D3 – Radiologi
S1 – K3 FKMUI
S2 – K3 FKMUI
TPU
Setelah mengikuti materi ini peserta
mampu mengetahui pengelolaan K3
bangunan dan prasarana di rumah
sakit.
Bangunan Rumah Sakit harus memenuhi “Keandalan Bangunan”,
UU Bangunan Gedung No, 28 Tahun 2002
standar pelayanan,
Pasal 11 (2 ) Prasarana RS harus memenuhi
keamanan serta keselamatan dan kesehatan kerja
Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari
PERMENKES NOMOR 66 aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja
TAHUN 2016 TENTANG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) huruf f bertujuan untuk
KESELAMATAN DAN
menciptakan lingkungan kerja yang aman
KESEHATAN KERJA dengan memastikan kehandalan sistem
RUMAH SAKIT utilitas dan meminimalisasi risiko yang
mungkin terjadi.
Dalam standar akreditasi KARS, Keselamatan bangunan gedung
masuk dalam Manajemen Keselamatan dan Fasilitas ( MFK ) khususnya
pada :
MFK : Standar 4, 4.1, 4.2
RS mempunyai program
pengelolaan
keselamatan & keamanan melalui penyediaan
fasilitas fisik dan menciptakan lingkungan yang aman
bagi pasien, keluarga, pengunjung, dan staf
MFK : Standar 9, 9.1, 9.2, 9.2.1, 9.3.
RS menetapkan & melaksanakan program untuk
memastikan semua sistem utilitas (sistem
pendukung) berfungsi efisien dan efektif yang
meliputi pemeriksaan, pemeliharaan, dan
perbaikan sistem utilitas ( performance )
Sarana Segala sesuatu benda fisik
yang dapat tervisualisasi mata maupun
teraba oleh panca indra dan dengan
mudah dapat dikenali oleh pasien dan
(umumnya) merupakan bagian dari
suatu gedung ataupun bangunan
gedung itu sendiri.
PERSYARATAN KESELAMATAN
HARUS TERPENUHI
Sistem Kelistrikan
(mulai dari suplai PLN/20KV, panel tegangan
menengah, trafo, panel distribusi, instalasi stop
kontak dan penerangan, generator set dan
grounding, dll )
Sistem Pengkondisian Udara (AC)
(Chiller, Air Handling Unit, Fan Coil, Ducting,
Diffuser/Grille, Filter, sistem sirkulasi udara, dll )
Sistem Pendistribusian Air Bersih
(Suplai air, reservoir, treatment, pompa,
pressure tank, distribusi, outlet dan sanitair, dll )
Sistem Pembuangan Air Kotor / Limbah
(Pipa pembuangan bak pengumpul, trap,
STP/IC PD PAL)
Sistem Deteksi Kebakaran
(Heat & smoke detector, alarm,
announciator, dll )
Sistem Penanggulangan Kebakaran
(Extinguisher, hydrant, springkler,
pressure fan, fire escape/evakuasi, dll )
Sistem Medical Gas
(O2, N2, N2O, Compress Air, vacuum,
collum ceilling, wall outlet, bed head,
pendant, dll )
Sistem Uap dan Air Panas
(Boiler, hot water tank, steam generator,
steam trap, dll )
Sistem Transportasi Vertikal
(elevator, escalator, dumbwaiter, gondola,
document dan speciment transfer, dll )
Sistem Telekomunikasi
(PABX dan telephone, nurse call, pager,
HT, dll )
Sistem Audio dan Video
(TV, sound system, PA, Integrated
Hospital Information System, dll )
Sistem Proteksi,
( Radiasi, X-Ray, Magnetic Field, RF Field,
Lightening, dll ).
Sistem Sekuriti
( CCTV, Magnetic Card Access, Infra Red )
Sistem Steriliasi
( Ruang peralatan dan instrumen serta
bahan-bahan desinfektan)
Sistem Bahan Bakar
( Solar, LPG, Gas Kota, Minyak Tanah, Oli )
KEY SYSTEM
Solid Waste Disposal dan House Keeping
(Bak sampah dan Incinerator)
PERSYARATAN BAKU SELURUH SISTEM RUMAH SAKIT
Hierarki pengendalian
tersebut antara lain
ialah eliminasi,
substitusi,
perancangan,
administrasi dan
alat pelindung diri
(APD).
