Anda di halaman 1dari 7

UUNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH SAKIT


TAHUN AJARAN 2019/2020

MATA UJIAN : MFK/ Topic 9


DOSEN : Iswanta, ST, MT 01 -01-2020
NAMA : Masrun Fatanah
NIM : 20191030038 TANDA TANGAN

Pendahuluan

IGD adalah suatu unit integral dalam satu rumah sakit dimana semua pengalaman pasien
yang pernah datang ke IGD tersebut akan dapat menjadi pengaruh yang besar bagi masyarakat
tentang bagaimana gambaran Rumah Sakit itu sebenarnya. Fungsinya adalah untuk menerima,
menstabilkan dan mengatur pasien yang menunjukkan gejala yang bervariasi dan gawat serta
juga kondisikondisi yang sifatnya tidak gawat. IGD juga menyediakan sarana penerimaan
untuk penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana, hal ini merupakan bagian dari perannya
di dalam membantu keadaan 9 bencana yang terjadi di tiap daerah (DepKes RI, 2004).

Setiap rumah sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki kemampuan
melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat dan melakukan resusitasi dan
stabilisasi.

Menurut Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh


Departemen Kesehatan RI tahun 2008, rumah sakit menyelenggarakan pelayanan gawat
darurat secara terus menerus selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu. Fasilitas yang disediakan
di Instalasi Unit Rawat Darurat harus menjamin efektifitas dan efisiensi bagi pelayanan gawat
darurat dalam waktu 24 jam dan dalam seminggu secara terus-menerus.

Instalasi/ Unit Rawat Darurat tidak terpisah secara fungsional dari unit-unit pelayanan
lainnya di rumah sakit artinya dikelola dan diintegrasikan dengan instalasi/ unit lainnya di
rumah sakit. Instalasi/ Unit Rawat Darurat harus dipimpin oleh dokter, dibantu oleh tenaga
medis, keperawatan dan tenaga lain yang telah memperoleh setifikasi pelatihan gawat darurat
(DepKes RI, 2008).
Undang-Undang No. 44 tahun 2009 pasal 7 menyebutkan bahwa rumah sakit harus
memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian dan
peralatan. Pada pasal 10 disebutkan bahwa Ruang Gawat Darurat adalah salah satu ruang yang
disyaratkan harus ada pada bangunan rumah sakit, yang merupakan Ruang pelayanan khusus
yang menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan selama 24 jam

Dalam rangka mewujudkan Ruang Gawat Darurat yang memenuhi standar pelayanan
dan persyaratan mutu, keamanan dan keselamatan perlu didukung oleh bangunan dan prasarana
(utilitas) yang memenuhi persyaratan teknis.

SOAL:

1. Sebutkan persyaratan-persyaratan lokasi bangunan IGD yang ideal.

Lokasi

 Bangunan ruang gawat darurat terletak dilantai dasar dengan akses masuk yang mudah
dicapai terutama untuk pasien yang datang dengan menggunakan ambulan.
 Pintu masuk bangunan ruang gawat darurat harus terpisah dengan pintu utama masuk
rumah sakit atau dengan pintu masuk untuk pasien rawat jalan/ poliklinik. atau pintu
masuk bangunan penunjang rumah sakit.
 Lokasi bangunan ruang gawat darurat harus dapat dengan mudah dikenal dari jalan raya
baik dengan menggunakan pencahayaan lampu atau tanda arah lainnya.
 Rumah Sakit yang memiliki tapak berbentuk memanjang mengikuti panjang jalan raya,
maka pintu masuk ke area IGD disarankan terletak pada pintu masuk yang pertama kali
ditemui oleh pengguna kendaraan untuk masuk ke area rumah sakit.
 Bangunan ruang gawat darurat disarankan terletak berdekatan dengan bagian
penerimaan pendaftaran (admission), bagian keuangan dan bagian rekam medik, atau
memiliki bagian-bagian tersebut secara terpisah. Pada malam hari, bangunan ruang
gawat darurat akan merupakan pintu masuk utama ke rumah sakit bagi masyarakat yang
memerlukan pelayanan kesehatan.
 Bangunan ruang gawat darurat memiliki akses yang cepat dan mudah ke lokasi
bangunan ruang operasi, ruang Gawat Darurat, ruang kebidanan, laboratorium dan bank
darah rumah sakit, serta farmasi 24 jam.
 Bangunan ruang gawat darurat disarankan untuk memiliki area yang dapat digunakan
untuk penanganan korban bencana massal.

