Anda di halaman 1dari 19

FA - 1

PROYEK : GEDUNG MERIAL TOWER RS. PELNI - JAKARTA


PERIHAL : LAPORAN DASAR PERENCANAAN
BAGIAN : SISTEM DETEKSI KEBAKARAN
REV./TANGGAL : 0 / 05 FEBRUARI 2020
DIBUAT OLEH : PT. DETA DECON

SISTEM DETEKSI KEBAKARAN

Daftar Isi :
ecfa0ld20(ln)
FA - 2

1. Lingkup Pekerjaan ...................................................................................................... FA - 3

2. Dasar Perencanaan ..................................................................................................... FA - 4

2.1 Standard & Peraturan ........................................................................................... FA - 4

2.2 Pedoman Perencanaan Instalasi .......................................................................... FA - 4

2.3 Dasar Pemilihan Jenis Detector ............................................................................ FA - 6

2.4 Zone adaptor module.............................................................................................. FA - 8

2.5 Spesifikasi Peralatan ............................................................................................. FA - 9

3. Sistem Kerja Peralatan.................................................................................................. FA - 12

4. Lampiran ...................................................................................................................... FA - 17

4.1 Flow Chart Deteksi Kebakaran ............................................................................... FA - 18


4.2 Perhitungan ............................................................................................................ FA - 19
4.3 Data Peralatan Sistem Deteksi Kebakaran ............................................................ FA - 20
4.4 Diagram Satu Garis Sistem Deteksi Kebakaran ..................................................... FA - 21

1. LINGKUP PEKERJAAN
ecfa0ld20(ln)
FA - 3

Instalasi Sistem Deteksi Kebakaran (Fire Alarm Installation System) adalah sistem yang
bertujuan untuk mendeteksi awal terjadinya kebakaran dan memberikan peringatan dini
kepada pasien, dokter, perawat, dan keluarga pasien. Sistem deteksi kebakaran
merupakan integrasi dari beberapa peralatan yang akan difungsikan sebagai pendeteksi
awal dan juga yang akan diberdayakan pada saat awal mula dan saat kondisi sudah
dalam keadaan darurat (kebakaran) dengan tujuan akhir membantu mempersiapkan
evakuasi penghuni bangunan dengan jalan memberi tanda berupa bunyi maupun visual
dan juga akan mentrigger beberapa peralatan mekanikal – elektrikal agar bekerja
sesuai dengan unjuk kerja yang direncanakan untuk membantu kemudahan proses
evakuasi.

Perencanaan instalasi sistem deteksi kebakaran dan data bangunan terutama


mengenai fungsinya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.1 Perencanaan Instalasi Sistem Deteksi Kebakaran (Fire Alarm System) untuk
perencanaan pembangunan gedung merial tower RS. Pelni yang akan dilakukan
meliputi antara lain : pemilihan peralatan utama yaitu Master Control Panel Fire
Alarm disingkat MCPFA, perencanaan instalasi pengabelan dari MCPFA ke
Junction Box Fire Alarm disingkat JBFA, dari JBFA ke detektor, alarm bell, manual
station dan semua rangkaian kabel yang membentuk instalasi sistem deteksi
kebakaran pada bangunan rumah sakit.

1.2 Perencanaan instalasi fire alarm untuk perencanaan pembangunan gedung merial
tower RS. Pelni dengan sistem lainnya, antara lain :
- Terintegrasi dengan panel PUTR, ketika terjadi kebakaran (general alarm)
daya yang tersuplai oleh PUTR hanya SDP-EMG & Fire Pump
- Terintegrasi dengan panel PP Hydrant.
- Terintegrasi dengan panel lift Penumpang (LP-01, LP-02 & LP-03 ) & lift
services (LS-01, LS-02 & LS-03).
- Terintegrasi ke sentral tata suara.
- Terintegrasi ke PABX.
- Terintegrasi ke panel Presurized fan (PAF-A/TK-01, PAF-A/TK-02 & PAF-
A/TK-03)

1.3 Peralatan utama untuk instalasi sistem deteksi kebakaran untuk perencanaan
pembangunan gedung merial tower RS. Pelni terdiri dari 1 (satu) unit MCPFA
sebagai pusat kontrol yang ditempatkan pada ruang FCC lantai 1 yang berkapasitas
minimal 2 loops (Permen PU No. No. 26/PRT/M/2008; pasal 6.9; hal. 225~230 dan
Perda DKI No. 8 Tahun 2008 Pasal 26 Ayat 3). Peralatan sistem deteksi kebakaran
di backup Batere dan UPS.