UNSUR-UNSUR TERKAIT PROYEK KONSTRUKSI
1. Pemilik proyek adalah penyandang dana sebagai pemilik yang memberikan
kepercayaan kepada kontraktor ( proyek konstruksi ).
2. Kontraktor adalah perusahaan jasa konstruksi yang diberi kepercayaan oleh pemilik
proyek untuk mengerjakan suatu kegiatan proyek konstruksi.
3. Sub-kontraktor adalah perusahaan jasa yang membantu berbagai macam tugas
kontraktor dalam kegiatan proyek konstruksi bangunan.
4. Pekerja proyek & Pekerja Subkon.
5. Pemasok adalah perusahaan yang bekerja di bidang jasa yang mensuplai barang-
barang / alat-alat kebutuhan proyek konstruksi bangunan.
6. Masyarakat adalah masyarakat atau yang dapat ikut berpartisipasi.
7. Instruksi teknis adalah pemerintah yang terkait dengan kegiatan proyek konstruksi
bangunan baik dalam bentuk administratif maupun terkait.
8. Pelaksanaan proyek kontruksi dimulai setelah ada penilaian oleh tim K3 atau tim
penilai lainnya yang menyatakan bahwa proyek tersebut memenuhi aspek K3.
STRATEGI PENERAPAN K3 PADA PROYEK KONSTRUKSI
1. Identification Setiap kegiatan proyek konstruksi memiliki karakteristik
yang berbeda. ( Mapping potensi bahaya menurut area / aktifitas )
2. Evaluation Dari hasil identifikasi dilakukan evaluasi tentang potensi
bahaya untuk menentukan skala prioritas berdasarkan hazards rating.
3. Develops the plan susun rencana pengendalian dan pencegahan
kecelakaan, Terapkan konsep baku SMK3, Susunlah pekerjaan
implementasi dan program-program K3 yang akan dilakukan.
4. Implementasi - Buat rencana untuk mengimplementasikan konsep
pengendalian dengan baik. ( Siapkan sumber daya yang diperlukan untuk
menjalankan program K3 buatlah kebijakan K3 terpadu.
5. Monitoring - Buatlah program untuk memonitor pelaksanaan K3, untuk
mengetahui apakah program tersebut telah terlaksana baik atau tidak. -
Susun lalu audit internal serta inspeksi yang baik sesuai dengan kondisi
ELEMEN PROGRAM K3 KONSTRUKSI
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
Standar MFK 9
Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan program untuk memastikan
semua sistem utilitas (sistem pendukung) berfungsi efisien dan efektif
yang meliputi pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas.
Asuhan pasien rutin dan darurat berjalan selama 24 jam terus menerus,
setiap hari, dalam waktu 7 hari dalam seminggu.
Jadi, kesinambungan fungsi utilitas merupakan hal esensial untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Termasuk listrik dan air harus tersedia
selama 24 jam terus menerus, setiap hari, dalam waktu 7 hari dalam
seminggu.
Manajemen utilitas yang baik dapat menghasilkan sistem utilitas berjalan
efektif dan mengurangi potensi risiko yang timbul. RS perlu regulasi
pengelolaan sistem utilitas, minimal :
a)Ketersediaan air dan listrik 24 jam setiap hari dan dalam waktu tujuh
hari dalam seminggu secara terus menerus;
b)Membuat daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitas,
memetakan pendistribusiannya, dan melakukan update secara berkala;
c) Pemeriksaan, pemeliharaan, serta perbaikan semua komponen utilitas
yang ada di daftar inventaris;
d)Jadwal pemeriksaan, testing, dan pemeliharaan semua sistem utilitas
berdasar atas kriteria seperti rekomendasi dari pabrik, tingkat risiko,
dan pengalaman rumah sakit;
e)Pelabelan pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu
pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian.
