I. PENDAHULUAN
Prasarana jalan memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang perekonomian
masyarakat. Oleh sebab itu pembangunan jalan perlu dilaksanakan diseluruh daerah
di wilayah Indonesia. Namun kenyataannya tidak semua daerah memiliki sarana
peralatan yang lengkap untuk pembangunan jalan terutama di daerah-daerah
terpencil atau pulau-pulau kecil. Diantaranya tidak semua daerah memiliki alat unit
pencampur aspal (Asphalt Mixing Plan/AMP) sehingga tidak semua daerah dapat
melakukan pembangunan jalan dengan metoda campuran beraspal panas (hot mix).
Mengingat pembangunan jalan tetap harus dilaksanakan disemua daerah maka untuk
daerah yang tidak memiliki AMP maka diantaranya dapat melakukan pembangunan
jalan dengan metoda campuran dingin aspal emulsi.
Dilain pihak, Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat potensial yaitu aspal
alam di Pulau Buton atau disebut Asbuton. Penggunaan Asbuton sebagai bahan
pengikat pada perkerasan campuran beraspal sangat menguntungkan diantaranya
dapat mengatasi keterbatasan pasokan aspal minyak. Puslitbang Jalan dan
Jembatan telah mengkaji berbagai cara pemanfaatan Asbuton sebagai bahan
pengikat pada perkerasan jalan campuran beraspal. Salah satu di antaranya adalah
perkerasan jalan Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi yang akan disampaikan
pada makalah ini. Dengan digunakannya Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi
untuk perkerasan jalan maka setidaknya ada dua keuntungan yaitu dapat mingkatkan
pemanfaatan Asbuton dan juga dapat dilaksanakan secara manual di daerah
terpencil termasuk pulau-pulau kecil yang tidak terjangkau AMP.
1
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
Seperti pada campuran aspal minyak, metoda pencampuran asbuton dapat dilakukan
secara panas (Hot mix) maupun secara dingin (Cold Mix aspal Cutback atau Emulsi).
Dengan demikian persyaratan campuranpun dapat merujuk pada masing-masing
jenis campuran dari aspal minyak. Untuk campuran dingin, sesuai rekomendasi
literatur "Asphalt Cold Mix Manual MS-14 Asphalt Institute", campuran hanya untuk
lalulintas ringan atau sedang atau tambalan. Selain itu, karakteristik campuran hasil
pengujian di laboratorium hanya untuk mendapatkan campuran optimum saja dan
bukan untuk menggambarkan kondisi di lapangan. Hal ini dapat dipahami mengingat
karakteristik optimum campuran pada campuran dingin tidak dapat dicapai dengan
segera.
Pada campuran aspal emulsi, pemahaman terhadap aspal emulsi dan ketepatan
pemilihan jenis aspal emulsi sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan di
lapangan. Aspal emulsi adalah aspal keras yang didispersikan secara merata ke
dalam air. Untuk dapat mendispersikan aspal yang bersifat nonpolar ke dalam air
yang bersifat polar diperlukan bahan pengemulsi (emulsifier) yang molekulnya
memiliki bagian nonpolar dan bagian polar. Bagian nonpolar dari emulsifier akan larut
atau masuk ke dalam aspal sedangkan bagian polar akan larut atau masuk ke dalam
air. Dengan demikian maka pada aspal emulsi setiap butiran kecil aspal akan
berikatan dengan bagian nonpolar emulsifier sedang bagian polar emulsifier berada
pada permukaan dan melapisi permukaan aspal. Butiran aspal yang sudah terlapisi
bagian polar akan dapat terdispersi dalam air.
Ada tiga jenis emulsifier yang dapat digunakan sebagai pengemulsi yaitu emulsifier
kationik, anionik dan nonionik. Untuk aspal emulsi umumnya digunakan emulsifier
jenis kationik dan anionik sehingga muncullah aspal emulsi jenis kationik dan anionik.
