BAB V
5.1 UMUM
Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk
menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudian
komunikasi dan mobilitas dalam bangunan. Utilitas Bangunan pada suatu bangunan gedung
diatur oleh Permen PU No. 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung. Tujuan dari Permen PU tersebut adalah agar terselenggaranya fungsi bangunan
gedung yang selamat, sehat, nyaman, dan memberikan kemudahan bagi penghuni dan/atau
pengguna bangunan gedung, serta efisien, serasi, dan selaras dengan lingkungannya.
Utilitas bangunan gedung ditinjau dari beberapa aspek, yaitu :
1. Aspek Mekanikal
2. Aspek Elektrikal
3. Aspek Isyarat Elektronis
4. Aspek Plumbing
Kajian Sertifikasi Laik Fungsi memastikan seluruh sistem yang berada atau
terpasang pada bangunan dalam keadaan baik dan laik. Sistem yang baik adalah sistem yang
handal pada saat digunakan atau difungsikan, tetapi sistem yang baik tidaklah cukup, sistem
harus laik sesuai dengan peraturan dan acuan yang telah diterbitkan oleh pemerintah.
272
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
273
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
274
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Sistem mekanikal bangunan gedung adalah sarana dan prasarana bangunan gedung untuk
mendukung pemenuhan terselenggaranya fungsi bangunan gedung, yang berkerja berdasarkan
prinsip-prinsip hukum mekanikal.
Sistem mekanikal antara lain yaitu:
1. Sistem transportasi vertikal dan horisontal
2. Sistem proteksi kebakaran aktif
3. Sistem penghawaan
4. Kebisingan dan getaran yang berdampak pada lingkungan
5. Perhitungan teknis dan gambar detail tata suara /tata suara evakuasi
Kajian teknis yang dilakukan pada SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja adalah kajian
kelengkapan dokumen teknis, kajian teknis eksisting bangunan, dan pengujian terhadap sistem
mekanikal gedung. Kajian tersebut di dasari dengan peraturan, dan standar yang telah
ditetapkan pemerintah. Adapun peraturannya adalah sebagai berikut.
Kajian teknis yang dikerjakan pada SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja dilakukan
dengan kajian kelengkapan dokumen teknis dan kajian teknis eksisting bangunan (visual dan
uji-uji jika diperlukan) kajian tersebut meliputi seluruh komponen mekanikal.
275
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Bangunan eksisting yang mengajukan Sertifikasi Laik Fungsi akan dikaji terkait keandalan
bangunan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pengecekan keandalan bangunan meliputi kesesuaian eksisting bangunan dan dokumen teknis
bangunan dengan cara pengecekan visual pengujian dan perhitungan. Jika pada saat dilakukan
kajian ditemukan permasalahan maka akan dibuatkan rekomendasi perbaikan dan jika terkait
kelengkapan dokumen teknis ada yang belum sesuai maka akan segera dilakukan proses
pelengkapan dokumen teknis.
276
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
277
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Sirkulasi horizontal merupakan jalan atau jalur akses antar ruang dalam satu lantai,
pada bangunan SMP terdapat ruang sirkulasi yang berada pada area depan bangunan.
2. Luas area Luas area sirkulasi pada kondisi Luas area Sesuai
2
sirkulasi eksisting adalah 75 m pada lantai 1 sirkulasi min.
dan 75 m2 pada lantai 2 sehingga 30% dari luas
total luas area sirkulasi adalah = 150 total seluruh
2
m ruangan lantai,
setiap ruang pada
kondisi eksisting
terdapat 6
ruangan dengan
luas setiap
ruangnya adalah
63 m2, sehingga
278
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
63 m2 x 6 = 189
= 30% x 189
= 56,7 m2
3. pagar Pada kondisi eksisting terdapat pagar Koridor tanpa sesuai
pengaman pengaman besi dengan ketinggian dinding pada
pada koridor 110 lantai atas
lantai 2 bangunan
bertingkat
dilengkapi pagar
pengaman
dengan tinggi 90-
110 cm
Kesimpulan Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang
dalam bangunan sekolah dan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan bermain
dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran, terutama pada saat
hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung di
halaman sekolah. Ruang sirkulasi pada kondisi eksisting sudah sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 tahun 2007
Rekomendasi -
279
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Sirkulasi horizontal merupakan jalan atau jalur akses antar ruang dalam satu lantai,
pada bangunan SMA terdapat ruang sirkulasi yang berada pada area depan
bangunan.
2. Luas area Luas area sirkulasi pada kondisi Luas area sirkulasi Sesuai
2
sirkulasi eksisting adalah 91,2 m min. 30% dari luas
total seluruh
ruangan lantai,
setiap ruang pada
kondisi eksisting
luas keseluruhan
280
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
ruangnya adalah
2
68,4 m , sehingga
= 30% x 68,4
= 20,52 m2
Kesimpulan Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang
dalam bangunan sekolah dan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran, terutama pada
saat hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut
berlangsung di halaman sekolah. Ruang sirkulasi pada kondisi eksisting sudah
sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 tahun 2007
Rekomendasi -
e. Sarana evakuasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 186 Tahun 1999 tentang unit
penanggulangan kebakaran. Ketentuan Teknis :
- Laju alir : 40 orang/menit.
