Deo
ABSTRAKSI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Globalisasi yang dipicu dengan perkembangan teknologi informasi dan
perdagangan yang melanda dunia secara cepat sangat berpengaruh pada beberapa
sektor, terutama sektor transportasi. Sektor transportasi sangat berpengaruh terhadap
aktivitas pembangunan pada suatu wilayah.
Kabupaten Malang sekarang ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan
perdagangan yang sangat pesat, Salah satu kawasan di Malang Selatan yang
mempunyai potensi untuk dikembangkan adalah kawasan pantai Sendang Biru
karena memiliki potensi alam yang mendukung. Ditinjau dari letak geografisnya,
kawasan ini mempunyai lokasi yang strategis karena wilayah perairan lautnya
berhadapan dengan Pulau Sempu, sehingga kondisi perairannya relatif tenang. Oleh
karena itu, dibutuhkan adanya dukungan kebijakan untuk menyiapkan infrastruktur
1
prasarana transportasi yang memadai, yaitu transportasi laut yang mencakup
kegiatan pelayanan pengangkutan barang dan penumpang melalui laut.
Salah satu prasarana fisik di dalam transportasi laut adalah pelabuhan yang
berfungsi sebagai tempat bongkar muat barang dan naik turunnya penumpang.
Sebagai tindakan antipasi perkembangan permintaan tentang jasa angkutan laut pada
masa mendatang, maka perlu dipersiapkan lokasi- lokasi baru untuk pelabuhan.
Dalam hal ini perlu dilakukan penelitian kesesuaiannya pada lokasi baru untuk
pelabuhan yang antara lain berupa kegiatan pengamatan pasang surut air laut,
pemetaan bathimetri, oseanografi (angin, gelombang, arus), dan data penunjang
lainnya di pesisir sekitarnya yang akan dimanfaatkan sebagai data dasar untuk
perencanaan pelabuhan.
Guna mengetahui secara pasti sejauh mana lokasi baru untuk perencanaan
pembangunan pelabuhan, maka perlu dilakukan kegiatan survei dan penelitian untuk
menentukan kesesuaiannya yang kegiatannya disebut sebagai survei hidrografi.
Identifikasi Masalah
Mengingat pentingnya transportasi laut untuk perkembangan di suatu daerah,
maka perlu dilakukan perencanaan pembangunan pelabuhan. Salah satu kegiatan
dalam perencanaan pelabuhan adalah survei hidrografi yang mencakup penelitian
pasang surut air laut, pemetaan bathimetri dan oseanografi (angin, gelombang, arus)
dan berdasarkan data penunjang lainnya untuk menentukan kesesuaian lokasi
pelabuhan baru. Dengan demikian, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
adalah sejauh mana peranan survey hidrografi dalam perencanaan lokasi
pembangunan pelabuhan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan tentang peranan atau fungsi dari
Survei Hidrografi dalam menentukan lokasi pembangunan pelabuhan berdasarkan
data dan peta hidrografi yang meliputi peta topografi, peta bathimetri, data angin,
peta arus, data pasang surut dan data gelombang.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui langkah-langkah kerja survei dan pemetaan dalam
penentuan lokasi pembangunan pelabuhan.
Salah satu referensi untuk pekerjaan survei dan pemetaan bathimetri pada
kegiatan perencanaan pelabuhan.
DASAR TEORI
Definisi dan Lingkup Hidrografi
Definisi hidrografi adalah cabang ilmu yang berkepentingan dengan
pengukuran sifat dan bentuk dasar perairan dan dinamika badan air. Fenomena dasar
perairan yang disebut dalam definisi tersebut di atas meliputi: bathimetri atau
‘topografi’ dasar laut, jenis material dasar laut, dan morfologi dasar laut. Sementara
itu, dinamika badan air yang disebut dalam definisi tersebut di atas meliputi: pasang-
surut muka air dan arus. Data mengenai fenomena dasar perairan dan dinamika
badan air diperoleh dari pengukuran yang kegiatannya disebut sebagai survei
hidrografi. Data yang diperoleh dari survei hidrografi kemudian diolah dan disajikan
sebagai informasi geospasial atau informasi yang terkait dengan posisi di muka
bumi. Sehubungan dengan hal itu, maka seluruh informasi yang disajikan harus
memiliki data posisi dalam ruang yang mengacu pada suatu sistem referensi tertentu.