Pada aspal emulsi jenis kationik, partikel-partikel aspal menjadi bermuatan
elektropositif sedangkan pada aspal emulsi jenis anionik, partikel-parikel aspal
menjadi bermuatan elektronegatif.
Selain berdasarkan muatan listrik partikelnya, jenis-jenis aspal emulsi juga dibagi
berdasarkan kecepatan mantap (setting), kekentalan, penetrasi residu dan
konsistensi apung residu. Pembagian jenis-jenis aspal emulsi tersebut disajikan pada
Tabel 1. berikut.
2
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
Pemilihan jenis aspal emulsi untuk beton aspal campuran dingin didasarkan
pada jenis dan gradasi agregat yang digunakan. Pada prinsipnya, jika agregat
yang digunakan bersifat elektropositif maka aspal emulsi yang digunakan
sebaiknya jenis anionik, dan jika agregat yang digunakan bersifat
elektronegatif maka aspal emulsi yang digunakan sebaiknya jenis kationik.
Menurut E.W. Mertens & M.J. Borgfeldt, terdapat toleransi pemilihan jenis
aspal emulsi berdasarkan muatan elektro agregat sehingga kriteria efektif
penggunaan aspal emulsi kationik dan anionik seperti disajikan pada Gambar
berikut.
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Kadar Alkali atau Alkali tanah oksida (%) Kadar Alkali atau Alkali tanah oksida (%)
3
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
III. METODOLOGI
Lingkup percobaan Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi yang dilakukan
meliputi riview berbagai hasil uji coba Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi,
pelaksanaan pengujian di laboratorium dan pelaksanaan penghamparan di
lapangan yang meliputi:
Perencanaan tebal perkerasan,
Perencanaan formula campuran,
Pengawasan pelaksanaan lapangan,
Monitoring hasil pelaksanaan lapangan,
Pelaporan
4
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
Puslitbang Jalan dan Jembatan telah melakukan uji gelar Asbuton Campuran Dingin
Aspal Emulsi dan Aspal Cair di Banjaran Kabupaten Bandung dengan hasil sebagai
berikut:
5
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
Ukuran butir Asbuton, (mm) SNI S 03-1968-1990 4,76 2,36 Maks. 2,36 Maks.1,18
Kadar air Asbuton, (%) SNI 06-2490-1991 0,58 0,83 Maks. 2 Maks 2
Kadar bitumen Asbuton, (%) SNI 03-6894-2002 28,10 21,04 27 - 33 23 - 27
Berat jenis bitumen SNI 06-2441-1991 1.02 1.02 Min 1,00 Min 1,00
Penetrasi bitumen pada SNI 06-2456-1991 124 15 33 - 38 19 - 22
o
25 C, 100 g, 5 det, (0,1mm)
o
Titik Lembek bitumen, ( C) SNI 06-2434-1991 44 75 Min. 53 Min. 53
Daktilitas bitumen pada SNI 06-2432-1991 >140 8 > 100 > 100
o
25 C, 5 cm/menit, (cm)
6
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
7
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
8
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
4) Cara Pencampuran
ASBUTON BUTIR
CAMPURAN DINGIN
Dengan unit pencampur aspal (AMP), setiap satu batch asbuton butir
campuran dingin dengan bahan modifier aspal emulsi mantap lambat,
diperlukan waktu pencampuran sekitar 45 detik.
9
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
AGREGAT KASAR100 %
AIR + ANTI STRIPPING
CAMPUR 1 MENIT
(BILA PERLU) 20%
ASBUTON BUTIR
CAMPURAN DINGIN
5) Lokasi Penghamparan
Semua jenis asbuton butir campuran dingin hasil pencampuran diangkut
ke lokasi penghamparan dengan menggunakan truck jungkit berkapasitas
sekitar 12 ton. Jarak dari lokasi pencampuran dengan menggunakan AMP
sekitar 50 km, sedangkan jarak dari lokasi pencampuran dengan
menggunakan pan mixer adalah sekitar 4 km.