2. DASAR PERENCANAAN

ecfa0ld20(ln)
FA - 4

2.1 Standard dan Peraturan

Sebagai dasar perencanaan digunakan standard dan peraturan sebagai berikut :

a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan


Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang pedoman
persyaratan teknis bangunan gedung.
c. SNI 0225-2011. Tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011).
d. UU No. 20 / 2003, tentang Bangunan Gedung berhubungan dengan PP No. 38 /
2005.
e. PERDA DKI Jakarta No. 8/2008, tentang Pencegahan & Penanggulangan
Kebakaran.
f. PERDA DKI Jakarta No. 7/2010, tentang Bangunan Gedung.
g. KEPMEN PU No. 441/1998, tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
h. SNI 04-7018-2004, tentang Sistem Pasokan Daya Listrik Darurat dan Siaga
(SPDD).
i. SNI 04-7019-2004, tentang Sistem Pasokan Daya Listrik Darurat menggunakan
Energi Tersimpan (SPDDT).
j. SNI 03-3985-2000, tentang Tata Cara Perencanaan, Pemasangan dan
Pengujian Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran pada Bangunan Gedung.
k. Peraturan Gubernur DKI No. 250 tahun 2015, tentang Persyaratan teknis dan
tata cara pemasangan sistem deteksi dan alarm kebakaran”.
l. PERMENKES No. 2306/2011, tentang Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi
Elektrikal Rumah Sakit.
m. PERMENKES No. 24 tahun 2016, tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan
Prasarana Rumah Sakit.

2.2 Pedoman Perencanaan Instalasi

a. Detector jenis ROR, Photoelectric Smoke Detector, Fixed Temperature Heat


Detector dipasang disetiap ruangan, dan daerah rawan lainnya, untuk
memberikan indikasi yang segera dan akurat kepada petugas pemadam
kebakaran.

Kriteria dan pemilihan jenis fire detector tergantung dari :


- Tinggi Ruang
Detektor Panas Detektor Asap jenis
Tinggi max (m) Tipe Temperatur Pancaran Cahaya Foto
Kombinasi Elektrik
0 - 7,5 cocok sangat cocok
7,5 - 10 tidak cocok sangat cocok
10 - 20 tidak cocok cocok

- Area Pencakupan
Detektor Area (m²) pada tinggi 3 m

ecfa0ld20(ln)
FA - 5

Detektor panas 25 – 46
Detektor asap photoelektrik 50 - 92

- Pemilihan Jenis Detektor

Ruangan Jenis Detektor


Lobby detektor asap fotoelektrik
Koridor detektor asap fotoelektrik
Ruang rawat detektor asap fotoelektrik
Ruang dokter detektor asap fotoelektrik
Kantor pengelola detektor asap fotoelektrik
Toilet detektor asap fotoelektrik
Ruang Inap detektor asap fotoelektrik
Ruang tunggu detektor asap fotoelektrik
Ruang OK detektor asap fotoelektrik
Poli Klinik detektor asap fotoelektrik
Parkir detektor panas tipe kenaikan laju suhu
Ruang Genset detektor panas tipe kenaikan laju suhu
Tangga Kebakaran detektor asap fotoelektrik

Pemilihan detector asap photoelektrik berdasarkan SNI 03-3985-2000 butir 6.2.2


tentang “ detector asap jenis pancaran cahaya foto-elektrik”. Pemilihan detector
panas konstan (temperature tetap) berdasarkan SNI 03-3985-2000 butir 5.2.1.
tentang “ detector temperature tetap”. Pemilihan detector laju kompensasi
berdasarkan SNI 03-3985-2000 butir 5.2.1. tentang “ detector laju kompensasi”.

b. Jarak detektor
Pada Langit-langit dengan Ketinggian 3 m (10 ft) sampai 9 m (30 ft), jarak antara
detektor panas harus di dikurangi mengikuti tabel di bawah ini.

Tabel 1. Koreksi untuk langit-langit yang tinggi


(SNI 03-3985-2000 hal. 11)

Tinggi langit-langit (m) Persen dari Jarak


di atas Sampai dengan Antara yang terdaftar
0 3,0 100
3,0 3,6 91
3,6 4,2 84
4,2 4,8 77
4,8 5,4 71
5,4 6,0 64
6,0 6,7 58
6,7 7,3 52
Tinggi langit-langit (m) Persen dari Jarak
di atas Sampai dengan Antara yang terdaftar
7,3 7,9 46
7,9 8,5 40
ecfa0ld20(ln)
FA - 6

8,5 9,1 34

c. Pembagian daerah zone kebakaran, didasarkan atas pertimbangan yaitu :