Elemen Penilaian MFK 9
1. Rumah sakit mempunyai sistem pemantauan dan bertindak terhadap
pemberitahuan mengenai peralatan medis yang berbahaya,
recall/penarikan kembali, laporan insiden, masalah, dan kegagalan
pada peralatan medis. (R)
2. Rumah sakit membahas pemberitahuan peralatan medis yang
berbahaya, alat medis dalam penarikan (under recall), laporan
insiden, serta masalah dan kegagalan pada peralatan medis. (D,W)
3. Rumah sakit telah melaporkan seluruh insiden keselamatan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan apabila terjadi kematian,
cedera serius, atau penyakit yang disebabkan oleh peralatan medis.
(D,W)
Standar MFK 9.1
Dilakukan pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas.
• Kebakaran.
• Kerusakan alat secara berantai.
3. BAHAYA AKIBAT LEDAKAN
Terjadi pada sistem :
• Steam (boiler).
• Gas bakar.
• Gas medik dengan percikan bara api/loncatan listrik.
• Udara tekan.
• Hubungan singkat listrik (panel dan kabel).
• Kerusakan fisiologis.
9. BAHAYA PENGARUH MEDAN MAGNIT
BAKU MUTU :
AIR MINUM
AIR BERSIH
AIR LIMBAH
3. Penggunaan tata udara
a. Instalasi ventilasi; dan
b. Instalasi sistem pengkondisian udara.
– Terdiri atas ventilasi alami dan/atau
ventilasi mekanik/buatan sesuai
syarat dan fungsinya.
– Sistem Instalasi tata udara harus
dirancang tidak menyebabkan
terjadinya penularan penyakit.
– Pemasangan Instalasi tata udara
harus mempertimbangkan prinsip-
prinsip penghematan energi dan
ramah lingkungan.
4. Penggunaan Boiler
• Instalasi uap meliputi sumber uap, distribusi uap,
dan terminal uap.
• Sumber uap diperoleh dari boiler (katel uap).
• Penempatan sumber uap harus mudah diamati,
dipelihara, dan tidak membahayakan, mengganggu
dan merugikan lingkungan, bagian Bangunan RS dan
Instalasi lain, serta diperhitungkan berdasarkan
peraturan & standar teknik yang berlaku.
• Uap yang dialirkan untuk dipergunakan pada
peralatan dapur atau keperluan laundry atau jenis
lainnya harus mengikuti peraturan dan standar
teknik yang berlaku.
• Instalasi uap dan kelengkapannya harus diuji
sebelum digunakan dan diperiksa secara berkala
oleh instansi yang berwenang.
5. Penggunaan Gas Medis
• Instalasi gas medik dan vakum medik meliputi :
a. Sumber gas medik dan vakum medik;
b. Jaringan pemipaan sistem gas medik dan vakum medik; dan
c. Terminal sistem gas medik dan vakum medik.
• Sumber gas medik dan vakum medik meliputi :
a. Silinder medik;
b. Oksigen konsentrator;
c. Kompresor udara;
d. Pompa vakum; dan
e. Pompa buangan sisa gas anastesi.
• Terminal sistem gas medik & vakum medik meliputi:
a. Stasiun outlet dan inlet; dan
b. Regulator tabung, yang dipergunakan langsung ke
pasien melalui tabung gas medik.
5. Penggunaan Gas Medis
• Silinder medik meliputi
a. Silinder gas, silinder gas cair (PGS)
b. Container cair (cryogenik).
• Jaringan pemipaan sistem gas
medik dan vakum medik meliputi :
a. Katup;
b. Rakitan buatan pabrik;
c. Rel gas medik (rgm) yang terpasang
pada permukaan;
a. Indikator tekanan dan vakum;
b. Sistem peringatan;
c. Distribusi; dan
d. Penamaan dan identifikasi.