Penghamparan percobaan secara skala penuh dilakukan di ruas jalan
antara Cincin Banjaran, dengan panjang dan lebar jalan percobaan
untuk masing-masing jenis campuran adalah:
a. Asbuton butir campuran dingin dengan alat pencampur AMP
Asbuton butir lawele, modifier CSS-1h panjang 20 m, lebar 2 m
Asbuton butir BGA, modifier CSS-1h panjang 20 m dan lebar 2 m
b. Asbuton butir campuran dingin dengan alat pencampur pan mixer
Asbuton butir lawele, modifier CSS-1h panjang 2 m, lebar 2 m
10
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
1 2 banjaran
bandung 4 3
0.00 0.020 0.035 0.040 0.045
Keterangan:
1. Asbuton butir lawele, modifier CSS-1h, hasil AMP
2. Asbuton butir BGA, modifier CSS-1h, hasil AMP
3. Asbuton butir lawele, modifier CSS-1h, hasil pan mixer
4. Campuran beton Asbuton lain.
Kondisi jalan lama yang akan dilapis cukup stabil, terdapat beberapa retak
jenis retak kulit buaya dengan kiri kanan jalan adalah sawah seperti
diperlihatkan pada Lampiran.
11
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
7) Pengamatan
Disamping itu karena truk jungkit tidak dilengkapi dengan alat penyebar
campuran sehingga campuran ditimbun pada beberapa tempat
disesuaikan dengan kebutuhan tebal, pada tempat timbunan akan
terdapat lapisan yang telah mengalami pemadatan awal akibat berat
sendiri.
12
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
Setelah berumur 3 bulan, lapisan masih stabil dengan tekstur masih relatif
sama saat dibuka untuk lalu-lintas, namun tampak warnanya kelihatan
sedikit hitam, kemungkinan bitumen pada asbuton butir sudah mulai aktif
untuk berfungsi sebagai aspal. Belum tampak jenis kerusakan yang terjadi.
Setelah berumur 3 bulan, lapisan masih tetap tidak stabil dengan tekstur
masih relatif sama saat dibuka untuk lalu-lintas dan warnanya kelihatan
hitam. Tampak terjadi deformasi plastis pada beberapa lokasi, dengan
permukaan yang sangat lunak.
Pada tahun anggaran 2006 ini dilakukan uji gelar Asbuton Campuran Dingin
Aspal Emulsi sepanjang 1 km di ruas jalan Lagadi-Matakidi km 18 Kabupaten
Muna Propinsi Sulawesi Tenggara.
Aspal emulsi yang digunakan pada Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi
adalah aspal emulsi jenis CSS-1 yang diproduksi oleh PT.Hutama Prima
Cilacap dengan karakteristik disajikan pada Tabel 8.
13
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
Asbuton yang digunakan adalah Asbuton Butir Tipe 5/20 ex PT. Timah Explomin
dengan karakteristik disajikan pada Tabel 9.
14
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
Hasil Pengujian
Persyaratan
Agg. Gamping
No. Parameter Agg. Standar
5%
5% Asbuton
Asbuton Min Max
1 Kadar Emulsi Optimum, % 9.1 9.9 ~ ~
2 Kadar Residu Optimum, % 6.00 6.50 ~ ~
3 Kepadatan (Dry), kg/l 1.984 1.957 ~ ~
4 VMA, % 32.92 32.53 ~ ~
5 Total Void, % 5.29 6.63 ~ ~
6 Kadar Air penyerapan, %T 8.47 3.78 ~ ~
7 Stabilitas Langsung, kg 1049.70 545.83 227 ~
8 Stabilitas Perendaman, kg 733.94 362.75 ~ ~
9 Stabilitas Sisa, % 28.44 32.50 50 ~
10 Modulus Risilient, % 845.90 481.20 ~ ~
Dari data pada Tabel 10 di atas tampak kadar aspal emulsi optimum campuran
yang menggunakan agregat gamping 9,9% atau lebih banyak 0,8% bila
dibandingkan dengan kadar aspal optimum 9,1% yang dimiliki campuran yang
menggunakan agregat standar. Hal ini mungkin disebabkan oleh sifat agregat
gamping yang relatif lebih porous. Selain itu, stabilitas Marshall campuran yang
menggunakan agregat gamping 545,8 kg ataau lebih rendah bila dibanding
stabilitas Marshall 733,9 yang dimiliki campuran yang menggunakan agregat
standar. Namun walaupun demikian bila dibandingkan denga persyaratan,
kedua jenis campuran tersebut memenuhi persyaratan.