- Durasi evakuasi :
Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Ringan : 2 menit.
Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Sedang : 2.5 menit.
Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Berat : 3 menit.
- Lebar jalur akses evakuasi minimal : 21 inch atau 54 cm
Karena tidak ada material yang mudah terbakar maka bangunan tersebut dikatakan
hunian yang resiko bahaya kebakarannya bersifat ringan.
SMP Bangunan terdiri dari 5 ruang kelas dan pada setiap kelasnya
terdapat 19 orang dalam ruangan yaitu 18 murid dan 1
pengajar
SMA Bangunan terdiri dari 4 ruang dan pada setiap kelasnya
terdapat 8 orang
➢ Jalur Emergency
Ruang Kelas SMP
Jalur akses evakuasi yang dibutuhkan untuk mengevakuasi orang sebanyak 19 orang
dalam waktu 2 menit adalah :
281
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
= 𝑥 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝐾𝑒𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑅𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
19
= 40 𝑥 2 = 0,95
Ruang Laboratorium
Jalur akses evakuasi yang dibutuhkan untuk mengevakuasi orang sebanyak 19 orang
dalam waktu 2 menit adalah :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
= 𝑥 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝐾𝑒𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑅𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
19
= 40 𝑥 2 = 0,95
Pada kondisi eksisting lantai 2 terdapat 3 kelas sehingga jumlah orang pada lantai 2
adalah 57 orang, lebar tangga pada kondisi eksisting adalah 180 cm lebar jalur akses
untuk mengevakuasi 20 orang dengan jangka waktu 2 menit adalah 54 cm, sehingga
yang dibutuhkan untuk mengevakuasi 57 orang dalam jangka waktu 2 menit yoitu
lebar 160 cm
282
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Jalur akses evakuasi yang dibutuhkan untuk mengevakuasi orang sebanyak 19 orang
dalam waktu 2 menit adalah :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
= 𝑥 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝐾𝑒𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑅𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
19
= 40 𝑥 2 = 0,95
Pada kondisi eksisting bangunan SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja tidak
tersedia jalur evakuasi dan signage titik kumpul sehingga direkomendasikan untuk
pengadaan signage jalur evakusi dan titik kumpul. Berikut rekomendasi layout
penempatan signage titik kumpul dan jalur evakuasi :
283
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Berdasarkan Permen PUPR No.14 Tahun 2017 titik kumpul harus memenuhi
persyaratan teknis di antaranya:
• Titik berkumpul dapat berupa jalan atau ruang terbuka.
• Memiliki akses menuju ke tempat yang lebih aman, tidak menghalangi dan mudah
dijangkau oleh kendaraan atau tim medis.
Dari area terjauh bangunan sampai ke titik kumpul didapatkan 27,7 meter yaitu dari
ujung banggunan SMA sampai ke titik kumpul yang telah direkomendasikan,
perhitungan durasi evakuasi dari titik terjauh sebagai berikut :
27,7 m : 1,4 m/s = 19,7 detik = 0,3 menit
Durasi evakuasi untuk resiko bahaya kebakaran ringan 2 menit.
0,3 menit ≤ 2 menit (OK )
Kesimpulan Pada kondisi eksisting durasi evakuasi pada SMP dan SMA
Takhassus Al Qur’an Boja dari titik terjauh sudah sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 186 Tahun 1999, tetapi belum
terdapat signage jalur evakuasi dan titik kumpul
284
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Akses jalan pada SMP dan SMA takhassus al qur’an boja memiliki lebar 5
meter dan pada sisi timur jalan terdapat drainase yang memisahkan jalan dengan
bangunan SMP dan SMA takhassus al qur’an boja, jalan tersebut termasuk jalan kolektor.
285
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Berdasarkan Jurnal Pengaruh Getaran Dan Karakteristik Lalu Lintas Terhadap Bangunan
(Studi Kasus Jalan Raya Semarang – Kendal antara Km. 10+000 dan Km. 10+500)
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa dengan kecepatan kendaraan yang hampir sama (50
km/jam), lebar drainase jalan akan mempunyai pengaruh terhadap getaran. Semakin lebar
drainase jalan, getaran akan semakin berkurang. Apabila berdirinya bangunan semakin jauh
terhadap tepi jalan maka getaran yang dirasakan semakin mengecil.
KESIMPULAN
Bangunan SMP dan SMA takhassus al qur’an boja pada analisa menggunakan SAP 2000
sudah memperhitungkan beban gempa dari hasil analisa tersebut bangunan aman terhadap
gempa, getaran yang terjadi akibat kendaraan yang melintas tidak berpengaruh
pada struktur bangunan SMP dan SMA takhassus al qur’an boja karena geteran
yang terjadi lebih kecil dari getaran yang digunakan pada analisis gempa SAP2000.
Dan sudah terdapat redaman berupa drainase pada depan bangunan yang dapat meredam
getaran secara signifikan yang di timbulkan dari kendaraan.
