Anda di halaman 1dari 19

Survei Hidrografi untuk Lokasi Pelabuhan Pradono Joanes De

Deo

PERANAN SURVEI HIDROGRAFI UNTUK


PERENCANAAN LOKASI PEMBANGUNAN PELABUHAN

Pradono Joanes De Deo


Dosen Teknik Geodesi FTSP ITN Malang

ABSTRAKSI

Salah satu prasarana fisik di dalam transportasi laut adalah pelabuhan


yang berfungsi sebagai tempat bongkar muat barang dan naik turunnya
penumpang. Sebagai tindakan antipasi perkembangan permintaan
tentang jasa angkutan laut pada masa mendatang, maka perlu
dipersiapkan lokasi-lokasi baru untuk pelabuhan.
Perencanaan alur pelayaran dapat ditentukan dari titik-titik kedalaman
yang terdapat dalam peta bathimetri pada wilayah perairan. Penelitian
ini mengkaji peranan survey hidrografi untuk perencanaan lokasi
pembangunan pelabuhan di wilayah Sendang Biru, Kabupaten Malang.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa jalur
pelayaran pada wilayah perairan Sendang Biru dapat dilalui oleh kapal
yang memiliki draft maksimal 8,5 meter. Hal ini ditinjau dari titik-titik
kedalaman pada peta bathimetri yang menunjukkan dapatnya
digunakan dalam perencanaan lokasi dermaga untuk kapal yang
memiliki draft maksimal sampai dengan 8,5 meter dengan kedalaman
minimal 10 meter di bawah muka surutan peta (chart datum) pada area
kolam pelabuhan agar kapal dapat merapat di pelabuhan.

Kata Kunci: Transportasi, Pelabuhan, Peta Bathimetri.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Globalisasi yang dipicu dengan perkembangan teknologi informasi dan
perdagangan yang melanda dunia secara cepat sangat berpengaruh pada beberapa
sektor, terutama sektor transportasi. Sektor transportasi sangat berpengaruh terhadap
aktivitas pembangunan pada suatu wilayah.
Kabupaten Malang sekarang ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan
perdagangan yang sangat pesat, Salah satu kawasan di Malang Selatan yang
mempunyai potensi untuk dikembangkan adalah kawasan pantai Sendang Biru
karena memiliki potensi alam yang mendukung. Ditinjau dari letak geografisnya,
kawasan ini mempunyai lokasi yang strategis karena wilayah perairan lautnya
berhadapan dengan Pulau Sempu, sehingga kondisi perairannya relatif tenang. Oleh
karena itu, dibutuhkan adanya dukungan kebijakan untuk menyiapkan infrastruktur

1
prasarana transportasi yang memadai, yaitu transportasi laut yang mencakup
kegiatan pelayanan pengangkutan barang dan penumpang melalui laut.
Salah satu prasarana fisik di dalam transportasi laut adalah pelabuhan yang
berfungsi sebagai tempat bongkar muat barang dan naik turunnya penumpang.
Sebagai tindakan antipasi perkembangan permintaan tentang jasa angkutan laut pada
masa mendatang, maka perlu dipersiapkan lokasi- lokasi baru untuk pelabuhan.
Dalam hal ini perlu dilakukan penelitian kesesuaiannya pada lokasi baru untuk
pelabuhan yang antara lain berupa kegiatan pengamatan pasang surut air laut,
pemetaan bathimetri, oseanografi (angin, gelombang, arus), dan data penunjang
lainnya di pesisir sekitarnya yang akan dimanfaatkan sebagai data dasar untuk
perencanaan pelabuhan.
Guna mengetahui secara pasti sejauh mana lokasi baru untuk perencanaan
pembangunan pelabuhan, maka perlu dilakukan kegiatan survei dan penelitian untuk
menentukan kesesuaiannya yang kegiatannya disebut sebagai survei hidrografi.