- Memudahkan petugas menentukan route gerak yang cepat menuju daerah
kebakaran.
- Membantu petugas mengetahui ada atau tidak adanya personil ditempat
kebakaran.
- Memudahkan petugas menentukan lokasi kebakaran.
- Membantu petugas mengetahui bekerja atau tidaknya alat pemadam
kebakaran.
- Partisi bangunan.
d. Manual pull station ditempatkan di lintasan umum pada jarak 25 m, di pintu
tangga atau menyatu dengan hydrant box yang memungkinkan orang
memberitahu adanya api ke sentral fire alarm sambil berlari menghindari api.
e. Alarm bell mempunyai level suara minimum 6 db diatas level suara pada saat
keadaan mulai gawat. Dipasang didekat manual pull station.

2.3 Dasar Pemilihan Jenis Detector


a. Detector Panas Tipe Temperature Konstan (FT)
- Pemilihan detektor panas konstan (temperature tetap) berdasarkan SNI 03-
3985-2000 butir 5.2.1 tentang “Detektor temperature tetap”.
- Sesuai untuk ruangan dengan ketinggian ruang tidak melebihi 6 meter.
- Sesuai dipakai pada tempat yang sering berasap dan berdebu serta
temperatur sekelilingnya sering berubah.
- Luas daerah yang dapat dideteksi sebesar 30 - 46 m².
- Jarak antara detektor tidak melebihi 6 meter.
- Jarak antara detektor dan dinding tidak melebihi 3 meter.
- Kepekaan : Pada aliran udara 1 m/sec dan 125% diatas temperatur
max. 52 - 60 °C, bereaksi dalam 25 - 50 detik.

b. Detektor Panas Tipe Kenaikan Laju Suhu

- Pemilihan detektor panas Rate of rise (Laju kompensasi) berdasarkan SNI


03-3985-2000 butir 5.2.2 tentang “Detektor laju kompensasi”.
- Sesuai untuk ruangan dengan ketinggian ruang tidak melebihi 6 meter.
- Sesuai dipakai pada ruang yang temperature sekelilingnya relative konstan.
- Dilengkapi dengan sensor suhu maximum pada 52 °C.
- Luas daerah yang dapat dideteksi sebesar 30 - 46 m².
- Jarak pemasangan antara detektor tidak melebihi 7 meter untuk ruangan
efektif dan tidak boleh lebih dari 10 meter untuk ruang sirkulasi.
- Jarak antara detektor dan dinding tidak melebihi 3 meter pada ruang effective
dan 6 meter pada ruang sirkulasi.
- Kepekaan : pada aliran udara 0,85 m/sec dan 30°C diatas temperature
sekeliling, bereaksi dalam 30 detik.
- Laju kenaikan temperatur dirancang untuk bereaksi pada temperature

c. Detektor Asap Photoelectrik

ecfa0ld20(ln)
FA - 7

- Pemilihan detektor asap photoelectric berdasarkan SNI 03-3985-2000 butir


6.2.2 tentang “Detektor asap jenis pancaran cahaya foto-elektrik”.
- Cocok digunakan pada ruangan dengan ketinggian lebih dari 6 meter.
- Luas daerah yang dapat dilindungi sebesar 5 – 95 m 2 pada ketinggian
plafond 4 – 20 m.
- Sesuai dipakai pada ruangan yang berisi material yang akan mengeluarkan
asap jika terbakar.
- Luas daerah yang dapat dilindungi sebesar 60-92 m².
- Jarak pemasangan antara detektor dan dinding tidak lebih dari 6 meter dalam
ruang efektif dan 12 meter dalam ruang sirkulasi.
- Jarak pemasangan antar detektor tidak melebihi 12 m didalam ruang efektif
dan 18 meter didalam ruang sirkulasi.

d. Titik Panggil Manual


Manual call point (Titik Panggil Manual) yang dilengkapi intercom ditempatkan
dilintasan umum, didalam / dekat Hydrant box atau dekat pintu keluar dari
ruangan yang cukup besar dengan jarak antara titik maksimum 30 m dan luas
cakupan maksimal 900 m². (SNI 03-3985-2000; hal. 39; butir 12.2.3.7 dan
12.2.3.8)

Gambar 1.1 Detail IHB (Indoor Hydrant Box)

e. Bel Tanda Bahaya


Ditempatkan secara tersebar pada setiap lantai sehingga dapat menimbulkan
kuat suara minimum 5dB diatas noise level pada saat keadaan mulai gawat
(emergency), tingkat kekerasan minimal 65 dB. (SNI 03-3985-2000; hal. 39; butir
12.2.4.1)

f. Flasher Lamp
ecfa0ld20(ln)
FA - 8

- Flasher lamp dipasang pada tempat yang mudah terlihat oleh umum. (SNI
03-3985-2000; hal. 39; butir 12.2.4.3)
- Ditempatkan didekat setiap jalan keluar dan didekat hydrant box satu lokasi
dengan titik panggil manual dan bell tanda bahaya.
- Dipilih yang berkedip untuk membantu yang menderita tuna rungu.

