Anda di halaman 1dari 38

Penilaian Keandalan

Bangunan Gedung
Pengertian

KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG adalah keadaan


bangunan gedung yang memenuhi persyaratan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan bangunan gedung sesuai dengan
kebutuhan fungsi yang telah ditetapkan.
Manfaat
menjamin keselamatan
pemiik dan pengguna
bangunan, serta
masyarakat lingkungan
di sekitarnya,
disamping persyaratan
yang bersifat
administratif.
1. Struktur
2. Pengamanan Kebakaran
1.Keselamatan
3. Bahaya Petir
4. Sistem Kelistrikan

1. Penghawaan
2. Pencahayaan
2. Kesehatan 3. Sanitasi
4. Bahan Bangunan
Persyaratan Keandalan
Bangunan Gedung 1. Kenyaman ruang gerak dalam
bangunan gedung
3.Kenyamanan 2. Kondisi udara dalam ruang
3. Tingkat Getaran
4. Tingkat Kebisingan

1. Kemudahan Hubungan Horizontal


2. Kemudahan Hubungan Vertikal
4. Kemudahan
3. Akses Evakuasi dalam Keadaan
Darurat
4. Fasilitas dan Aksesibilitas bagi
Penyandang cacat
Keselamatan – Pengamanan
Kebakaran

 Setiap BG, kecuali


kecuali Rumah
Rumah Tinggal Tunggal,,
harus dilindungi terhadap bahaya kebakaran
dengan Sistem
Sistem Proteksi
Proteksi Pasif dan Aktif thd
Bahaya Kebakaran
 Penerapan sistem
sistem proteksi
proteksi pasif/aktif
pasif/aktif
didasarkan pada fungsi/klasifikasi, luas,
ketinggian, volume, bahan bangunan
terpasang, dan/atau jumlah penghuni BG.
 Setiap BG dengan fungsi/klasifikasi, luas,
ketinggian, volume bangunan, dan/atau jumlah
penghuni tertentu harus memiliki unit
Manajemen Pengamanan Kebakaran

1 5
TUJUAN KESELAMATAN
KEBAKARAN

 Keselamatan jiwa manusia


(life-safety)
 Perlindungan harta benda
(property-safety)
 Kelangsungan proses dan kerja
(process-safety)
 Keselamatan lingkungan
(environmental-safety)
Beberapa Peraturan yang berkaitan dengan
keselamatan kebakaran
• Kepmenneg PU No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan
persyaratan teknis pengamanan thd bahaya kebakaran
pd bangunan gedung dan lingkungan
• Kepmenneg PU No.11/KPTS/2000 tentang Ketentuan
persyaratan teknis manajemen penanggulangan
kebakaran di perkotaan
• Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan
Permukiman Dep. Kimpraswil No. 58/KPTS/DM/2002,
Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran
pada Bangunan Gedung
• SNI-SNI tentang proteksi kebakaran
Sistem Proteksi Pasif

Sistem proteksi pasif adalah


suatu sistem proteksi
kebakaran pada bangunan
gedung yang berbasis pada
disain struktur dan
arsitektur sehingga bangunan
gedung itu sendiri secara
struktural stabil dalam waktu
tertentu dan dapat
menghambat penjalaran api
serta panas bila terjadi
kebakaran.
Sistem Proteksi Pasif

Pengamanan terhadap bahaya


kebakaran dilakukan dengan sistem
proteksi pasif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3)
meliputi kemampuan stabilitas
struktur dan elemennya, konstruksi
tahan api, kompartemenisasi dan
pemisahan, serta proteksi pada
bukaan yang ada untuk menahan
dan membatasi kecepatan
menjalarnya api dan asapkebakaran.
Sistem Proteksi Aktif

• Setiap bangunan gedung, kecuali


rumah tinggal tunggal, harus
dilengkapi dengan sistem proteksi
aktif yang merupakan proteksi
terhadap harta milik terhadap
bahaya kebakaran berbasis pada
penyediaan peralatan yang dapat
bekerja baik secara otomatis
maupun secara manual, digunakan
oleh penghuni atau petugas
pemadam dalam melaksanakan
operasi pemadaman.
Manajemen Keselamatan Kebakaran
Fire Safety Management (FSM)
FSM lebih diupayakan untuk
MENCEGAH terjadinya
kebakaran, atau sebelum
kebakaran (PRA).