Identifikasi Masalah
Mengingat pentingnya transportasi laut untuk perkembangan di suatu daerah,
maka perlu dilakukan perencanaan pembangunan pelabuhan. Salah satu kegiatan
dalam perencanaan pelabuhan adalah survei hidrografi yang mencakup penelitian
pasang surut air laut, pemetaan bathimetri dan oseanografi (angin, gelombang, arus)
dan berdasarkan data penunjang lainnya untuk menentukan kesesuaian lokasi
pelabuhan baru. Dengan demikian, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
adalah sejauh mana peranan survey hidrografi dalam perencanaan lokasi
pembangunan pelabuhan.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan tentang peranan atau fungsi dari
Survei Hidrografi dalam menentukan lokasi pembangunan pelabuhan berdasarkan
data dan peta hidrografi yang meliputi peta topografi, peta bathimetri, data angin,
peta arus, data pasang surut dan data gelombang.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
 Untuk mengetahui langkah-langkah kerja survei dan pemetaan dalam
penentuan lokasi pembangunan pelabuhan.
 Salah satu referensi untuk pekerjaan survei dan pemetaan bathimetri pada
kegiatan perencanaan pelabuhan.
DASAR TEORI
Definisi dan Lingkup Hidrografi
Definisi hidrografi adalah cabang ilmu yang berkepentingan dengan
pengukuran sifat dan bentuk dasar perairan dan dinamika badan air. Fenomena dasar
perairan yang disebut dalam definisi tersebut di atas meliputi: bathimetri atau
‘topografi’ dasar laut, jenis material dasar laut, dan morfologi dasar laut. Sementara
itu, dinamika badan air yang disebut dalam definisi tersebut di atas meliputi: pasang-
surut muka air dan arus. Data mengenai fenomena dasar perairan dan dinamika
badan air diperoleh dari pengukuran yang kegiatannya disebut sebagai survei
hidrografi. Data yang diperoleh dari survei hidrografi kemudian diolah dan disajikan
sebagai informasi geospasial atau informasi yang terkait dengan posisi di muka
bumi. Sehubungan dengan hal itu, maka seluruh informasi yang disajikan harus
memiliki data posisi dalam ruang yang mengacu pada suatu sistem referensi tertentu.
Oleh karenanya, posisi suatu obyek, di dalam dan di dasar perairan merupakan titik
perhatian utama dalam hidrografi. Informasi hidrografi utamanya ditujukan untuk:
 Navigasi dan keselamatan pelayaran,
 Penetapan batas wilayah atau daerah dilaut; dan
 Studi dinamika pesisir dan pengelolaan sumberdaya laut.
Pengguna produk hidrografi terdiri dari berbagai sektor, terutama transformasi
maritim dan navigasi, pengelolaan kawasan pesisir, eksplorasi dan eksploitasi
sumberdaya laut, pengelolaan lingkungan laut, rekayasa lepas pantai, hukum laut
dan zona ekonomi eksklusif, serta aplikasi-aplikasi survei di pesisir dan laut lainnya.

Pasang Surut Dalam Perencanaan Pelabuhan


Pengetahuan pasang surut sangat penting dalam perencanaan pelabuhan.
Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk
merencanakan bangunan-bangunan di pelabuhan. Sebagai contoh, elevasi puncak
bangunan pemecah gelombang dan dermaga ditentukan oleh elevasi muka air
pasang, sementara kedalaman alur pelayaran/pelabuhan ditentukan oleh muka air
surut.
Dalam perencanaan pelabuhan diperlukan data pengamatan pasang surut
minimal selama 15 hari yang digunakan untuk menentukan elevasi muka air
rencana. Dengan pengamatan selama 15 hari tersebut telah tercakup satu siklus
pasang surut yang meliputi pasang purnama dan perbani. Pengamatan lebih lama (30
hari atau lebih) akan memberikan data yang lebih lengkap. Pengamatan muka air
dapat dilakukan dengan menggunakan alat otomatis (automatic water lever
record) atau secara manual dengan menggunakan bak ukur dengan interval
pengamatan setiap jam, siang dan malam. Untuk dapat melakukan pembacaan
dengan baik
tanpa terpengaruh gelombang, biasanya pengamatan dilakukan di tempat yang
terlindung, seperti muara sungai atau teluk.

Pengukuran Kedalaman Air dengan Metode Akustik


Metode yang digunakan dalam pengukuran kedalaman laut ini adalah Metode
Akustik. Penggunaan gelombang akustik untuk pengukuran- pengukuran bawah air
(termasuk pengukuran kedalaman, arus, dan sedimen) merupakan teknik yang paling
populer dalam hidrografi sampai saat ini. Untuk pengukuran kedalaman, digunakan
echosounder atau perum gema yang pertama kali dikembangkan di Jerman pada
tahun 1920. Alat ini dapat dipakai untuk menghasilkan profil kedalaman yang
kontinyu sepanjang jalur perum dengan ketelitian yang cukup baik.
Alat perum gema menggunakan prinsip pengukuran jarak dengan
memanfaatkan gelombang akustik yang dipancarkan dari transduser. Tranduser
adalah bagian dari alat perum gema yang mengubah energi listrik menjadi mekanik
dan sebaliknya. Gelombang akustik tersebut merambat pada medium air dengan
cepat rambat yang relatif diketahui atau dapat diprediksi hingga menyentuh dasar
perairan dan dipantulkan kembali ke transduser.

Peta Bathimetri
Peta bathimetri adalah peta yang memperlihatkan sifat dan konfigurasi dari
dasar laut (informasi kedalaman, bahaya pelayaran, geomorfologi, dan sebagainya)
yang diperoleh dari hasil kegiatan bathimetri, geologis, dan geofisika.
Peta bathimetri pada umumnya dipergunakan untuk kegiatan perencanaan
dengan skala yang lebih besar. Penentuan posisi harus teliti, demikian pula dengan
pengukuran kedalaman. Pemanfaatan peta bathimetri antara lain untuk peta
perencanaan, peta konstruksi, maupun untuk kegiatan-kegiatan perencanaan
pelabuhan, pengerukan, pemasangan pipa/ kabel, pembuangan sisa (waste diposal),
water intake, dan berbagai konstruksi di laut.