2.4 Zone adaptor module digunakan untuk memonitor Tamper Switch, Flasher Lamp,
Flow Switch, Alarm Bell, Conventional Detector dan untuk mengontrol Panel Listrik
AC serta Pressurize Fan.

a. Sebuah addressable interface module disediakan untuk mengintek faceman


normally open direct contact device ke sebuah addressable iniating circuit.

b. Zam-zam dipasang pada box panel (junction box) dan memakai daya 24 Vdc dari
dua pasang kawat.

c. Ada beberapa jenis ZAM antara lain :


- Fire Monitoring Module.
- Input Bell Control Module.
- Bell Control Module.
- Contact Output Module.
- Gas Leakage Module.
- Isolator Module.

Fire Monitoring Module - 6 line


Untuk memonitor detector konvensional type 4 kawat.
Module ini memiliki arus dan harus memberitahukan status zone (normal,alarm,
trouble) kepada panel kontrol. 1 (satu) unit module mempunyai kapasitas 5 zone dan
yang terpakai harus tidak boleh lebih dari 5 zone karena 1 zone untuk spare.
Input Monitoring Module - 10 line
Digunakan untuk memonitor Flow Switch, Tamper Switch, Push Button atau
peralatan yang tidak memerlukan arus / tegangan. 1 (satu) unit module mempunyai
kapasitas 10 zone dan yang terpakai harus tidak boleh lebih dari 9 zone karena 1
(satu) zone untuk spare.
Bell Control Module - 1 line
Digunakan untuk mengaktifkan alarm bell, flasher lamp, 1 (satu) Bell control modul
dapat mengaktifkan atau mengontrol 10 alarm Bell atau 10 Flasher lamp.
Contact Output Module - 6 line
Digunakan untuk mengontrol lift, shutdown panel dll.
1 (satu) unit module mempunyai kapasitas 6 zone dan yang terpakai harus tidak
boleh lebih dari 5 zone karena 1 zone untuk spare.
Gas Leakage Module - 10 line
Digunakan untuk memonitoring kebocoran gas harus digunakan modul yang khusus
untuk hal tersebut sehingga sinyal yang diterima MCPFA benar-benar berupa sinyal
yang mengidentifikasi adanya kebocoran gas / tidak boleh bersifat supervisory. 1
(satu) unit module mempunyai kapasitas 10 zone dan maximal 1 unit modul hanya
dapat mengontrol 9 zone Gas detector, 1 untuk spare.
Isolator Module - 1 line

ecfa0ld20(ln)
FA - 9

Digunakan untuk melindungi instalasi looping dari terjadinya arus hubung pendek
yang bisa berakibat merusak panel MCFA maupun Zone Adaptor Module. Minimal
dibutuhkan 3 buah per looping.

2.5 Spesifikasi Peralatan

a. Master Control Panel Fire Alarm (MCPFA)

- Suatu alat yang dipakai untuk memberikan indikasi tentang Detector yang bekerja
disuatu daerah Alarm atau adanya Manual Alarm Push Button yang ditekan,
dengan menyalakan Lampu Indicator dan membunyikan Bell Electronic.
 Tegangan : 24 volt DC
 Power supply : 110 / 230 volt AC
 Suhu : 0 ºC - 49 ºC
 Kelembaban : 93% RH, non-condensing
 Disetujui : UL, ULC, CSFM, MEA, FM, CE
 Jumlah kontrol Loop : min. 2 loops
 Jumlah modul addressable per
loop : min. 60 – 127
 Jumlah detektor per loop : min. 60 – 127
 Signal line : 24 volt DC
 Power consumption standby : 180 – 250 VA
 Kondisi alarm : 368 – 770 VA
 Signal line : 2 wire transmission max. 2 km
 Jumlah detektor addressable
per panel : 254
 Jumlah modul addressable
per panel : 254
 Max no of LCD annunciator panel : 64 unit
 Tampilan : LCD panel
 Tipe : Wall Mounting / Standing
 UPS : Sesuai dengan gambar

b. Titik Panggil Manual (Manual Call Point)