Namun FSM selaku manajemen


darurat kebakaran juga harus
memiliki 3 komponen :
PENCEGAHAN = preparedness
dan mitigation (PRA), RESPONS
(PADA SAAT), dan PEMULIHAN
(PASCA).
Pengertian FSM

FSM : pola pengelolaan dan atau


pengendalian faktor manusia / personil,
biaya, bahan, peralatan, informasi, data
teknis, serta kelengkapan lainnya dengan
tujuan menjamin dan meningkatkan
keamanan total pada bangunan gedung
terhadap bahaya kebakaran.
Tugas MKK
1. memastikan persyaratan keselamatan kebakaran memenuhi FEP
2. penyeliaan pemeliharan seluruh kerja terkait keselamatan kebakaran,
3. memastikan beban hunian tidak over,
4. memeriksa harian bahaya kebakaran dan menghilangkannya,
5. menyiapkan FEP dan latihan kebakaran,
6. memastikan penghuni familiar dengan sarana jalan keluar,
7. menyiapkan panduan keselamatan kebakaran,
8. melatih penghuni untuk pemadaman awal dan evakuasi,
9. menyelia operasional Pusat Komando Kebakaran pada saat
kebakaran,
10 melakukan kampanye kebakaran dan mengorganisasikan aktivitas
lain terkait.
Keselamatan – Penangkal Petir

 Setiap BG yang berdasarkan letak, sifat


geografis, bentuk dan penggunaannya
berisiko terkena sambaran petir harus
dilengkapi instalasi penangkal petir
 Sistem Penangkal/Proteksi Petir harus
dapat mengurangi secara nyata risiko
kerusakan yang disebabkan sambaran
petir terhadap bangunan gedung yang
diproteksinya

1 14
Keselamatan – Instalasi Tenaga Listrik

 Setiap BG yang Dilengkapi


dengan Instalasi Tenaga
Listrik termasuk Sumber
daya Listriknya harus
dijamin aman, andal, dan
akrab lingkungan

1 15
Keselamatan – Bahan Peledak

 Setiap BG untuk kepentingan


umum, atau BG fungsi khusus,
harus dilengkapi dengan sistem
pengamanan yang memadai untuk
mencegah terjadinya keruntuhan
struktur dan/atau kebakaran
akibat bencana bahan peledak dan
sejenisnya

1 16
Keselamatan Sistem penghawaan

Kesehatan
Sistem pencahayaan
Kenyamanan

Kemudahan Sistem sanitasi

Penggunaan bahan
Sistem Penghawaan
• Merupakan kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara yang harus disediakan pada bangunan
gedung melalui bukaan dan / atau ventilasi alami dan / atau ventilasi buatan.
• Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan dan bangunan pelayanan
umum lainnya harus mempunyai bukaan untuk ventilasi alami.
• Setiap bangunan gedung harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan
sesuai dengan fungsinya.
• Bangunan gedung tempat tinggal harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan
jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.
• Bangunan gedung pelayanan kesehatan, khususnya ruang perawatan, harus mempunyai
bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat
dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.
• Bangunan gedung pendidikan, khususnya ruang kelas, harus mempunyai bukaan permanen,
kisi-kisi pada jendela dan pintu dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk
kepentingan ventilasi alami.

1 18
Sistem Penghawaan
Ventilasi alami harus memenuhi ketentuan:
• terdiri dari bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela, atau sarana lain yang dapat dibuka sesuai dengan kebutuhan
dan standar teknis yang berlaku;
• setiap lantai gedung parkir kecuali pelataran parkir terbuka harus mempunyai sistem ventilasi alami permanen yang memadai;
• ventilasi alami pada suatu ruangan dapat berasal dari kisi-kisi pada pintu dan jendela, bukaan permanen, pintu ventilasi atau
sarana lainnya dari ruangan yang bersebelahan;
Ventilasi mekanik/buatan harus memenuhi ketentuan:
• harus diberikan jika ventilasi alami tidak dapat memenuhi syarat;
• penempatan fan harus memungkinkan pelepasan udara keluar dan masuknya udara segar, atau sebaliknya;
• harus bekerja terus menerus selama ruang tersebut dihuni;
• bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi mekanik/buatan untuk pertukaran udara;
• gas buang mobil pada setiap lantai ruang parkir bawah tanah (basemen) tidak boleh mencemari udara bersih pada lantai
lainnya;
• harus memperhitungkan besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruang dalam bangunan gedung.
• mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi.
• mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