286
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
b. Kebisingan
Hasil Pengukuran Kebisingan SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja sebagai berikut:
Hasil Pemeriksaan Kebisingan pada
SMP Takhassus Al-Qur’an Boja
Ruang Kelas 7A
48,2 Tidak ada - Sesuai
peralatan yang
menimbulkan
kebisingan
Ruang Kelas 7B
287
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Ruang Kelas 8A
52,3 Tidak ada - Sesuai
peralatan yang
menimbulkan
kebisingan
Ruang Kelas 8B
47,4 Tidak ada - Sesuai
peralatan yang
menimbulkan
kebisingan
Ruang Kelas 8C
2 Ruang Maksimal 55 51,9 52,3 Sesuai
Laboratorium dBA
Kesimpulan Dari hasil pemeriksaan kebisingan ruangan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
Rekomendasi -
Tabel 5.3 Tabel Pemeriksaan Pengukuran Kebisingan SMP
288
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Ruang Kelas 2
52,3 Tidak ada - Sesuai
peralatan
yang
menimbulkan
kebisingan
Ruang Kelas 3
48,0 Tidak ada - Sesuai
peralatan
yang
menimbulkan
kebisingan
Ruang Kelas 4
289
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Ruang Kelas 5
2 Ruang Maksimal 51,9 52,3 Sesuai
Laboratoriu 55 dBA
m
290
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
291
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
292
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.4 Tahun 1980 tentang
Pemasangan dan Pemeliharaan APAR pasal 4 yang berisi bahwa setiap alat pemadam api
ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan
diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. Jumlah APAR sesuai dengan
aturan yang berlaku, Permen, SNI, dan NFPA-10. Jarak APAR satu dengan APAR lainnya
adalah 15 meter. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan
jenis dan penggolongan kebakaran.Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengan
lainnya atau kelompok satu dengan lainnya yaitu 15 meter.atau dapat disimpulkan setiap luasan
225 m² terproteksi oleh satu tabung APAR, selanjutnya mengacu Luas Perlindungan APAR
Sbb:
Berdasarkan perlindungan peraturan diatas 15 m, sehingga r = 7.5 m
Luas Perlindungan per APAR = π r2
= 3,14 x 7,52
= 176,6 (di ambil 200)
KEBUTUHAN APAR
Kebutuhan APAR pada bangunan SMP Lt 1
= 310 m2 / 200
= 1,55 Unit (Dibulatkan 2)
Kebutuhan APAR pada bangunan SMP Lt 2
= 293 m2 /200
= 1,46 Unit (Dibulatkan 2)
Kebutuhan APAR pada bangunan SMP Lt 2
= 159,6 m2 /200
= 0,79 Unit (Dibulatkan 2)
Direkomendasikan menggunakan APAR foam dan CO2
Kebutuhan APAR SMP Jumlah
Lantai 1 2
Lantai 2 2
293
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Pelaksanaan pemasangan APAR harus disesuaikan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. 04 Tahun 1980 yaitu tinggi pemasangan APAR 1,2 m, tinggi tanda
APAR 125 cm, ukuran tanda untuk pemasangan APAR pada dinding yaitu segitiga sama sisi
dengan sisi 35 cm, huruf cm dan panah 7,5 cm atau ukuran tanda pada tiang kolom yaitu lebar
ban 20 cm pada sekitar kolom, serta jarak tiap APAR tidak boleh melebihi 15 m. Terdapat
beberapa APAR beberapa label yang berisi tentang informasi yang diperlukan seperti tanggal
kadaluwarsa APAR, jenis APAR, merk APAR, kapasitas APAR pada bagian luar tabung.
Menurut Soedarto (1984), pada bagian luar tabung alat pemadam kebakaran harus dilengkapi
label berisi informasi yang diperlukan sebab kekeliruan atau tidak terdapat informasi pada
APAR dapat berakibat fatal saat dipakai. Oleh karena itu penyediaan APAR harus dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 04 Tahun 1980.
Jenis APAR CO2 Alat pemadam api CO2 bersifat clean agent membuat APAR ini aman untuk
digunakan di ruangan penuh dengan alat elektronik. APAR media CO2 juga aman digunakan
untuk memproteksi ruangan dengan benda sensitif seperti di laboratorium atau ruang arsip.
APAR Jenis Busa ini adalah Jenis APAR yang terdiri dari bahan kimia yang dapat membentuk
busa. Busa AFFF (Aqueous Film Forming Foam) yang disembur keluar akan menutupi bahan
yang terbakar sehingga Oksigen tidak dapat masuk untuk proses kebakaran. APAR Jenis Busa
AFFF ini efektif untuk memadamkan api yang ditimbulkan oleh bahan-bahan padat non-logam
seperti Kertas, Kain, Karet dan lain sebagainya (Kebakaran Kelas A) serta kebakaran yang
dikarenakan oleh bahan-bahan cair yang mudah terbakar seperti Minyak, Alkohol, Solvent dan
lain sebagainya (Kebakaran Jenis B)
294
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
295
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Kesimpulan Pada kondisi eksisting SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja belum
terdapat sistem proteksi kebakaran.
296
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Sehingga pada pengujian kenyamanan penghawaan ruangan pada bangunan mengacu pada
SNI 03-6572-2001 dengan temperatur maksimal adalah 27,1 °C. Dan Standar kenyamanan
untuk daerah tropis menurut SNI 03-6572- 2001, kelembaban udara relatif yang dianjurkan
antara 40% ~ 50%, tetapi untuk ruangan yang jumlah orangnya padat seperti ruang kelas,
kelembaban udara relatif masih diperbolehkan berkisar antara 55%~ 60%. Dari aspek
analisis kelembaban ini, maka nilainya memenuhi standar kenyamanan.
