Anda di halaman 1dari 22

Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

ASBUTON CAMPURAN DINGIN ASPAL EMULSI


Oleh
Drs. Madi Hermadi, SSi
Ir. A. Tatang Dachlan, M Eng Sc.
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan-Balitbang PU

I. PENDAHULUAN

Prasarana jalan memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang perekonomian
masyarakat. Oleh sebab itu pembangunan jalan perlu dilaksanakan diseluruh daerah
di wilayah Indonesia. Namun kenyataannya tidak semua daerah memiliki sarana
peralatan yang lengkap untuk pembangunan jalan terutama di daerah-daerah
terpencil atau pulau-pulau kecil. Diantaranya tidak semua daerah memiliki alat unit
pencampur aspal (Asphalt Mixing Plan/AMP) sehingga tidak semua daerah dapat
melakukan pembangunan jalan dengan metoda campuran beraspal panas (hot mix).
Mengingat pembangunan jalan tetap harus dilaksanakan disemua daerah maka untuk
daerah yang tidak memiliki AMP maka diantaranya dapat melakukan pembangunan
jalan dengan metoda campuran dingin aspal emulsi.

Dilain pihak, Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat potensial yaitu aspal
alam di Pulau Buton atau disebut Asbuton. Penggunaan Asbuton sebagai bahan
pengikat pada perkerasan campuran beraspal sangat menguntungkan diantaranya
dapat mengatasi keterbatasan pasokan aspal minyak. Puslitbang Jalan dan
Jembatan telah mengkaji berbagai cara pemanfaatan Asbuton sebagai bahan
pengikat pada perkerasan jalan campuran beraspal. Salah satu di antaranya adalah
perkerasan jalan Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi yang akan disampaikan
pada makalah ini. Dengan digunakannya Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi
untuk perkerasan jalan maka setidaknya ada dua keuntungan yaitu dapat mingkatkan
pemanfaatan Asbuton dan juga dapat dilaksanakan secara manual di daerah
terpencil termasuk pulau-pulau kecil yang tidak terjangkau AMP.

Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi dapat didefinisikan sebagai campuran


beraspal untuk perkerasan jalan yang komponennya terdiri dari Agregat, Aspal Emulsi
dan Asbuton yang pelaksanaannya dilakukan pada temperatur udara (dingin). Metoda
perencanaan dan pelaksanaan tidak jauh berbeda dengan metoda perencanaan dan
pelaksanaan Campuran Dingin Aspal Emulsi pada umumnya kecuali ada
penambahan Asbuton Butir untuk meningkatkan karakteristik campuran.

1
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

II. KAJIAN PUSTAKA

Seperti pada campuran aspal minyak, metoda pencampuran asbuton dapat dilakukan
secara panas (Hot mix) maupun secara dingin (Cold Mix aspal Cutback atau Emulsi).
Dengan demikian persyaratan campuranpun dapat merujuk pada masing-masing
jenis campuran dari aspal minyak. Untuk campuran dingin, sesuai rekomendasi
literatur "Asphalt Cold Mix Manual MS-14 Asphalt Institute", campuran hanya untuk
lalulintas ringan atau sedang atau tambalan. Selain itu, karakteristik campuran hasil
pengujian di laboratorium hanya untuk mendapatkan campuran optimum saja dan
bukan untuk menggambarkan kondisi di lapangan. Hal ini dapat dipahami mengingat
karakteristik optimum campuran pada campuran dingin tidak dapat dicapai dengan
segera.

Pada campuran aspal emulsi, pemahaman terhadap aspal emulsi dan ketepatan
pemilihan jenis aspal emulsi sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan di
lapangan. Aspal emulsi adalah aspal keras yang didispersikan secara merata ke
dalam air. Untuk dapat mendispersikan aspal yang bersifat nonpolar ke dalam air
yang bersifat polar diperlukan bahan pengemulsi (emulsifier) yang molekulnya
memiliki bagian nonpolar dan bagian polar. Bagian nonpolar dari emulsifier akan larut
atau masuk ke dalam aspal sedangkan bagian polar akan larut atau masuk ke dalam
air. Dengan demikian maka pada aspal emulsi setiap butiran kecil aspal akan
berikatan dengan bagian nonpolar emulsifier sedang bagian polar emulsifier berada
pada permukaan dan melapisi permukaan aspal. Butiran aspal yang sudah terlapisi
bagian polar akan dapat terdispersi dalam air.

Ada tiga jenis emulsifier yang dapat digunakan sebagai pengemulsi yaitu emulsifier
kationik, anionik dan nonionik. Untuk aspal emulsi umumnya digunakan emulsifier
jenis kationik dan anionik sehingga muncullah aspal emulsi jenis kationik dan anionik.
Pada aspal emulsi jenis kationik, partikel-partikel aspal menjadi bermuatan
elektropositif sedangkan pada aspal emulsi jenis anionik, partikel-parikel aspal
menjadi bermuatan elektronegatif.

Selain berdasarkan muatan listrik partikelnya, jenis-jenis aspal emulsi juga dibagi
berdasarkan kecepatan mantap (setting), kekentalan, penetrasi residu dan
konsistensi apung residu. Pembagian jenis-jenis aspal emulsi tersebut disajikan pada
Tabel 1. berikut.