1 19
Sistem Pencahayaan
• Kebutuhan pencahayaan disediakan melalui pencahayaan alami dan / atau pencahayaan buatan.
• Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan dan bangunan pelayan
umum lainnya harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.
• Setiap bangunan gedung harus mempunyai pencahayaan yang cukup sesuai dengan fungsinya,
yang dapat dipenuhi baik melalui pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan.
Pencahayaan alami harus memenuhi ketentuan:
• pemanfaatan pencahayaan alami harus diupayakan optimal;
• kebutuhan pencahayaan alami disesuaikan dengan fungsi bangunan gedung dan fungsi masing-
masing ruang di dalam bangunan gedung;
• bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, dan pendidikan harus mempunyai
dinding dan/atau atap tembus cahaya buntuk kepentingan pencahayaan alami. Bukaan tersebut
dapat ditutup dengan bahan yang tembus cahaya; dan
• silau sebagai akibat pencahayaan alami perlu dikendalikan agar tidak mengganggu tingkat
iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam bangunan gedung.

1 20
Sistem Pencahayaan
• Pencahayaan buatan harus dipilih secara fleksibel, efektif dan sesuai
dengan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang
dalam bangunan gedung, dengan mempertimbangkan efisiensi,
penghematan energi yang digunakan, dan tidak menghasilkan
ketidaknyamanan karena silau atau pantulan.
• Semua sistem pencahayaan, kecuali yang diperlukan untuk
pencahayaan darurat, harus dilengkapi dengan pengendali manual,
dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang mudah
dicapai/dibaca oleh pengguna ruang.
• Mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

1 21
Sistem Sanitasi
• Sistem sanitasi harus disediakan di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan / atau air limbah, kotoran dan sampah,
serta penyaluran air hujan.
• Sistem sanitasi pada bangunan gedung dan lingkungannya harus dipasang sehingga
mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, tidak membahayakan serta tidak
menggangu lingkungan sekitar.
• Setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sistem plambing, yang meliputi sistem
air bersih, sistem air kotor, air kotoran dan/atau air limbah, alat plambing yang memadai,
serta sistem pengolahan air limbah.
• Sistem plambing harus direncanakan dan dipasang sedemikian rupa sehingga mudah
dalam operasional dan pemeliharaannya, tidak mencemari lingkungan, serta
diperhitungkan sesuai dengan fungsi bangunan gedung.
• Ketentuan tatacara perencanaan dan pemasangan sistem plambing pada bangunan
gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

1 22
Sistem Sanitasi
• Setiap bangunan gedung dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem saluran air hujan.
• Air hujan harus dialirkan ke sumur resapan dan dialirkan ke jaringan
• drainase kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kecuali untuk daerah tertentu.
• Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab-sebab lain yang dapat diterima, maka
harus dilakukan cara-cara lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang.
• Sistem saluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan
pada saluran.
• Ketentuan tatacara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem saluran air hujan pada
bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
• Setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan fasilitas penampungan dan/atau pengolahan
sampah yang memadai, sehingga tidak mengganggu keselamatan, kesehatan dan kenyamanan
bagi penghuni, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
• Ketentuan tata cara perencanaan, pemasangan, dan pengelolaan fasilitas persampahan pada
bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

1 23
Penggunaan Bahan
Penggunaan bahan bangunan gedung harus aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Penggunaan bahan bangunan dalam pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung harus:
• menjamin kesehatan, keselamatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan;
• menjamin keandalan bangunan gedung sesuai umur layanan teknis yang direncanakan;
• menjamin ketahanan bahan bangunan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh cuaca, serangga perusak
dan/atau jamur; dan
• mewujudkan bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;
Pemanfaatan dan penggunaan bahan bangunan lokal dianjurkan sesuai dengan kebutuhan dan memperhatikan
kelestarian lingkungan.
Penggunaan bahan bangunan untuk fungsi dan klasifikasi bangunan gedung tertentu termasuk bahan bangunan
tahan api harus melalui pengujian.
Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga memiliki sistem sambungan yang baik dan andal, serta
mampu bertahan terhadap gaya angkat pada saat pemasangan.
Ketentuan mengenai penggunaan bahan bangunan mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