Gambar 5.7 Suhu dan Kelembaban Kabupaten Kendal yang tercantum dalam Kabupaten
Kendal dalam Angka 2022
297
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
• Pemeriksaan suhu
Ruang Kelas
8A
26,5 – 29,5°C Pada kondisi - Tidak
28,9oC eksisting tidak Sesuai
terdapat
8B buatan
298
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
8C
2 Ruang 26,5 – 27,7°C Pada kondisi - Sesuai
Laboratoriu 28,9oC eksisting tidak
m terdapat
penghawaan
buatan
3 Ruang 26,5 – 29,9°C Pada kondisi - Tidak
Sirkulasi 28,9oC eksisting tidak Sesuai
terdapat
penghawaan
buatan
SMP
4 Toilet / 26,5 – 28,4°C Pada kondisi - Sesuai
Jamban 28,9oC eksisting tidak
terdapat
penghawaan
buatan
Kesimpulan Pada kondisi eksisting hanya pada ruangan laboratorium, ruang kelas 8A, dan jamban
yang sudah sesuai dengan kenyamanan penghawaan. Dari hasil pemeriksaan suhu
ruangan lainya pada bangunan SMP Takhassus Al Qur’an Boja tidak memenuhi
standar menurut acuan suhu rata-rata Kab. Kendal.
Rekomendasi Pengkondisian udara dengan menggunakan sistem penghawaan alami seperti
menambah bukaan/ventilasi berupa jendela.
Tabel 5.5 Pemeriksaan Suhu SMP
299
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Ruang Kelas
2
26,5 – 29,5°C Pada kondisi - Tidak
o
28,9 C eksisting tidak Sesuai
terdapat
penghawaan
Ruang Kelas buatan
3
26,5 – 29,5°C Pada kondisi - Tidak
o
28,9 C eksisting tidak Sesuai
terdapat
penghawaan
Ruang Kelas buatan
4
300
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
301
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
• Pemeriksaan Kelembaban
Ruang Kelas
8A
302
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Kesimpulan Pada kondisi eksisting ruangan pada bangunan SMP memenuhi standar
kelembaban dengan acuan kelembaban rata-rata Kab. Kendal.
Rekomendasi -
Tabel 5.7 Pemeriksaan Kelembaban SMP
303
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Ruang Kelas
2
70-92% 76% Pada kondisi - Sesuai
eksisting tidak
terdapat
penghawaan
Ruang Kelas buatan
3
304
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
305
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja memiliki penghawaan alami dari pintu depan
bukaan jendela dan roster untuk sirkulasi udara secara alami, diperlukan kecepatan aliran
udara dan kadar udara yang cukup dalam ruangan, yang dipengaruhi oleh geometri ruang
dan luas bukaan.persyaratan ini bermaksud untuk memberikan oksigen yang cukup untuk
pernafasan dalam bangunan, serta untuk mencegah kenaikan kadar kandungan
karbondioksida dan bau dalam ruangan. sebuah ruang harus memiliki ventilasi tidak
kurang dari 5% dari luas lantai ruangan dan jendela 20% dari luas lantai ruangan, syarat-
syarat minimum dalam SNI Departemen Pekerjaan Umum seperti inilah untuk memenuhi
fungsi bukaan untuk kesehatan.
306
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
307
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
=3,12 m2
Pintu
1,3 x 2,1
=2,73 m2
3,12+2,73m2
=5,58 m2
Ruang kelas SMA 54,4 Jendela 12,6 m2 Terdapat 3,15 m2 Tidak
2
m 1,2x1,3 2 roster Sesuai
2
=1,56m 0,5 x 1,3
Terdapat 3 =0,65 m2
jendela 0,65 x2
1,56 x 3 =1,3 m2
=4,68 m2
Pintu 4 buah
0,8 x 2,1
=1,68 m2 x 4
=6,72
6,72+4,68m2
=11,4 m2
2 Ruang 63 m2 Jendela 12,6 m2 Terdapat 3,15 m2 Sesuai
Laboratorium 1,2x1,3 8 roster
=1,56m2 0,5 x 1,3
Terdapat 2 =0,65 m2
jendela 0,65 x8
1,56 x 2 =5,2 m2
=3,12 m2
Pintu
1,3 x 2,1
=2,73 m2
3,12+2,73m2
=5,58 m2
3 Toilet 3,92 Pintu 0,724 - - Sesuai
m2 0,6 x2,1
=1,26
Kesimpulan Dari perhitungan analisa standar minimum luas bukaan berdasarkan SNI
Departemen Pekerjaan Umum pada bangunan SMP dan SMA Takhassus Al
Qur’an Boja terdapat ruang yang luas bukaannya tidak memenuhi standar
minimum luas bukaan dalam SNI Departemen Pekerjaan Umum.
Rekomendasi Direkomendasikan untuk pengkondisian udara pada ruangan dengan
penambahan jendela atau roster pada ruangan yang tidak memenuhi.