Oleh karenanya, posisi suatu obyek, di dalam dan di dasar perairan merupakan titik
perhatian utama dalam hidrografi. Informasi hidrografi utamanya ditujukan untuk:
Navigasi dan keselamatan pelayaran,
Penetapan batas wilayah atau daerah dilaut; dan
Studi dinamika pesisir dan pengelolaan sumberdaya laut.
Pengguna produk hidrografi terdiri dari berbagai sektor, terutama transformasi
maritim dan navigasi, pengelolaan kawasan pesisir, eksplorasi dan eksploitasi
sumberdaya laut, pengelolaan lingkungan laut, rekayasa lepas pantai, hukum laut
dan zona ekonomi eksklusif, serta aplikasi-aplikasi survei di pesisir dan laut lainnya.
Peta Bathimetri
Peta bathimetri adalah peta yang memperlihatkan sifat dan konfigurasi dari
dasar laut (informasi kedalaman, bahaya pelayaran, geomorfologi, dan sebagainya)
yang diperoleh dari hasil kegiatan bathimetri, geologis, dan geofisika.
Peta bathimetri pada umumnya dipergunakan untuk kegiatan perencanaan
dengan skala yang lebih besar. Penentuan posisi harus teliti, demikian pula dengan
pengukuran kedalaman. Pemanfaatan peta bathimetri antara lain untuk peta
perencanaan, peta konstruksi, maupun untuk kegiatan-kegiatan perencanaan
pelabuhan, pengerukan, pemasangan pipa/ kabel, pembuangan sisa (waste diposal),
water intake, dan berbagai konstruksi di laut.
Gambar 1.
Tekanan Angin pada Beberapa Bentuk Pelabuhan
Gambar 2.
Pencatatan Gelombang di Suatu Tempat
Pelabuhan Barang
Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk
bongkar muat barang. Pelabuhan barang dapat berada di pantai atau estuari dari
sungai besar. Daerah perairan pelabuhan harus cukup tenang, sehingga memudahkan
bongkar muat barang. Pelabuhan barang ini bisa dibuat oleh Pemerintah sebagai
pelabuhan niaga atau pelabuhan swasta untuk keperluan transpor hasil produksinya
seperti baja, aluminium, pupuk, batu bara, minyak, dan sebagainya.
Pada dasarnya pelabuhan barang harus mempunyai perlengkapan-
perlengkapan berikut ini:
Dermaga harus panjang dan dapat menampung seluruh panjang kapal atau
setidak-tidaknya 80% dari panjang kapal. Hal ini disebabkan muatan dapat
dibongkar-muat melalui bagian depan, belakang dan di tengah kapal.
Mempunyai halaman dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar
muat barang. Barang yang akan dimuat disiapkan di atas dermaga dan
kemudian diangkat dengan kran masuk kapal. Demikian pula
pembongkarannya dilakukan dengan kran dan barang diletakkan di atas
dermaga yang kemudian diangkut ke gudang.
Mempunyai gudang transito/penyimpanan di belakang halaman dermaga.
Tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan/pemasukan barang dari
dan ke gudang serta mempunyai fasilitas untuk reparasi.
Gambar 3.
Pelabuhan Barang
Pelabuhan Penumpang
Pelabuhan penumpang tidak banyak berbeda dengan pelabuhan barang. Pada
pelabuhan barang, di belakang dermaga terdapat gudang- gudang, sedang untuk
pelabuhan penumpang dibangun stasiun penumpang yang melayani segala kegiatan
yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang bepergian, seperti kantor imigrasi,
duane, keamanan, direksi pelabuhan, maskapai pelayaran, dan sebagainya. Barang-
barang yang perlu dibongkar-muat tidak begitu banyak, sehingga gudang barang
tidak perlu besar. Untuk keperluan keluar masuknya penumpang dan barang,
sebaiknya jalan masuk-keluar dipisahkan. Penumpang melalui lantai atas dengan
menggunakan jembatan langsung ke kapal, sedang barang-barang melalui dermaga.
Gambar 4.