 Warna : Merah / Red
 Switching : Single Pole Change Over
 Contact rating : 30 volt DC / 3,0 A
 Dimensi : 87 mm(H) x 87 mm(W)
 Konstruksi : Modified Polyphenylene Oxide
 Suhu : -30 ºC – 70 ºC
 Tes switching : Manual
ecfa0ld20(ln)
FA - 10

c. Bel Tanda Bahaya (Alarm Bell)


 Tegangan rata-rata : 19,2 - 26,4 Vdc (24 Vdc
nominal)
 Arus rata-rata : 0,03 A
 Diameter : 6"
 Sound output (dB) : 85
 Warna : Merah / Red
 Disetujui approvals : UL, CFSM, MEA
d. Lampu Flasher (Flasher Lamp)
 Tipe : Surface Mounting
 Tegangan rata-rata : 19,2 – 28,8 Vdc
 Arus rata-rata : 35 mA – 80 mA
 Candela : 60 – 100 per minute
 Warna : Red

e. Detektor Asap Photoelektrik (Photoelectric Smoke Detectors)


 Lampu indikasi "twin LED"
 Tegangan rata-rata : 24 Vdc
 Bekerja pada tegangan : 15 Vdc – 30 Vdc
 Arus yang dibutuhkan : 35 microA at 30 Vdc
 Sumber cahaya : Infra red LED
 Suhu ambient rata-rata : -10 ºC – 50 ºC
f. Detektor Panas Tipe Kombinasi (Rate of Rise Heat Detector)
 Lampu indikasi LED
 Beroperasi ditegangan : 15 Vdc - 30 Vdc
 Beroperasi diarus maximum : 100 mA
 Sensor panas : thermistor
 Suhu ambient / operating ambient
 temperature range : 57 ºC
 Suhu rate of rise : 10 ºC / minute

g. Detektor Panas Tipe Temperatur Tetap (Fixed Temperature Heat Detector)


 Lampu indikasi LED
 Beroperasi ditegangan : 15 Vdc - 30 Vdc
 Beroperasi diarus maximum : 300 mA
 Sensor panas : Bi-metal element
 Suhu ambient / operating ambient
temperature range : 60 ºC
h. Modul Monitor (Monitor Module)
 Beroperasi disuhu : 0 - 49 °C
ecfa0ld20(ln)
FA - 11

 Kelembaban : 5% - 93%
 Beroperasi disuhu : 15,2 - 42 Vdc (19 Vdc nominal)
 Beroperasi diarus :
Standby : 250 mA
Aktif : 400 mA
i. Modul Mini Monitor (Mini Monitor Module)
 Beroperasi disuhu : 0 – 49 °C
 Kelembaban : 5% - 93%
 Beroperasi ditegangan : 15,2 Vdc - 32 Vdc (19 Vdc
nominal)
 Beroperasi ditegangan maximum : 35 microA (LED flashing)
j. Kontrol Modul (Module control)
 Beroperasi disuhu : 0 - 49 °C
 Kelembaban : 5% - 93%
 Beroperasi ditegangan : 15,2 - 41 Vdc
(19 Vdc nominal)
 Beroperasi diarus :
Standby : 223 mA
Aktif : 100 mA
k. Modul Isolator (Isolator Module)
 Beroperasi disuhu : 0 – 49 °C
 Kelembaban : 5% - 93%
 Beroperasi ditegangan : 15,2 - 32 Vdc (19 Vdc nominal)
 Beroperasi ditegangan maximum : 255 microA (LED flashing)
l. Intercom Set
 Penghubung : Tipe Jack Phone
 Tipe : Telephone Handset
m. Annunciator
 Tipe : Back-lit LCD
 Tampilan : Tampilan 640-character
(16 ines x 40 character)

2.6 Kabel yang dipakai untuk instalasi dari modul ke modul harus dari jenis FRC shielded
twisted 16 AWG, 1 pair dan dipasang dalam PVC HI conduit Ø 3/4". Kabel kontrol
yang dipakai untuk instalasi masing-masing detektor conventional adalah jenis NYA
dengan ukuran 2 x (1 x 1,5) mm2 dipasang dalam PVC HI conduit Ø 3/4" dengan
saddle klem. Sedangkan Kabel kontrol yang dipakai untuk instalasi masing-masing.
Kabel untuk outlet fire intercom menggunakan FRC 3 x 1,5 mm2 yang dipasang
dalam PVC HI conduit Ø 3/4". Kabel power untuk masing-masing modul
menggunakan kabel FRC 2 x 2,5 mm2 dipasang dalam PVC conduit Ø 3/4".
Kabel yang dipakai untuk instalasi manual push button, alarm bell, flasher lamp, flow
switch, tamper switch, panel AC, pressurize fan (PAF-A/TK-01, PAF-A/TK-02 &PAF-
A/TK-03), panel lift Penumpang (LP-01, LP-02 & LP-03 ) & lift services (LS-01, LS-02
& LS-03). dan kontrol lainnya menggunakan kabel FRC 2 x 1,5 mm 2 yang dipasang

ecfa0ld20(ln)
FA - 12

dalam PVC HI conduit Ø 3/4". Kabel yang digunakan untuk annunciator


menggunakan kabel FRC 2 x 2,5 mm 2 dan FRC shielded twisted 16 AWG, 2 pair.