Tabel 5.9 Luasan bukaan bangunan SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja
308
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Sistem elektrikal bangunan gedung adalah sarana dan prasarana bangunan gedung untuk
mendukung pemenuhan terselenggaranya fungsi bangunan gedung, yang berkerja berdasarkan
prinsip-prinsip hukum elektrikal. Sistem elektrikal yang antara lain yaitu:
1. Sistem Proteksi Petir
2. Sistem Instalasi Listrik Utama
4. Sistem Pencahayaan
5. Pengukuran Sistem Elektrikal
Kajian teknis yang dilakukan pada bangunan SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja
adalah kajian kelengkapan dokumen teknis, kajian teknis eksisting bangunan, dan pengujian
terhadap sistem elektrikal gedung. Dasar hukum yang digunakan pada kajian ini antara lain.
309
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Salah satu tujuan dilakukan tinjauan keandalan bangunan Gedung adalah untuk menjamin
ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan Gedung yang andal, fungsional,
seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungan sekitar. Penilaian keandalan bangunan
Gedung juga ditunjukan untuk melihat kelaikan Gedung sebelum dimanfaatkan sehingga
dapat mencegah kerusakan dan mencegah bahaya jatuhnya korban jiwa. Penilaian ini
berdasarkan komponen elektrikal .
310
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Listrik SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja yakni bersumber dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN). Sumber listrik dari PLN yang tersambung pada SMP dan SMA
Takhassus Al Qur’an Boja saat ini adalah 5500 VA.
311
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
312
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
313
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Penerangan pada bangunan SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja menggunakan
lampu LED. Kondisi lampu yang terdapat pada SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an
Boja dalam kondisi baik. Pengukuran lux dan penggunaan sistem pencahayaan pada
bangunan Sekolah saat ini sudah baik. Penggunaan lampu dengan tipe LED sudah
diterapkan pada SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja 100%, kondisi instalasi kabel
listrik yang menuju titik lampu dalam keadaan baik. Secara umum pencahayaan pada
SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja dalam keadaan baik.
314
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Bangunan SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja untuk pengujian sistem
pencahayaan mengacu pada SNI 03-6572-2001 dengan standar sebagai berikut :
315
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Pemeriksaan pencahayaan
Hasil Pemeriksaan Pencahayaan
SMP Takhassus Al Qur’an Boja
316
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Kesimpulan Pengujian dilakukan pada waktu siang hari. Lampu dalam keadaan mati
dan dinyalakan. Dari hasil pemeriksaan pencahayaan ruangan pada
bangunan SMP Takhassus Al Qur’an Boja sesuai dengan SNI 03-6572-
2001
Rekomendasi -
317
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
318
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Kesimpulan Pengujian dilakukan pada waktu siang hari. Lampu dalam keadaan mati dan
dinyalakan. Dari hasil pemeriksaan pencahayaan ruangan pada bangunan
SMA Takhassus Al Qur’an Boja sesuai dengan SNI 03-6572-2001
Rekomendasi -
319
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Listrik SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja yakni bersumber dari Perusahaan Listrik
Negara (PLN). Sumber listrik dari PLN yang tersambung pada SMP dan SMA Takhassus Al
Qur’an Boja saat ini adalah 5500 VA, penyambungan dan kerapihan instalasi dalam kondisi
baik. Dilakukan pengujian thermography test menggunakan infra red thermography sebagai
berikut:
THERMOGRAPHY TEST
Equipment SMP Takhassus Al Qur’an Boja
Location
Date 10 November 2022 Jam 13.58
TES RESULTS
Sp 1 25,4 oC
Sp 2 26,2 oC
Sp 3 25,4 oC
320
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
THERMOGRAPHY TEST
Equipment SMA Takhassus Al Qur’an Boja
Location
Date 10 November 2022 Jam 13.58
TES RESULTS
Sp 1 29,1 oC
321
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Ifl = S/380 x √3
= 5500/380 x √3
=25 A
= 115 % x 25
= 28,75 A
Sesuai dengan standar tengangan yang ditentukan oleh PLN (SPLN), perancangan jaringan
dibuat agar jatuh tegangan di ujung diterima 10%. Tegangan jatuh pada jaringan
322
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
disebabkan adanya rugi tegangan akibat hambatan listrik (R) dan reaktansi (X). Jatuh tegangan
phasor Vd pada suatu penghantar yang mempunyai impedansi (Z) dan membawa arus (I): dapat
dijabarkan dengan rumus :
Vd=I.Z
Dalam pembahasan ini yang dimaksudkan dengan jatuh tegangan (∆V) adalah selisih antara
tegangan kirim (Vk) dengan tegangan terima (VT), maka jatuh tegangan dapat didefinisikan
adalah :
∆V = ( Vk ) – (VT )
Karena adanya resistansi pada penghantar maka tegangan yang diterima konsumen (Vr) akan
lebih kecil dari tegangan kirim (Vs), sehingga tegangan jatuh (Vdrop) merupakan selisih antara
tegangan pada pangkal pengiriman (sending end) dan tegangan pada ujung penerimaan
(receiving end) tenaga listrik. Tegangan jatuh relatip dinamakan regulasi tegangan V R (voltage
regulation) dan dinyatakan oleh rumus :
Dimana :
Vs = tegangan pada pangkal pengiriman
Vr = tegangan pada ujung penerimaan
Untuk menghitung jatuh tegangan, diperhitungkan reaktansinya, maupun faktor dayanya yang
tidak sama dengan satu, maka berikut ini akan diuraikan cara perhitunganya. Dalam
penyederhanaan perhitungan, diasumsikan beban–bebannya merupakan beban fasa tiga yang
seimbang dan faktor dayanya (Cos φ) antara 0,6 s/d 0,85. tegangan dapat dihitung berdasarkan
rumus pendekatan hubungan sebagai berikut :
(∆V ) = I ( R . cos φ + X . sin φ ) L
Dimana :
I = Arus beban ( Ampere )
R = Tahanan rangkaian ( Ohm )
X = Reaktansi rangkaian ( Ohm )
Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap kuat hantar arus pada penghantar yang digunakan
pada instalasi tersebut. Atau kita gunakan Tabel Sebagai Berikut
Penggunaan kabel penghantar pada panel SDP yang akan didistribusikan menuju instalasi
seluruhnya saat ini dalam kondisi baik ,jika dikemudian hari dilakukan penambahan beban
323
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
listrik ,maka perlu dilakukan kajian ulang terlebih dahulu terkait kemampuan penghantar
terhadap penambahan beban listrik tersebut.penambahan tanpa dilakukan kajian dapat
menyebabkan beban lebih pada instalasi listrik yang kemungkinan bisa mengakibatkan
kebakaran listrik .
Bangunan SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an terdapat sistem proteksi terhadap petir analisa
sistem proteksi petir konvensional sebagai berikut :
Data – Data Bangunan
a. Bangunan sekolah
b. Konstruksi beton
c. Bahan dinding samping terdiri dari pasangan bata merah
d. Tinggi bangunan 9,65 meter + 0,3 (penangkal petir )= 9,95 m
e. Luasan Bangunan 310 m2 lantai 1 293 m 2 lantai 2 pada kondisi eksisting
f. Jumlah hari guruh per tahun untuk Kecamatan Kendal memiliki IKL rata-rata
setiap tahun sebesar 60
g. Daerah tersebut terletak di ketinggian ± 10 meter dari permukaan laut
Jenis perlindungan petir yang digunakan adalah jenis konvensional, Perangkat sederhana yang
lazimnya hanya menunggu datangnya petir untuk menyambar ujung penangkal. Prinsip
kerjanya menangkap petir secara pasif. Berbentuk seperti tiang dan membutuhkan kabel
konduktor. Karena bersifat pasif, bangunan dengan area yang luas kerap menggunakan
beberapa penangkal sekaligus pada puncak atapnya. Bisa dipasang dan diaplikasikan di mana
saja. Lebih ideal untuk bangunan dengan area sempit, seperti rumah tinggal.
325
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Karena penangkal petir konvensional bersifat pasif maka dibutuhkan beberapa buah
tombak splitzen penangkal petir agar dapat melindungi seluruh area obyek, pastikan ”
diletakan pada posisi tertinggi dengan jarak maksimal 6 meter antar tombak dengan catatan
posisi antar tombak sama tinggi “Begitu juga dengan kabel penghantar gunakan rute
terdekat antara tombak dengan grounding system karena ” bentang penghantar semakin
pendek maka tahanan penghantar akan semakin kecil “.gunakan bahan non konduktif untuk
melapisi kabel penghantar (isolator) seperti karet pada klem atau pipa pvc untuk
membungkus kabel penghantar yang terbuat dari bahan konduktif agar tidak terjadi induksi
pada bangunan.
pembuatan grounding system dilakukan dengan cara melakukan pengeboran pada tanah
dengan kedalaman minimal 6 meter dan maksimal 12 meter, jangan pernah hanya
menancapkan batang elektroda dengan cara dipukul sehingga hanya dapat menyentuh
kedalaman hanya 1 – 4 meter karena di kedalaman tersebut tidak terdapat kandungan
mineral yang dibutuhkan untuk meredam energi utama muatan listrik yang sangat besar
pada petir.Pengeboran grounding system dilakukan dengan menggunakan alat pengeboran
manual berupa rangkaian pipa besi yang disambungkan dengan ujung pipa terdapat mata
pisau terbuat dari baja dan dilakukan oleh 2 – 3 orang dengan masing-masing orang
memegang kunci pipa (kunci inggris) agar memiliki kekuatan untuk menghujamkan alat
pengeboran dan dapat menembus tanah, jangan lupa menggunakan selang air yang cukup
kuat dengan tekanan air sangat tinggi agar dapat membantu “menembak” tanah lalu
dikeluarkan melalui pipa besi alat pengeboran.Pada kedalaman 6 – 12 meter mulai
perhatikan warna dan bentuk tanah yang keluar dari pipa besi alat pengeboran, ketika mulai
keluar ” tanah berbentuk lendir tercampur kerikil pasir berwarna putih “ hentikan
pengeboran karena pada kandungan tanah tersebut terdapat kandungan mineral yang
dibutuhkan untuk proses peredaman energi petir.Langkah selanjutnya adalah membuat
rangkaian batang elektroda grounding system yang terdiri dari electroda copper bonded
stick rod (batang tembaga) dengan kabel penghantar tembaga telanjang (BC / Bare Copper)
dengan cara membuka satu persatu lilitan kawat pada kabel lalu dililitkan pada batang
tembaga hingga terlilit dengan rapih dan kuat. Cara ini lebih efektif dibandingkan hanya
menggunakan klem cincin karena rangkaian kabel penghantar menyatu seutuhnya dengan
326
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
batang elektroda.Setelah selesai membuat rangkaian perlahan angkat alat pengeboran lalu
masukan secara perlahan batang elektroda yang telah tersambung dengan kabel penghantar,
pastikan menyentuh dasar tanah hasil pengeboran lalu angkat alat pengeboran dan tanah
akan kembali merapat dengan sendirinya.
memasang tombak penangkal petir di titik yang telah ditentukan sebelumnya, jangan lupa
untuk menyambungkan ujung finial splitzen pada tombak dengan ujung kabel penghantar
pastikan telah tersambung dengan kuat dan menutupi seluruh ujung finial. Setelah itu
pastikan menyambung ujung finial splitzen dengan pipa besi menggunakan sok teflon
karena terbuat dari bahan non konduktor (isolator) untuk menghindari induksi pada
bangunan. Setelah tersambung pasang tombak dengan menggunakan baut dan fisher yang
telah dibor agar rapih dan kuat, setelah itu gunakan aquaproof atau pelapis anti bocor untuk
menghindari kebocoran pada atap.
Setelah tombak penangkal petir terpasang rapih dan kuat langkah selanjutnya adalah
finishing dengan memasang jalur kabel penghantar yang telah ditentukan sebelumnya,
jangan lupa untuk melapisi kabel penghantar dengan bahan non konduktif seperti pipa pvc
yang tebal untuk menghindari induksi pada bangunan.Pastikan untuk menghindari lekukan
kabel hingga berbentuk sudut runcing (kurang dari 90˚) karena hal tersebut dapat
menghambat penyaluran arus energi petir yang dapat menyebabkan side flashing sehingga
dapat menimbulkan aliran arus liar pada bangunan.
rs = 9,4 x ∛25
rs = 9,4 x 2,924
rs = 27,5 meter
327
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Dengan di ketahuinya data-data bangunan maka, dapat diketahui dan dicari batas
dari daerah proteksi dengan menggunakan parameter
2 +𝐻 2
I = [ 𝑋𝑎 ]
3
18,8 . 𝐻
2 +9,65 2
I = [20,9 ]
3
18,8 .9,65
I = 1,8 kA
Dari harga arus maksimum ini dicari kemungkinan untuk mendapatkan serangan
dengan besaran arus akan berkurang atau sama dengan sebuah penghasil kegagalan
didekatkan dengan parameter PIF dimana kemungkinan arus lebih kecil dari 1 kA,
P1 dimana kemungkinan melebihi arus 1 kA.
P1 = 1
1+( 𝐼 )2
25
P1 = 1
1+(1.8)2
25
P1 = 0,99
PIF = (1 - P1)
PIF = (1 - 0,99)
PIF = 0,01
Dari data yang telah ada, diketahui bahwa hari guruh pertahun (IKL) yang terjadi untuk
daerah Kendal adalah 60. Oleh karena itu kerapatan sambaran petir ditentukan dengan
persamaan yang dianjurkan untuk di Indonesia adalah :
No = 0,15 . Td
328
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
No = 0,15 . 60
No = 9 sambaran tahun / km2
NL = S . N o
NL = 2100 . 0,0009
1
Maka sambaran yang terjadi 1,8,9 = 0,1 tahun
1
Sehingga kegagalan proteksi yang terjadi 0,018 = 55 tahun
329
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
330
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Sistem isyarat elektronis pada bangunan gedung adalah sarana dan prasarana bangunan
gedung untuk mendukung pemenuhan terselenggaranya fungsi bangunan gedung, yang
berkerja berdasarkan prinsip-prinsip isyarat atau sinyal elektronis. Sistem isyarat
elektronis antara lain adalah:
1. Sistem Telepon
2. Sistem LAN
2. Sistem Keamanan CCTV
Kajian teknis yang dilakukan pada bangunan SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja
adalah kajian kelengkapan dokumen teknis, kajian teknis sistem elektronis berdasarkan
kondisi eksisting.
331
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Salah satu tujuan dilakukan tinjauan keandalan bangunan Gedung adalah untuk
menjamin ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan Gedung yang andal,
fungsional, seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungan sekitar. Penilaian keandalan
bangunan Gedung juga ditunjukan untuk melihat kelaikan Gedung sebelum
dimanfaatkan sehingga dapat mencegah kerusakan dan mencegah bahaya jatuhnya
korban jiwa. Penilaian ini berdasarkan komponen elektronis .
a. Sistem Telepon
Sistem telepon pada kondisi eksisting menggunakan perangkat telepon seluler untuk
sistem telepon dan komunikasi internal maupun external. Telepon seluler adalah sebuah
perangkat telekomunikasi elektronik yang punya beragam kemampuan, tetapi untuk
kemampuan dasarnya tak berbeda dengan telepon konvensional kelebihan telepon seluler
bisa dibawa kemana-mana dan tidak perlu pula disambungkan ke jaringan listrik.
