Anda di halaman 1dari 88

PENGELOLAAN K3

PADA BANGUNAN &


PRASARANA
RUMAH SAKIT
Data BPJS Ketenagakerjaan
menyebutkan ada 101.367
kasus di 17.069 perusahaan
dari 359.724 perusahaan
yang terdaftar dengan korban
meninggal dunia sebanyak
2.382 orang sampai dengan
bulan November tahun 2016.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Mampu Mengetahui Perencanaan Sistem Utilitas
HOSPITAL HAZARD ON UTILITY ( CASE )
Robohnya lisplank karena lapuk. Kelalaian staf/pasien dalam
Penggunaan electric couter yang tidak pemilihan kran air panas.
tepat. Meledaknya panel TM oleh binatang.
Tertukarnya Outlet gas medik. Terganggunya peralatan EEG oleh
Terjebaknya pasien di dalam lift. pemancar.
Meninggalnya pasien di ruang MRI. Resonansi suara pada void gedung.
Tidak berfungsinya Genset. Terganggunya peralatan EEG, ECG,
Pengoplosan obat kemoterapi tidak USG oleh getaran tiang pancang.
sesuai prosedur.
Penggunaan motor AC untuk tempat
Terbakarnya lengan bayi di dalam tidur listrik.
Inkubator.
Terganggunya komputer sistem
Jatuhnya pasien dari jendela lantai 8 (
Ketinggian ). informasi, LINAC oleh surge / spike /
transient.
Meledaknya steam boiler.
Terganggunya exposure X-Ray
Meledaknya panel listrik.
karena low voltage.
Kebakaran di power house, dll.
Kasus lainnya yang tidak dilaporkan.
ALI SYAHRUL CHAIRUMAN
Ketua Komite K3
Ka Pokja MFK
Ka Green Hospital
Pembimbing Teknis Akreditasi
Sekjen PAKKI Pusat
( Perhimpunan Ahli Kesehatan Kerja Indonesia )

D3 – Radiologi
S1 – K3 FKMUI
S2 – K3 FKMUI

Kantor : Jl. RS Fatmawati, Cilandak, Jak-Sel


Rumah : Putih Residence Blok C No.4,
Sawangan, Depok, Jawa Barat.
0812-8892-5272 -
(1+3)
TUJUAN PEMBELAJARAN

TPU
Setelah mengikuti materi ini peserta
mampu mengetahui pengelolaan K3
bangunan dan prasarana di rumah
sakit.
Bangunan Rumah Sakit harus memenuhi “Keandalan Bangunan”,
UU Bangunan Gedung No, 28 Tahun 2002

Keandalan Bangunan Mencakup :


1. Keselamatan  Bangunan
Proteksi Petir
Proteksi Kebakaran
Proteksi Listrik
2. Kemudahan  Transportasi dalam Gedung.
3. Kesehatan  Ventilasi
Sanitasi, Drainase dan Plumbing
4. Kenyamanan  Kondisi Termal Ruang
Kebisingan
Getaran
UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Bagian Ketiga tentang Bangunan, pasal 9
butir (b) menyebutkan bahwa Persyaratan
teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai
dengan fungsi, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan
serta perlindungan dan keselamatan
bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak, dan orang usia anjut.

standar pelayanan,
Pasal 11 (2 ) Prasarana RS harus memenuhi
keamanan serta keselamatan dan kesehatan kerja
Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari
PERMENKES NOMOR 66 aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja
TAHUN 2016 TENTANG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) huruf f bertujuan untuk
KESELAMATAN DAN
menciptakan lingkungan kerja yang aman
KESEHATAN KERJA dengan memastikan kehandalan sistem
RUMAH SAKIT utilitas dan meminimalisasi risiko yang
mungkin terjadi.
Dalam standar akreditasi KARS, Keselamatan bangunan gedung
masuk dalam Manajemen Keselamatan dan Fasilitas ( MFK ) khususnya
pada :
MFK : Standar 4, 4.1, 4.2
RS mempunyai program
pengelolaan
keselamatan & keamanan melalui penyediaan
fasilitas fisik dan menciptakan lingkungan yang aman
bagi pasien, keluarga, pengunjung, dan staf
MFK : Standar 9, 9.1, 9.2, 9.2.1, 9.3.
RS menetapkan & melaksanakan program untuk
memastikan semua sistem utilitas (sistem
pendukung) berfungsi efisien dan efektif yang
meliputi pemeriksaan, pemeliharaan, dan
perbaikan sistem utilitas ( performance )
Sarana Segala sesuatu benda fisik
yang dapat tervisualisasi mata maupun
teraba oleh panca indra dan dengan
mudah dapat dikenali oleh pasien dan
(umumnya) merupakan bagian dari
suatu gedung ataupun bangunan
gedung itu sendiri.