1 24
Persyaratan Teknis Keandalan BG

Kenyamanan ruang gerak dan


Keselamatan hubungan antar ruang

Kesehatan
Kondisi udara
Kenyamanan
(Pasal 26)
Kenyamanan pandangan
Kemudahan
Tingkat getaran

Tingkat kebisingan
Ayat (2) : Kenyamanan ruang gerak
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) merupakan tingkat kenyamanan
yang diperoleh dari dimensi ruang
dan tata letak ruang yang
memberikan kenyamanan bergerak
dalam ruangan.
Ayat (3). Kenyamanan hubungan antar ruang
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) merupakan tingkat kenyamanan
yang diperoleh dari tata letak ruang
dan sirkulasi antar ruang dalam
bangunan gedung untuk
terselenggaranya fungsi bangunan
gedung.
Ayat (4): Kenyamanan kondisi udara dalam ruang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
merupakan tingkat kenyamanan yang
diperoleh dari temperatur dan kelembaban di
dalam ruang untuk terselenggaranya fungsi
bangunan gedung.
Ayat (5): Kenyamanan pandangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) merupakan kondisi dimana hak
pribadi orang dalam melaksanakan
kegiatan di dalam bangunan
gedungnya tidak terganggu dari
bangunan gedung lain di
sekitarnya.
Ayat (6) Kenyamanan tingkat getaran
dan kebisingan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
merupakan tingkat
kenyamanan yang ditentukan
oleh suatu keadaan yang
tidak mengakibatkan
pengguna dan fungsi
bangunan gedung terganggu
oleh getaran dan / atau
kebisingan yang timbul baik
dari dalam bangunan gedung
maupun lingkungannya.
PERSYARATAN –
KEMUDAHAN

 PERSYARATAN KEMUDAHAN SEBAGAIMANA


DIMAKSUD ::

 KEMUDAHAN HUBUNGAN KE, DARI DAN DI


DALAM BANGUNAN: FASILITAS &
AKSESIBILITAS YG MUDAH, AMAN DAN
NYAMAN TERMASUK BAGI PENYANDANG
CACAT DAN LANJUT USIA

 KELENGKAPAN PRASARANA & SARANA:


RUANG IBADAH, RUANG GANTI, RUANGAN
BAYI, TOILET, TEMPAT PARKIR, TEMPAT
SAMPAH, FASILITAS KOMUNIKASI DAN
INFORMASI
INFORMASI