332
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Pada dasarnya LAN memiliki fungsi utama untuk menghubungkan beberapa komputer
dalam suatu jaringan yang akan membuat proses kerja menjadi lebih cepat dan mudah. Pada
bangunan SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja memiliki labotarium komputer
sehingga menggunakan sistem jaringan LAN.
333
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Sebagai sistem keamanan utama pada SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja
ketersediaan CCTV diperlukan untuk menunjang sistem keamanan sehingga diperlukan
instalasi CCTV (Closed Circuit Television) merupakan kamera yang digunakan untuk
mengintai, mengawasi ataupun merekam keadaan suatau lokasi untuk keperluan keamanan.
Jadi kamera yang terintegrasi tersebut akan melakukan transmisi sinyal dari suatu tempat ke
layar monitor. Pada kondisi eksisting SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja tidak
terdapat sistem keamanan CCTV.
334
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
335
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Kesimpulan Pada kondisi eksisting tidak terdapat CCTV pada bangunan SMP dan SMA
Takhassus Al Qur’an Boja
rekomendasi Direkomendasikan untuk pengadaan CCTV sesuai dengan denah
rekomendasi dan dilakukan perawatan secara berkala untuk memastikan
CCTV dalam keadaan handal guna memastikan pengawasan keamanan.
336
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Sistem plambing pada bangunan gedung adalah sarana dan prasarana bangunan gedung untuk
mendukung pemenuhan terselenggaranya fungsi bangunan gedung, yang merupakan system
pemipaan dan drainasi gedung. Sistem Plambing secara administrative sudah dilengkapi
dengan gambar antara lain adalah:
1. Sistem Penyediaan Air Bersih
2. Sistem Pengelolaan Air Kotor/Limbah (Black Water)
3. Sistem Pengelolaan Air Hujan
Kajian teknis yang dilakukan pada bangunan SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja
adalah kajian kelengkapan dokumen teknis, kajian teknis eksisting bangunan, dan pengujian
terhadap sistem plumbing gedung. Dasar hukum yang digunakan pada kajian ini antara lain.
337
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Salah satu tujuan dilakukan tinjauan keandalan bangunan Gedung adalah untuk menjamin
ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan Gedung yang andal, fungsional,
seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungan sekitar. Penilaian keandalan bangunan Gedung
juga ditunjukan untuk melihat kelaikan Gedung sebelum dimanfaatkan sehingga dapat
mencegah kerusakan dan mencegah bahaya jatuhnya korban jiwa. Penilaian ini berdasarkan
komponen plumbing .
338
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
339
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
340
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Limbah grey water yang berada pada SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an Boja berupa
air bekas cuci tangan dari wastafel maupun air dari kamar mandi yang menuju peresapan
yang disediakan. Berikut layout septictank yang berada pada SMP dan SMA Takhassus Al
Qur’an.
341
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
342
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
Kesimpulan Pada kondisi eksisting sistem pengelolaan air hujan dari atap
langsung jatuh ke tanah tidak ada drainase air hujan dan sumur
resapan air hujan
rekomendasi Direkomendasikan untuk pembuatan talang/drainase air hujan
dan sumur resapan air hujan.
343
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
1. Limbah Organik
Limbah organik di SMP dan SMA Takhasuss Al Qur’an Boja berupa sisa makanan, dan
sampah kebun (rumput daun dan ranting) pengolahan limbah organik yang dilakukan di
SMP dan SMA takhassus Al Qur’an dengan cara memilah sampah tersebut lalu di ambil
oleh petugas pengangkut sampah dari Dinas Lingkungan Hidup untuk dikelola lebih lanjut
oleh Dinas tersebut.
2. Sampah Anorganik
Limbah anorganik di SMP dan SMA Takhasuss Al Qur’an Boja berupa plastik (bungkus
makanan) dan kertas bekas pengolahan limbah anorganik yang dilakukan di SMP dan
SMA takhassus Al Qur’an dengan cara memilah sampah tersebut lalu di ambil oleh
petugas pengangkut sampah dari Dinas Lingkungan Hidup untuk dikelola lebih lanjut oleh
Dinas tersebut.
344
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
345
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
346
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
4 Perhitungan teknis dan gambar sistem MEKANIKAL Tidak Sesuai Jumlah APAR yang
proteksi kebakaran ( Kondisi eksisting dibutuhkan sesuai
tidak tersedia APAR dengan perhitungan
untuk sistem kebutuhan APAR .
proteksi kebakaran)
5 Perhitungan teknis dan gambar sistem MEKANIKAL Tidak Sesuai Direkomendasikan
penghawaan ventilasi alami dan buatan ( tidak terdapat penambahan jendela
sistem penghawaan maupun roster sebagai
buatan ) sistem penghawaan
alami
6 Gambar teknis sistem jaringan listrik ELEKTRIKAL Sesuai -
347
LAPORAN KAJIAN TEKNIS
SMP DAN SMA TAKHASSUS AL QUR’AN BOJA
348