6. Penggunaan Jaringan Komunikasi
• Sistem informasi di Rumah Sakit harus didesain
dengan sistem keamanan yang optimal untuk
menjamin aplikasi hanya dapat diakses oleh
petugas yang berwenang.
• Sistem komunikasi dalam Bangunan Rumah Sakit
dimaksudkan sebagai penyediaan sistem
komunikasi baik untuk keperluan internal
bangunan maupun untuk hubungan ke luar pada
saat terjadi kebakaran dan/atau kondisi darurat
lainnya.
• Sistem komunikasi antara lain sistem telepon,
sistem tata suara (Paging), sistem panggil
perawat, dan sistem voice evacuation.
7. Penggunaan Sistem Pengelolaan Limbah
• Instalasi pengelolaan limbah meliputi:
Limbah padat ( medis, non medis );
cair; gas; radioaktif; B3.
• Meliputi:
a. Sumber/pewadahan/alat sanitasi;
b. Jaringan; dan
c. Pengolahan akhir.
• Akses ke/dari menuju Instalasi
pengelolaan limbah melalui akses/pintu
layanan servis.
8. Penggunaan Lift
• Lift dengan lebar pintu tidak kurang dari 1,20 meter untuk
memungkinkan lewatnya tempat tidur dan brankar
/tempat tidur pasien bersama dengan pengantarnya.
• Dalam hal lift pengunjung digunakan sebagai lift pasien,
ukuran lift pengunjung harus sama dengan lift pasien
• Setiap bangunan Rumah Sakit yang menggunakan lift
harus menyediakan lift khusus kebakaran yang dimulai
dari lantai dasar bangunan (ground floor).
• Dalam hal Rumah Sakit tidak memiliki lift khusus
kebakaran, lift pasien, lift pengunjung, atau lift servis
dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan
darurat dapat digunakan khusus oleh petugas
kebakaran.
8. Izin Penggunaan Lift
- PEMERIKSAAN DOKUMEN
Pemeriksaan dokumen yang dilakukan, meliputi :
• Surat pengesahan pemakaian
• Gambar konstruksi
• Wiring Diagram
• Design kekuatan konstruksi bagian yg penting
• Sertifikat bahan
• Log book (maintenance dan manual operation)
• Kartu Lisensi K3 (SIO Operator)
- PEMERIKSAAN VISUAL (BERDASARKAN CEKLIST)
- PEMERIKSAAN TIDAK MERUSAK ( NON DESTRUKTIF TEST/NDT)
- PENGUJIAN FUNGSI
- PENGUJIAN BEBAN
9. Penggunaan Genset
Persyaratan Dasar
– Proteksi untuk keselamatan
– Proteksi sentuh langsung
– Proteksi sentuh tidak langsung
– Proteksi efek termal
– Proteksi arus lebih
– Proteksi arus gangguan
– Proteksi tegangan lebih akibat petir
– Proteksi perlengkapan & instalasi listrik
10. Penggunaan Mekanikal dan Elektrikal
• Instalasi mekanikal & elektrikal pada Bangunan RS meliputi:
– Instalasi transportasi vertikal;
– Instalasi sistem pencahayaan;
– Instalasi sistem kelistrikan; dan
– Instalasi proteksi petir.
Instalasi Kelistrikan
• Instalasi sistem kelistrikan harus memenuhi persyaratan yang
meliputi:
Sumber daya listrik;
Panel hubung bagi;
Jaringan distribusi listrik; ( Denah )
Perlengkapan serta Instalasi listrik untuk
memenuhi kebutuhan Bangunan RS
yang terjamin terhadap aspek
keselamatan manusia;
Keamanan Instalasi listrik beserta
perlengkapannya;
Keamanan Rumah Sakit serta isinya; dan
Perlindungan lingkungan dari bahaya
listrik.
• Instalasi Proteksi Listrik
– Instalasi proteksi bertujuan untuk
mengurangi secara nyata risiko
kerusakan yg disebabkan oleh petir
terhadap Bangunan Rumah Sakit,
termasuk manusia, peralatan, dan
perlengkapan bangunan lainnya dalam
Bangunan Rumah Sakit.