1 31
KETENTUAN MENGENAI
HUBUNGAN KE, DARI, DI DALAM
BANGUNAN

 Kemudahan
Kemudahan hubungan
hubungan horizontal
horizontal antar
antar ruang
ruang
dalam
dalam bangunan
bangunan gedung
gedung sebagaimana
sebagaimana merupakan
merupakan
keharusan
keharusan BANGUNAN GEDUNG UNTUK
MENYEDIAKAN
MENYEDIAKAN PINTU
PINTU DAN
DAN / ATAU
ATAU
KORIDOR
KORIDOR ANTAR RUANG
 Penyediaan
Penyediaan mengenai
mengenai jumlah,
jumlah, ukuran
ukuran dan
dan
konstruksi
konstruksi teknis pintu dan koridor
DISESUAIAKAN
DISESUAIAKAN DENGANDENGAN FUNGSI
FUNGSI RUANG
RUANG
BANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG
GEDUNG
 HARUS
HARUS MENYEDIAKAN
MENYEDIAKAN AKSES
AKSES MASUK
MASUK //
KELUAR
KELUAR UTAMA
UTAMA YG
YG MEMADAI
MEMADAI SESUAI
SESUAI
DENGAN
DENGAN FUNGSINYA
FUNGSINYA
 Arah
Arah bukaan
bukaan daun
daun pintu
pintu dalam
dalam suatu
suatu ruangan
ruangan
dipertimbangkan
dipertimbangkan BERDASARKAN FUNGSI
RUANG
RUANG DANDAN ASPEK
ASPEK KESELAMATAN
KESELAMATAN
1 32
 Kemudahan
Kemudahan hubungan
hubungan vertical
vertical dalam
dalam
bangunan
bangunan gedung
gedung termasuk,
termasuk, sarana
sarana
TRANSFORMASI
TRANSFORMASI VERTIKAL berupa
penyediaan
penyediaan tangga,
tangga, ram,
ram, dan
dan sejenisnya
sejenisnya serta
serta
lift
lift dan
dan // atau
atau tangga
tangga berjalandalam
berjalandalam bangunan
bangunan
gedung
gedung denganmempertimbangkan
denganmempertimbangkan
kemudahan,
kemudahan, keamanan,
keamanan, keselamatan,
keselamatan, dan
kesehatanpengguna.
kesehatanpengguna.
 BANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG
GEDUNG DENGAN
DENGAN JMLH
JMLH
LANTAI
LANTAI LEBIH
LEBIH DARI
DARI 55 HARUS
HARUS
DILENGKAPI
DILENGKAPI DG
DG SARANA
SARANA
TRANSPORTASI
TRANSPORTASI VERTIKAL
VERTIKAL (LIF)
(LIF) YG
YG
DIPASANG
DIPASANG SESUAI
SESUAI KEBUTUHAN
KEBUTUHAN DAN DAN
FUNGSI
FUNGSI BANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG.
GEDUNG.
AKSES EVAKUASI DALAM KEADAAN
DARURAT
• PENYEDIAAN AKSES EVAKUASI HRS DAPAT DICAPAI DG MUDAH &
DILENGKAPI DG PETUNJUK ARAH YG JELAS
• PENYEDIAAN SARANA JALAN KELUAR, TANDA ARAH & SISTEM
PERINGATAN BAHAYA DISESUAIAKAN DG FUNGSI,
KLASIFIKASI, JUMLAH DAN KONDISI PENGGUNA BANGUNAN
GEDUNG SERTA JARAK PENCAPAIAN KETEMPAT YG AMAN
• SARANA JALAN KELUAR YG MELIPUTI PENCAPAIAN KE AKSES
EKSIT, EKSIT & PELEPASAN EKSIT HARUS DILENGKAPI DG TANDA
ARAH YG MUDAH DIBACA & JELAS
• PEMILIHAN JENIS, JUMLAH & LETAK SISTEM PERINGATAN BAHAYA
DLM BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN FUNGSI BANGUNAN
GEDUNG & MENGACU PD STANDAR TEKNIS YG BERLAKU
• KETENTUAN LEBIH LANJUT TENTANG PERANCANGAN,
PEMASANGAN & PEMELIHARAAN SARANA JALAN KELUAR, TANDA
ARAH & SISTEM PERINGATAN BAHAYA MENGIKUTI PEDOMAN &
STANDAR TEKNIS YG BERLAKU
PENYEDIAAN FASILITAS & AKSESIBILITAS
BAGI PENYANDANG CACAT DAN LANJUT
USIA

FASILITAS &
AKSESIBILITAS
SEBAGAIMANA DIMAKSUD
MELIPUTI :
TOILET, TEMPAT PARKIR,
TELEPON UMUM, RAMP,
JALUR PEMANDU & RAMBU
PENANDA BAGI
PENYANDANG CACAT
PENUTUP

• SEMUA PRASARANA &


SARANA DLM BANGUNAN
GEDUNG HARUS SELALU
DIPELIHARA & DIRAWAT AGAR
SELALU LAIK FUNGSI
• KETENTUAN LEBIH LANJUT
MENGENAI JENIS, JUMLAH,
UKURAN & PENEMPATAN
PRASARANA & SARANA
BANGUNAN GEDUNG
MENGIKUTI KETENTUAN DLM
PEDOMAN & STANDAR TEKNIS
YG BERLAKU.
persyaratan keandalan teknis adalah
untuk menjamin keselamatan pemilik dan
pengguna bangunan, serta masyarakat
lingkungan di sekitarnya
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai