Pendahuluan
Konflik/ketidaksepahaman terjadi dari suatu ketidaksetujuan antara dua orang atau
lebih dalam suatu organisasi dimana seseorang tersebut merasa ada yang akan mengancam
kepentingannya. Sumber-sumber konflik di organisasi dapat ditemukan pada kekuasaan,
komunikasi, tujuan seseorang dan organisasi, ketersediaan sarana, perilaku kompetisi dan
personaliti serta peran yang membingungkan.
Seorang pemimpin harus bisa mempengaruhi orang lain sebagai modal utama
pemimpin dalam menyelesaikan konflik, untuk memperoleh kesan, rasa hormat,
kepatuhan, loyalitas, dan kerjasama serta menimbulkan harapan. Dengan kemampuan ini
pula seorang pemimpin dapat mengubah kepercayaan, nilai-nilai, pendapat, sikap, dan
prilaku orang lain. Tanpa kemampuan ini seorang pemimpin tidak dapat menyelesaikan
konflik/ketidaksepahaman dengan efektif (Harsono, 2010). Pemimpin juga harus mampu
menggunakan kekuatan, otoritas, dan pengaruhnya dalam mengambil keputusan strategi
penyelesaian masalah.
Seorang pemimpin harus mampu dan berani untuk mengambil keputusan, walaupun
banyak faktor lain yang sangat besar pengaruhnya terhadap keputusannya, karena
seseorang pada saat tertentu sudah mengambil keputusan, tetapi output keputusan bisa saja
berbeda menyesuaikan situasi dan kondisi serta pertimbangan - pertimbangan tertentu.
Karena sebagian fungsi terpenting dari seorang pemimpin adalah sebagai pengambil
keputusan, sehingga keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin sangat menentukan
terhadap tindakan apa yang perlu dilaksanakan, siapa yang melakukan serta kapan, dimana,
dan terkadang bagaimana tindakan itu dilaksanakan
Menurut Hudson, dkk (2005), pemimpin, dalam kasus ini adalah direktur rumah sakit,
harus memiliki kemampuan untuk memahami sumber sumber konflik dan mengelola
konflik tersebut agar konflik bisa dijadikan sebagai ekplorasi ide-ide yang kreatif, sehingga
bisa meningkatkan kualitas dalam pelayanan pasien.
Direktur rumah sakit juga harus menjalankan perannya sebagai seorang pemimpin dalam
menyelesaikan konflik pada kasus di rumah sakit, yaitu:
a) Peran interpersonal
Untuk menyelesaikan konflik pada kasus diatas, seorang direktur rumah sakit harus bisa
menjalankan fungsinya sebagai seorang leader, mengajak para dokter spesialis duduk
Bersama dalam menyelesaikan ketidaksepahaman tersebut.
b) Peran pembuat keputusan Direktur rumah sakit harus menjalankan fungsinya sebagai
pembuat keputusan, harus mampu melakukan negosiasi kepada para dokter spesialis
tersebut.
Menurut Rigio (2003) jenis-jenis konflik yang ada antara lain konflik
intrapersonal, konflik interpersonal, konflik intra kelompok dan konflik antar kelompok.
Dalam kasus ini sebagian besar dokter Spesialis menuntut tetap menginginkan Fee For
Service untuk setiap pelayanan kesehatan yang telah diberikan, sementara manajemen
menginginkan Kebijakan penerapan sistem remunerasi ini berdasarkan pertimbangan
adanya perubahan sistem pembayaran yang semula pasien membayar langsung ke
rumah sakit berdasarkan pelayanan kesehatan yang diterimanya, kemudian setelah
bekerjasama dengan BPJS, pasien membayar melalui BPJS sebagai peserta Jaminan
Kesehatan Nasional JKN, dalam jumlah tertentu sesuai kelasnya atau menjadi Peserta
Bantuan Iuran (PBI) yang dibayarkan oleh pemerintah untuk orang yang tidak mampu.
Biaya pelayanan kesehatan yang diterima pasien dari rumah sakit, diajukan ke BPJS
untuk mendapatkan pembayaran yang berupa Paket INA-CBGs. Hal ini merupakan
realitas baru yang dihadapi oleh rumah sakit.
Konflik atau ketidak sepahaman dapat muncul karena ada kondisi yang
melatarbelakanginya (antecedent conditions). Kondisi tersebut, yang disebut juga
sebagai sumber terjadinya konflik, terdiri dari tiga ketegori, yaitu : komunikasi, struktur,
dan variabel pribadi (Robbins, 2008)
Disini struktur dalam konteks ini mencakup adanya perbedaan tujuan dan kepentingan
masing-masing kelompok, dimana para dokter spesialis tetap menghendaki
pembayaran secara Fee For Service sesuai pelayanan kesehatan yang diberikannya,
sementara pihak manajemen menghendaki sistem remunerasi berdasarkan paket INA
CBGs.
3) Pencarian Informasi
4) Analisis Masalah
7) Pengambilan Keputusan
Seorang direktur rumah sakit harus bisa mengambil keputusan dari setiap
permasalah yang muncul. Keputusan harus diambil secara hati-hati dengan
mempertimbangkan dampak yang muncul dari pengambilan keputusan tersebut baik itu
positif maupun negatif serta pemimpin sudah memikirkan antisipasi jikalau keputusa
tersebut berdampak negative.
Ayoko, O.B. & Hartel C.E. (2006). Cultural diversity and leadership “a conceptual model
of leader intervention in conflict events in culturally heterogenous workgroups. Cross
Cultural Management: An International Journal, 13(4), 345-360.
Ayoko, O.B. (2007). Communication openness, conflict events and reactions to conflict in
culturally diverse workgroups. Cross Cultural Management: An International Journal, 14
(2), 105-124.
Brewer, N., Mitchell, P., Weber, N. (2002). Gender role, organizational status, and conflict
management styles. The International Journal of Conflict Management. 13(1), 78-94.
Buckley M.R & Brown J.A. (2005). Barnard on conflicts of responsibility “implications
for today’s perspectives on transformational and authentic leadership”. Management
Decision Journal, 43(10), 1396.
Hendel, T., Fish, M..,Galon, V. (2005). Leadership style and choice of strategy in conflict
management among Israeli nurse managers in general hospitals. Journal of Nursing
Management, 13, 137-146
Mulyadi, dkk. (2013). Analisis Peran Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja Pegawai
pada Departemen Fasilitas Umum dan Penataan Lingkungan Perum Peruri. Jurnal
Managemen. 10 (3), 1305-1318