2
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

Tabel 1. Pembagian Jenis Aspal Emulsi (Asphalt Institute MS-19, 1985)


CRS (Cationik Rapid CRS-1 (CRS dg kekentalan rendah)
Setting) CRS-2 (CRS dg kekentalan tinggi)
CMS-2 (CMS dg kekentalan tinggi)
CMS (Cationik Medium
CMS-2h (CMS-2 dg penetrasi residu
Kationik Setting)
rendah/hard)
CSS-1 (CSS dg kekentalan rendah)
CSS (Cationik Slow
CSS-1h (CSS-1 dg penetrasi residu
Setting)
rendah/hard)
RS-1 (RS dg kekentalan rendah)
RS (Rapid Setting)
RS-2 (RS dg kekentalan tinggi)
MS-1 (MS dg kekentalan rendah)
Aspal
HFMS-1 (MS-1 dg konsistensi apung residu
Emulsi
tinggi)
MS-2 (MS dg kekentalan tinggi)
MS-2h (MS-2 dg penetrasi residu rendah
Anionik MS (Medium Setting) (hard)
HFMS-2 (MS-2 dg konsistensi apung residu
tinggi)
HFMS-2h (HFMS-2 dg penetrasi residu tinggi)
HFMS-2s (HFMS-2 dg penetrasi residu
tinggi/soft)
SS-1 (SS dengan kekentalan rendah)
SS (Slow Setting)
SS-1h (SS-1 dg penetrasi residu rendah/hard)

Pemilihan jenis aspal emulsi untuk beton aspal campuran dingin didasarkan
pada jenis dan gradasi agregat yang digunakan. Pada prinsipnya, jika agregat
yang digunakan bersifat elektropositif maka aspal emulsi yang digunakan
sebaiknya jenis anionik, dan jika agregat yang digunakan bersifat
elektronegatif maka aspal emulsi yang digunakan sebaiknya jenis kationik.
Menurut E.W. Mertens & M.J. Borgfeldt, terdapat toleransi pemilihan jenis
aspal emulsi berdasarkan muatan elektro agregat sehingga kriteria efektif
penggunaan aspal emulsi kationik dan anionik seperti disajikan pada Gambar
berikut.

Kadar Silika SiO2 (%) Kadar Silika SiO2 (%)


0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Agregat Daerah efektif untuk


Agregat Cam- Agregat Aspal Emulsi Kationik
Elektropositif Puran Elektronegatif
Daerah efektif untuk
Aspal Emulsi Anionik

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Kadar Alkali atau Alkali tanah oksida (%) Kadar Alkali atau Alkali tanah oksida (%)

Gambar 2. Daerah Efektif untuk Aspal


Gambar 1. Klasifikasi Muatan Listrik
Emulsi Kationik dan Anionik
Agregat

3
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

Tabel 2. Petunjuk Penggunaan Aspal Emulsi (Asphalt Institute MS-14,1985)


Jenis Aspal Emulsi
Jenis Konstrucsi Anionik Kationik
MS-2, MS-2h, HFMS-2s SS-1 SS-1h CMS-2 CMS-2h CSS-1 CSS-1h
HFMS-2 HFMS-2h
Cold-Laid Plant Mix
1) Pavement Base & Surfaces
* Open-Graded Agregates X X X X
* Well-Graded Agregates X X X X X
2) Patching, Immediate Use X X X X
3) Patching, Stockpile
Mixed-in-Place (Road Mix)
1) Pavement Base & Surfaces
* Open-Graded Agregates X X X X
* Well-Graded Agregates X X X X X
* Sand X X X X X
* Sandy Soil X X X X X
2) Patching, Immediate Use X X X X X
3) Slurry Seal X X X X

III. METODOLOGI
Lingkup percobaan Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi yang dilakukan
meliputi riview berbagai hasil uji coba Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi,
pelaksanaan pengujian di laboratorium dan pelaksanaan penghamparan di
lapangan yang meliputi:
Perencanaan tebal perkerasan,
Perencanaan formula campuran,
Pengawasan pelaksanaan lapangan,
Monitoring hasil pelaksanaan lapangan,
Pelaporan

Perencanaan tebal perkerasan dilakukan berdasarkan data lapangan yang


meliputi data kondisi perkerasan lama, data lendutan perkerasan lama dan
data lalulintas. Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan
tebal overlay perkerasan.

Perencanaan formula Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi dilakukan


berdasarkan spesifikasi khusus yang mengacu pada Cold Mix Manual Asphalt
Institute MS-14. Perencanaan tersebut secara singkat meliputi tahapan
sebagai berikut:
1) Pengujian mutu bahan,
2) Penentuan gradasi campuran,

4
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

3) Penetuan kadar Asbuton butir,


4) Penentuan kadar aspal emulsi optimum perkiraan,
5) Penentuan kadar air optimum pencampuran,
6) Penentuan kadar air optimum pemadatan,
7) Penentuan kadar aspal emulsi optimum.

Pengawasan pelaksanaan penghamparan uji coba Asbuton Campuran Dingin Aspal


Emulsi di Kabpaten Muna dilakukan untuk memastikan bahwa kontrator pelaksana
melaksanakannya sesuai spesifikasi khusus. Sedangkan pengawasan terhadap hasil
penghamparan dilakukan untuk mengetahui kinerja perkerasan berdasarkan
pengujian lapangan yang meliputi pengujian kondisi perkerasan dan lendutan
perkerasan pada umur 3, 6, 9 dan 12 bulan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Riview Uji Gelar Asbuton Campuran Dingin di Banjaran - Bandung

Puslitbang Jalan dan Jembatan telah melakukan uji gelar Asbuton Campuran Dingin
Aspal Emulsi dan Aspal Cair di Banjaran Kabupaten Bandung dengan hasil sebagai
berikut:

4.1.1. Karakteristik Asbuton Butir


Asbuton butir yang digunakan pada uji gelar di Banjaran Bandung ini adalah
Asbuton butir BGA dan Asbuton butir Lawele dengan karakteristik
sebagaimana yang disajikan pada Tabel 3.

4.1.2. Karakteristik Agregat


Agregat yang digunakan pada Ui Gelar Asbuton Campuran Dingin ini adalah
agregat kasar, sedang dan abu batu eks Unit Pencampur Aspal PT.Hutama
Karya di Leuwigajah Cimahi. Hasil pengujian karakteristik agregat
diperlihatkan pada Tabel 4.

