Anda di halaman 1dari 96

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT

Pengelolaan Limbah Medis di RS


KULIAH PRODI MARS UMY – 28 Agustus 2020

dr. IMRAN AGUS NURALI, Sp.KO


Direktur Kesehatan Lingkungan
PERMASALAHAN LIMBAH MEDIS NASIONAL
Pembuangan limbah medis langsung (Open Dumping) atau ke TPA
Pengelolaan limbah medis tanpa izin
Pembakaran limbah medis belum memenuhi standar
Terbatasnya jasa pengolahan limbah medis
Terbatasnya pemahaman pengelolaan limbah medis bagi pelaku maupun aparat
Belum semua abu sisa pembakaran Limbah B3 dikelola dengan benar:
 Tidak semua Fasyankes mengirim abu insinerator ke Penimbun Limbah B3 berizin
 Sebagian Fasyankes menimbun abu insinerator di TPS Rumah Sakit
 Tidak semua daerah memiliki fasilitas :
1) Penimbunan Saniter, 2) Penimbunan Terkendali, 3) Penimbunan akhir Limbah B3.

Hanya 11,6% Potensi Pencemaran udara,


49% RS menggunakan Insinerator
(dari 2.300 RS) yang melakukan terinfeksi virus Hepatitis, terinfeksi
belum memenuhi syarat (suhu<
pengelolaan limbah memenuhi HIV akibat kecelakaan benda tajam
8000C)
standar medis
KONDISI PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

Limbah medis disimpan di


Sistem umpan manual
Limbah infeksius Insinerator
disimpan tidak pada
tempatnya

Asap hitam pada


proses pembakaran

Pembakaran tidak sempurna Limbah medis menumpuk di


TPS
PERMASALAHAN
PENGELOLAAN
LIMBAH B3

Kasus Pembuangan
Limbah Medis
A. Kasus Pembuangan Limbah Medis (terkini)

KASUS RESPON

(Klarifikasi): Pemantauan Terintegrasi Limbah Medis kepada Fasyankes dan


Jasa Pengolah Limbah Medis,
(Januari 2020) yaitu:
1. pihak RS dan Jasa Pengangkut & Pengolah/ Pemusnah terdapat selisih
Berita Harian KOMPAS, angka relatif kecil (<1%);
(+ TEMPO) 10 Januari 2020 2. Pihak RS tidak punya SOP pencatatan Limbah B3 dengan jasa pengelola
DISTRIBUSI Lokasi PP No. 47 thn 2016 - FASYANKES Ada SELISIH antara
Pengolah Swasta TIDAK  Rumah sakit (2889)  Optikal TIMBULAN LIMBAH dengan
MERATA  Puskesmas (10062)  Fasilitas Pelayanan KAPASITAS PENGOLAHAN
 Klinik (7641) Kedokteran untuk
 Laboratorium Kesehatan kepentingan hukum
 Apotek (26.418)  Fasyankes tradisional
 Unit Transfusi Darah  Tempat Praktek Mandiri
Pengolahan oleh Perusahaan TIMBULAN LIMBAH
Pengolah Limbah B3 untuk 294,66 ton/hari ++ Pengolahan oleh Incinerator
Limbah Medis (12 Perusahaan  Fasyankes Berizin (87 RS)
9 di P. Jawa, 1 di P. Kalimantan,
1 di Sumatera, 1 di Sulawesi)
Data Feb 2019 SELISIH:
70,432 ton/hari + -

KAPASITAS: KAPASITAS:
187,90 ton/hari ++ 53,12 ton/hari ++
PERSEBARAN PERUSAHAAN PENGOLAH LIMBAH B3 MEDIS
KALIMANTAN TIMUR
1. PT. Pengelola Limbah Kutai
Kartanegara (PLKK)
2. Balikpapan Environmental
KEPULAUAN RIAU Services
1. PT. Desa Air Cargo Batam

BANTEN
1. PT. Wastec International JAWA TENGAH
Cilegon 1. PT. Arah Environmental
Indonesia Sukoharjo SULAWESI SELATAN
2. PT Wahana Pamunah
Pemkot. Makassar
Limbah Industri Serang

JAWA BARAT
1. PT Jasa Medivest Karawang
JAWA TIMUR
2. PT. Tenang Jaya Sejahtera Karawang
1. PT. Putra Restu Ibu Abadi
3. PT. Andhika Makmur Persada Bogor
Mojokerto
4. PT. Pengolah Limbah Industri Bekasi
5. PT Multi Hanna Kreasindo Kota Bekasi
6. PT Trigunapratama Abadi Karawang
7. PT. Horas Miduk Sukabumi Sumber Data KLHK April 2020
Sebaran RS Rujukan Covid19 dan Pengelola Limbah B3 Medis di Indonesia
Region V Sulawesi
Region IV Kalimantan
RS Rujukan SK Menkes 275/2020: 19 Region VI Maluku Papua
RS Rujukan SK Menkes 275/2020: 16
RS Rujukan SK Gubernur: 65 RS Rujukan SK Menkes 275/2020: 9
RS Rujukan SK Gubernur: 24
RS rujukan dengan insinerator berizin: 3 RS Rujukan SK Gubernur: 46
RS rujukan dengan insinerator berizin: 3
RS rujukan dengan insinerator berizin: 13 RS rujukan dengan insinerator berizin: 0
RS rujukan dengan insinerator berizin: 10
Jasa pengelola limbah B3: 1 RS rujukan dengan insinerator berizin: 0
Jasa pengelola limbah B3: 2
Jasa pengangkut limbah B3: 4 Jasa pengelola limbah B3: 0
Jasa pengangkut limbah B3: 11
Jasa pengangkut limbah B3: 0

132 RS Rujukan SK Menkes 275/2020


623 RS Rujukan SK Gubernur
110 RS rujukan dengan insinerator berizin
20 RS rujukan dengan insinerator berizin
15 Jasa pengelola limbah B3
140 Jasa pengangkut limbah B3
Region I Sumatera
RS Rujukan SK Menkes 275/2020: 31
RS Rujukan SK Gubernur: 194 Region III Bali Nusra
RS rujukan dengan insinerator berizin: 3 Region II Jawa RS Rujukan SK Menkes 275/2020: 11
RS rujukan dengan insinerator berizin: 23 RS Rujukan SK Menkes 275/2020: 46 RS Rujukan SK Gubernur: 40
Jasa pengelola limbah B3: 1 RS Rujukan SK Gubernur: 254 RS rujukan dengan insinerator berizin: 0
Jasa pengangkut limbah B3: 28 RS rujukan dengan insinerator berizin: 11 RS rujukan dengan insinerator berizin: 5
RS rujukan dengan insinerator berizin: 59 Jasa pengelola limbah B3: 0
Jasa pengelola limbah B3: 10 Jasa pengangkut limbah B3: 0
Jasa pengangkut limbah B3: 97
Penggunaan Jasa Pihak Ketiga Pengolah Limbah (%)
0,5 0
5,3
6,5 Sumatera
27
5,8 Jawa
Kalimantan
Bali dan Nusa Tenggara
Sulawesi
Maluku dan Kep Maluku
Papua