Prasarana Benda maupun


jaringan / instalasi yang membuat
suatu sarana yang ada bisa
berfungsi sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
HOSPITAL ENGINEERING
TUJUAN Program K3 bangunan Gedung dan prasarana RS :
1. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko
2. Memastikan bahwa gedung/ bangunan, peralatan
dan sistem yang digunakan tidak menimbulkan
bahaya bagi penghuni
3. Mencegah terjadinya kecelakaan / cidera / PAK
4. Menciptakan kondisi yang menjamin keselamatan
dan keamanan bagi pasien, keluarga, karyawan,
pengunjung, vendor dan lainnya
5. Terwujudnya bangunan gedung Rumah Sakit sesuai
fungsi yang ditetapkan
6. Memenuhi persyaratan teknis: keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan serta
kelestarian lingkungan di rumah sakit
PERSYARATAN K3 PADA BANGUNAN GEDUNG

PERSYARATAN KESELAMATAN

• Persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung


beban muatan. Tolak ukurnya adalah struktur yang stabil dan kukuh
dalam mendukung beban muatan tersebut sampai dengan kondisi
pembebanan maksimum. Hal ini bertujuan agar bila terjadi keruntuhan,
pengguna bangunan gedung masih dapat menyelamatkan diri.
• Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran, melalui sistem proteksi pasif
dan/atau proteksi aktif.
• Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah
bahaya petir,melalui sistem penangkal petir
PERSYARATAN
KESEHATAN
• Persyaratan sistem penghawaan, mengakomodasi kebutuhan sirkulasi
dan pertukaran udara ( ventilasi alami, dan/atau ventilasi buatan ).
• Persyaratan sistem pencahayaan, memenuhi kebutuhan pencahayaan yg
ada pada bangunan gedung ( Pencahayaan alami, buatan, darurat ).
• Persyaratan sistem sanitasi, harus disediakan di dalam dan di luar
bangunan gedung. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air
kotor, air limbah, dan sampah, serta penyaluran air hujan dan sebaiknya
mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, tidak membahayakan,
serta tidak menggangu lingkungan.
• Persyaratan penggunaan bahan bangunan gedung, harus aman bagi
kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan.
PERSYARATAN KENYAMANAN
• Kenyamanan ruang gerak, diperoleh dari
dimensi ruang yang cukup serta tata letak
ruang yang baik dan sesuai fungsi, sehingga
memberikan kenyamanan bergerak dalam
ruangan.
• Kenyamanan hubungan antar ruang,
berhubungan dengan tata letak ruang dan
sirkulasi antar ruang di dalam bangunan
gedung. Desain ruangan yang fungsional
merupakan kunci untuk mendapatkan sirkulasi
yang baik, sehingga tercipta pola aktivitas
penghuni yang nyaman.
PERSYARATAN
KENYAMANAN

• Kenyamanan kondisi udara dalam ruang, merupakan tingkat kenyamanan


yang diperoleh dari temperatur dan kelembaban di dalam ruang.
• Kenyamanan pandangan, merupakan suatu kondisi terpenuhinya hak
pribadi setiap orang dalam melaksanakan kegiatannya di dalam bangunan
gedung tanpa terganggu kegiatan bangunan gedung lain di sekitarnya.
• Kenyamanan tingkat getaran dan tingkat kebisingan, merupakan tingkat
kenyamanan yang ditentukan oleh suatu keadaan tidak terganggunya
penggunan dan fungsi bangunan gedung oleh getaran atau kebisingan yang
timbul, baik dari dalam bangunan gedung maupun dari lingkungannya.
PERSYARATAN KEMUDAHAN