4.1.3. Karakteristik Aspal Emulsi dan Aspal Cair


Aspal emulsi yang digunakan pada Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi
adalah aspal emulsi jenis CSS-1h yang diproduksi oleh PT.Hutama Prima
Cilacap dengan karakteristik disajikan pada Tabel 5.

5
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

Tabel 3. Karakteristik Asbuton Butir

Jenis Metode Hasil uji Persyaratan Asbuton


Pengujian Pengujian Lawele BGA 20/25 Lawele BGA 20/25

Ukuran butir Asbuton, (mm) SNI S 03-1968-1990 4,76 2,36 Maks. 2,36 Maks.1,18

Kadar air Asbuton, (%) SNI 06-2490-1991 0,58 0,83 Maks. 2 Maks 2
Kadar bitumen Asbuton, (%) SNI 03-6894-2002 28,10 21,04 27 - 33 23 - 27

Berat jenis bitumen SNI 06-2441-1991 1.02 1.02 Min 1,00 Min 1,00
Penetrasi bitumen pada SNI 06-2456-1991 124 15 33 - 38 19 - 22
o
25 C, 100 g, 5 det, (0,1mm)
o
Titik Lembek bitumen, ( C) SNI 06-2434-1991 44 75 Min. 53 Min. 53
Daktilitas bitumen pada SNI 06-2432-1991 >140 8 > 100 > 100
o
25 C, 5 cm/menit, (cm)

Kelarutan bitumen dalam SNI 06-2438-1991 100 100 Min 99 Min 99


C2HCl3, (%)
Penurunan berat bitumen SNI 06-2440-1991 2,63 -1,25 Maks. 0,8 Maks. 0,8
o
(TFOT), 163 C, 5 jam, (%)

Daktilitas setelah TFOT, SNI 06-2440-1991 >140 - 50 50


(cm)
Pen setelah TFOT, min, (%) SNI 06-2432-1991 61,3 - 75 75

Tabel 4. Krarakteristik dan analisa saringan agregat

HASIL PENGUJIAN PERSYARATAN


JENIS AG. AG. AG. min maks
PENGUJIAN KASAR SEDANG HALUS
1. Abrasi, % 28 - - - 40
3. Berat jenis
- Bulk 2,581 2,577 2,554 2,5 -
- SSD 2,612 2,650 2,660 - -
- Apparent 2,781 2,791 2,745 - -
4. Penyerapan, % 2,05 2,11 2,35 - 3,0
5. Sand Equivalent, % - - 59 50 -
6. Kepipihan, % - - - 25
7. Analisa saringan (% lolos)
inch 100 100 100 - -
inch 28,90 97.80 100 - -
3/8 inch 9.40 89.50 100 - -
No.4 0.20 23.00 91.40 - -
No.8 0.10 5.50 61.5 - -
No. 50 0.10 2.90 20.90 - -
No. 200 0.10 2.00 10.80 - -

6
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

Tabel 5. Karakteristik Aspal Emulsi CSS-1h

Jenis Pengujian Metode Pengujian Hasil uji Persyaratan


o
Kekentalan Saybolt Furol pada 25 C, SNI 06-6721-2002 23 20-100
detik

Pengendapan, 1 hari, % Pd S-01-1997-03 0,60 Maks. 1

Pemeriksaan muatan listrik Pd S-01-1997-03 positif Positif

Hasil Uji campuran semen,% SNI-03-4798-1998 0,4 Maks. 2

Analisa ayakan/saringan, % Pd S-01-1997-03 0 Maks. 0,10

Pemeriksaan hasil penyulingan:


- Kadar minyak dari emulsi, % SNI 03-4798-1998 0,5 -

- Residu Penyulingan, % SNI 06-2456-1991 59,5 Min.57


o
Penetrasi residu , 25 C,100gr, dmm SNI 06-2432-1991 45 40-90
o
Daktilitas residu, 25 C, cm SNI 06-2438-1991 120 Min. 40

Kelarutan residu dalam C2HCl3, % ASTM D 2042-76 99,80 Min.97,5

4.1.4. Karakteristik Campuran dari Asbuton Campuran Dingin

Karakteristik campuran dari Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi CSS-1h


hasil pengujian Marshall di laboratorium disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik Campuran dari Asbuton Campuran Dingin


Hasil uji campuran Persyaratan
Sifat campuran Lawele BGA
CSS-1h CSS-1h min maks
Kadar residu optimum,% 6.40 6.40 - -
Kepadatan, gr/cc 2.057 2.065 - -
Penyerapan aspal, (%) 1,05 0,93 - 1,70
Rongga di antara mineral agregat (VMA), (%) 25,40 25,30 20 -
Rongga dalam campuran (VIM) Marshall, (%) 11.30 13.50 9 12
o
Stabilitas Marshall pada 22 C, (kg) 441 900 450 -
Perubahan Stabilitas setelah perendaman 4 x 0,60 13.50 60 -
24 jam (%)
Tebal film aspal, mikron 8 -
Penyelimutan agregat kasar , % 85 85 75 -
Penyerapan air,% 4 4 - -
Kadar air pemadatan,% 5 5 - -

4.1.5. Pelaksanaan Uji Gelar Asbuton Campuran Dingin

1) Berat isi bahan


Berat isi Asbuton Lawele : 0,759 t/m3

7
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

Berat isi asbuton BGA : 0,891 t/m3


Berat isi agregat kasar: 1,282 t/m3
Berat isi agregat sedang: 1,292 t/m3
Berat isi agregat halus: 1,483 t/m3
Berat isi aspal emulsi: 0,976 t/m3

2) Kapasitas alat pencampur


Kapasitas maksimum satu kali pencampuran AMP: 500 kg
Kapasitas maksimum satu kali pencampuran pan mixer: 300 liter
Kapasitas alat pemasok bahan ke dalam pan mixer: 10 liter