55

Dari data 578 Rumah Sakit yang melakukan pengelolaan limbah B3 fasyankes sesuai dengan
standar, diketahui bahwa ada sebanyak 518 Rumah Sakit yang memiliki kerjasama pengolahan
limbah dengan pihak ketiga, dengan didominasi oleh Rumah Sakit yang berada di pulau Jawa
(55%), diikuti dengan pulau Sumatera (27%).
Capaian RS yg Melakukan Pengelolaan Limbah Medis 2019
120%

98% 99%
100% 96%

87%
84%

80% 75%
69%
64% 65%
62% 63%
59%
60% 56% 57%
51%

44%
46%

40% 36%
33%
29%
28% 28%
22%
20% 20% 20%
20% 18%
14%
12% 12% 12%
6% 7%
2% 2%
0%
Fasyankes yang Melakukan Pengelolaan* Limbah di Indonesia
40,00%

35,00%

30,00%
Jumlah puskesmas: 9.993
25,00% Jumlah RS: 2.900
Jumlah Fasyankes: 12.893
20,00% Capaian triwulan 1 tahun 2020: 1.279
Indikator tahun 2020: 2.600
15,00%

9,97%
10,00%

5,00%

0,00%

*pengelolaan: melakukan pemilahan dan pengolahan limbah Fasyankes sumber: kesling.kesmas.kemkes.go.id/limbahfasyankes/ (April 2020)
DASAR HUKUM TERKAIT PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES
Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.56 tahun 2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES (Proses Revisi)

Peraturan Menteri Kesehatan No.18 Thn 2020 ttg Pengelolaan Limbah medis Fasyankes berbasis
wilayah
KEWAJIBAN FASYANKES
UNTUK MENGELOLA LIMBAH

UNDANG-UNDANG
UNDANG-UNDANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NO. 32 TAHUN 2009 NO 24 TAHUN 2016 TENTANG
NO. 44 TAHUN 2009
TENTANG PENGELOLAAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN
TENTANG RUMAH SAKIT
LINGKUNGAN PRASARANA RUMAH SAKIT
Instalasi pengelolaan
Setiap orang yang limbah
(Pasal 11 ayat 1a)
Prasarana Rumah Sakit
menghasilkan limbah B3 meliputi ... Instalasi
Pengelolaan Limbah ..
WAJIB melakukan Pengolahan sampah (Pasal 18)
pengelolaan limbah B3 yang (Pasal 10 ayat 2t)
dihasilkannya Instalasi Air meliputi …
• Dalam hal setiap orang tidak mampu Dokumen instalasi air kotor/Limbah
melakukan sendiri pengelolaan Lingkungan …Pasal 19)
limbah B3, pengelolaannya (Pasal 8 ayat 2)
diserahkan kepada pihak lain.
UU NO. 44 TAHUN 2009
TENTANG RUMAH SAKIT
• RUMAH SAKIT HARUS MEMENUHI PERSYARATAN LOKASI,
BANGUNAN, PRASARANA, SUMBERDAYA MANUSIA,
KEFARMASIAN, DAN PERALATAN
• PRASARANA RS YANG DIMAKSUD DIANTARANYA
INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH
• PRASARANA RS HARUS MEMENUHI STANDAR
PELAYANAN, KEAMANAN, SERTA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA PENYELENGGARAAN RS
• PRASARANA TSB HARUS TERPELIHARA DAN BERFUNGSI
DENGAN BAIK
• PENGOPERASIAN PRASARANA RS TERSEBUT, HARUS
DIOEPARSIKAN OLEH SDM YG KOMPETEN
PRINSIP PENGELOLAAN LIMBAH B3
Semua penghasil limbah secara hukum dan Prinsip kunci yang mengatur perlindungan
finansial bertanggung jawab menggunakan kesehatan dan keselamatan melalui upaya
metode pengelolaan limbah yang aman penanganan yang secepat mungkin dengan
dan ramah lingkungan asumsi risiko yang dapat terjadi cukup signifikan

Prinsip kewaspadaan bagi yang menangani Prinsip kedekatan dalam penanganan limbah
atau mengelola karena secara etik berbahaya untuk meminimalkan risiko pada
bertanggung jawab untuk menerapkan pemindahan
kewaspadaan tinggi
KENAPA LIMBAH MEDIS FASYANKES
HARUS DIKELOLA

DAMPAK LINGKUNGAN

Pangan/
Air Udara Tanah
Makanan

PEMENUHAN PERATURAN DAMPAK KESEHATAN


• Gangguan estetika/ kenyamanan
(bau, kumuh, kotor)
• Kecelakaan (tertusuk benda tajam) 
(Hepatitis, HIV, dll)
• Infeksi silang (pasien ke pasien, pasien
ke petugas, Fasyankes ke masyarakat)
BAHAYA & DAMPAK LIMBAH MEDIS
Limbah Kimia, Farmasi, Limbah Infeksius,
Limbah Genotoksik
Logam Berat Patologis & Benda Tajam
Melalui Adsorpsi: Melalui: Melalui:
• Kulit & membran • Tusukan, lecet, luka • Menghirup debu
mukosa • Membran mukosa atau aerosol
• Pernafasan • Pernafasan • Adsorpsi kulit
• Pencernaan • Ingesti • Tanpa sengaja
menelan
• Intoksikasi/ • Infeksi
Gastroenteritis • Kontak dengan
keracunan akut atau cairan & sekret
• Infeksi Saluran
kronik Pernafasan tubuh pasien
• Cedera – luka bakar
• AIDS
• Hepatitis A • Karsinogen
• Hepatitis B & C • Mutagen
• Infeksi mata • Iritasi kulit
HOSPITAL ACQUIRED • Infeksi genital, • Iritasi saluran cerna
INFECTION • Cedera
Infeksi Potensial Disebabkan oleh Pajanan Limbah Fasyankes
Tipe Infeksi Contoh Organisme Penyebab Kendaraan Transmisi
Infeksi Enterobakteria, mis. Salmonella, Shigella spp., Feces dan/atau vomit
Gastroenterik Vibrio cholerae, Clostridium difficile, helmintes
Infeksi Pernafasan Mycobacterium tuberculosis, virus measles, Sekresi inhale, saliva
Streptococcus pneumoniae, severe acute
respiratory syndrome (SARS)
Infeksi Ocular Virus Herpes Sekresi mata
Infeksi Genital Neisseria gonorrhoeae, virus herpes Sekresi genital
Infeksi kulit Streptococcus spp Nanah,
Anthrax Bacillus anthracis Sekresi kulit
Meningitis Neisseria meningitidis Cerebrospinal fluid
Acquired Human immunodeficiency virus (HIV) Darah, sekresi seksual,
Immunodeficiency cairan tubuh
syndrome (AIDS)
Infeksi Potensial Disebabkan oleh Pajanan Limbah Fasyankes (lanjutan)