Pengaruh Angin terhadap Tekanan Kapal dan Bangunan Pelabuhan

Perencanaan pelabuhan harus memperhatikan berbagai faktor. Salah satu


faktor yang harus diperhitungkan adalah angin. Pengetahuan tentang angin sangat
penting karena angin menimbulkan arus dan gelombang.
Pengetahuan perihal sifat angin sangat penting bagi perencanaan pelabuhan
karena:
 Angin mempunyai pengaruh besar dalam pengendalian kapal
(manuver), terutama pendekatan kapal pada ’mulut’ pelabuhan.
 Angin menimbulkan gaya-gaya horisontal yang perlu dipikul oleh
konstruksi pelabuhan.
 Angin mengakibatkan gelombang laut, dimana gelombang ini
menimbulkan gaya-gaya tambahan yang wajib dipikul oleh konstruksi
bangunan pelabuhan, misalnya pada pemecah gelombang pelabuhan.
Angin yang berhembus ke badan kapal yang ditambatkan akan menyebabkan
gerakan kapal yang bisa menimbulkan gaya pada dermaga. Apabila arah angin
menuju ke dermaga, maka gaya tersebut berupa gaya benturan ke dermaga; sedang
jika arahnya meninggalkan dermaga akan menyebabkan gaya tarikan kapal pada alat
penambat.
Angin yang bekerja pada bangunan-bangunan menimbulkan suatu tekanan
yang berbentuk muatan sebagai akibat perubahan kecepatan pada sekitar bangunan
yang harus dipikul oleh konstruksi bangunan tersebut. Bentuk perbedaan tekanan
muatan terlihat jelas pada obyek yang ‘tajam’ perubahannya, yaitu aliran pada hulu
(up stream) dan hilir (down stream).

Gambar 1.
Tekanan Angin pada Beberapa Bentuk Pelabuhan

Pengukuran Arus dalam Perencanaan Pelabuhan


Pengukuran arus merupakan salah satu elemen penting dalam perencanaan
pelabuhan. Arus mempunyai arti yang penting dalam pembangunan pelabuhan,
dimana selain berfungsi untuk keselamatan dan kemudahan kapal dalam melakukan
manuver, juga untuk membersihkan kolam pelabuhan dari kotoran akibat buangan
kapal yang berupa minyak maupun debris yang lain serta berpengaruh dalam
sedimentasi dalam kolam pelabuhan.
Seperti halnya angin, maka arus yang bekerja pada bagian kapal yang
terendam air juga akan menyebabkan terjadinya gaya pada kapal yang kemudian
diteruskan pada dermaga dan alat penambat. Arus memiliki kecepatan dan arah yang
bervariasi terhadap waktu/musim. Pengukuran arus dilakukan dengan current
meter yang dapat mencatat besarnya kecepatan dan arah arus. Pengukuran arus
dilakukan pada beberapa kedalaman dan pada lokasi-lokasi yang ditentukan
kemudian.
Gelombang Alam
Pada umumnya bentuk gelombang di alam adalah kompleks dan sulit
digambarkan secara matematis karena ketidak-linieran, tiga dimensi, dan
mempunyai bentuk yang random (suatu deret gelombang mempunyai tinggi dan
periode yang berbeda). Beberapa teori yang ada hanya dapat menggambarkan
bentuk gelombang yang sederhana dan merupakan pendekatan gelombang alam.

Gambar 2.
Pencatatan Gelombang di Suatu Tempat

Pengukuran gelombang di suatu tempat memberikan pencatatan muka air


sebagai fungsi waktu. Pengukuran ini dilakukan dalam waktu yang cukup panjang,
sehingga data gelombang akan sangat banyak. Mengingat kompleksitas dan
besarnya jumlah data tersebut, maka gelombang alam dianalisa secara statistik untuk
mendapatkan bentuk gelombang yang bermanfaat.
Dalam pengukuran gelombang seperti ditunjukan dalam Gambar 2 absis
adalah waktu dari dimulainya pencatatan. Ada dua metode untuk menentukan
gelombang, yaitu zero upcrossing method dan zero downcrossing method.
Untuk menjelaskan metode tersebut, pertama kali ditetapkan elevasi rerata dari
permukaan air berdasarkan fluktuasi muka air pada waktu pencatatan. Muka air
tersebut didefinisikan sebagai garis nol. Kemudian, kurva gelombang ditelusuri dari
awal sampai akhir. Pada metode zero upcrossing, diberi tanda titik perpotongan
antara kurva naik dan garis nol, lalu titik tersebut ditetapkan sebagai awal dari satu
gelombang. Mengikuti naik-turunnya kurva, penelusuran dilanjutkan untuk
mendapatkan perpotongan antara kurva naik dan garis nol berikutnya. Titik tersebut
ditetapkan sebagai akhir dari gelombang pertama dan awal dari gelombang kedua.
Jarak antara kedua titik tersebut adalah periode gelombang pertama (T1), sedang
jarak vertikal antara titik tertinggi dan terendah di antara kedua titik tersebut adalah
tinggi gelombang pertama (H1). Penelusuran dilanjutkan lagi untuk mendapatkan
gelombang kedua, ketiga dan seterusnya. Metode zero downcrossing mempunyai
prosedur yang sama, tetapi titik yang dicatat adalah pertemuan antara kurva turun
dan garis nol.
Macam Pelabuhan
Pelabuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang ditinjau dari segi
penggunaannya, yaitu:

Pelabuhan Barang
Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk
bongkar muat barang. Pelabuhan barang dapat berada di pantai atau estuari dari
sungai besar. Daerah perairan pelabuhan harus cukup tenang, sehingga memudahkan
bongkar muat barang. Pelabuhan barang ini bisa dibuat oleh Pemerintah sebagai
pelabuhan niaga atau pelabuhan swasta untuk keperluan transpor hasil produksinya
seperti baja, aluminium, pupuk, batu bara, minyak, dan sebagainya.
Pada dasarnya pelabuhan barang harus mempunyai perlengkapan-
perlengkapan berikut ini:
 Dermaga harus panjang dan dapat menampung seluruh panjang kapal atau
setidak-tidaknya 80% dari panjang kapal. Hal ini disebabkan muatan dapat
dibongkar-muat melalui bagian depan, belakang dan di tengah kapal.
 Mempunyai halaman dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar
muat barang. Barang yang akan dimuat disiapkan di atas dermaga dan
kemudian diangkat dengan kran masuk kapal. Demikian pula
pembongkarannya dilakukan dengan kran dan barang diletakkan di atas
dermaga yang kemudian diangkut ke gudang.
 Mempunyai gudang transito/penyimpanan di belakang halaman dermaga.
 Tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan/pemasukan barang dari
dan ke gudang serta mempunyai fasilitas untuk reparasi.

Gambar 3.
Pelabuhan Barang
Pelabuhan Penumpang
Pelabuhan penumpang tidak banyak berbeda dengan pelabuhan barang. Pada
pelabuhan barang, di belakang dermaga terdapat gudang- gudang, sedang untuk
pelabuhan penumpang dibangun stasiun penumpang yang melayani segala kegiatan
yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang bepergian, seperti kantor imigrasi,
duane, keamanan, direksi pelabuhan, maskapai pelayaran, dan sebagainya. Barang-
barang yang perlu dibongkar-muat tidak begitu banyak, sehingga gudang barang
tidak perlu besar. Untuk keperluan keluar masuknya penumpang dan barang,
sebaiknya jalan masuk-keluar dipisahkan. Penumpang melalui lantai atas dengan
menggunakan jembatan langsung ke kapal, sedang barang-barang melalui dermaga.

Gambar 4.
Pelabuhan Penumpang

PELAKSANAAN PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Kabupaten Malang adalah salah satu kabupaten di Indonesia yang terletak di
Propinsi Jawa Timur dan merupakan kabupaten yang terluas wilayahnya dari 37
kabupaten/kota yang ada di Jawa Timur. Hal ini didukung dengan luas wilayah
3.348 km² atau sama dengan 334.800 ha dan jumlah penduduknya 2.346.710 jiwa
(terbesar kedua setelah Kota Surabaya). Kabupaten Malang juga dikenal sebagai
daerah yang kaya akan potensi hasil lautnya.
Obyek dan cakupan wilayah dalam penelitian ini adalah bagian Selatan dari
wilayah Kabupaten Malang, yaitu Pantai Sendang Biru yang terletak di Desa
Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Wilayah ini terletak 69 km dari
Kota Malang dengan luas wilayah 8.37 km2, melewati
Turen dan Sumbermanjing Wetan. Pantai Sendang Biru juga dikenal sebagai tempat
pendaratan ikan serta tempat pelelangan ikan Kabupaten Malang, Pantai ini
berhadapan dengan Pulau Sempu yang hanya terpisahkan oleh selat sempit.
Secara visual deskripsi cakupan wilayah dalam penelitian ini adalah seperti
ditunjukan pada peta di bawah ini.

Gambar 5.
Lokasi Penelitian
Diagram Alir Penelitian
Guna mencapai tujuan dan sasaran kegiatan survei hidrografi untuk
menentukan kesesuaian lokasi perencanaan pembangunan pelabuhan, maka perlu
dilakukan penelitian untuk menyajikan lebih jauh tentang proses persiapan,
perolehan data, pengukuran, pengolahan data, dan penyajian hasil.
Secara umum proses pekerjaan dapat digambarkan pada diagram alir penelitian
di bawah ini.