Pelabuhan Penumpang
PELAKSANAAN PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Kabupaten Malang adalah salah satu kabupaten di Indonesia yang terletak di
Propinsi Jawa Timur dan merupakan kabupaten yang terluas wilayahnya dari 37
kabupaten/kota yang ada di Jawa Timur. Hal ini didukung dengan luas wilayah
3.348 km² atau sama dengan 334.800 ha dan jumlah penduduknya 2.346.710 jiwa
(terbesar kedua setelah Kota Surabaya). Kabupaten Malang juga dikenal sebagai
daerah yang kaya akan potensi hasil lautnya.
Obyek dan cakupan wilayah dalam penelitian ini adalah bagian Selatan dari
wilayah Kabupaten Malang, yaitu Pantai Sendang Biru yang terletak di Desa
Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Wilayah ini terletak 69 km dari
Kota Malang dengan luas wilayah 8.37 km2, melewati
Turen dan Sumbermanjing Wetan. Pantai Sendang Biru juga dikenal sebagai tempat
pendaratan ikan serta tempat pelelangan ikan Kabupaten Malang, Pantai ini
berhadapan dengan Pulau Sempu yang hanya terpisahkan oleh selat sempit.
Secara visual deskripsi cakupan wilayah dalam penelitian ini adalah seperti
ditunjukan pada peta di bawah ini.
Gambar 5.
Lokasi Penelitian
Diagram Alir Penelitian
Guna mencapai tujuan dan sasaran kegiatan survei hidrografi untuk
menentukan kesesuaian lokasi perencanaan pembangunan pelabuhan, maka perlu
dilakukan penelitian untuk menyajikan lebih jauh tentang proses persiapan,
perolehan data, pengukuran, pengolahan data, dan penyajian hasil.
Secara umum proses pekerjaan dapat digambarkan pada diagram alir penelitian
di bawah ini.
Datum Vertikal
- Chart Datum (Z)
Kerangka
Processing Data Kontrol PetaProcessing
(X,Y,Z) Data
Peta Gabungan
Pemetaan TopografiTopografiPemetaan
dan Bathimetri
Bathimetri
Gambar 6.
Diagram Proses Penelitian
Hasil
Pengukuran Kedalaman
Pemetaan bathimetri di wilayah perairan Pantai Sendang Biru Kecamatan
Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang mempunyai kedalaman air yang cukup
untuk dilalui perahu survei dan dapat pula dilakukan pengukuran kedalaman airnya
dengan menggunakan peralatan perum gema.
Sebelum dimulai pelaksanaan pemeruman, terlebih dahulu dilakukan
pengecekan dan kalibrasi terhadap alat-alat survei, yaitu kalibrasi echosounder
yang dilakukan dengan pengecekan nilai bacaan kedalaman dengan menggunakan
metode barcheck. Langkah-langkah pengukuran barcheck adalah:
Kapal survei dengan seluruh personil dan peralatan yang diperlukan
bergerak menuju daerah survei.
Pengukuran barcheck transduser di bawah permukaan laut dan
kemudian pada echosounder tersebut diatur sedemikian rupa, sehingga
guratan pancaran gelombang pada echogram tepat pada garis skala sesuai
dengan kedalaman transduser.
Kemudian diturunkan plat barcheck dengan tali atau rantai (yang sudah
ditandai dengan satuan meter) dan dihidupkan echosounder.
Dicocokkan kedalaman rantai barcheck yang telah dicelupkan ke perairan
sedalam 1 m dengan hasil rekaman di kertas echosounder. Apabila hasil
rekaman di kertas tidak sama dengan kedalaman barcheck, maka kertas
echosounder digeser dengan cara memutar sekrup penggerak kertas
hingga kedalaman yang terekam sama dengan kedalaman rantai barcheck
yang tercelup.
Kemudian barcheck diturunkan kembali pada kedalaman 2 m. Apabila
hasil rekaman kertas sudah sesuai, maka diturunkan kembali secara
bertahap meter per meter.
Bilamana pada echosounder terlihat menunjukkan kedalaman yang
sebenarnya pada setiap penurunan, kemudian barcheck dinaikkan meter
per meter seperti pada saat penurunan.
Jika hasil rekaman tersebut masih akurat sampai alat barcheck terangkat
ke permukaan, maka echosounder siap digunakan dan berarti pekerjaan
pemeruman dapat segera dilakukan.