Tipe Infeksi Contoh Organisme Penyebab Kendaraan Transmisi


Haemorrhagic fever Junin, Lasa, Ebola, dan virus Marburg Semua produk darah
dan sekresi
Septicaemia Staphylococcus, spp Darah
Bacteraemia Coagulase-negative Staphylococcus, spp Sekresi sengau, kontak
(termasuk methicillian-resistant S. Aureus), kulit
Enterobacter, Enterococcus, Klebsiella dan
Streptococcus spp
Candidaemia Candida albicans Darah
Hepatitis A Viral Virus Hepatitis A Feces
Hepatitis B dan C Virus Hepatitis B dan C Darah dan cairan tubuh
Avian Influenza Virus H5N1 Darah, feces
LIMBAH B3 APA SAJA YANG DIATUR?
PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015

21
KATEGORI LIMBAH MEDIS DI
RUMAH SAKIT
INFEKSIUS
PATOLOGIS
BENDA TAJAM
GENOTOKSIK
SITOTOKSIK LIMBAH
FARMASI
MEDIS
BAHAN KIMIA
MENGANDUNG
LOGAM BERAT
KEMASAN
BERTEKANAN
RADIOAKTIF
LIMBAH CAIR
Jenis Limbah Fasyankes Berdasarkan Karakteristiknya

Limbah tajam Termometer &


1% tabung rusak
1%

Limbah kimia &


farmasi
3%

Limbah infeksius
& patologi Limbah domestik
15% 80%

Limbah domestik Limbah infeksius & patologi Limbah kimia & farmasi
LIMBAH
Limbah Padat
Limbah B3 Limbah Cair Limbah Gas
Domestik

Pengurangan Identifikasi Sistem Pemantauan


dan Pemilahan limbah Penyaluran dan Pelaporan

Penyediaan Pengurangan Pengelolaan


Memiliki IPAL
Fasilitas dan Pemilahan sesuai standar

Penanganan Pewadahan dan Pemantauan Penyediaan


Vektor pengangkutan dan Pelaporan Fasilitas

Penyimpanan Baku Mutu

Pengolahan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 7 tahun 2019


tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
PENGELOLAAN LIMBAH B3 FASYANKES
MEKANISME PENGATURAN
Berdasarkan Permenlhk No. P-56/2015 Berdasarkan Permenlhk No. P-56/2015

LANGKAH 1 • Pengurangan dan Pemilahan Kewajiban Penghasil

LANGKAH 2 • Pewadahan & Penyimpanan Izin Penyimpanan diterbitkan


oleh Kab/kota

LANGKAH 3 • Pengangkutan Persetujuan oleh Dinas LH


kab/kota

LANGKAH 4 • Pengolahan Izin Pengolahan


diterbitkan oleh KLHK
LANGKAH 5 • Penguburan Persetujuan oleh Dinas LH
kab/kota

LANGKAH 6 • Penimbunan Persetujuan oleh Dinas LH kab/kota


PENGURANGAN

DALAM FASYANKES
PEMILAHAN (INTERNAL)

PEWADAHAN

TAHAPAN PENGELOLAAN
PENGANGKUTAN INTERNAL
LIMBAH MEDIS dan
PEMBAGIAN PERAN
PENYIMPANAN SEMENTARA
(RUMAH SAKIT,
PERJANJIAN
PUSKESMAS, KLINIK DAN KERJASAMA
FASYANKES LAIN) PENGANGKUTAN EKSTERNAL

PUSAT DAUR ULANG DEPO PEMINDAHAN

PENGOLAHAN OFF-SITE
LUAR FASYANKES
(EXTERNAL)
PENIMBUNAN
PERMEN LHK Nomor: P.56/MenLHK-
PP No. 47 tahun 2016 tentang
Sekjen/2015 Fasyankes :
Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana
• Mengatur Terhadap Fasilitas Pelayanan dimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas:
Kesehatan Meliputi:  Tempat praktik mandiri Tenaga
a. Pusat Kesehatan Masyarakat; Kesehatan;
b. Klinik Pelayanan Kesehatan Atau Sejenis;  Pusat kesehatan masyarakat;
Dan
 Klinik;
c. Rumah Sakit
 Rumah Sakit
 Apotek;
• Limbah B3 Yang Diatur Meliputi Limbah:  Unit Transfusi Darah;
Dengan Karakteristik Infeksius; Benda Tajam,  Laboratorium Kesehatan;
Patologis, Bahan Kimia Kedaluwarsa,  Optikal;
Tumpahan, Atau Sisa Kemasan, Radioaktif,
 Fasilitas Pelayanan Kedokteran untuk
Farmasi, Sitotoksik, Peralatan Medis Yang
Memiliki Kandungan Logam Berat Tinggi; Dan
kepentingan hukum; dan
Tabung Gas Atau Kontainer Bertekanan.  Fasilitas Pelayanan Kesehatan tradisional.
 RS Darurat Covid 19
 Masker masyarakat
Setiap Fasyankes WAJIB:
• Memiliki Tempat Penyimpanan
Sementara (TPS) Limbah B3
• Mengurus Izin TPS Limbah B3 di
Kabupaten/Kota masing-masing
• Mentaati persyaratan teknis TPS
Limbah B3
• Tidak melakukan pembelian dan
menghentikan pemakaian alkes
mengandung merkuri
• Melakukan pengumpulan alkes
mengandung merkuri di TPS
Limbah B3
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
PRINSIP
menghilangkan atau mengurangi kontaminan yang terdapat di dalam limbah cair
sehingga hasil olahan limbah dapat dimanfaatkan kembali atau tidak mengganggu
lingkungan apabila dibuang ke lingkungan
 Mengurangi jumlah padatan tersuspensi
 Mengurangi jumlah padatan terapung
 Mengurangi jumlah bahan organik
 Menghilangkan mikroorganisme patogen
 Mengurangi jumlah bahan kimia yang berbahaya dan
TUJUAN beracun
 Mengurangi unsur nutrisi (N dan P) yang berlebihan
 Mengurangi unsur lain yang dianggap dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem
 SESUAI BAKU MUTU LIMBAH CAIR
Apa dan Apa Saja  Semua air buangan termasuk tinja, berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,
LIMBAH CAIR bahan kimia beracun, radioaktif, darah, cairan tubuh lain yang
Fasyankes? berbahaya bagi kesehatan