Peninjauan Lapangan dan Pemilihan Lokasi

Kerangka Kontrol Peta Data Hidro Oceanografi

Pengukuran KKH Pengukuran KKV Pengamatan ArusPengamatan Gelombang


- Pengukuran GPS (X,Y) - Pengamatan Pasut

Datum Vertikal
- Chart Datum (Z)

Processing Data Processing Data Data Angin

Kerangka
Processing Data Kontrol PetaProcessing
(X,Y,Z) Data

Peta Gabungan
Pemetaan TopografiTopografiPemetaan
dan Bathimetri
Bathimetri

Peta Arus Data Gelombang

Analisa Kesesuaian Lokasi Pelabuhan

Gambar 6.
Diagram Proses Penelitian
Hasil
Pengukuran Kedalaman
Pemetaan bathimetri di wilayah perairan Pantai Sendang Biru Kecamatan
Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang mempunyai kedalaman air yang cukup
untuk dilalui perahu survei dan dapat pula dilakukan pengukuran kedalaman airnya
dengan menggunakan peralatan perum gema.
Sebelum dimulai pelaksanaan pemeruman, terlebih dahulu dilakukan
pengecekan dan kalibrasi terhadap alat-alat survei, yaitu kalibrasi echosounder
yang dilakukan dengan pengecekan nilai bacaan kedalaman dengan menggunakan
metode barcheck. Langkah-langkah pengukuran barcheck adalah:
 Kapal survei dengan seluruh personil dan peralatan yang diperlukan
bergerak menuju daerah survei.
 Pengukuran barcheck transduser di bawah permukaan laut dan
kemudian pada echosounder tersebut diatur sedemikian rupa, sehingga
guratan pancaran gelombang pada echogram tepat pada garis skala sesuai
dengan kedalaman transduser.
 Kemudian diturunkan plat barcheck dengan tali atau rantai (yang sudah
ditandai dengan satuan meter) dan dihidupkan echosounder.
 Dicocokkan kedalaman rantai barcheck yang telah dicelupkan ke perairan
sedalam 1 m dengan hasil rekaman di kertas echosounder. Apabila hasil
rekaman di kertas tidak sama dengan kedalaman barcheck, maka kertas
echosounder digeser dengan cara memutar sekrup penggerak kertas
hingga kedalaman yang terekam sama dengan kedalaman rantai barcheck
yang tercelup.
 Kemudian barcheck diturunkan kembali pada kedalaman 2 m. Apabila
hasil rekaman kertas sudah sesuai, maka diturunkan kembali secara
bertahap meter per meter.
 Bilamana pada echosounder terlihat menunjukkan kedalaman yang
sebenarnya pada setiap penurunan, kemudian barcheck dinaikkan meter
per meter seperti pada saat penurunan.
 Jika hasil rekaman tersebut masih akurat sampai alat barcheck terangkat
ke permukaan, maka echosounder siap digunakan dan berarti pekerjaan
pemeruman dapat segera dilakukan.
Pengukuran barcheck dilakukan setiap hari di awal dan di akhir survei
(pemeruman). Apabila pada saat dilakukan pemeruman terjadi pemutusan power/alat
mati, maka harus dilakukan pengukuran barcheck kembali. Hasil pengukuran
barcheck ini biasanya digunakan untuk mendapatkan kedalaman laut yang sebenarnya
pada saat pengukuran.

Pengukuran Topografi
Pada wilayah pesisir yang tidak terpengaruh oleh pasang surutnya air laut,
dilakukan pula pengukuran topografi. Pengukuran ini dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran tentang tinggi rendahnya permukaan tanah serta
obyek-obyek yang bersifat alamiah maupun buatan manusia yang terdapat pada
wilayah tersebut. Wilayah yang dipetakan adalah daerah daratan yang berada pada
sekitar Pantai Sendang Biru Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang.
Pemanfaatan data topografi ini adalah sebagai dasar perencanaan fasilitas pelabuhan
dan perencanaan jalan menuju pelabuhan.
Pelaksanaan pengukuran topografi dilaksanakan dengan metode radial, yaitu
menggunakan titik poligon sebagai tempat berdirinya alat yang dapat membidik
titik-titik detail ke segala arah. Pada setiap titik detail yang akan diukur diberi rambu
ukur supaya dapat ditentukan jarak dan sudutnya. Apabila pengukuran topografi
dilakukan secara digital dengan menggunakan peralatan total station, maka
kehandalan data ukuran lapangan yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan
ketelitiannya. Keseluruhan data topografi nantinya akan digabungkan dengan data
hasil pemeruman dan diproses dengan menggunakan komputer menjadi satu
kesatuan dalam peta bathimetri.

Pengamatan Arus
Pengukuran arus dilakukan dengan current meter yang dapat mencatat
besarnya kecepatan dan arah arus. Pengukuran arus pasang surut dilaksanakan di
dua titik di perairan Sendang Biru, yakni pada posisi 8025’40” LS dan 112042’13”
BT untuk saat pasang purnama serta pada posisi 8025’38” LS dan 112042’18” BT
untuk saat pasang perbani.
Berdasarkan pengukuran tersebut diperoleh diagram orientasi arus di titik
pengukuran, dimana angka 0 (nol) sampai 315 menunjukkan arah arus secara radial
(derajat), sedangkan angka-angka pada sumbu X dan Y
adalah besarnya kecepatan arus dalam m/detik. Arah 00 atau 3600 sama dengan arah
arus ke Utara.
Pelaksanaan pengukuran arus pasang surut, yaitu sebagai berikut:
 Pengukuran arus dilakukan pada 1 (satu) titik pada posisi arus yang
mempunyai pengaruh penting. Pada masing-masing titik, pengukuran arus
dilakukan pada kedalaman 0,2d, 0,6d, dan 0,8d, dimana d adalah
kedalaman air.
 Pengukuran arus dilakukan 2 kali, yaitu pada saat spring tide dan neap
tide. Lama pengukuran masing-masing minimal 24 jam per 1 hari, yaitu
dari saat surut sampai dengan saat surut berikutnya atau pada saat pasang
ke saat pasang berikutnya. Hal ini disebut 1 siklus pasang surut.
Gambar 7.
Diagram Arus Hasil Pengukuran pada Kedalaman 0.2d (unit
radial adalah derajat, sumbu X-Y adalah m/det.)
(a) Pada Saat Pasang Purnama
(b) Pada Saat Pasang Perbani