Pengukuran barcheck dilakukan setiap hari di awal dan di akhir survei
(pemeruman). Apabila pada saat dilakukan pemeruman terjadi pemutusan power/alat
mati, maka harus dilakukan pengukuran barcheck kembali. Hasil pengukuran
barcheck ini biasanya digunakan untuk mendapatkan kedalaman laut yang sebenarnya
pada saat pengukuran.
Pengukuran Topografi
Pada wilayah pesisir yang tidak terpengaruh oleh pasang surutnya air laut,
dilakukan pula pengukuran topografi. Pengukuran ini dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran tentang tinggi rendahnya permukaan tanah serta
obyek-obyek yang bersifat alamiah maupun buatan manusia yang terdapat pada
wilayah tersebut. Wilayah yang dipetakan adalah daerah daratan yang berada pada
sekitar Pantai Sendang Biru Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang.
Pemanfaatan data topografi ini adalah sebagai dasar perencanaan fasilitas pelabuhan
dan perencanaan jalan menuju pelabuhan.
Pelaksanaan pengukuran topografi dilaksanakan dengan metode radial, yaitu
menggunakan titik poligon sebagai tempat berdirinya alat yang dapat membidik
titik-titik detail ke segala arah. Pada setiap titik detail yang akan diukur diberi rambu
ukur supaya dapat ditentukan jarak dan sudutnya. Apabila pengukuran topografi
dilakukan secara digital dengan menggunakan peralatan total station, maka
kehandalan data ukuran lapangan yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan
ketelitiannya. Keseluruhan data topografi nantinya akan digabungkan dengan data
hasil pemeruman dan diproses dengan menggunakan komputer menjadi satu
kesatuan dalam peta bathimetri.
Pengamatan Arus
Pengukuran arus dilakukan dengan current meter yang dapat mencatat
besarnya kecepatan dan arah arus. Pengukuran arus pasang surut dilaksanakan di
dua titik di perairan Sendang Biru, yakni pada posisi 8025’40” LS dan 112042’13”
BT untuk saat pasang purnama serta pada posisi 8025’38” LS dan 112042’18” BT
untuk saat pasang perbani.
Berdasarkan pengukuran tersebut diperoleh diagram orientasi arus di titik
pengukuran, dimana angka 0 (nol) sampai 315 menunjukkan arah arus secara radial
(derajat), sedangkan angka-angka pada sumbu X dan Y
adalah besarnya kecepatan arus dalam m/detik. Arah 00 atau 3600 sama dengan arah
arus ke Utara.
Pelaksanaan pengukuran arus pasang surut, yaitu sebagai berikut:
Pengukuran arus dilakukan pada 1 (satu) titik pada posisi arus yang
mempunyai pengaruh penting. Pada masing-masing titik, pengukuran arus
dilakukan pada kedalaman 0,2d, 0,6d, dan 0,8d, dimana d adalah
kedalaman air.
Pengukuran arus dilakukan 2 kali, yaitu pada saat spring tide dan neap
tide. Lama pengukuran masing-masing minimal 24 jam per 1 hari, yaitu
dari saat surut sampai dengan saat surut berikutnya atau pada saat pasang
ke saat pasang berikutnya. Hal ini disebut 1 siklus pasang surut.
Gambar 7.
Diagram Arus Hasil Pengukuran pada Kedalaman 0.2d (unit
radial adalah derajat, sumbu X-Y adalah m/det.)
(a) Pada Saat Pasang Purnama
(b) Pada Saat Pasang Perbani
Pada kedalaman 0.2d kecepatan arus pada saat pasang purnama (a) lebih besar
dibandingkan dengan pada saat pasang perbani (b). Kecepatan maksimum pada saat
pasang purnama mencapai 0,68 m/det dengan arah 84°, sedangkan pada saat pasang
mati kecepatan maksimum sebesar 0,29 m/det dengan arah 258°.
Gambar 8.
Diagram Arus Hasil Pengukuran pada Kedalaman 0.6d (unit
radial adalah derajat, sumbu X-Y adalah m/det.)
(c) Pada Saat Pasang Purnama
(d) Pada Saat Pasang Perbani
Pada kedalaman 0.6d kecepatan arus pada saat pasang purnama (c) lebih besar
dibandingkan dengan pada saat pasang perbani (d). Kecepatan maksimum pada saat
pasang purnama mencapai 0,64 m/det dengan arah 85°, sedangkan pada saat pasang
mati kecepatan maksimum sebesar 0,26 m/det dengan arah 77°.