3. SISTEM KERJA PERALATAN

Uraian sistem kerja dari instalasi sistem deteksi kebakaran ini diharapkan akan dapat
menunjukkan unjuk kerja sebagai berikut :

3.1 Bangunan ini dilengkapi dengan sistem deteksi kebakaran, dengan ruang FCC
di lantai 1 dan di lengkapi annunciator di ruang kontrol lantai 1.

3.2 Sistem deteksi kebakaran yang diterapkan perencanaan pembangunan gedung


merial tower RS. Pelni menggunakan sistem alarm otomatis tipe "Semi
Addressable", tipe semi addresable mendeteksi kebakaran dimana lokasi
sumber kebakaran ditujukan berdasarkan area lokasi bukan titik lokasi.

3.3 Peralatan utama sistem deteksi kebakaran perencanaan pembangunan gedung


merial tower RS. Pelni terletak di ruang Fire Command Center (FCC) yang
berada di lantai 1, sehingga mudah di lihat dan di monitor, terutama untuk
pengendalian sistem evakuasi apabila terjadi kebakaran.

3.4 Perencanaan sistem deteksi kebakaran terdiri dari 1 (satu) MCPFA dengan
kapasitas min. 2 loop.

3.5 Indikasi lokasi sumber kebakaran (alarm zone) berdasarkan area lokasinya
(zone detector) bukan berdasarkan titik lokasi detektor yang aktif.

3.6 Instalasi detector dan pembagian zona didesign/direncanakan sedemikian rupa


sehingga gejala awal adanya sumber api dapat di deteksi sedini mungkin.

3.7 MCPFA akan bekerja jika ada sinyal indikasi dari detektor yang didahului adanya
kelainan kondisi di satu zone area seperti kenaikan suhu dengan cepat diluar
kondisi normal, tingkat suhu melebihi tingkat normal, kepekatan asap melebihi
kepekatan asap yang normal serta adanya bunga api. Indikasi ini dideteksi oleh
detektor dan kemudian diteruskan ke panel MCPFA yang akan berfungsi
sebagai pusat kontrol dari tanda bahaya kebakaran dan dari indikasi yang terjadi
tersebut panel kontrol akan membunyikan tanda bahaya dengan mengaktifkan
atau membunyikan bel elektronik buzzer dipanel kontrol.
3.8 Sistem alarm harus lebih awal bekerjanya dari pada sprinkler.

ecfa0ld20(ln)
FA - 13

3.9 Kondisi Alarm Awal

a. Apabila terjadi kebakaran disuatu lantai pada Zone Area Detector, maka pada
MCPFA akan terindikasi Zone Area Detector tersebut.
b. Alarm bell pada lantai tersebut serta satu lantai diatas dan dibawahnya akan
berbunyi.
c. Lampu flash pada unit di lantai yang terjadi kebakaran akan menyala,
diperuntukan bagi penderita tuna rungu yang tidak dapat mendengar alarm bell.
d. Sentral fire alarm akan menunjukkan alamat dari daerah yang terdeteksi, aparat
keamanan yang menangani dapat mengaktifkan tombol silent dan memeriksa
area terdeteksi.

