Oleh:
Sepannur Bandri
Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Padang
Email: sepannurbandria@yahoo.com
Jl. Gajah mada kandis nanggalo padang- 25143
Telp. 0751-7055202, Fax-444842. www.itp.ac.id
Intisari
Gedung Balai Kota Pariaman merupakan pusat Pemerintahan Kota Pariaman, dibangun diatas tanah seluas 4
Ha dengan ukuran 66,70
63,70 m
m xx 54,70 m xx30,3
51,70 m 27,3m.
m. Secara fisik bangunannya lebih tinggi dan menonjol dari
bangunan yang berada disekitarnya. Sebagai pusat pemerintahan bangunan ini banyak terdapat peralatan-
peralatan elektronik seperti komputer, telephone, rad AC dan lain-lain. Untuk mengamankan gedung dan
peralatan tersebut perlu dilindungi dari bahaya sambaran petir. Dalam penelitian ini analisa dilakukan
berdasarkan kajian teori-teori yang berhubungan dengan sistem proteksi gedung terhadap sambaran petir.
Penelitian dilakukan dengan survey ke lokasi, kemudian data-data teknis dilokasi diolah dengan data dari
BMKG Stasiun Sicincin. Data yang telah terkumpul dianalisa bedasarkan persamaan yang ada dan dengan
melukis wilayah perlindungan pada perlindungan Gedung Balai Kota Pariaman tersebut baik tampak depan,
samping, belakang dan atas. Dari hasil analisa, perkiraan bahaya, luas daerah yang menarik sambaran petir
14530,882 m², jumlah sambaran petir 0,06 sambaran petir per hari per km² dan kemungkinan gedung
tersambar petir 0,5231 sambaran per tahun.
Abstrac
City Hall is the central government Pariaman Pariaman, built on an area of 4 hectares with a size of 27.3 mx
63.70 mx 51.70 m. Physically, the building is higher and protrudes from the building which is located
nearby. As the administrative center of this building there are a lot of electronic equipment such as
computers, telephone, air conditioning rad and others. To secure the building and equipment needs to be
protected from the dangers of lightning strikes. In this study the analysis is based on the study of theories
relating to the protection system against lightning strikes the building. The study was conducted to survey the
location and technical data prepared by the location of the data BMKG Sicincin Station. The data collected
were analyzed Based on the similarities that exist with paint protection areas and the protection of Pariaman
City Hall is a good front, side, rear and top. From the analysis, hazard assessment, the area of interest
14530.882 m² lightning strikes, lightning strikes the lightning strikes 0.06 per day per km ² and the possibility
of building a bolt of lightning strike 0.5231 per year.
c. Menentukan luas daerah bangunan yang sehingga tingkat proteksi dari daerah
menarik sambaran petir (Ca) Gedung Balai Kota Pariaman termasuk
Perhitungan luas daerah bangunan yang proteksi tingkat III dengan nilai jarak
menarik sambaran petir dilakukan dengan inisiasinya (D) = 60 m
menggunakan persamaan (2.10) berikut:
Ca = (L x W) + (4L x H) + (4W x H) + 4 ( 2. Pemilihan Penangkal Petir
H2) Dalam perencanaan instalasi penangkal
Berdasarkan rumus tersebut dan data yang petir pada Gedung Balai Kota Pariaman adalah
diperoleh mengenai gedung Balai Kota penangkal petir system pranklin.
Pariaman dengan tinggi gedung (H) 30,3 23,70 Proses pemilihan penangkal petir system
meter, panjang gedung (L) 66,763,70 meter, dan Franklin adalah :
lebar gedung (W) 54,7 51,70 meter maka luas 1. Bangunan Balai Kota Pariaman
daerah yang menarik sambaran petir adalah: memiliki atap jurai yang memiliki
66,7 mmxx54,7
Ca = (63,70 m m) + (4 x 66,7
51,70 63,70mm) bidang datar pada tengah atapnya.
30,3 mm + (4 x 51,70
x 23,70 54,7 mm) x 30,3
23,70mm + Sehingga akan sangat efektif
4 (3,14 x 30,3
23,70mm2) dipasangi penangkal petir system
3648,49 ++ 8084,04
Ca = (3293,29 6038,76+ + 4901,16
6629,64 ++ Franklin dengan perhitungan luas
380,568) daerah proteksi yang tepat.
2
297,672) m
Ca = 18742,738
14530,882 m2 2. Tiap-tiap Finial penangkal petir
d. Menentukan perkiraan kemungkinan Franklin dihubungkan dengan
Gedung Balai Kota Pariaman tersambar menggunakan kawat BC 10 mm 2,
petir dimulai dari ujung atap bangunan
Dari luas daerah yang menarik sampai dengan tengah atap bangunan.
sambaran petir tersebut (Ca), maka Radius perlindungan (Rp) pada
kemungkinan daerah Gedung Balai Kota system Franklin dapat dihitung
Pariaman tersambar petir dapat diketahui dengan menggunakan persamaan
dengan menggunakan persamaan (2.11) (2.4) dan (2.5)
berikut:
D
Ps = Ca x NE x IKL x 10-6 x C1 Rp = h 1
karena terkait dengan jumlah sambaran petir h
per hari per km2 (NE) dengan untuk Kota Ap = π. Rp2
Pariaman adalah 0,0000530, maka dari Bedasarkan perencanaan tinggi finial
persamaan (2.1): system Franklin (h) adalah 30 cm.
NE = (0,1 + 0,35 sin ) (0,4 0,2)
= (0,1 + 0,35 sin 0,00053) (0,4 0,2)
D
Rp = h 1
= (0,1 + 0,35 x 9,25 x 10-6) (0,4 0,2) h
= (0,1) (0,4 0,2) Rp = 0,3 √ ± (60/0,3) – 1
= 0,04 0,02 sambaran petir/hari/ km2 Rp = 3,2 meter
untuk ini diambil nilai maksimum yaitu Maka luas daerah proteksi :
= 0,04 + 0,02 sambaran petir/hari/ km2. Ap = π. Rp2
= 0,06 sambaran petir/hari/ km2. Ap = 3,14. 3,22
Sehingga: Ap = 32,15 m2
Ps = 18742,738
14530,882 m2 x 0,06 x 300 x
-6
10 x 2,0 (dari tabel C1). 3. Penentuan Luas Penghantar Penangkal
= 0,
0, 6747
5231 sambaran petir/tahun Petir
e. Menentukan tingkat kebutuhan pengamanan Luas penghantar turun dari suatu instalasi
gedung terhadap sambaran petir penangkal petir dengan arus gangguan
Berdasarkan perhitungan di atas maka berlangsung selama 0,001 detik, arus petir
tingkat kebutuhan pengamanan dari daerah maksimum 220 kA dan temperatur konduktor
Gedung Balai Kota Pariaman adalah yang diizinkan 10000 C adalah dari persamaan
berdasarkan persamaan (2.12): (2.6) :
Pr = Ps x C2 x C3 x C4 x C5
Pr = 0,0, 6747
5231 x 1,4 x 2 x 1,5 x 1,5 8,5 x10 6 S
A =Io
= 4,2508
3,2955 T
1
274
log10
Balai Kota Pariaman terletak di daerah dataran Untuk lebih jelasnya gambar perencanaan
rendah dengan ketinggian dari permukaan laut instalasi penangkal petir di Gedung Balai Kota
2,7 meter, dan mempunyai curah hujan serta Pariaman ini dapat dilihat pada lampiran.
hari guruh yang cukup tinggi, mencapai 240 hari
pertahun diiringi dengan hari guruh yang tinggi 5.1 Kesimpulan
mencapai 300 hari guruh pertahun. Hasil analisis dan pembahasan
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai perencanaan instalasi penangkal petir Gedung
perkiraan bahaya 14, maka Gedung Balai Kota Balai Kota Pariaman dapat disimpulkan
Pariaman mempunyai tingkat bahaya yang sebagai berikut:
sangat besar. Selanjutnya luas daerah yang 1. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
menarik sambaran petir pada Gedung Balai Kota besarnya indeks perkiraan bahaya 14
Pariaman sebesar 18742,738
14530,882 m 2 dengan jumlah sehingga mempunyai tingkat bahaya yang
sambaran petir 0,06 sambaran petir per hari per tergolong besar dan membutuhkan suatu
km2. Kemungkinan gedung tersambar petir 0,154 instalasi penangkal petir yang baik dan
sambaran petir per tahun dan tingkat bahaya dari andal.
gedung 52 %. Oleh sebab itu gedung ini sangat 2. Dalam satu tahun kepadatan sambaran
membutuhkan instalasi penangkal petir yang petir di Kota Pariaman sebesar 75
benar-benar handal dan mampu melindungi sambaran /km/tahun.
gedung dari sambaran petir yang bisa terjadi 3. Luas daerah yang menarik sambaran petir
setiap saat. Dengan didapatkan tingkat bahaya sebesar 18742,738
14530,882 m2 dengan jumlah
sebesar 52 % sehingga tingkat proteksi sambaran petir 0,06 per hari per km2 dan
merupakan proteksi tingkat tiga dengan jarak kemungkinan gedung tersambar petir
inisiasi (D) 60 meter. 0, 6747 sambaran petir per tahun.
0,5231
Gedung Balai Kota Pariaman memiliki atap 4. Tingkat proteksi merupakan proteksi
jurai, direncanakan memakai instalasi penangkal tingkat III dengan jarak inisiasi (D) 60
petir jenis Franklin dengan diameter 2 inchi dan meter.
panjang 30 cm ditambah penopang pipa 50 cm 5. Jenis penangkal petir digunakan Franklin,
sehingga didapatkan radius proteksinya sebesar karena gedung tersebut mempunyai atap
3,2 meter tiap-tiap final penangkal petir. yang luas berbentuk jurai maka diperlukan
Sehingga dibutuhkan sebanyak 20 batang finial, perhitungan radius proteksi dari setiap
dihubungkan dengan kawat BC 10 mm2 menuju fanial penangkal petir tersebut.
tanah. Bedasarkan hasil perhitungan didapatkan 6. Finial penangkal petir Franklin digunakan
luas penampang turun adalah 9,406 mm2, karena sebanyak 20 buah, antara fanial
luas penampang kabel yang sesuai tidak ada dihubungkan menggunakan penghantar
maka diizinkan memakai yang mendekati hasil kawat BC 10 mm2.
perhitungan. Namun tidak diizinkan memakai 7. Sistim pentanahan yang digunakan dalam
yang lebih kecil dari hasil perhitungan. perencanaan instalasi penangkal petir
Sistem pentanahan yang digunakan dalam adalah penanaman elektroda pentanahan
perencanaan instalasi penangkal petir Gedung secara horizontal didalam tanah yang
Balai Kota Pariaman adalah sistim penanaman dipasang secara parallel kedalaman 2,4
dua batang elektroda dengan panjang 2,4 meter meter sebanyak 8 titik, setiap titiknya
ke dalam tanah untuk satu titik, direncanakan menggunakan dua batang elektroda
untuk pentanahan ada 8 titik dengan jumlah pentanahan, sehingga elektroda
elektroda keseluruhan adalah 16 batang. Tanah pentanahan yang digunakan sebanyak 16
pada daerah gedung ini adalah tanah rawa, batang.
0, 6747
sehingga besar tahanan jenis tanah apabila dilihat
pada tabel 2.3 tahanan pentanahan adalah 30 5.2 Saran
ohm. Hal ini berarti belum baik karena tahanan Berdasarkan hasil perencanaan dan
pentanahan masih besar dari 1 ohm. Untuk itu kesimpulan, maka penulis mengemukakan
dilakukan usaha untuk menghasilkan tahanan beberapa saran yaitu:
pentanahan yang kecil, diantaranya dengan 1. Hendaknya pengelola Gedung Balai Kota
memparalelkan dua batang elektroda, sehingga Pariaman memperhitungan keselamatan
tahanan pentanahan yang didapatkan sebesar gedung dari bahaya sambaran petir,
0,4585 ohm. dengan memasang penangkal petir system
Frenklin sesuai dengan kemampuan
proteksi finialnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sirait, K.T dan Zorro (1987), Proteksi
Terhadap Tegangan Lebih Pada Sistem
Tenaga Listrik. Bandung : ITB.
2. Departemen Pekerjaan Umum (1987),
Pedoman Perencanaan Instalasi Penangkal
Petir. Jakarta : Yayasan Bandung Penerbit
PU.
3. Antonov (1994), Perlindungan Bangunan
Terhadap Sambaran Petir, Padang : skripsi
ITP.
4. Rice Candra Gunawan (2000), Studi
Perhitungan Daerah Perlindungan
Penangkal Petir Terhadap Gedung
Bertingkat,Padang : Padang Tugas Akhir
ITP.
5. Ria Gusnita Jufri (2009), Perencanaan
Instalasi Penangkal Petir di Laboratarium
Terpadu Fakultas Ekonomi UNP, Padang :
Tugas Akhir UNP