Gambar 9.
Diagram Arus Hasil Pengukuran pada Kedalaman 0.8d (unit
radial adalah derajat, sumbu X-Y adalah m/det.)
(e) Pada Saat Pasang Purnama
(f) Pada Saat Pasang Perbani
Pengamatan Gelombang
Pengukuran gelombang dapat dilakukan secara visual selama 15 hari secara
terus-menerus yang mencakup pengukuran-pengukuran tinggi gelombang, periode
gelombang, dan arah datang gelombang. Pengukuran dilakukan dengan cara
pembacaan elevasi muka air laut akibat gelombang yang terrekam pada wave
recorder yang telah dipasang pada tempat tertentu secara periodik setiap 20-60
menit. Semakin banyak data yang tercatat, maka semakin akurat hasil yang
diperoleh.
Hasil yang diperoleh dari pengukuran gelombang yang berupa data elevasi
muka air yang ditunjukkan dengan gambar berikut.
1
0.8
0.6
0.4
0.2
-0.2
1 101 201 301 401 501 601 701 801 901 10011101120113011401150116011701180119012001
-0.4
-0.6
-0.8
-1
Gambar 10.
Hasil Pengukuran Gelombang
PETA
RENCANA JALUR PELAYARAN
ISI LEMBAR NO LEMBAR
SKALA 1 : 10.000
9068700
0 1 5 10 cm
1000 m
PULAU JAWA
LEGENDA
9068200
= Garis Pantai
= Bangunan
9067700
= Dermaga
WISATA SENDANG BIRU
BM01
BM02 E : 685619.129
PEMUKIMAN
Jalur pelayaran dengan
MUSHO E : 685571.011 N : 9067585.665 TB01 N : 9067572.876 Z : 3.875
E : 685477.078 Z : 3.010
DINAS
= Jalan
KOPERASI P KANAN =
draft kapal maksimal 8,5 m
SPBU KETERANGAN :
TB02
Tempat Pelelanggan Ikan E : 685225.943
9067200 N : 9067215.985
BM03 Z : 3.864
E : 685057.6885
N : 9067185.6886
= BM ( Bench Mark )
System Koordinat :
Universal Transverse Mercator (UTM) No.Zone : 49 south
Datum Horizontal : Ellipsoid WGS 84
Datum Vertikal : Chard Datum (0.0)
Derived from 29 days Tide Observation
PULAU SEMPU
9066700
3.79
C.D0.0
Gambar 11.
Peta Alur Pelayaran
9067700
SKALA 1 : 2500
9067450
0 1 5 10 cm
250 m
DESA TAMBAKREJO
KEC. SUMBERMANJING WETAN KAB. MALANG
LEGENDA
=
Garis Pantai
TB02
E : 685225.943 = Garis Kontur
N : 9067215.985
Z : 3.864
9067200
=
Jalan
=
BM ( Bench Mark )
= Bangunan
= Rencana Pelabuhan
9066950
KETERANGAN :
System Koordinat :
Universal Transverse Mercator (UTM) No.Zone : 49 south
Datum Horizontal : Ellipsoid WGS 84
Datum Vertikal : Chard Datum (0.0)
Derived from 29 day's Tide Observation
PULAU SEMPU
BM03
E : 685057.6885
N : 9067185.6886
9066700
3.79
C.D0.0
9066450
Gambar 12.
Peta Lokasi Dermaga Digambar DiperiksaDisetujui
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H.Z. 2001. Geodesi Satelit. Jakarta: PT. Pradnya Paramitha.
Anonim. 1998. IHO Standards For Hydrographic Surveys. Special Publication No. 44
(SP 44). April 1998.
Danuningrat, Abdulmuttalib. 1977. Pelabuhan. Diktat Kuliah. Bandung: ITB.
Kramadibrata, Soedjono. 2001. Perencanaan Pelabuhan. Bandung: Penerbit ITB.
Triatmodjo, Bambang. 1996. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Poerbandono, Eka Djunasjah. 2005. Survei Hidrografi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Wongsotjitro, Soetomo. 1994. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.