Persyaratan kemudahan merupakan


kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam
bangunan gedung, serta kelengkapan sarana
dan prasarana dalam pemamfaatan
bangunan gedung.
Kemudahan tersebut meliputi tanda arah
(signage), koridor, tangga, ram, lift, toilet dan
sarana evakuasi tersedianya fasilitas dan
aksesibilitas yang mudah, aman, dan
nyaman termasuk bagi penyandang cacat
dan lanjut usia.
Persyaratan Tata Bangunan terkait Aspek K3
• Bentuk denah bangunan Rumah Sakit
simetris dan sederhana untuk mengantisipasi
kerusakan apabila terjadi gempa.
• Massa bangunan harus mempertimbangkan
sirkulasi udara dan pencahayaan.
• Tata letak bangunan-bangunan (siteplan) dan
tata ruang dalam bangunan harus
mempertimbangkan zonasi berdasarkan
tingkat risiko penularan penyakit, zonasi
berdasarkan privasi, dan zonasi berdasarkan
kedekatan hubungan fungsi antar ruang
pelayanan.
• Tinggi rendah bangunan harus dibuat tetap
menjaga keserasian lingkungan & peil banjir.
• Aksesibilitas di luar dan di dalam bangunan
harus mempertimbangkan kemudahan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat
dan lansia.
• Bangunan Rumah Sakit harus menyediakan
area parkir kendaraan dengan jumlah area
yang proporsional disesuaikan dengan
peraturan daerah setempat.
• Perancangan pemanfaatan tata ruang dalam bangunan harus efektif
sesuai dengan fungsi-fungsi pelayanan
Sistem dan peralatan untuk mendukung
layanan penting bagi keselamatan pasien.
Definisi Sistem utilitas sering disebut sistem
penunjang.
utilitas Sistem ini mencakup jaringan listrik, air,
ventilasi dan aliran udara, gas medik,
adalah perpipaan, uap panas, limbah, serta sistem
komunikasi dan data.

HARUS TERPENUHI

Persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung


pada umumnya, sesuai dengan ketentuan Per-UU / Regulasin.
HOSPITAL ON UTILITY SYSTEM ???

NO JENIS SISTEM UTILITAS TERDIRI ATAS


/ PENUNJANG
Pengelolaan Prasarana RS dari aspek K3 meliputi :

Sistem Kelistrikan
(mulai dari suplai PLN/20KV, panel tegangan
menengah, trafo, panel distribusi, instalasi stop
kontak dan penerangan, generator set dan
grounding, dll )
Sistem Pengkondisian Udara (AC)
(Chiller, Air Handling Unit, Fan Coil, Ducting,
Diffuser/Grille, Filter, sistem sirkulasi udara, dll )
Sistem Pendistribusian Air Bersih
(Suplai air, reservoir, treatment, pompa,
pressure tank, distribusi, outlet dan sanitair, dll )
Sistem Pembuangan Air Kotor / Limbah
(Pipa pembuangan bak pengumpul, trap,
STP/IC PD PAL)
Sistem Deteksi Kebakaran
(Heat & smoke detector, alarm,
announciator, dll )
Sistem Penanggulangan Kebakaran
(Extinguisher, hydrant, springkler,
pressure fan, fire escape/evakuasi, dll )
Sistem Medical Gas
(O2, N2, N2O, Compress Air, vacuum,
collum ceilling, wall outlet, bed head,
pendant, dll )
 Sistem Uap dan Air Panas
(Boiler, hot water tank, steam generator,
steam trap, dll )
 Sistem Transportasi Vertikal
(elevator, escalator, dumbwaiter, gondola,
document dan speciment transfer, dll )
 Sistem Telekomunikasi
(PABX dan telephone, nurse call, pager,
HT, dll )
 Sistem Audio dan Video
(TV, sound system, PA, Integrated
Hospital Information System, dll )
 Sistem Proteksi,
( Radiasi, X-Ray, Magnetic Field, RF Field,
Lightening, dll ).
 Sistem Sekuriti
( CCTV, Magnetic Card Access, Infra Red )
 Sistem Steriliasi
( Ruang peralatan dan instrumen serta
bahan-bahan desinfektan)
 Sistem Bahan Bakar
( Solar, LPG, Gas Kota, Minyak Tanah, Oli )
KEY SYSTEM
 Solid Waste Disposal dan House Keeping
(Bak sampah dan Incinerator)
PERSYARATAN BAKU SELURUH SISTEM RUMAH SAKIT