2. Uraikan persyaratan apa saja yang harus dipenuhi pada bangunan IGD.

Tata Ruang

 Tata ruang akan mengikuti alur pelayanan dimulai dengan area Triase yang sebaiknya
disiapkan juga area tempat penyimpanan brankar (stretcher bay) dan kursi roda (wheel
chair).
 Pasien yang darurat (emergency) atau perlu pertolongan segera akan ditangani di ruang
tindakan, dan pasien yang gawat darurat (urgent) atau ada ancaman kematian akan di
tangani di ruang resusitasi, sedangkan pasien yang tidak gawat tidak darurat akan
ditangani di false emergency atau poliklinik 24 jam.
 Area publik khususnya ruang tunggu keluarga pasien, disarankan dilengkapi dengan
toilet dan kantin (caffee/snack bar).
 Area dekontaminasi dikhususkan untuk pasien yang terkontaminasi bahan kimia,
terutama bagi IGD yang berada dekat dengan daerah industri. Area ini ditempatkan di
sisi depan/luar IGD atau terpisah dengan IGD.

Disain
 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat membuat disain sebuah IGD yaitu bahwa jalan
masuk ambulans harus cukup luas yang dapat menampung lebih dari 2 ambulans. Jalan
masuk ambulans di depan pintu IGD untuk menurunkan penumpang harus terlindung
dari cuaca. Tempat parkir ambulans harus tersedia selain untuk staf medis maupun
pengunjung.
 Karena pengunjung maupun pasin selalu datang dalam keadaan tergesa-gesa dan
mengalami kepanikan maka pengaturan alur pasien harus baik, demikian pula disain
bagian ini harus membuat suasana adanya hubungan masyarakat yang baik.
 Disain harus memungkinkan kecepatan pelayanan dapat dilakukan, bila terjadi
hambatan dalam alur yang memperlambat pelayanan akan memberikan kesan yang
tidak baik dalam memberikan pelayanan kegawat daruratan.
 Tata letak ruang dalam bangunan IGD tidak boleh memungkinkan terjadinya infeksi
silang (cross infection).
Struktur bangunan

 Bangunan Ruang Gawat Darurat, strukturnya harus direncanakan kuat/kokoh, dan


stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan kelayanan
(serviceability) selama umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan
fungsi bangunan Ruang Gawat Darurat, lokasi, keawetan, dan kemungkinan
pelaksanaan konstruksinya.
 Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh aksi sebagai
akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur, baik
beban muatan tetap maupun beban muatan sementara yang timbul akibat gempa dan
angin.
 Dalam perencanaan struktur bangunan Ruang Gawat Darurat terhadap pengaruh
gempa, semua unsur struktur bangunan Ruang Gawat Darurat, baik bagian dari sub
struktur maupun struktur bangunan, harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa
rancangan sesuai dengan zona gempanya.
 Struktur bangunan Ruang Gawat Darurat harus direncanakan secara detail sehingga
pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi keruntuhan,
kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna bangunan Ruang Gawat
Darurat menyelamatkan diri.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa dan/atau
angin, dan perhitungan strukturnya mengikuti pedoman dan standar teknis yang
berlaku.