Uji Coba skala penuh Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi dilakukan di jalan
kabupatan pada ruas jalan Lagadi Matakidi Km 15. Ruas jalan ini merupakan
akses ke Pelabuhan Tondasi. Panjang uji coba direncanakan 1 km dengan lebar
6 m atau terjadi pelebaran 2,5 m sehingga semula lebar 3,5 m menjadi 6 m.
15
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
Likasi Percobaab
16
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
6
Kedalaman Alur, mm
1
14.800 15.000 15.200 15.400 15.600 15.800 16.000 16.200 16.400 16.600 16.800 17.000
Km-Km
17
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
2,000
1,750
1,500
KUANTITAS
1,250
1,000
750
500
250
-
(m2) (% ) (m2) (% ) (m2) (% ) (m2) (% ) (m2) (% ) (m2) (% ) (m2) (% )
18
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
1.20
Lendutan Balik, mm
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
15.000 15.200 15.400 15.600 15.800 16.000 16.200 16.400 16.600 16.800 17.000
Km
Tabel 13. Data lalu lintas ruas jalan Lagadi-Matakidi tahun 2005
Jumlah Lalin
No. Jenis Kendaraan
Kend/hari
1 Sedan, Jeep, St Wagon 1617
2 Pickup, Combi 258
3 Truck 2 as(L), Micro Truck, M. Hantaran 18
4 Bus Kecil 2
5 Bus Besar 7
6 Truck 2 as (H) 30
7 Truck 3 as 9
8 Trailer 4 as, Truck Gandengan 0
9 Truck s.Trailer 0
Total 1941
19
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
1.400
1.200
Lendutan Terkoreksi, mm
1.000
0.800
0.600
0.200
0.000
14.900 15.100 15.300 15.500 15.700 15.900 16.100 16.300 16.500 16.700 16.900
Km
20
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
11.0
10.0
9.0
8.0
Tebal OV (cm)
7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
-
15.000
15.100
15.200
15.300
15.400
15.500
15.600
15.700
15.800
15.900
16.000
16.100
16.200
16.300
16.400
16.500
16.600
16.700
16.800
16.850
Km
OV 5 Thn OV 10 Thn
5. Kesimpulan
Sampai tahap ini belum dapat diambil kesimpulan secara menyeluruh. Sedangkan tebal overlay
Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi berdasarkan data laapaangan dan perhitungan diperoleh
4 cm untuk umur rencana 5 tahun.
21
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006
c. Tipe Asbuton Butir yang direkomendasikan untuk campuran dingin dengan abuton
dan peremaja emulsi ini adalah : Asbuton Btuir Tipe 5/20; Tipe 15/20; Tipe 15/25
dan Tipe 20/25
d. Campuran dingin dengan Asbuton Butir dan peremaja Emulsi ini, sesuai hasil
penelitian skala laboratorium dan skala uji coba lapangan, sebaiknya
diperuntukan digunaka untuk jalan yang melayani lalu lintas sedang, yaitu; untuk
lalu-lintas rencana < 1 juta ESA atau LHR < 1000 kendaraan dan jumlah
kendaraan truk maksimum 5%.
Daftar Pustaka
The Asphalt Institute Manual Series No 14, MS-14 (1990). Asphalt Cold Mix Manual,
Third Edition, Lexington USA.
The Asphalt Institute Manual Series No 19, MS-19 (1990). Asphalt Emulsion-A Basic
Asphalt Emulsion Manual, Third Edition, Lexington USA.
Wilkins, 1989 Quality of Asbuton Bitumen, Alberta Reseach Council, Canada, 1989
22