Pada kedalaman 0.2d kecepatan arus pada saat pasang purnama (a) lebih besar
dibandingkan dengan pada saat pasang perbani (b). Kecepatan maksimum pada saat
pasang purnama mencapai 0,68 m/det dengan arah 84°, sedangkan pada saat pasang
mati kecepatan maksimum sebesar 0,29 m/det dengan arah 258°.

Gambar 8.
Diagram Arus Hasil Pengukuran pada Kedalaman 0.6d (unit
radial adalah derajat, sumbu X-Y adalah m/det.)
(c) Pada Saat Pasang Purnama
(d) Pada Saat Pasang Perbani
Pada kedalaman 0.6d kecepatan arus pada saat pasang purnama (c) lebih besar
dibandingkan dengan pada saat pasang perbani (d). Kecepatan maksimum pada saat
pasang purnama mencapai 0,64 m/det dengan arah 85°, sedangkan pada saat pasang
mati kecepatan maksimum sebesar 0,26 m/det dengan arah 77°.

Gambar 9.
Diagram Arus Hasil Pengukuran pada Kedalaman 0.8d (unit
radial adalah derajat, sumbu X-Y adalah m/det.)
(e) Pada Saat Pasang Purnama
(f) Pada Saat Pasang Perbani

Pengamatan Gelombang
Pengukuran gelombang dapat dilakukan secara visual selama 15 hari secara
terus-menerus yang mencakup pengukuran-pengukuran tinggi gelombang, periode
gelombang, dan arah datang gelombang. Pengukuran dilakukan dengan cara
pembacaan elevasi muka air laut akibat gelombang yang terrekam pada wave
recorder yang telah dipasang pada tempat tertentu secara periodik setiap 20-60
menit. Semakin banyak data yang tercatat, maka semakin akurat hasil yang
diperoleh.
Hasil yang diperoleh dari pengukuran gelombang yang berupa data elevasi
muka air yang ditunjukkan dengan gambar berikut.
1

0.8

0.6

0.4

0.2

-0.2

1 101 201 301 401 501 601 701 801 901 10011101120113011401150116011701180119012001
-0.4

-0.6

-0.8

-1

Gambar 10.
Hasil Pengukuran Gelombang

Dari gambar diatas, absis merupakan waktu dimulainya pencatatan dan


metode penentuan gelombang yang digunakan adalah zero upcrossing method,
dimana dalam metode ini dapat dijabarkan dalam langkah-langkah sebagai berikut:
 Diambil sejumlah data dari hasil pencatatan gelombang dengan asumsi
yang diambil adalah 1/5 dari jumlah data.
 Menentukan rerata elevasi gelombang dari hasil pencatatan wave
recorder.
 Rerata gelombang ditentukan sebagai garis nol.
 Kurva gelombang ditelusuri dari awal sampai akhir terhadap garis nol.
 Menandai pertemuan antara kurva naik dan garis nol, dimana titik tersebut
dianggap sebagai awal dari satu gelombang.
 Penelusuran dilanjutkan dan menandai perpotongan antara garis naik
dengan garis nol, dimana titik perpotongan tersebut dianggap sebagai akhir
dari satu gelombang satu dan awal gelombang berikutnya.
 Periode gelombang merupakan selisih dari titik pertemuan satu dengan
titik pertemuan berikutnya.
Pengukuran dilakukan menggunakan metode pengukuran setiap 30 menit
dengan frekuensi pengambilan 2 Hz atau 2 data setiap detiknya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemanfaatan Penentuan Datum Vertikal
Pada umumnya datum vertikal untuk peta topografi adalah bidang air laut
rata-rata (mean sea level), sedang untuk peta bathimetri digunakan bidang/muka
surutan peta (chart datum). Apabila pemetaan topografi dilakukan di daerah pantai,
maka peta ini akan dimanfaatkan sebagai dasar perencanaan suatu bangunan yang
berhubungan erat dengan kelautan, seperti perencanaan lokasi pelabuhan. Dalam hal
ini tidak akan cukup informasi topografi saja sebagai dasar perencanaannya, akan
tetapi masih dibutuhkan informasi tentang kedalaman air laut yang dapat disajikan
dalam bentuk peta bathimetri serta data oseanografi, seperti arus, angin, dan
gelombang.
Sebagai salah satu jalan keluar, maka perlu dipilih datum vertikal tunggal
yang dipergunakan – baik untuk pemetaan topografi maupun pemetaan bathimetri,
yaitu bidang/muka surutan peta (chart datum). Pemanfaatan muka surutan peta
(chart datum) dalam penggabungan peta topografi dan peta bathimetri akan sangat
membantu dalam kegiatan perencanaan maupun pelaksanaan rekayasa kelautan
dengan memanfaatkan daerah yang terletak di daratan dan laut seperti pada
perencanaan lokasi pelabuhan.