3. Sebutkan persyaratan ruang tindakan / ruang operasi IGD terkait dengan pengendalian
Mikrobial dan Infeksius.

 Studi sistem distribusi udara ruang operasi menunjukkan bahwa penyaluran udara dari
langit-langit, dengan gerakan ke bawah menuju inlet pembuangan yang terletak di
dinding yang berlawanan, merupakan aliran udara yang paling efektif untuk menjaga
pola gerakan konsentrasi kontaminasi pada tingkat yang dapat diterima. Langit-langit
yang sepenuhnya berlubang, langit-langit sebagian berlubang dan diffuser yang dipasang
di langit-langit telah diterapkan dengan sukses.
 Penggunaan rata-rata kamar operasi di rumah sakit tidak lebih dari 8 sampai 12 jam per
hari (kecuali kondisi darurat). Untuk alasan ini dan untuk penghematan energi, sistem
pengkondisian udara harus memungkinkan pengurangan pasokan udara ke beberapa atau
ke semua ruang operasi.
 Tekanan positif pada ruang harus tetap dipertahankan pada saat volume berkurang untuk
memastikan kondisi steril tetap terjaga. Konsultasi dengan staf bedah rumah sakit akan
menentukan kelayakan penyediaan fasilitas ini.
 Sebuah sistem pembuangan udara atau sistem vakum khusus harus dipasang untuk
menghilangkan buangan gas anestesi. Sistem vakum medis telah digunakan untuk
menghilangkan gas anestesi yang tidak mudah terbakar. Satu atau lebih outlet mungkin
diletakkan di setiap ruang operasi untuk memungkinkan penyambungan ke slang
buangan gas anestesi dari mesin anestesi.
 Metode disinfeksi udara dengan penyinaran (irradiation) di ruang operasi telah
dilaporkan dengan hasil baik, namun ini jarang digunakan. Keengganan untuk
menggunakan irradiasi disebabkan: instalasinya memerlukan rancangan khusus,
diperlukan proteksi bagi pasien dan petugas, perlu memonitor effisiensi lampu dan
pemeliharaan.
 Kondisi berikut direkomendasikan untuk ruang operasi, catherisasi, cystoscopy, dan
bedah tulang:
o Harus mampu mencapai temperatur 200 sampai 240C;
o Kelembaban relatif udara harus dijaga antara 50% ~ 60%;
o Tekanan udara harus dijaga positif yang berhubungan dengan ruang disebelahnya
dengan memasok udara lebih dari 15%;
o Pembacaan perbedaan tekanan di ruang harus dipasang untuk memungkinkan
pembacaan tekanan udara dalam ruang. Menyekat seluruh dinding, langit-langit dan
tembusan (penetrasi) pada lantai dan pintu untuk menjaga kondisi tekanan yang
terbaca
o Indikator kelembaban udara dan thermometer harus ditempatkan pada lokasi yang
mempermudah observasi (pengamatan).
o Effisiensi filter harus sesuai dengan didasarkan pada ASHRAE Standard 52.1-1992.
o Seluruh instalasi harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
o Semua udara harus di suplai dari langit-langit dan dibuang atau dikembalikan pada
sekurang-kurangnya 2 lokasi dekat dengan lantai (lihat tabel 3 untuk laju ventilasi
minimum). Bagian bawah dari outlet pembuangan harus setidaknya 75 mm di atas
lantai. Suplai diffuser harus dari jenis tidak langsung. Induksi yang tinggi pada difuser
langit-langit atau difuser dinding harus dihindari.
o Bahan akustik tidak boleh digunakan sebagai lapisan ducting kecuali dipasang filter
terminal dengan effisiensi minimum 90% arah hilir dari lapisan. Bagian dalam isolasi
unit terminal dapat dikemas dengan bahan yang disetujui. Peredam suara yang
dipasang pada ducting harus dari jenis tidak terbungkus atau memiliki lapisan film
polyester yang diisi dengan bahan akustik.
o Setiap penyemprotan yang diterapkan pada insulasi dan kedap api harus ditangani
dengan zat penghambat pertumbuhan jamur.
o Panjang kedap air dibuat secukupnya, ducting pengering udara dari bahan baja tahan
karat harus dipasang arah hilir dari peralatan humidifier untuk menjamin seluruh uap
air menguap sebelum udara masuk ke dalam ruangan. Pusat kontrol yang memantau
dan memungkinkan penyesuaian tekanan, temperatur dan kelembaban udara, berada
dilokasi meja pengawas ruang bedah.
Daftar Pustaka

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36 Tahun 2005, tentang Peraturan


Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung.
2. Joanna R. Fuller, Surgical Technology, Principles and Practice, Saunders.
3. American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditionign Engineers, Handbook,
Applications, 1974 Edition, ASHRAE.
4. American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditionign Engineers, HVAC Design
Manual for Hospitals and Clinics, 2003 edition, ASHRAE.
5. G.D. Kunders, Hospitals, Facilities Planning and Management, Tata McGraw-Hill
Publishing Company Limited, 2004

Anda mungkin juga menyukai