3.10 Langkah pelaksanaan evakuasi adalah :


a. Apabila terjadi kebakaran disuatu lantai atau lokasi pada pada zone area
tertentu maka, pada MCPFA akan terlihat adanya indikasi di zone area
tersebut dan perhatian akan tertuju ke lokasi tersebut.
b. Alarm bell pada lantai tersebut serta satu lantai di atas dan satu lantai di
bawahnya akan berbunyi.
c. Kondisi ini akan memberikan kesempatan kepada petugas untuk memeriksa
terjadinya kebakaran dan apabila bisa diatasi maka untuk menghindari
terjadinya kepanikan maka dari panel MCPFA dapat mematikan atau
mengurangi kuat bunyi alarm bell tersebut.
d. Petugas yang telah ditunjuk dapat menghentikan sementara bunyi bel tanda
bahaya dengan menekan tombol SILENCE dan selanjutnya petugas harus
memeriksa keadaan. Jika api masih ada dilokasi kebakaran, maka petugas
akan segera bergerak mengikuti petunjuk route yang paling effektif dan
secepatnya menuju ke lokasi/lantai yang bersangkutan. Setelah berada pada
arah zone alarm kebakaran maka petugas dapat langsung menuju lokasi
dimana terjadi kebakaran, mengambil tindakan pemadaman dan melaporkan
situasi ke sentral melalui intercom atau handy talki. Bila keadaan tidak dapat
dikuasai, barulah dibunyikan general alarm.
e. Apabila kondisi tidak bisa diatasi lagi maka untuk selanjutnya akan melakukan
tindakan sesuai dengan prosedure dengan petunjuk evakuasi paging dari
sentral peralatan sistem tata suara evakuasi kebakaran.

f. Kalau kondisi diatas tetap tidak bisa diatasi maka akan dilakukan atau
diaktifkan general alarm, dimana seluruh alarm bell akan berbunyi dan seluruh
lift Penumpang (LP-01, LP-02 & LP-03 ) & lift services (LS-01, LS-02 & LS-03)
akan diturunkan ke lantai 1.

3.11 Setiap indikasi dari detektor atau titik panggil manual akan diteruskan ke panel
kontrol utama sistem deteksi kebakaran MCPFA yang berarti ada tanda bahaya
kebakaran. Dengan adanya indikasi ini maka panel kontrol akan membunyikan
tanda bahaya dari sumber bell elektronik buzzer.

ecfa0ld20(ln)
FA - 14

3.12 Bila terjadi kebakaran, MCPFA mengirimkan sinyal / informasi ke PABX, supaya
PABX mendial-up line direct yang disediakan khusus untuk DPK terdekat
(disediakan 1 line direct khusus untuk ke DPK).

3.13 Kondisi Alarm

a. Kondisi ini memberikan kesempatan pada petugas / aparat keamanan dilokasi


mengantisipasi kebakaran.
b. Apabila bisa diatasi maka untuk menghindari panic pada panel MCPFA aparat
keamanan menekan tombol "SILENT".
c. Sebelum kebakaran dapat diatasi dengan sempurna petugas sudah mengevakusi
keamanan melalui tata suara. Secara bertahap sesuai dengan bunyi bell pada
sistem deteksi kebakaran.

3.14 Fungsi dari fire intercom adalah sebagai alat komunikasi antara fireman (petugas
pemadam kebakaran) dengan operator sentral MCPFA pada saat kebakaran
terjadi sehingga informasi mengenai kondisi dilapangan dapat diterima dan
diketahui dengan baik dan koordinasi tindakan untuk dapat mengatasi kebakaran
tersebut dapat berjalan dengan cepat dan lancar. Untuk tujuan tersebut maka
diperlukan kabel instalasi dari jenis FRC (Fire Resitance Cable) sehingga
walaupun kabel tersebut berada pada kondisi terjadi kerbakaran/panas,
komunikasi tetap dapat dilakukan dengan baik. Kabel FRC tidak hanya dipakai
untuk instalasi alat intercom akan tetapi kabel FRC dapat juga digunakan untuk
peralatan seperti manual push button, alarm bell, flasher lamp, lift Penumpang
(LP-01, LP-02 & LP-03 ) & lift services (LS-01, LS-02 & LS-03), panel Presurized
fan (PAF-A/TK-01, PAF-A/TK-02 &PAF-A/TK-03), tamper switch, flow switch,
panel generator disel set, panel listrik emergency dan lain lain.

3.15 Bila terjadi General Alarm (Kondisi Kebakaran) :


a. Apabila kondisi tidak bisa diatasi maka akan diaktifkan General alarm dimana
alarm bell diseluruh lantai berbunyi.
b. Lift Penumpang (LP-01, LP-02 & LP-03 ) & lift services (LS-01, LS-02 & LS-03)
otomatis turun ke lantai 1 (Homing),
c. Setelah itu lift service (LS-01, LS-02 & LS-03) dapat dipergunakan menjadi lift
kebakaran (apabila sudah dilengkapi dengan Sistem Fire Protection).
d. Presurized fan (PAF-A/TK-01, PAF-A/TK-02 &PAF-A/TK-03 )bekerja,
e. Smoke Extract Fan akan menyala.
f. Kalaupun, kondisi diatas tetap tidak bisa diatasi maka dapat dilakukan petunjuk
evakuasi paging dari sentral tata suara untuk seluruh gedung.
g. Dial otomatis telepon menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran.

3.16 Untuk memungkinkan operasi manual pressurized fan oleh petugas Dinas
Pemadam Kebakaran maka di ruang pusat kendali kebakaran atau ruang Fire
Command Centre (FCC) akan dipasang tombol/switch manual serta kabel FRC
ke pressurized fan tersebut sehingga pressurized fan dilantai tetap dapat segera

ecfa0ld20(ln)
FA - 15

berfungsi. Hal ini dilakukan adalah sebagai upaya jika sinyal dari MCPFA tidak
berhasil memfungsikan pressurized fan.

3.17 Pengkabelan yang digunakan adalah sebagai berikut:

 Kabel instalasi ke push button, control module dan monitor module


menggunakan kabel twisted shielded AWG 16 (ekuivalen dengan kabel
diameter 1.024 mm dan luas penampang 0.823 mm 2), FRC 1 pair ( kabel
FRC yang dimaksud adalah kabel tahan api pada temperature 750°C
selama 3 jam)
 Kabel instalasi ke alarm bell, flasher lamp, control panel lift, kontol panel
pompa, dan control panel pressurized fan menggunakan FRC 1 pair ( kabel
FRC yang dimaksud adalah kabel tahan api pada temperature 750°C
selama 3 jam)
 Kabel instalasi ke detector konventional menggunakan kabel NYA 2 x 1.5
mm2 di dalam PVC HI conduit 20 mm)

3.18 Manual push button, Flasher Lamp, Alarm Bell dan intercom jack di pasang di
dalam gedung pada lokasi strategis atau dekat tangga kebakaran dan di
tempatkan di pada kotak hydrant .

3.19 Manual Push Button di sediakan dengan jarak radius tidak lebih dari 61 meter
(Pergub. DKI No. 250 tahun 2015; pasal 14). Pada Gedung terdapat beberapa
manual push button di kotak hydrant.

3.20 Dalam keadaan supply listrik dari PLN terputus, sistem ini harus di backup
oleh supply cadangan selama 24 jam agar sistem masih tetap bisa mendeteksi
api. Back-up dilakukan oleh battery dan Genset.
Sedangkan dalam keadaan sistem diaktifkan oleh adanya sumber api dimana
sistem kontrol, monitoring dan alarm bell harus dibunyikan maka untuk
menghindari bahaya orang terkena arus hubung singkat ada kemungkinan aliran
listrik dari PLN maupun dari genset diputuskan, maka sistem ini harus tetap
sanggup bekerja dengan supply dari batere selama 4 jam (general alarm) (SNI
03-3985-2000; hal. 42; butir 12.2.8.3).) dengan kapasitas batere yang disiapkan
adalah : 700 AH untuk MCPFA pada tegangan kerja 12 Vdc.
3.21 Untuk keamanan galian instalasi maka pentanahan (grounding) Sistem terpisah dari
pentanahan listrik dan penangkal petir. Pentanahan yang digunakan adalah sistem
pembumian, pengaman (sistem PP).

Jakarta, 05 Februari 2020

ecfa0ld20(ln)
FA - 16

Akhmad Wahyu Dani, ST.,MT


No. 42/C.40/31.74/-1.785.5/2018

4. LAMPIRAN

4.1 Flow Chart Sistem Deteksi Kebakaran

4.2 Perhitungan

4.3 Data Peralatan Sistem Deteksi Kebakaran

4.4 Diagram Satu Garis Sistem Deteksi Kebakaran

ecfa0ld20(ln)
FA - 17

4.1 Flow Chart Deteksi kebakaran

ecfa0ld20(ln)
FA - 18

Gambar 1.2 Flowchart

4.2 PERHITUNGAN

PERHITUNGAN KAPASITAS BATERAI YANG DIGUNAKAN UNTUK ALARM KEBAKARAN


ecfa0ld20(ln)
FA - 19

- MCP-FA 1 x 990 VA = 990 VA


- Alarm Bell 39 x 2.2 VA = 85,8 VA
- Indicator Lamp 39 x 3.3 VA = 128,7 VA
- Monitor 1 x 80 VA = 80 VA
- CPU 1 x 480 VA = 480 VA +
1764,5 VA

1. Kapasitas UPS = Total beban + 20 % Spare


= 1764,5 VA + 352,9 VA = 2117,4 VA

2. Tegangan kerja baterai = 12 volt

P 2117,4 VA
I = ---- = ---------------- = 176,45 A
V 12 Volt

1. Kapasitas baterai (AH) = Ampere x Hour


= 176,45 x 4
= 705,8 AH
≈ 700 AH (200 AH x 3 + 100 AH x 1)

ecfa0ld20(ln)

Anda mungkin juga menyukai