Peta Bathimetri untuk Perencanaan Pelabuhan


Peta bathimetri merupakan peta yang menginformasikan posisi-posisi
kedalaman air, sehingga peta bathimetri mampu menampilkan pula kondisi
permukaan dari dasar perairan. Peta bathimetri akan sangat bermanfaat dalam
perencanaan pelabuhan, seperti perencanaan lokasi pelabuhan, penentuan alur
pelayaran, dan perencanaan lokasi dermaga.

Perencanaan Alur Pelayaran


Untuk urgensi pelayaran, maka kapal-kapal memerlukan kedalaman air yang
sama dengan sarat kapal (draft) ditambah dengan suatu kedalaman tambahan.
Kedalaman air untuk pelabuhan didasarkan pada frekuensi kapal-kapal dengan
ukuran tertentu yang masuk ke pelabuhan. Jika kapal- kapal terbesar masuk ke
pelabuhan hanya satu kali dalam beberapa hari, maka kapal tersebut hanya boleh
masuk pada air pasang, sedang kapal- kapal kecil harus dapat masuk ke pelabuhan
pada setiap saat.
Dari titik-titik kedalaman yang terdapat dalam peta bathimetri pada wilayah
perairan Sendang Biru, maka dapat disimpulkan bahwa jalur pelayaran dapat dilalui
oleh kapal yang memiliki draft maksimal 8,5 meter yang terbagi menjadi dua jalur
pelayaran, yaitu:
1. Jalur yang hanya dapat dilalui oleh kapal yang memiliki draft
maksimal 4,5 meter dengan kedalaman alur pelayaran maksimal 5
meter di bawah muka surutan peta (chart datum), sehingga memiliki
angka keamanan sebesar 0,5 meter.
2. Jalur pelayaran yang dapat dilalui kapal dengan draft maksimal 8,5 meter
dengan kedalaman alur minimal 8,9 meter di bawah muka surutan peta
(chart datum), sehingga memiliki angka keamanan sebesar 0,4 meter.

PETA
RENCANA JALUR PELAYARAN
ISI LEMBAR NO LEMBAR

SKALA 1 : 10.000
9068700

0 1 5 10 cm

1000 m

PULAU JAWA

LEGENDA

9068200

= Garis Pantai

DESA. TAMBAKREJO KEC. SUMBERMANJING KAB. MALANG = Garis Kontur

= Bangunan

9067700

= Dermaga
WISATA SENDANG BIRU
BM01
BM02 E : 685619.129
PEMUKIMAN
Jalur pelayaran dengan
MUSHO E : 685571.011 N : 9067585.665 TB01 N : 9067572.876 Z : 3.875
E : 685477.078 Z : 3.010

draft kapal maksimal 4,5 m


N : 9067552.504
Z : 4.662 =

Jalur pelayaran dengan

DINAS
= Jalan
KOPERASI P KANAN =
draft kapal maksimal 8,5 m

SPBU KETERANGAN :

TB02
Tempat Pelelanggan Ikan E : 685225.943
9067200 N : 9067215.985
BM03 Z : 3.864
E : 685057.6885
N : 9067185.6886

= BM ( Bench Mark )
System Koordinat :
Universal Transverse Mercator (UTM) No.Zone : 49 south
Datum Horizontal : Ellipsoid WGS 84
Datum Vertikal : Chard Datum (0.0)
Derived from 29 days Tide Observation

PULAU SEMPU

= Titik Kontrol Peta

9066700

Digambar Diperiksa Disetujui

685000 685500 686000 686500 687000 687500 688000


DANIEL

3.79

C.D0.0

Gambar 11.
Peta Alur Pelayaran

Perencanaan Lokasi Dermaga


Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan
bertambat pada dermaga tersebut. Dalam mempertimbangkan ukuran dermaga harus
didasarkan pada ukuran-ukuran minimal, sehingga kapal dapat bertambat atau
meninggalkan dermaga maupun melakukan bongkar muat barang dengan aman,
cepat dan lancar.
Lokasi dermaga yang ada di pelabuhan Sendang Biru sekarang ini hanya
dapat digunakan untuk kapal yang memiliki draft maksimal 4,5 meter untuk
merapat di pelabuhan karena memiliki kedalaman maksimal 5 meter di bawah
muka surutan peta (chart datum) pada kolam pelabuhan, sehingga tidak dapat
digunakan untuk kapal yang memiliki draft lebih dari 4,5 meter untuk merapat.
Untuk itu harus dibuat rencana lokasi dermaga untuk kapal yang memiliki draft
lebih dari 4,5 meter untuk merapat di pelabuhan.
Direncanakan kapal yang akan berlabuh di dermaga pelabuhan adalah kapal
yang memiliki draft maksimal sampai dengan 8,5 meter, sehingga dibuat rencana
lokasi dermaga untuk kapal dengan draft maksimal 8,5 meter dengan kedalaman
minimal 10 meter di bawah muka surutan peta (chart datum) pada area kolam
pelabuhan.

9067700

PULAU JAWA PETA RENCANA PELABUHAN


BM01
BM02 E : 685619.129 E : 685571.011 N : 9067585.665
N : 9067572.876 Z : 3.875
Z : 3.010
TB01
E : 685477.078
N : 9067552.504 ISI LEMBAR NO LEMBAR
Z : 4.662

SKALA 1 : 2500

9067450

0 1 5 10 cm
250 m

DESA TAMBAKREJO
KEC. SUMBERMANJING WETAN KAB. MALANG

LEGENDA

=
Garis Pantai

TB02
E : 685225.943 = Garis Kontur
N : 9067215.985
Z : 3.864

9067200

=
Jalan

=
BM ( Bench Mark )

= Titik Kontrol Peta

= Bangunan

= Rencana Pelabuhan

9066950

KETERANGAN :
System Koordinat :
Universal Transverse Mercator (UTM) No.Zone : 49 south
Datum Horizontal : Ellipsoid WGS 84
Datum Vertikal : Chard Datum (0.0)
Derived from 29 day's Tide Observation
PULAU SEMPU
BM03
E : 685057.6885
N : 9067185.6886

9066700

3.79

C.D0.0

9066450

684750 685000 685250 685500 685750 686000


DANIEL

Gambar 12.
Peta Lokasi Dermaga Digambar DiperiksaDisetujui

Peta Topografi untuk Perencanaan Pelabuhan


Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk
membangun suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di masa
mendatang. Daerah daratan yang informasinya dapat dilihat didalam peta topografi
harus diperoleh informasi tentang daratan yang cukup luas untuk membangun suatu
fasilitas pelabuhan, seperti dermaga, jalan, gudang, dan fasilitas pendukung lainnya.
Informasi planimetris dari peta topografi akan memungkinkan
direncanakannya letak dari pelabuhan beserta fasilitasnya yang dikaitkan dengan
posisi jalan yang telah ada. Untuk peta topografi di wilayah Sendang Biru
Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang dimungkinkan untuk
dibangun suatu pelabuhan karena adanya dataran yang cukup luas dan datar untuk
lokasi dermaga dan fasilitasnya. Kedudukan dermaga terlihat tidak begitu jauh
dengan kedudukan jaringan jalan menuju wilayah Kota Malang.
KESIMPULAN
1. Peranan peta bathimetri sangat bermanfaat dalam perencanaan lokasi
pelabuhan, seperti:
 Jalur pelayaran di wilayah perairan Sendang Biru dapat dilalui oleh
kapal yang memiliki draft maksimal 8,5 meter yang terbagi menjadi
dua jalur pelayaran, yaitu: (a) jalur yang hanya dapat dilalui oleh kapal
yang memiliki draft maksimal 4,5 meter dan (b) jalur pelayaran yang
dapat dilalui kapal dengan draft maksimal 8,5 meter.
 Dari titik-titik kedalaman pada peta bathimetri dapat digunakan dalam
perencanaan lokasi dermaga untuk kapal yang memiliki draft maksimal
sampai dengan 8,5 meter dengan kedalaman minimal 10 meter di
bawah muka surutan peta (chart datum) pada area kolam pelabuhan
agar kapal dapat merapat di pelabuhan.
2. Dalam perencanaan pelabuhan data kecepatan dan arah angin sangat
diperlukan karena angin dapat menimbulkan arus dan gelombang.
3. Dari peta arus dapat disimpulkan bahwa arah jalur pelayaran kapal pada
perairan Sendang Biru yang ingin masuk ke pelabuhan, yaitu ke arah
Timur searah dengan penjalaran arus dominan.
4. Data tinggi dan periode gelombang digunakan untuk studi ketenangan
pada kolam pelabuhan untuk kapal yang ingin melakukan bongkar muat
barang di pelabuhan. Berdasarkan pengamatan gelombang di daerah
perairan Sendang Biru dengan tinggi gelombang rata-rata sebesar
0,313926 m, sehingga aman bagi kapal kecil untuk melakukan bongkar
muat pada area kolam pelabuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H.Z. 2001. Geodesi Satelit. Jakarta: PT. Pradnya Paramitha.
Anonim. 1998. IHO Standards For Hydrographic Surveys. Special Publication No. 44
(SP 44). April 1998.
Danuningrat, Abdulmuttalib. 1977. Pelabuhan. Diktat Kuliah. Bandung: ITB.
Kramadibrata, Soedjono. 2001. Perencanaan Pelabuhan. Bandung: Penerbit ITB.
Triatmodjo, Bambang. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Poerbandono, Eka Djunasjah. 2005. Survei Hidrografi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Wongsotjitro, Soetomo. 1994. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai