Anda di halaman 1dari 45

KEAMANAN, KESELAMATAN DAN

KENYAMANAN
Fasilitas Rumah Sakit

Iswanta
MMR_UMY 2017 1
DASAR HUKUM
Persyaratan Teknis Keandalan
Bangunan Gedung
KEPMEN PU 441/KPTS/1998

Bab IV  Persyaratan bangunan Gedung


Pasal 7 Ayat (1) Setiap bangunan gedung harus
memenuhi persyaratan administrasi dan
persayaratan teknis sesuai dengan
fungsi bangunan gedung
Ayat (2) Persyaratan teknis bangunan gedung
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan
gedung
Keselamatan

Bangunan
Kemudahan Rumah Kesehatan
Sakit

Kenyamanan
KESELAMATAN DALAM KEADAAN DARURAT
Beban Mati

Beban Hidup
Struktur dan
Nonstruktur
Beban Alam

Beban Desain/
Rancang
Keselamatan Bangun

Sistem
Emergency Exit

Darurat dan
Bencana Proteksi Aktif

Proteksi Pasip
Keselamatan – struktur

 Mampu memikul beban sesuai fungsinya dalam


kurun waktu umur teknis yang ditentukan
 secara daktail, stabil, dan kukuh shg pada kondisi
pembebanan diatas beban maksimum, apabila
terjadi keruntuhan masih dapat memberi
kemudahan untuk evakuasi pengguna
 mampu memikul semua beban dan/atau pengaruh
luar yang mungkin bekerja selama umur layanan
struktur yang direncanakan
 Apabila bangunan rumah sakit berada pada zona gempa
atau zona angin harus direncana-kan sebagai bangunan
tahan gempa/angin
 Elemen struktur bangunan harus dirancang sedemikian
rupa sehingga pada kejadian kebakaran dalam
bangunan, tdk terjadi keruntuhan

1
5
KELEBIHAN BEBAN

Rumah Sakit Gandhi


Kasturba di Bhopal, India
Runtuh Karena kelebihan
beban
Peristiwa terjadi tanggal
26 April 2013
Rumah Sakit M. Jamil Padang,
Tanggal 30 September 2009
Panel alumunium penutup atap
bangunan Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) ambruk
karena angin dan menewaskan
seorang tukang ojek bernama
Dedy. Peristiwa terjadi pada tanggal
10 Januari 2014
1. Bentuk bangunan
2. Jumlah lantai bangunan
3. Koefisien elemen struktur terhadap beban
alam
4. Sudut atap
1.SISTEM PROTEKSI
2.SISTEM EMERGENCY EXIT
Sistem proteksi aktif bahaya kebakaran yang
berbasis pada penyediaan peralatan yang dapat
bekerja baik secara otomatis maupun secara
manual
Sistem proteksi aktif meliputi
 sistem deteksi & alarm kebakaran
 Pemadam api ringan (APAR)
 Sistempemadam api basis air (sprinkler, hidran,
hose-reel)
 Sistem pemadam api khusus ramah lingkungan
 Instalasi pendukung SPA (pompa kebakaran,
genset, sumber air).
• Proteksi terhadap bahaya kebakaran berbasis pada
penyediaan peralatan yang dapat bekerja baik secara
otomatis maupun secara manual, digunakan oleh
penghuni atau petugas pemadam dalam melaksanakan
operasi pemadaman.
• Penyediaan sistem alarm kebakaran
Penyediaan sistem alarm kebakaran

1. Transmisi sinyal otomatis ke :


sistem alarm yg terkoneksi dengan kantor pemadam,
pusat layanan komunikasi utama, dan sistem komunikasi
jarak jauh
2. Panel utama kontrol alarm terletak di lingkungan / area
yang terlindung (dinding dgn ketahanan api 1 jam, pintu
kebakaran ¾ jam) dan selalu diawasi / dijaga dalam
ruangan dilengkapi detektor asap.
3. Panel pengumuman jarak jauh berlokasi yang disetujui
otoritas berwenang / damkar setempat
4. Pipa-pipa sprinkler dlm kondisi baik dan tidak digunakan
untuk maksud lainnya (dekorasi, gantungan, reklame)
5.Terjaga jarak bebas 45 cm di bawah kepala sprinkler
6.Jarak ke alat pemadam terdekat maksimum 23 cm (75 ft)
kemampuan stabilitas struktur dan
elemennya, konstruksi tahan api,
kompartemenisasi dan pemisahan, serta
proteksi pada bukaan yang ada untuk
menahan dan membatasi kecepatan
menjalarnya api dan asap kebakaran.
rumah sakit Sevket Yilmaz
di Kota Bursa, Turki
Tgal 26 Mei 2009
 Penerapan sistem proteksi
pasif/aktif didasarkan pada
fungsi/klasifikasi, luas, ketinggian,
volume, bahan bangunan
terpasang, dan/atau jumlah
penghuni BG.

1 18
SYARAT SISTEM PROTEKSI PASIF

 Kontrol pemakaian bahan


mudah terbakar
 Syarat komponen struktur
tahan api (1 jam, 2 jam dsb)
 Penerapan sistem
kompartemenisasi
 Sistem kontrol asap lewat
ventilasi dan presurisasi
 Sistem perlindungan pada
bukaan (fire stop, damper)
FITUR PROTEKSI PASIF UNTUK MINIMASI EFEK
KEBAKARAN (PANAS, ASAP, GAS-GAS)BANGUNAN
HARUS DIRANCANG

1. Ketinggian & tipe konstruksi memenuhi standar NFPA


2. Dinding tahan api 2 jam dipasang dari lantai ke lantai
3. Bukaan pada dinding tahan api 2 jam harus dari 1,5 jam
4. Persyaratan pintu tahan api mencakup pengunci, penutup
otomatis, celah bawah pintu dan potongan pintu < ¾ inch
5. Pintu-pintu dengan ketahanan api ¾ jam tidak memerlukan
pelapis, dekorasi dan benda-benda lain di permukaannya
kecuali tanda-tanda informasi.
6. Duct menembus dinding dengan daya tahan api 2 jam
harus dilindungi dengan damper api 1,5 jam
FITUR PASIF (lanjutan)

7. Ruang di sekitar pipa, saluran/conduit, bus duct, kabel,


duct yang menembus dinding tahan api atau lantai harus
dilindungi dengan material tahan api yang disetujui.
8. Bangunan RS harus memenuhi persyaratan lain terkait
dengan peraturan keselamatan jiwa (life safety code)
atau NFPA 101-2000 : 18/19.1
Sistem kompartemen
Penyediaan fitur spesial untuk melindungi
individu thd bahaya api & asap
1. Gedung tanpa jendela atau bagian dari bangunan
tanpa jendela memenuhi persyaratan NFPA 101-2000
2. Gedung tinggi yang baru harus diproteksi dengan
sistem sprinkler otomatis sesuai perayaratan NFPA
101-2000
Akses exit Exit Exit Pelepasan
AKSES EVAKUASI DALAM KEADAAN DARURAT

• PENYEDIAAN AKSES EVAKUASI HRS DAPAT DICAPAI


DG MUDAH & DILENGKAPI DG PETUNJUK ARAH YG
JELAS

• PENYEDIAAN SARANA JALAN KELUAR, TANDA ARAH


& SISTEM PERINGATAN BAHAYA DISESUAIAKAN DG
FUNGSI, KLASIFIKASI, JUMLAH DAN KONDISI
PENGGUNA BANGUNAN GEDUNG SERTA JARAK
PENCAPAIAN KETEMPAT YG AMAN

• SARANA JALAN KELUAR YG MELIPUTI PENCAPAIAN


KE AKSES EKSIT, EKSIT & PELEPASAN EKSIT HARUS
DILENGKAPI DG TANDA ARAH YG MUDAH DIBACA
& JELAS
Dirancang kesatuan fungsi sarana jalan
ke luar
Elemen kinerja :
1. Pintu-pintu di sarana jalan ke luar yang menuju ke arah
luar harus dalam keadaan tidak terkunci (NFPA 101)
2. Pintu-pintu di sarana jalan ke luar pada bangunan RS
yang penghuni-nya 50 orang atau lebih harus membuka
atau mengayun ke luar.
3. Dinding-dinding yang membatasi eksit-eksit horisontal
harus memiliki ketahanan api 2 jam atau lebih dan ber-diri
vertikal dari pelat lantai ter-rendah hingga ke pelat atap
dan memanjang kontinyu dari dinding luar ke dinding luar
4. Pintu-pintu di bangunan baru yang merupakan bagian
dari eksit horisontal harus mempunyai kaca pandang dan
dipasang tanpa menggunakan tiang poros.
Kesatuan fungsi sarana jalan ke luar
(lanjutan)
5. Tangga dan ramp yang melayani sarana jalan ke luar
harus memiliki pagangan tangga dan penumpu (guard)
pada sekurang-kurangnya satu sisinya
6. Eksit pelepasan harus kontinyu dan berakhir pada jalan
umum atau eksit pelepasan di halaman luar gedung.
7. Jalur eksit, akses eksit, dan eksit pelepasan harus bebas
dari benda-benda penghalang.
8. Pintu-pintu akses eksit dan pintu-pintu eksit harus
bebas dari kaca, gantungan, atau tenunan yang bisa
mengaburkan atau menghalangi arah eksit.
Kesatuan fungsi sarana jalan ke luar (lanjutan)

9. Ruang-ruang tidur pasien berukuran lebih besar dari


100 m2 harus dilengkapi sedikitnya dengan 2 pintu akses
eksit yang lokasinya berjauhan satu sama lain
10. Ruang-ruang berukuran > 230 m2 yang tidak diguna-kan
sebagai ruang tidur pasien harus memiliki sedikitnya 2
pintu akses eksit yang lokasinya berjauhan.
11. Ruang-ruang besar untuk tempat tidur pasien dibatasi
sampai 460m2 dan ruang-ruang besar untuk keperluan
lain dibatasi sampai 930m2.
12. Dalam bangsal tempat tidur pasien, jarak tempuh ke
pintu akses eksit, dari setiap titik alam ruang tsb adalah 30
meter atau kurang.
13. Ruang tidur pasien membuka langsung ke koridor eksit.
Kesatuan fungsi sarana jalan ke luar (lanjutan)

14. Pada ruang besar /bangsal yang tidak digunakan seba-


gai ruang tidur dan memiliki 1 ruang antara, jarak tempuh
ke pintu akses eksit dari setiap titik di bangsal tsb adalah
30 m atau kurang , dan bila dalam bangsal tersebut terda-
pat 2 ruang antara, maka jarak tempuh 15 m atau kurang .
15. Pintu-pintu menuju ke ruang-ruang tidur pasien tidak
dikunci .
PROSEDUR KESELAMATAN

 BILA TERJADI KEBAKARAN


DALAM RUANGAN INI, KE ARAH
MANA KITA LARI ?
 APAKAH PINTU KE LUAR
DALAM RUANGAN INI
MEMENUHI SYARAT ?
 APAKAH DALAM RUANGAN INI
ADA ALAT PEMADAM ?
 BERAPA LAMA DIPERLUKAN BAGAIMANA BILA
UNTUK SAMPAI KE EKSIT ? TERJADI KEBAKARAN
DI RUMAH SAKIT ?
HEALTH CARE OCCUPANCY
CHARACTERISTICS (NFPA)
(National Fire Protection Association)
 Penghuni umumnya dianggap sebagai orang yang tidak
mampu untuk mempertahankan atau melindungi dirinya
(incapable of self preservation)
 Beberapa penghuni tidak mampu bergerak atau lambat
ber-evakuasi  health care facility digambarkan sebagai
ship at sea.
 Lebih baik menjauhkan api dari pasien dari pada
memindahkan pasien dari api  prinsip defend in place.
 Karena karakteristik ini (yang berbeda dengan hunian
lainnya), maka diperlukan total fire protecton for life
safety  desain aman kebakaran tidak tegantung dari
satu aspek saja
FIRE SAFETY MANAGEMENT (FSM)

 Inspeksi berkala dan


pemeliharaan peralatan
 Pembentukan tim emergency
 Pelatihan personil
 Penyusunan FEP / FOEP
 Latihan kebakaran & evakuasi
 Audit keselamatan kebakaran
(fire safety audit)
 Tatagraha aman kebakaran
(firesafe housekeeping),
penyusunan SOP-SOP
 Sosialisasi aman kebakaran
KESELAMATAN KEBAKARAN

Sistem deteksi & Sistem pemadam


alarm kebakaran media air & kimia

Fire safety Fasilitas/sarana


management pendukung

Sarana jalan
Fire zoning ke luar

Pembatasan bhn Struktur / konstr.


mudah terbakar tahan api

Site plan for Akses masuk ke


fire safety Lokasi & bangunan
43
PERATURAN & STANDAR sebagai acuan
Peraturan & Perundangan Standar (SNI) kebakaran
•UU no 24 Tahun 2007 : Penanggulangan Bencana;  Standar Sistem Sprinkler (SNI no 03-3989-2000)
•UU no 32 Tahun 2004 : Pemerintahan Daerah;  Standar Sistem Pipa Tegak dan Slang
•UU no 28 Tahun 2002 : Bangunan Gedung (UUBG); Kebakaran (SNI no 03-1745-2000)
•UU no 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;  Standar Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran
(SNI no 03-3985-2000)
•PP no 36 tahun 2005 : Peraturan Pelaks. UUBG;  Standar Perencanaan Sistem Proteksi Pasif (SNI
•KEPMEN PU no 534/KPTS/M/2001 : Standar 03-1736-2000)
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum;  Standar Sarana Jalan Ke Luar (SNI no 03-1746-
•PERMEN PU no 29/PRT/M/2006 : Pedoman 2000)
Teknis Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;  Standar Sistem Pengendalian Asap (SNI no 03-
•PERMEN PU no 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman 6571-2000)
Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung  Perencanaan Akses ke Bangunan dan
•PERMEN PU no 26/PRT/M/2008 : Persyaratan Lingkungan (SNI no 03-1735-2000)
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Bang. Gedung  Standar Instalasi Pompa Kebakaran (SNI no 03-
6570-2000)
•PERMEN PU no 25/PRT/M/2008 : Pedoman  Standar Pasokan Air untuk Pemadam Kebakaran
Teknis Penyusunan RISPK; (SNI no S-1-2000)
•PERMEN PU no 29/PRT/M/2009 : Manajemen Ke-  Standar pemasangan APAR (SNI no 03-1756-89)
selamatan Kebakaran Bang.Kawasan & perkotaan  Standar mobil pompa kebakaran (SNI no 03-
Permendagri no 62 Tahun 2008 : Standar Pelaya- 7053-2004)
nan Minimum bidang Pemerintahan Dalam Negeri di  Standar PUIL (SNI no 04-0225-2000)
Kabupaten / Kota;  Standar FM-200 (SNI no 19-6772-2002)
Permendagri no 16/2009 tentang Standar Kualifikasi  Standar penanggulangan keadaan darurat (SNI
aparatur pemadam kebakaran di Daerah 03-6464-2000)

Anda mungkin juga menyukai