3) Proporsi bahan dalam campuran


Berdasarkan proporsi hasil pengujian di laboratorium, untuk uji coba skala
penuh di lapangan dapat ditentukan proporsi masing-masing bahan:
Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi yang menggunakan Asbuton
Butir Lawele dan dengan Alat Pencampur AMP
- Agregat kasar : 33,8 kg
- Agregat sedang : 114,5 kg
- Agregat halus: 115,3 kg
- Asbuton butir Lawele: 24 kg
- Aspal emulsi CSS-1h: 21,3 kg
- Air: 29,6 kg
Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi yang menggunakan Asbuton
Butir BGA dan dengan Alat Pencampur AMP
- Agregat kasar : 52,8 kg
- Agregat sedang : 140,3 kg
- Agregat halus: 68,7 kg
- Asbuton butir Lawele: 24 kg
- Aspal emulsi CSS-1h: 24,3 kg
- Air: 22,3 kg
Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi yang menggunakan Asbuton
Butir Lawele dan dengan Alat Pencampur Pan Mixer
- Agregat kasar : 4 takar @ 10 liter
- Agregat sedang : 9 takar @ 10 liter
- Agregat halus: 6,5 takar @ 10 liter
- Asbuton butir Lawele: 3,3 takar @ 10 liter
- Aspal emulsi CSS-1h: 2,6 takar @ 10 liter

8
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

- Air (ditambah anti stipping 3%): 0,9 takar @ 10 liter


Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi yang menggunakan Asbuton
Butir BGA dan dengan Alat Pencampur Pan Mixer
- Agregat kasar : 4 takar @ 10 liter
- Agregat sedang : 9 takar @ 10 liter
- Agregat halus: 7 takar @ 10 liter
- Asbuton butir Lawele: 3 takar @ 10 liter
- Aspal emulsi CSS-1h: 3 takar @ 10 liter
- Air (ditambah anti stipping 3%): 1 takar @ 10 liter

4) Cara Pencampuran

Langkah-langkah pencampuran yang dilakukan agar diperoleh Asbuton


Campuran Dingin yang merata adalah sebagai berikut.
Langkah-langkah Pencampuran Asbuton Campuran Dingin Aspal
Emulsi dengan Menggunakan AMP

AGREGAT KASAR 100 %

AGREGAT SEDANG 100 %

CAMPUR 5-10 detik


AGREGAT HALUS 100%

AIR + ANTI STRIPPING 100% CAMPUR 5-10 detik

ASPAL EMULSI MANTAP LAMBAT 100% CAMPUR 10-20 detik

ASBUTON BUTIR LAWELE/BGA 100% CAMPUR 20 detik

ASBUTON BUTIR
CAMPURAN DINGIN

Gambar 3. Bagan alir langkah pencampuran asbuton campuran dingin dengan


modifier aspal emulsi mantap lambat

Dengan unit pencampur aspal (AMP), setiap satu batch asbuton butir
campuran dingin dengan bahan modifier aspal emulsi mantap lambat,
diperlukan waktu pencampuran sekitar 45 detik.

9
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

Langkah-langkah Pencampuran Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi


dengan Menggunakan Pan Mixer

AGREGAT KASAR100 %
AIR + ANTI STRIPPING
CAMPUR 1 MENIT
(BILA PERLU) 20%

ASPAL EMULSI MANTAP


LAMBAT 20% CAMPUR 1 MENIT

AGREGAT SEDANG + AGREGAT HALUS 100% CAMPUR 1 MENIT

AIR + ANTI STRIPPING 80%


CAMPUR 1 MENIT
ASPAL EMULSI MANTAP LAMBAT 80%
CAMPUR 2 MENIT
ASBUTON BUTIR 100% CAMPUR 1 MENIT

ASBUTON BUTIR
CAMPURAN DINGIN

Gambar 5. Bagan alir langkah pencampuran asbuton campuran dingin dengan


modifier aspal emulsi mantap lambat

Untuk satu kali mencampur dengan mengunakan pan mixer diperoleh


asbuton butir campuran dingin sebanyak 250 liter dengan lama
pencampuran total sekitar 7 menit.

5) Lokasi Penghamparan
Semua jenis asbuton butir campuran dingin hasil pencampuran diangkut
ke lokasi penghamparan dengan menggunakan truck jungkit berkapasitas
sekitar 12 ton. Jarak dari lokasi pencampuran dengan menggunakan AMP
sekitar 50 km, sedangkan jarak dari lokasi pencampuran dengan
menggunakan pan mixer adalah sekitar 4 km.
Penghamparan percobaan secara skala penuh dilakukan di ruas jalan
antara Cincin Banjaran, dengan panjang dan lebar jalan percobaan
untuk masing-masing jenis campuran adalah:
a. Asbuton butir campuran dingin dengan alat pencampur AMP
Asbuton butir lawele, modifier CSS-1h panjang 20 m, lebar 2 m
Asbuton butir BGA, modifier CSS-1h panjang 20 m dan lebar 2 m
b. Asbuton butir campuran dingin dengan alat pencampur pan mixer
Asbuton butir lawele, modifier CSS-1h panjang 2 m, lebar 2 m

Sebagai ilustrasi lokasi penghamparan Asbuton butir campuran dingin


diperlihatkan pada Gambar 7.

10
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

0.00 0.020 0.045

1 2 banjaran

bandung 4 3
0.00 0.020 0.035 0.040 0.045
Keterangan:
1. Asbuton butir lawele, modifier CSS-1h, hasil AMP
2. Asbuton butir BGA, modifier CSS-1h, hasil AMP
3. Asbuton butir lawele, modifier CSS-1h, hasil pan mixer
4. Campuran beton Asbuton lain.

Gambar 7 lokasi penghamparan Asbuton butir campuran dingin


6) Pelaksanaan Pencampuran

Kondisi jalan lama yang akan dilapis cukup stabil, terdapat beberapa retak
jenis retak kulit buaya dengan kiri kanan jalan adalah sawah seperti
diperlihatkan pada Lampiran.

Sebelum dilakukan penghamparan dilakukan pemasangan kaso-kaso


ukuran 4/6 di tepi luar dan dalam pada lokasi, dilanjutkan dengan
pemberian lapis ikat dengan MC-250 sekitar 0,30 liter/m2.

Asbutir campuran dingin yang diangkut dengan truck jungkit dihamparkan


setelah lapis ikat sudah curing, lokasi masing-masing jenis campuran
dihamparkan sesuai dengan rencana pada Gambar 3. Untuk memperoleh
lapisan yang rata, sebelum dilakukan pemadatan permukaan lapisan
asbuton diratakan dengan menggunakan kaso-kaso yang ditarik dengan
tenaga manual.

Pemadatan awal dilakukan dengan menggunakan mesin gilas roda


tandem 6-8 ton sebanyak 2 lintasan dan dilanjutkan dengan pemadatan
kedua (antara) dengan menggunakan mesin gilas roda karet (PTR) 8-10
ton sebanyak 14 lintasan dan pemadatan akhir dengan menggunakan
mesin gilas roda tandem 6-8 ton sebanyak 2 lintasan

Pemadatan dimulai dari tepi luar perkerasan dan ber angsur-angsur ke


tengah dengan roda penggerak mesin gilas berada dimuka saat
pemadatan pada lintasan pertama.

11
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

Karena terjadi kelekatan antara roda mesin gilas dengan permukaan


campuran, permukaan roda mesin gilas diberi sedikit air.

Tebal padat yang diperoleh setelah selesai pemadatan adalah 4 cm dari


tebal gembur hamparan campuran 6 cm. Segera setelah selesai
pemadatan akhir lajur jalan langsung dilalui lalu-lintas.

7) Pengamatan

Saat pencampuran menggunakan AMP, pada umumnya tidak terdapat


hambatan yang berarti dan tampak hasil campuran menggunakan aspal
emulsi CSS-1h cukup merata, meskipun harus ada penyesuaian alat saat
pemberian aspal emulsi pada pugmill.

Saat pencampuran menggunakan pan mixer, tidak terdapat hambatan


yang berarti, namun saat memasok bahan yang akan dicampur ke dalam
pan mixer harus hati-hati. Tampak hasil campuran baik menggunakan
aspal emulsi CSS-1h cukup merata dan homogen lebih baik bila
dibandingkan hasil pencampuran dengan menggunakan AMP.

Saat penghamparan, karena perataan permukaan lapisan dilakukan


menggunakan kaso-kaso kayu agak sukar untuk menarik kelebihan
campuran pada permukaan, pada beberapa tempat terdapat ketidak
rataan permukaan karena lenturnya kaso-kaso.

Disamping itu karena truk jungkit tidak dilengkapi dengan alat penyebar
campuran sehingga campuran ditimbun pada beberapa tempat
disesuaikan dengan kebutuhan tebal, pada tempat timbunan akan
terdapat lapisan yang telah mengalami pemadatan awal akibat berat
sendiri.

Saat pemadatan lapisan, tidak terdapat hambatan yang berarti. Pada


lapisan asbuton campuran dingin dengan modifier aspal emulsi CSS-1h
tidak terjadi lengketnya permukaan lapisan dengan roda mesin gilas baik
tandem maupun mesin gilas roda karet.

Setelah dibuka untuk lalu-lintas tampak lapisan cukup stabil, dengan


tekstur yang cukup kasar (sesuai dengan gradasi campuran), kering dan
rata. Namun saat terjadi hujan tampak air hujan terperangkap pada
lapisan, hal ini kelihatan lapisan masih basah meskipun hujan telah lewat

12
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

sekitar 6 jam, hal ini mengindikasikan lapisan Asbuton campuran dingin


dengan modifier aspal emulsi belum mencapai kepadatan maksimum.

Setelah berumur 3 bulan, lapisan masih stabil dengan tekstur masih relatif
sama saat dibuka untuk lalu-lintas, namun tampak warnanya kelihatan
sedikit hitam, kemungkinan bitumen pada asbuton butir sudah mulai aktif
untuk berfungsi sebagai aspal. Belum tampak jenis kerusakan yang terjadi.

Setelah berumur 3 bulan, lapisan masih tetap tidak stabil dengan tekstur
masih relatif sama saat dibuka untuk lalu-lintas dan warnanya kelihatan
hitam. Tampak terjadi deformasi plastis pada beberapa lokasi, dengan
permukaan yang sangat lunak.

4.2. Uji Gelar Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi di Muna

Pada tahun anggaran 2006 ini dilakukan uji gelar Asbuton Campuran Dingin
Aspal Emulsi sepanjang 1 km di ruas jalan Lagadi-Matakidi km 18 Kabupaten
Muna Propinsi Sulawesi Tenggara.

4.2.1. Hasil Pengujian Laboratorium


Untuk uji glar ini digunakan agregat lokal yaitu berupa agregat gamping.
Karakteristik agregat gamping disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Krarakteristik Agregat Gamping


JENIS HASIL PENGUJIAN PERSYARATAN
PENGUJIAN AG. KASAR AG. SEDANG AG. HALUS min maks
1. Abrasi, % 30,5 - - - 40
3. Berat jenis
- Bulk 2,459 2,574 2,701 2,5 -
- SSD 2,516 2,647 2,753 - -
- Apparent 2,607 2,788 2,845 - -
4. Penyerapan, % 2,32 2,30 1,94 - 3,0
5. Sand Equivalent, % - - 59 50 -
6. Kepipihan, % 24,2 - - 25
7. Analisa saringan (% lolos)
inch 100 100 100 - -
inch 28,90 97.80 100 - -
3/8 inch 9.40 89.50 100 - -
No.4 0.20 23.00 91.40 - -
No.8 0.10 5.50 61.5 - -
No. 50 0.10 2.90 20.90 - -
No. 200 0.10 2.00 10.80 - -

Aspal emulsi yang digunakan pada Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi
adalah aspal emulsi jenis CSS-1 yang diproduksi oleh PT.Hutama Prima
Cilacap dengan karakteristik disajikan pada Tabel 8.

13
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

Tabel 8. Karakteristik Aspal Emulsi CSS-1


No. Jenis Pengujian Metode Hasil uji Persyara
tan
o
1. Kekentalan Saybolt Furol pada 25 C, SNI 06-6721-2002 37 20-100
detik
2. Pengendapan, 1 hari, % Pd S-01-1997-03 0,8 Maks. 1
3. Pemeriksaan muatan listrik Pd S-01-1997-03 positif Positif
4. Hasil Uji campuran semen,% SNI-03-4798-1998 0,4 Maks. 2
5. Analisa ayakan/saringan, % Pd S-01-1997-03 0 Maks.
0,1
6. Pemeriksaan hasil penyulingan: SNI 03-4798-1998
- Kadar minyak, % 0,5 -
- Kadar residu, % 59,5 Min.57
o
7. Penetrasi residu pada 25 C 100 g 5 SNI 06-2456-1991 136 100-250
detik, 0,1 mm
o
8. Daktilitas residu pada 25 C 5 SNI 06-2432-1991 >140 Min. 40
cm/menit, cm
9. Kelarutan residu dalam C2H5Cl3, % ASTM D 2042 76 99,8 Min. 97,5

Asbuton yang digunakan adalah Asbuton Butir Tipe 5/20 ex PT. Timah Explomin
dengan karakteristik disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Karakteristik Asbuton Butir Tipe 5/20

Jenis Metode Hasil uji Persyarata


n Asbuton
Pengujian Pengujian BGA BGA 20/25
20/25
Ukuran maksimum butir Asbuton, SNI S 03-1968-1990 1,88 Maks.1,18
(mm)

Kadar air Asbuton, (%) SNI 06-2490-1991 0,2 Maks 2


Kadar bitumen Asbuton, (%) SNI 03-6894-2002 21,4 18 - 22

Berat jenis bitumen SNI 06-2441-1991 1.02 Min 1,00


o
Penetrasi bitumen pada 25 C, 100 g, SNI 06-2456-1991 4 <10
5 det, (0,1mm)
o
Titik Lembek bitumen, ( C) SNI 06-2434-1991 76 -
o
Daktilitas bitumen pada 25 C, 5 SNI 06-2432-1991 8 -
cm/menit, (cm)

Untuk mengetahui karakteristik Marsshall Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi


yang menggunakan bahan agregat kapur, aspal emulsi CSS-1 dan Asbuton tipe
5/20 maka selanjutnya dilakukan pengujian Marshall dengan metoda sesuai
dengan Cold Mix Manual MS-14 Asphalt Institute. Data hasil dari perencanaan
tersedbut disajikan pada Tabel 10.

14
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

Tabel 10. Karakteristik Campuran Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi

Hasil Pengujian
Persyaratan
Agg. Gamping
No. Parameter Agg. Standar
5%
5% Asbuton
Asbuton Min Max
1 Kadar Emulsi Optimum, % 9.1 9.9 ~ ~
2 Kadar Residu Optimum, % 6.00 6.50 ~ ~
3 Kepadatan (Dry), kg/l 1.984 1.957 ~ ~
4 VMA, % 32.92 32.53 ~ ~
5 Total Void, % 5.29 6.63 ~ ~
6 Kadar Air penyerapan, %T 8.47 3.78 ~ ~
7 Stabilitas Langsung, kg 1049.70 545.83 227 ~
8 Stabilitas Perendaman, kg 733.94 362.75 ~ ~
9 Stabilitas Sisa, % 28.44 32.50 50 ~
10 Modulus Risilient, % 845.90 481.20 ~ ~

Dari data pada Tabel 10 di atas tampak kadar aspal emulsi optimum campuran
yang menggunakan agregat gamping 9,9% atau lebih banyak 0,8% bila
dibandingkan dengan kadar aspal optimum 9,1% yang dimiliki campuran yang
menggunakan agregat standar. Hal ini mungkin disebabkan oleh sifat agregat
gamping yang relatif lebih porous. Selain itu, stabilitas Marshall campuran yang
menggunakan agregat gamping 545,8 kg ataau lebih rendah bila dibanding
stabilitas Marshall 733,9 yang dimiliki campuran yang menggunakan agregat
standar. Namun walaupun demikian bila dibandingkan denga persyaratan,
kedua jenis campuran tersebut memenuhi persyaratan.

4.2.2. Lokasi Uji Coba Lapangan

Uji Coba skala penuh Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi dilakukan di jalan
kabupatan pada ruas jalan Lagadi Matakidi Km 15. Ruas jalan ini merupakan
akses ke Pelabuhan Tondasi. Panjang uji coba direncanakan 1 km dengan lebar
6 m atau terjadi pelebaran 2,5 m sehingga semula lebar 3,5 m menjadi 6 m.

15
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

Likasi Percobaab

Gambar 8. Peta Lokasi Uji Coba di Kabupaten Muna

16
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

4.2.3. Data Survai kondisi Perkerasan Lama

Tabel 11. Kondisi permukaan perkerasan lama


ALUR LUAS KERUSAKAN YANG TERJADI BAHU
KM
KIRI KANAN RETAK TAMBALAN LUBANG PEL. BUTIR DEF. PLASTIS AMBLAS TOTAL JENIS LETAK LUAS
Dari Ke Jns Dlm (mm) Jns Dlm (mm) (m2) (% ) (m2) (% ) (m2) (% ) (m2) (% ) (m2) (% ) (m2) (% ) (m2) (% ) (cm) (m2)
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
15.000 15.100 D 3 D 4 30.00 8.57 - - 0.24 0.07 0.20 0.06 26.00 7.43 - - 56.44 16.13 TNH -5
15.100 15.200 D 5 D 2 80.00 22.86 - - - - 0.40 0.11 17.00 4.86 - - 97.40 27.83 TNH -6
15.200 15.300 D 6 D 2 36.00 10.29 - - - - 4.00 1.14 25.00 7.14 - - 65.00 18.57 TNH -2
15.300 15.400 D 2 D 2 51.00 14.57 - - 0.20 0.06 1.00 0.29 12.00 3.43 - - 64.20 18.34 TNH -4
15.400 15.500 D 3 D 4 150.00 42.86 - - - - 10.00 2.86 21.00 6.00 - - 181.00 51.71 TNH -6
15.500 15.600 D 3 D 3 65.00 18.57 - - 0.26 0.07 5.00 1.43 15.00 4.29 - - 85.26 24.36 TNH -4
15.600 15.700 D 4 D 5 44.00 12.57 - - - - 5.00 1.43 17.00 4.86 - - 66.00 18.86 TNH -6
15.700 15.800 D 4 D 2 75.00 21.43 - - 0.36 0.10 - - 20.00 5.71 - - 95.36 27.25 TNH -4
15.800 15.900 D 3 D 3 35.00 10.00 - - - - 5.00 1.43 20.00 5.71 - - 60.00 17.14 TNH -5
15.900 16.000 D 3 D 4 150.00 42.86 - - 0.14 0.04 6.00 1.71 25.00 7.14 - - 181.14 51.75 TNH -5
16.000 16.100 D 5 D 4 105.00 30.00 - - - - - - 26.00 7.43 - - 131.00 37.43 TNH -5
16.100 16.200 D 4 D 4 120.00 34.29 - - 0.10 0.03 15.00 4.29 22.00 6.29 - - 157.10 44.89 TNH -5
16.200 16.300 D 2 D 3 42.00 12.00 - - - - 56.00 16.00 42.00 12.00 - - 140.00 40.00 TNH -5
16.300 16.400 D 3 D 3 25.00 7.14 - - 0.05 0.01 - - 41.00 11.71 - - 66.05 18.87 TNH -7
16.400 16.500 D 3 D 2 30.00 8.57 - - - - 17.00 4.86 22.00 6.29 - - 69.00 19.71 TNH -5
16.500 16.600 D 5 D 5 27.00 7.71 - - 0.20 0.06 26.00 7.43 48.00 13.71 - - 101.20 28.91 TNH -5
16.600 16.700 D 5 D 4 128.00 36.57 - - 0.26 0.07 10.00 2.86 15.60 4.46 - - 153.86 43.96 TNH -6
16.700 16.800 D 3 D 2 44.00 12.57 - - 0.50 0.14 12.00 3.43 28.59 8.17 - - 85.09 24.31 TNH -5
16.800 16.850 D 3 D 3 75.00 42.86 - - - - - - 12.50 7.14 - - 87.50 50.00 TNH -7
JUMLAH 1,312.00 20.26 - - 2.31 0.04 172.60 2.67 455.69 7.04 - - 1,942.60 30.00
MAKSIMUM 6 5 -2
MINIMUM 2 2 -7
RATA-RATA 4 3 -5

6
Kedalaman Alur, mm

1
14.800 15.000 15.200 15.400 15.600 15.800 16.000 16.200 16.400 16.600 16.800 17.000
Km-Km

Jejak Roda Kiri Jejak Roda Kanan

Gambar 9. Kedalaman alur ruas jalan Lagadi-Matakidi

17
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

2,000

1,750

1,500
KUANTITAS

1,250

1,000

750

500

250

-
(m2) (% ) (m2) (% ) (m2) (% ) (m2) (% ) (m2) (% ) (m2) (% ) (m2) (% )

RETAK TAMBALAN LUBANG PEL. BUTIR DEF. AMBLAS TOTAL


PLASTIS
JENIS KERUSAKAN

Gambar 10. Kerusakan pada ruas jalan Lagadi-Matakidi Km. 15+000-16+850

4.2.4. Data Lendutan Perkerasan Lama

Tabel 12. Hasil Pengujian lendutan dengan alat Benkelman Beam


Beban Lendutan balik/BB O
Temperatur ( C)
Km Uji (0,01 mm) (mm)
(ton) d1 (0) d2 (0,20) d3 (6,0) dBUC Tu Tperm perk

15.000 8.20 0 26 38 0.76 28.0 29.0


15.100 8.20 0 26 31 0.62 28.0 29.0
15.200 8.20 0 16 24 0.48 28.0 29.0
15.300 8.20 0 39 42 0.84 28.0 29.0
15.400 8.20 0 30 43 0.86 28.0 29.0
15.500 8.20 0 30 44 0.88 28.0 29.0
15.600 8.20 0 24 28 0.56 28.0 29.0
15.700 8.20 0 30 32 0.64 28.0 29.0
15.800 8.20 0 35 46 0.92 28.0 29.0
15.900 8.20 0 42 52 1.04 28.0 29.0
16.000 8.20 0 56 64 1.28 29.5 30.5
16.100 8.20 0 60 62 1.24 29.5 30.5
16.200 8.20 0 8 10 0.20 29.5 30.5
16.300 8.20 0 46 48 0.96 29.5 30.5
16.400 8.20 0 33 36 0.72 29.5 30.5
16.500 8.20 0 41 46 0.92 29.5 30.5
16.600 8.20 0 8 11 0.22 29.5 30.5
16.700 8.20 0 46 52 1.04 29.5 30.5
16.800 8.20 0 25 28 0.56 29.5 30.5
16.850 8.20 0 45 58 1.16 29.5 30.5

Maksimum 1.28 29.5 30.5


Minimum 0.20 28.0 29.0
Rata-rata 0.80 28.8 29.8

18
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

LENDUTAN BALIK RUAS JALAN LAGADI-MATAKIDI


KM. 15+000 - KM. 16+850
1.40

1.20
Lendutan Balik, mm

1.00

0.80

0.60

0.40

0.20

0.00
15.000 15.200 15.400 15.600 15.800 16.000 16.200 16.400 16.600 16.800 17.000
Km

Gambar 11. Lendutan hasil pengujian dengan alat Benkelman Beam

4.2.5 Data Lalu lintas

Tabel 13. Data lalu lintas ruas jalan Lagadi-Matakidi tahun 2005
Jumlah Lalin
No. Jenis Kendaraan
Kend/hari
1 Sedan, Jeep, St Wagon 1617
2 Pickup, Combi 258
3 Truck 2 as(L), Micro Truck, M. Hantaran 18
4 Bus Kecil 2
5 Bus Besar 7
6 Truck 2 as (H) 30
7 Truck 3 as 9
8 Trailer 4 as, Truck Gandengan 0
9 Truck s.Trailer 0
Total 1941

4.2.6 Perhitungan Tebal Overlay

Berdasarkan data di atas, telah dilakukan perhitungan tebal overlay perkerasan


Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi sebagai berikut:

19
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

Tabel 6. Damage Faktor sumber dari RDS


Damage
No. Jenis Kendaraan
Factor (VDF)
1 Sedan, Jeep, St Wagon 0.0005
2 Pickup, Combi 0.3006
3 Truck 2 as(L), Micro Truck, M. Hantaran 0.3006
4 Bus Kecil 0.3006
5 Bus Besar 0.9723
6 Truck 2 as (H) 2.6883
7 Truck 3 as 5.3847
8 Trailer 4 as, Truck Gandengan 6.5409
9 Truck s.Trailer 4.2155

Tabel 7. Kumulatif ESA


Kumulatif ESA
No. Jenis Kendaraan
5 Tahun 10 Tahun
1 Sedan, Jeep, St Wagon 1,728.80 3,751.25
2 Pickup, Combi 165,833.68 359,835.64
3 Truck 2 as(L), Micro Truck, M. Hantaran 11,569.79 25,104.81
4 Bus Kecil 1,285.53 2,789.42
5 Bus Besar 14,553.33 31,578.67
6 Truck 2 as (H) 172,449.94 374,191.98
7 Truck 3 as 103,625.84 224,853.43
8 Trailer 4 as, Truck Gandengan - -
9 Truck s.Trailer - -
Total 471,046.92 1,022,105.19

RUAS JALAN LAGADI - MATAKIDI

1.400

1.200
Lendutan Terkoreksi, mm

1.000

0.800

0.600

0.400 LEND WAKIL = 1,157 m m

0.200

0.000
14.900 15.100 15.300 15.500 15.700 15.900 16.100 16.300 16.500 16.700 16.900
Km

LENDUTAN RATA-RATA LENDUTAN WAKIL


Gambar 6
Gambar 12. Lendutan Terkoreksi Ruas Jalan Lagadi - Matakidi

20
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

11.0
10.0
9.0
8.0
Tebal OV (cm)

7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
-
15.000

15.100

15.200
15.300

15.400
15.500

15.600

15.700
15.800

15.900
16.000

16.100

16.200
16.300

16.400
16.500

16.600

16.700
16.800

16.850
Km

OV 5 Thn OV 10 Thn

Gambar 13. Tebal Overlay Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi


Umur Rencana 5 dan 10 Tahun

Berdasarkan perhitungan tebal rencana maka diperoleh untuk overlay Asbuton


Campuran Dingin Aspal Emulsi di Ruas Jalan Lagadi Matakidi pada umur
rencana 5 tahun adalah ketebalan 4 cm.

5. Kesimpulan
Sampai tahap ini belum dapat diambil kesimpulan secara menyeluruh. Sedangkan tebal overlay
Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi berdasarkan data laapaangan dan perhitungan diperoleh
4 cm untuk umur rencana 5 tahun.

a. Karakteristi Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi dengan menggunakan


agregat gamping/kapur memenuhi persyaratan. Namun bila dibandingkan dengan
Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi yang menggunakan agregat standar,
Asbuton campuran Dingin Aspal Emulsi yang menggunakan agregat gamping
memiliki kadar aspal optimum yang lebih tinggi dan stabilitas Marshall yang lebih
rendah.

b. Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan perencanaan tebal overlay perkerasan


jalan lapis Asbuton Campuran dingin Aspal Emulsi di ruas jalan Lagadi-Matakidi
Kabupaten Muna adalah 4 cm untuk umur rencana 5 tahun. Sedangkan
kesimpulan lainnya dari uji gelar Asbuton Campuran Dingin Aspal Emulsi di
Kabupaten Muna ini belum belum diperoleh karena masih dalam tahap
pelaksanaan.

21
Makalah Workshop Peningkatan Pemanfaatan Asbuton, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 2006

c. Tipe Asbuton Butir yang direkomendasikan untuk campuran dingin dengan abuton
dan peremaja emulsi ini adalah : Asbuton Btuir Tipe 5/20; Tipe 15/20; Tipe 15/25
dan Tipe 20/25

d. Campuran dingin dengan Asbuton Butir dan peremaja Emulsi ini, sesuai hasil
penelitian skala laboratorium dan skala uji coba lapangan, sebaiknya
diperuntukan digunaka untuk jalan yang melayani lalu lintas sedang, yaitu; untuk
lalu-lintas rencana < 1 juta ESA atau LHR < 1000 kendaraan dan jumlah
kendaraan truk maksimum 5%.

Daftar Pustaka

The Asphalt Institute Manual Series No 14, MS-14 (1990). Asphalt Cold Mix Manual,
Third Edition, Lexington USA.
The Asphalt Institute Manual Series No 19, MS-19 (1990). Asphalt Emulsion-A Basic
Asphalt Emulsion Manual, Third Edition, Lexington USA.
Wilkins, 1989 Quality of Asbuton Bitumen, Alberta Reseach Council, Canada, 1989

22

Anda mungkin juga menyukai