Blackwater •Limbah cair tercemar berat yang  Cairan tubuh


mengandung konsentrasi zat fecal dan  Darah
(sewage) urin tinggi  Feces/tinja

 Air cucian linen


•Mengandung residu cair dari cuci,  Air dari kamar mandi
Greywater mandi, proses laboratorium, laundry,  Urin
(sullage) proses Teknik seperti air cooling atau  Air cucian laboratorium
pencucian film x-ray  Sisa reagensia dari laboratorium
 Fixer dan developer
 Air buangan dapur
•Bukan limbah cair, tetapi air hujan  Lain-lain
Stormwater yang terkumpul di atap, dasar, taman,
dan permukaan jalan fasyankes
KARAKTERISTIK Sumber limbah cair
Material-material Pengaruh pada konsentrasi tinggi
utama pada penanganan biologis
LIMBAH CAIR
Ruang pasien • Material-material • Antiseptik : beracun untuk
FASYANKES Operasi organik mikroorganisme
MENURUT Ruang emergency
• Ammonia • Antibiotik : beracun untuk
• Bakteri patogen mikroorganisme
SUMBER Ruang hemodialysis • Antiseptik
Toilet, ruang bersalin • Antibiotik
Klinik dan ruang • Material solvent organik • Logam berat : beracun untuk
pengujian patologi • Fosfor mikroorganisme
Laboratorium • Logam berat • pH fleksibel : beracun untuk
• pH fleksibel mikroorganisme
Ruang dapur • Material-material • Minyak/lemak : mengurangi
organik perpindahan oksigen ke air
• Minyak/lemak • Pembersih ABS : terbentuk gelembung-
• Fosfor gelembung dalam bio-reaktor
• Pembersih ABS
Ruang cuci (laundry) • Fosfor • pH 8 ~ 10 : beracun untuk
• pH 8 ~ 10 mikroorganisme
• ABS, N-heksana • ABS : terbentuk gelembung-gelembung
dalam bio-reaktor
Ruang pemrosesan sinar X Ag, logam berat lain Ag : beracun untuk mikroorganisme
METODE PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Pre-Treatment (Pra Pengolahan)

Primary Treatment (Pengolahan Primer)

Secondary Treatment (Pengolahan Sekunder).

Tertiary Treatment (Pengolahan Tersier)

Advance Treatment (Pengolahan Tingkat Lanjut).


LANGKAH 1 • Pengurangan dan Pemilahan

• Kewajiban penghasil limbah


• Kewajiban menyampaikan laporan tertulis kepada
Menteri mengenai pelaksanaan pengurangan LB3
paling sedikit 6 bulan sekali sebagaimana PP
101/2014 BAB III PENGURANGAN LIMBAH B3 Pasal 11

PENGAWASAN
LANGKAH 2 • Pewadahan & Penyimpanan
JENIS WADAH DAN LABEL SESUAI KATEGORINYA

MERAH

KUNING

KUNING

UNGU

COKLAT
35
LANGKAH 3 • Pengangkutan

CONTOH ALAT ANGKUT


UNTUK PENGUMPULAN LIMBAH MEDIS
di LINGKUNGAN FASYANKES
PENGUMPULAN

LANGKAH-LANGKAH
1. Petugas cleaning service menggunakan APD (sarung
tangan, masker, apron dan sepatu boot)
2. Petugas kemudian mengikat kantong sampah dari
tempat sampah dan mengangkatnya, memberi identitas
sampah dan melapisi tempat sampah dengan kantong
plastik baru
3. Tempat sampah yang kotor diganti dengan tempat
sampah yang bersih
4. Stiker sampah medis yang rusak diganti dengan stiker
yang baru.
5. Petugas cleaning service mengumpulkan sampah dalam
troli sampah sesuai dengan jenisnya
37
Persyaratan Fasilitas 1. Lantai kedap (impermiable), berlantai beton atau semen
Penyimpanan Limbah B3 dengan sistem drainase yang baik, serta mudah
dibersihkan dan disinfeksi.
dari Fasyankes 2. Tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan.
3. Mudah diakses untuk penyimpanan limbah.
Freezer 4. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang
tidak berkepentingan.
5. Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan
atau mengangkut limbah.
6. Terlindungi dari sinar matahari, hujan, angin kencang,
banjir, dan faktor lain yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan atau bencana kerja.
7. Tidak dapat diakses oleh hewan, serangga, dan burung.
8. Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik
dan memadai.
9. Berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan
makanan.
PENYIMPANAN

Patologis • Paling lama:


Infeksius • 2 hari, pada suhu > 0oC
Tajam • 90 hari, pada suhu < 0oC PERMENKES No. 7/2019:
Limbah infeksius, tajam, dan
patologis:
• Sampai 7 hari di suhu 3-80C
• Sampai 90 hari di suhu < 00C
Limbah B3 lainnya:
Kimia • Paling lama: • Sampai 90 hari  > 50 kg/hari
Farmasi • 90 hari, yang dihasilkan > 50 • Sampai 180 hari  > 50 kg/hari
Sitotoksik kg per hari atau lebih;
Tabung bertekanan • 180 hari, yang dihasilkan < 50
Logam berat kg per hari

• TPS harus ada izin dari Bupati/Walikota


• TPS Depo harus mencantumkan fungsinya di dalam izin 39
PERSYARATAN PENYIMPANAN LIMBAH B3

Mendapatkan izin penyimpanan limbah B3 dari kabupaten/kota


Memiliki catatan penyimpanan limbah B3
Menyimpan limbah B3 maksimal 90 hari untuk limbah Kategori A
dan 360 hari untuk limbah Kategori B, sedangkan untuk limbah
medis infeksius, patologis, benda tajam maksimal 2x24 jam pada
suhu > 00C dan 90 hari pada suhu ≤ 00C
Melaporkan kegiatan penyimpanan limbah B3
Hanya melakukan penyimpanan sementara di lokasi kegiatannya
sebelum diserahkan pada pengolah/pemanfaat/penimbun limbah
B3
PEMBERIAN IZIN TPS LB3 oleh Pemerintah Kab/Kota
CONTOH TPS LIMBAH INFEKSIUS CONTOH PENYIMPANAN LIMBAH
(COLD STORAGE) MEDIS DALAM RUANGAN

41
41
LANGKAH 4 • Pengolahan

Teknologi
Pengolahan

Termal Non Termal

Non Disinfeksi Solidifikasi/


Insinerasi
Insinerasi Kimia Stabilisasi

• Microwave • Enkapsulasi
• Autoclave • Inertisasi
• Hydroclave
UJI KINERJA, PEMBERI IZIN DAN PENANGANAN RESIDU
Pengolahan Limbah Medis
No Teknologi Uji Kinerja Pemberi Izin Residu
1 Insinerator Uji emisi KLHK Landfill Kelas 1
2 Autoklaf Spora Bacillus KLHK Non B3
stearothermophilus konsentrasi
1 x 104 spora/ml
3 Gelombang mikro Spora Bacillus stearothermophilus KLHK Non B3
(Microwave) konsentrasi 1 x 101 spora/ml
4 Iradiasi frekuensi Spora Bacillus stearothermophilus KLHK Non B3
konsentrasi 1 x 104 spora/ml
5 Disinfeksi Kimia Spora Bacillus Subtillis konsentrasi Kabupaten/ Non B3
1 x 101 spora/ml Kota
6 Solidifikasi Uji kuat tekan Kabupaten/ Non B3
Uji TCLP (Toxicity Characteristic Kota
Leaching Procedure)
INSINERATOR
[PERSYARATAN TEKNIS]

 Efisiensi pembakaran > 99,95%;


 Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber) minimum
800oC (temperatur operasional);
 Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber) minimum
1000oC (temperatur operasional), dengan waktu tinggal minimum 2
(dua) detik;
 Memiliki alat pengendali pencemaran udara (misal: wet scrubber);
 Ketinggian cerobong minimum 14 meter dari permukaan tanah; dan
 Memenuhi baku mutu emisi.
 Pengolahan limbah sitotoksik (genotoksik) pada temperatur > 1200oC.

46
BAKU MUTU EMISI UDARA UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN - RUMAH SAKIT

NO. PARAMETER KADAR MAKSIMUM SATUAN


1. Partikulat 50 mg/Nm3
2. Sulfur Dioksida (SO2) 250 mg/Nm3
3. Nitrogen Dioksida(NO2) 300 mg/Nm3
4. Hidrogen Fluorida (HF) 10 mg/Nm3
5. Hidrogen Klorida (HCl) 70 mg/Nm3
6. Karbon Monoksida (CO) 100 mg/Nm3
7. Total Hidrokarbon (sebagai CH4) 35 mg/Nm3
8. Arsen (As) 1 mg/Nm3
9. Kadmium (Cd) 0,2 mg/Nm3
10. Kromium (Cr) 1 mg/Nm3

11. Timbal (Pb) 5 mg/Nm3

12. Merkuri (Hg) 0,2 mg/Nm3

13. Talium (Tl) 0,2 mg/Nm3

14. Opasitas 10 %

15. Efisiensi Pembakaran (EP) 99,95 %


PERSYARATAN PENGOLAHAN LIMBAH B3 INSINERATOR
OLEH PENGHASIL

Peralatan
Lokasi dan
DILARANG :
1. Daerah bebas banjir Teknis Insinerator
2. Tidak rawan bencana alam atau Operasi 1. Efisiensi pembakaran
dapat direkayasa dengan 99,95% limbah
teknologi 2. temperatur ruang bakar radioaktiif,
3. Jarak paling dekat 30 m dengan: 1 ≥ 800 oC ruang bakar
mudah
a. lokasi fasilitas jalan umum, 2 ≥ 1.000 oC
b. jalan tol, daerah permukiman, 3. Waktu tinggal ≥ 2 detik meledak,
perdagangan, hotel,restoran, 4. Memiliki alat merkuri
keagamaan, pendidikan pengendali pencemaran
c. Garis pasang naik laut, sungai, udara
daerah pasang surut, kolam, 5. Tinggi cerobong ≥ 14 m
danau,rawa, mata air, sumur 6. Cerobong dilengkapi
penduduk
sampling hole, platform
d. Daerah cagar alam, hutan
lindung, daerah yg dilindungi
kecuali di dalam kawasan industri
PERSYARATAN PENGOLAHAN LIMBAH B3 INSINERATOR
OLEH JASA PENGOLAH

Peralatan
Lokasi dan
Insinerator DILARANG:
1. Efisiensi pembakaran
Teknis
99,99%
1. Daerah bebas banjir
Operasi limbah
2. DRE POHC 99,99% atau
2. Tidak rawan bencana alam atau dapat PCB/dioksin/furan radioaktiif,
direkayasa dengan teknologi
3. Jarak paling dekat 30 m dengan: 99,9999% mudah
a. lokasi fasilitas jalan umum, temperatur ruang bakar 1 meledak,
b. jalan tol, daerah permukiman, ≥ 800 oC ruang bakar 2
perdagangan, hotel,restoran, ≥ 1.200 oC merkuri
keagamaan, pendidikan 3. Waktu tinggal ≥ 2 detik
c. Garis pasang naik laut, sungai,
daerah pasang surut, kolam,
4. Memiliki alat
danau,rawa, mata air, sumur pengendali pencemaran
penduduk udara
d. Daerah cagar alam, hutan lindung, 5. Tinggi cerobong ≥ 24 m
daerah yg dilindungi 6. Cerobong dilengkapi
kecuali di dalam kawasan industri
sampling hole, platform
Tipe Insinerator Rotary Kiln

Tipe Insinerator Statis

PEMANTAUAN EMISI UDARA


INSINERATOR
Contoh Insinerator Rumah Sakit
PERSYARATAN PENGOLAHAN LIMBAH B3 AUTOCLAVE
OLEH PENGHASIL

Peralatan
1. Daerah bebas dan
Lokasi banjir Teknis
Operasi AUTOCLAVE Limbah infeksius dan benda
2. Tidak rawan 1. temperatur ≥
bencana alam tajam, peralatan medis,
121 oC tekanan
atau dapat 15 psi waktu
direkayasa tinggal 60 menit DILARANG :
dengan PATOLOGIS, BAHAN KIMIA,
2. temperatur ≥
teknologi 135 oC tekanan RADIOAKTIF, FARMASI,
3. Jarak dengan 31 psi waktu SITOTOKSIS
lokasi fasilitas tinggal 45 menit
umum diatur 3. temperatur ≥
dalam Izin 149 oC tekanan
Lingkungan 52 psi waktu
tinggal 30 menit
PERSYARATAN PENGOLAHAN LIMBAH B3
GELOMBANG MIKRO DAN IRADIASI FREKUENSI
OLEH PENGHASIL

Peralatan
1. Daerah bebas dan Limbah infeksius
Lokasi banjir Teknis
Operasi dan benda tajam,
2. Tidak rawan GELOMBANG
bencana alam MIKRO: DILARANG :
atau dapat temperatur 100
oC waktu tinggal PATOLOGIS,
direkayasa BAHAN KIMIA
dengan 30 menit
KADALUARSA,
teknologi IRADIASI RADIOAKTIF,
3. Jarak dengan FREKUENSI: FARMASI,
lokasi fasilitas temperatur ≥ 90
oC tekanan 31 SITOTOKSIK,
umum diatur
psi waktu tinggal PERALATAN MEDIS
dalam Izin
Lingkungan 30 menit BERLOGAM BERAT
TINGGI
Alat Autoklaf Hasil Olahan Autoklaf
Alat Steril wave Hasil olahanSteril wave
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
TAHAPAN PENANGANAN LIMBAH Kehutanan No. P.56/Menlhk-Sekjen/2015
dengan DISINFEKSI KIMIA tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES

PENGOSONGAN

Kemasan bekas B3
PEMBERSIHAN
Spuit bekas Residu/
Pihak ke-3 Pengepul
Limbah Non
Bahan Daur Ulang
Botol infus bekas B3
DISINFEKSI
Bekas kemasan HD

PENGHANCURAN/ Sanitary Landfill/


PENCACAHAN
Controlled Landfill
DISINFEKSI LB3 menjadi Limbah Non B3

59
LIMBAH B3
menjadi
LIMBAH Rekaman proses desinfeksi
NON B3 limbah botol infus bekas
menggunakan alat autoklaf

Contoh limbah botol infus bekas yang


telah dilakukan desinfeksi
Indikator tekanan dalam proses menggunakan alat autoklaf
desinfeksi limbah botol infus
60
bekas menggunakan alat autoklaf
UJI KINERJA, PEMBERI IZIN DAN PENANGANAN RESIDU
Pengolahan Limbah Medis
No Teknologi Uji Kinerja Pemberi Izin Residu
1 Insinerator Uji emisi KLHK Landfill Kelas 1
2 Autoklaf Spora Bacillus stearothermophilus KLHK Non B3
konsentrasi 1 x 104 spora/ml
3 Gelombang mikro Spora Bacillus stearothermophilus KLHK Non B3
(Microwave) konsentrasi 1 x 101 spora/ml
4 Iradiasi frekuensi Spora Bacillus stearothermophilus KLHK Non B3
konsentrasi 1 x 104 spora/ml
5 Disinfeksi Kimia Spora Bacillus Subtillis konsentrasi Kabupaten/ Non B3
1 x 101 spora/ml Kota
6 Solidifikasi Uji kuat tekan Kabupaten/ Non B3
Uji TCLP (Toxicity Characteristic Kota
Leaching Procedure)
LANGKAH 5 • Penguburan
Peralatan Limbah patologis
dan
Lokasi 1. Daerah bebas Teknis dan benda tajam
banjir Operasi 1. Isi ½ dari
2. Berjarak ≥ volume
20m dari 2. Ditutup kapur
sumur/perum tebal 50 cm
ahan 3. Sekat tanah Apabila tidak
3. Kedalaman ≥ tebal ≥ 10 cm terdapat
1,8 m 4. Melakukan insinerator
pencatatan
4. Diberi pagar
dan papan 5. Melakukan
perawatan dan
penanda pengawasan

Persetujuan dari BLH


Kab/Kota selama 5 tahun
LANGKAH 6 • Penimbunan

PENIMBUNAN
Residu Insinerator

Sanitary/controlled landfill

Persetujuan BLH Prop/Kab/Kota


SKENARIO PENGOLAHAN LIMBAH
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
PENGOLAHAN
LIMBAH
FASYANKES

 Recycle
Non Insenerator berizin  Non Insenerator
Insenerator berizin
Off-site berizin On-site
 Insenerator berizin
/ pihak ke 3

Pihak ke-3
Fasyankes Pemda (BUMD) RS Mandiri
(swasta)
KONDISI IDEAL : PENGELOLAAN LIMBAH FASYANKES BERBASIS WILAYAH

SUMBER LIMBAH
Recycle Pengumpul

• Pengurangan limbah RS Limbah plastik


(non Insenerasi)
• Pemilahan : plastik, tajam, PENGOLAHAN
pathologis
EXTERNAL
PUSKESMAS DGN INSINERATOR
• Limbah plastic : Non
insenerasi  recycle Limbah BERIZIN ABU
pathologis (BUMD/UPT/ SWASTA)
• Limbah infeksius KLINIK
pathologis : ke pengolah
Solidifikasi/
Insenerator berizin Depo
inertisasi
Penyimpan
FASYANKES anan
• Limbah tajam, botol kaca :
tidak utuh dan disinfeksi LAIN Limbah tajam, botol Sanitari Landfil
(non Insenerasi)

PENGOLAHAN INTERNAL
(Pra-pengolahan) PENGOLAHAN EXTERNAL
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 18 TAHUN 2020
TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
BERBASIS WILAYAH
TUJUAN
Dalam rangka meminimalkan risiko pencemaran lingkungan dan dampak kesehatan,
penyalahgunaan Limbah Medis Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan mengoptimalkan
pengelolaan Limbah Medis Fasilitas Pelayanan Kesehatan di suatu wilayah

PENYELENGGARAAN
Pemerintah Daerah memfasilitasi
 Unit Pelaksana Teknis Daerah
Fasyankes yang tidak mampu
 Badan Usaha Milik Daerah
mengelola limbah medisnya sendiri
 Kerja sama dengan Swasta
melalui penyediaan Pengelola
KEMENKES
SINERGI DAN HARMONISASI 1. Advokasi/ Sosialisasi
DALAM PENGELOLAAN LIMBAH 2. Peningkatan kapasitas
3. Pembinaan/ Pengawasan
MEDIS FASYANKES 4. Regulasi/ NSPK KEMENHUB
5. Pendanaan 1. Izin alat transportasi
6. Monev & pelaporan PEMDA
KLHK 1. Pembinaan
1. Pembinaan 2. Regulasi/ Perda
2. Pengawasan PEMERINTAH 3. Peningkatan Kapasitas SDM
3. Perijinan (PUSAT/ 4. Pendanaan
4. Regulasi DAERAH) 5. Pengolahan/ Sarana pemusnah
5. Advokasi/Sosialisasi 6. Perijinan TPS

PENGELOLAAN LIMBAH
PROFESI/PT MEDIS FASYANKES
1. Peningkatan kapasitas Rumah Sakit/Fasyankes
2. Kajian/ penelitian 1.Penyiapkan sarana
3. Penyiapan SDM
2.SDM
SWASTA 3.Pendanaan
1.Transportasi/ Transporter SWASTA/
FASYANKES 4.Memenuhi perizinan
PROFESI/ PT
2.Jasa Penyediaan Fasilitas 5.Monev dan pelaporan
Pengolahan 6.SOP
Surat dari Menteri Dalam Negeri
kepada seluruh Gubernur di Indonesia

Mengacu surat tersebut diharapkan Pemerintah


Daerah memprioritaskan mewujudkan
pengelolaan limbah medis/limbah B3 yang lebih
cepat, terintegrasi dan komprehensif dengan
membentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) dengan berpedoman Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang
Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah  untuk
menangani limbah medis/limbah B3 yang
dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan di
daerahnya.
Dalam mewujudkan pengelolaan limbah
medis/limbah B3 yang lebih cepat, terintegrasi
dan komprehensif tersebut diharapkan Pemda
segera berkoordinasi dengan Ditjen. Pengelolaan
Sampah, Limbah dan B3 - KLHK terkait
pendanaan, persyaratan teknis dan pembinaan.
68
CONTOH ALUR PENGELOLAAN LIMBAH NON MEDIS DAUR ULANG
MELALUI BANK SAMPAH RSUP DR. SARDJITO

CONTOH PENGOSONGAN
PROSES DAUR ULANG CUCI + BILAS DISINFEKSI KHLORIN 0,5%
Botol INFUS dan
JERIGEN HD
(PermenLHK p.56 tahun
2015) SURAT
JALAN

PACKING
ANGKUT KE PABRIK POTONG/CACAH
EFISIENSI BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH
DENGAN DAUR ULANG DI RSUP DR. SARDJITO
EFISIENSI
JENIS LIMBAH TIMBULAN
(Rp/tahun) (%)
Medis (botol infus, 1,696 ton/bulan
360.398.500
jerigen HD) 20,35 ton/tahun 7,62

Domestik 8,07 Ton/bulan


249.802.000 53,38
96,84 Ton/tahun
Upaya Percepatan Pengelolaan Limbah Medis di Fasyankes
Pembiayaan
• Memasukkan Alat/Instalasi Pengolah Limbah Kedalam menu Dana Alokasi Khusus (DAK). Alat/Instalasi
Pengolah Limbah meliputi :
a. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
b. Alat Pengolah Limbah B3 Medis Insinerator
c. Alat Pengolah Limbah B3 Medis Non Insinerator (autoclave limbah medis dan microwave limbah medis)
d. Cold storage (freezer)
e. Pembangunan TPS di Puskesmas
Diharapkan provinsi memberikan informasi kepada kab / kota untuk mengambil menu Cold storage
dan PembuatanTPS B3 di Puskesmas  Dikawal melalui DAK Fisik
• DAK non fisik (BOK) :
a. Provinsi: Pemantauan dan pengawasan limbah medis, Peningkatan kapasitas dalam rangka pengelolaan limbah
medis bagi petugas Puskesmas, RS, dan Fasyankes lain, pertemuan koordinasi limbah medis dengan LS dan
Kab/Kota
b. Kab/Kota: Pengawasan Limbah Medis Memenuhi Syarat (Pemantauan dan pengawasan limbah medis,
Peningkatan Kapasitas dalam rangka Pengelolaan Limbah Medis bagi petugas Puskesmas, Rumah Sakit dan
fasyankes lainnya, Adaptasi Perubahan Iklim Bidang Kesehatan), pertemuan koordinasi limbah medis, dan
pendampingan limbah medis
c. Puskesmas: Pemeriksaan limbah cair dan limbah medis, Inspeksi Kesehatan Lingkungan, biaya operasional
transportasi dalam pengelolaan limbah medis 73
PENGELOLAAN LIMBAH
FASYANKES PERAWATAN
COVID 19
SURAT EDARAN MENTERI LHK No. 2 / PSLB3/ 3/ 2020 TTG :
Pengelolaan Limbah Infeksius (B3) dan Sampah Rumah
Tangga dari Penanganan Corona Virus Disease (covid 19)

1. Limbah Infeksius berasal dari Fasyankes


2. Limbah Infeksius berasal dari ODP di Rumah Tangga
3. Sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga

Limbah Infeksius Fasyankes


• Penyimpanan paling lama 2 hari
• Pemusnahan dengan :
 Insenerator suhu pembakaran min 800 C
 Autoclav dengan shredder
• Residu dimasukan dalam TPS B3 utk diserahkan ke
Pengelola Limbah B3
SURAT EDARAN MENTERI LHK No. 2 / PSLB3/ 3/ 2020 TTG :
Pengelolaan Limbah Infeksius (B3) dan Sampah Rumah
Tangga dari Penanganan Corona Virus Disease (covid 19)

Limbah infeksius dari ODP di Rumah Tangga :


• Mengumpulkan limbah infeksius (masker, sarung tangan dan
baju pelindung diri) dalam wadah tertutup bertuliskan limbah
infeksius
• Mengangkut dan memusnahkan pada pengolahan limbah B3
• Petugas dari Dinas LH, Kebersihan dan Kesehatan mengambil
dari sumber, mengangkut ke lokasi pengumpulan sebelum ke
pengolah limbah B3
Sampah RT dan Sampah sejenis RT
• Masker sekali pakai dari orang sehat, sebelumnya
dirobek/dipotong/digunting dan dikemas rapi sebelum dibuang
ke tempat sampah untuk mencegah penyalahgunaan
• Pemda menyediakan tempat sampah/drop box khusus masker
di ruang publik
Telah disosialisasi
melalui
1. Website Kemenkes
2. Facebook kemkes
3. Instagram Kemkes
dan Kesmas
4. Twitter Kemkes
dan Kesmas

Diharapkan setiap
provinsi sosialisasikan
kepada semua
Kabupaten/koa Rumah
Sakit dan Puskesmas di
daerahnya
Pedoman Pengelolaan Limbah
Spesifik Covid-19 di Fasyankes

Air Alat Saniter


Saluran
IPAL
DISINFEKSI
Limbah tertutup (klorinasi)

Limbah
Pemrosesan
Padat Pewadahan Pengumpulan Penyimpanan
Akhir
Domestik

Limbah
Pewadahan/
Padat B3 Pengumpulan
Penyimpanan Pengangkutan Pengolahan
Medis
MENGAPA DILAKUKAN PENGHAPUSAN ALKES
BERMERKURI?

Mengurangi Tidak seragamnya


Sudah diamanatkan Termometer
potensi pemahaman petugas
dalam kesepakatan
, tensimeter fasyankes dalam
internasional risiko penanganan tumpahan
(Konvensi Minamata) dan dental
pajanan merkuri dari alkes
dan Indonesia sudah amalgam
berkomitmen untuk
merkuri dari bermerkuri yang pecah
masih (tdk ada SOP, tdk ada
melaksanakannya alkes pada
digunakan spill kit, dll)  makin
dengan tujuan pekerja dan
mengurangi risiko di banyak titik cemaran,
pasien, serta kelompok berisiko
pajanan merkuri Fasyankes
lingkungan makin luas
Industri/
Ketenagalistrikan

Pertambangan
Emas Skala Kecil
Pemanfaatan
MERKURI
Alat Kesehatan

Peralatan
elektronik
Alat Kesehatan Bermerkuri
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Produk Alat Kesehatan Bermerkuri
Termometer
Sfigmomanometer (alat ukur tekanan darah)
Esophageal devices, Cantor & Miller-Abbott
tubes
Amalgam gigi
Batere

Lampu dan alat pencahayaan

Switch
ALTERNATIF PENGGANTIAN ALAT KESEHATAN
MENGANDUNG MERKURI
NO CURRENT PRODUCTS ALTERNATIVES PRODUCTS
1 Thermometers Digital, alcohol, galinstan

2 Hg-based Blood Pressure Monitoring Devices Aneroid, electronic(oscillometric)

3 Esophageal devices, Cantor & Miller-Abbott Tungsten-filled Dilators, Products Tungsten


tubes Tubing Anderson AN-20

4 Hg Dental Amalgams Composite Resin, Porcelain, Glass Ionomer

5 Hg batteries Lithium, Zinc Air, Alkaline

6 Lamps And Lighting Devices Non-Hg Lamps, LEDs

7 Hg Switches Non-Hg switches

Jorge Emmanuel, Peter Orris, Mercury : Its Properties,


Sources and Health Effects, UNDP
PENGGUNAAN MERKURI DI INDONESIA YANG BERISIKO BAGI KESEHATAN
Elektrik dan
Lampu
Alat Medis Perkiraan Elektronik
Kandungan
Chlorekal
Merkuri
Termometer klinis 0.5 - 1.5 g
Termometer 3.0 - 4.0 g
laboratorium
Lain-lain
Sphygmomanometers 110 - 200 g Industri
Manometer…
Maloney or Hurst bougies Mengandung lebih dari
One tube may 1361 gram merkuri
(esophageal dilators) PESK

Cantor tubes 54 - 136 g

Miller-Abbott tubes 136 g Dental Amalgam


Dennis tubes 136 g Alat ukur
Batere
Foley catheter 68 g
SIKLUS MERKURI DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
Merkuri pada Manusia dan Lingkungan
Media/Manusia Minimal Maksimal Rata-rata NAB
Merkuri merupakan polutan Tanah 0,0005 0,83 -
persisten yang memiliki karakteristik Air 0,0005 0,62 0,001
toksik, bioakumulasi, berdampak Udara 0,0001 76,13 0,1
luas dan tersebar melalui udara, air, Ikan 0,0005 6,09 0,5
tanah, dan makanan.
Sayuran 0,001 9,71 0,03
Non-penambang 0,005 70,105 3,359 50,00
Penambang 0,005 293,510 7,510 50,00
Hasil penelitian Balitbangkes tahun
2007 di Sumbar, Jambi, Kalbar,
Kalteng, Gorontalo, dan Sulteng
pada penambang dan non-
penambang didapatkan bahwa
kadar merkuri dalam rambut sudah
melebihi nilai ambang batas.
*NAB: Nilai Ambang Batas
Hasil Pengukuran Konsentrasi Uap Hg di RSUP Wangaya dan RS BaliMed
(Sumber: Bali Fokus, 2014)
Dampak Pajanan Merkuri Terhadap Kesehatan Manusia
Gejala gangguan
Akut pencernaan Sakit kepala

Gangguan penglihatan Gangguan pada ginjal


Menghirup udara yang
Kerusakan sistem saraf pusat
terkontaminasi Kronis
Kerusakan ginjal
Kerusakan paru-paru
Kerusakan hati
Mengkonsumsi pangan Kerusakan gastrointestinal (saluran pencernaan)
yang terkontaminasi
Pajanan pada janin dapat mengakibatkan:
• cacat mental
• buta
Absorpsi/penyerapan • cerebral palsy
melalui kulit • gangguan pertumbuhan
• Gangguan fungsi saraf
Meningkatkan angka kematian
Sinergitas Regulasi Terkait
Pengurangan dan Penghapusan Merkuri
UU No. 32/2009 tentang UU No. 11/2017 tentang Pengesahan
Perlindungan dan Pengelolaan UU No. 36/2009 tentang
Konvensi Minamata Mengenai
Lingkungan Hidup Kesehatan
Merkuri

PP No. 74/2001 tentang PP No. 66/2014 tentang


Pengelolaan B3 Kesehatan Lingkungan
Perpres
No. 21/2019 tentang Rencana Aksi
PP No. 101/2014 tentang Nasional Pengurangan dan PP No. 47/2016 tentang Fasilitas
Pengelolaan Limbah B3 Penghapusan Merkuri Pelayanan Kesehatan

Peran
Kementerian
Pengurangan Penghapusan Kesehatan

Manufaktur Energi PESK Kesehatan


Surat Edaran Dirjen YAnkes Surat Edaran Dirjen Farmalkes
Nomor HK.02.02/I/2899/2019 Nomor HK.02.02/V/0720/2018
Tentang Tentang
Penghapusan dan Penarikan Alat Kesehatan Bermerkuri Penetapan Masa Berlaku Izin Edar dan Peredaran Alat
Kesehatan yang Mengandung Merkuri
UPAYA UNIT UTAMA KEMENKES DALAM
F Stop Pembelian PENGHAPUSAN MERKURI DI FASYANKES
Alkes
A Bermerkuri Ditjen Farmasi dan Alat Kesehatan
S • Kebijakan Stop Izin Edar (Surat Edaran)
• Monitoring Peredaran
Y Substitusi Ditjen Pelayanan Kesehatan
A Alkes • Penyediaan data dasar
N Bermerkuri • Kebijakan Substitusi (Surat Edaran)
• Monitoring substitusi
K
E Penyimpanan Ditjen Kesehatan Masyarakat
Penyimpanan
Alkes • Kebijakan Penyimpanan Limbah
S Limbah Alkes • Koordinasi program
Bermerkuri Bermerkuri • Pedoman penghapusan alkes bermerkuri
• Sosialisasi dan advokasi
• Kompilasi data
Pengumpulan
Pengumpulan
di Storage Badan Litbang Kesehatan
Limbah B3 • Kajian risiko dan dampak
Depo
Badan Pengembangan SDM Kesehatan
Peran Kementerian LHK • Peningkatan kapasitas SDM
Penilaian & Perencanaan Penggantian/
Komitmen Penyimpanan
Inventarisasi penggantian substitusi alat
Pimpinan sementara
Alkes alat kesehatan kesehatan

Alat Alat Alat kesehatan


Alat kesehatan
kesehatan kesehatan utuh/tidak
pecah/rusak
non merkuri bermerkuri rusak

Ruang khusus TPS limbah B3

Pelaporan melalui Penarikan Pengangkutan


online (berita acara limbah B3
penghapusan) berizin

MEKANISME PENGHAPUSAN Pengangkutan Pengolahan

DAN PENARIKAN ALKES BERMERKURI


FASYANKES PEMERINTAH DAN SWASTA Depo storage
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Kemenkes
Dinkes
Provinsi
Dinkes
Kabupaten/
Fasyankes Kota

Setiap Fasilitas
Dilakukan secara Pencatatan dan
Pelayanan
berjenjang mulai pelaporan dapat
Kesehatan, baik Pelaporan dapat ke
dari Fasyankes, terintegrasi dengan
pemerintah maupun
Dinas Kesehatan sistem pelaporan bit.ly/borangalkesm
swasta WAJIB
Kab/Kota, Dinas yang menggunakan erkuri
melakukan
Kesehatan Prov, dan media daring
pencatatan dan
Kemenkes. (online)
pelaporan
10
30
40
60
70
90

-
100

20
50
80

2
Aceh

2
Sumut

1
Sumbar

46
Riau

7
Jambi

41
Sumsel

22
Bengkulu

Nasional : 15%
41
Lampung

1
Babel

14
Kepri

9
DKI

3
Jabar
16

Jateng
6

DIY
24

Jatim
7

Banten
-

Bali
-

NTB
Persentase

10

NTT
31

Kalbar
31

Kalteng
2

Kalsel
23

Kaltim
62

Kaltara
81

Sulut
36

Sulteng
17

Sulsel
9

Sultra
1

Gorontalo
58

Sulbar
1

Maluku
2

Malut
Persentase Progres Pelaksanaan Penghapusan
Alkes Bermerkuri Nasional per 5 Agustus 2020

15

Papua Barat
-

Papua
15

Nasional

Anda mungkin juga menyukai