menyukai