 Kapasitas harus cukup.

 Kualitas harus baik.

 Keandalan harus tinggi.

 Kesinambungan fungsi harus terjamin.

 Keamanan dan keselamatan


penggunaan harus terjamin.
Semua prasarana tersebut
harus memenuhi standar
pelayanan, keamanan, serta
keselamatan dan kesehatan
kerja penyelenggaraan rumah
sakit, untuk itu maka prasarana
tersebut harus dalam keadaan
terpelihara dan berfungsi
dengan baik.
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PROYEK KONSTRUKSI
1. Pada umumnya memiliki waktu / masa kerja yang terbatas dalam
hitungan bulan atau beberapa tahun saja / Multiyears.
2. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan cukup besar ( Dominan tenaga
kerja kasar yang memiliki pendidikan relatif rendah ).
3. Intensitas kerja yang sangat tinggi karena sangat dibatasi oleh waktu
penyelesaian kegiatan proyek konstruksi.
4. Proyek konstruksi diperlukan berbagai disiplin ilmu dan multi crafts.
5. Peralatan kerja yang beragam dari alat / perkakas kerja tangan sampai
berteknologi tinggi serta penggunaan alat-alat berat, peralatan, materiil
dan tenaga kerja memiliki mobilitas yang tinggi.
JENIS-JENIS BAHAYA PADA KEGIATAN KONSTRUKSI
1. Physical Hazards berupa kekeringan, suhu, cahaya, getaran radiasi.
2. Chemical Hazards dapat berupa bentuk padat, cair dan gas.
3. Electrical Hazards berupa sengatan listrik, kebakaran karena listrik.
Banyaknya instalasi listrik bersifat sementara & kadang tidak terkendali.
4. Mechanical Hazards Atau bahaya kecelakaan yang diakibatkan oleh
peralatan kerja tangan, mesin / pesawat sampai kepada alat berat.
5. Physiological Hazards yaitu cara kerja atau alat kerja yang tidak tepat,
berkaitan dengan, pekerjaan yang monoton yang membuat kejenuhan,
lokasi tempat kerja terpencil sehingga membuat kebosanan dll.
6. Biological Hazards disebabkan oleh serangga, bakteri, virus, parasit, dll.
PENGENDALIAN

Hierarki pengendalian
tersebut antara lain
ialah eliminasi,
substitusi,
perancangan,
administrasi dan
alat pelindung diri
(APD).
UNSUR-UNSUR TERKAIT PROYEK KONSTRUKSI
1. Pemilik proyek adalah penyandang dana sebagai pemilik yang memberikan
kepercayaan kepada kontraktor ( proyek konstruksi ).
2. Kontraktor adalah perusahaan jasa konstruksi yang diberi kepercayaan oleh pemilik
proyek untuk mengerjakan suatu kegiatan proyek konstruksi.
3. Sub-kontraktor adalah perusahaan jasa yang membantu berbagai macam tugas
kontraktor dalam kegiatan proyek konstruksi bangunan.
4. Pekerja proyek & Pekerja Subkon.
5. Pemasok adalah perusahaan yang bekerja di bidang jasa yang mensuplai barang-
barang / alat-alat kebutuhan proyek konstruksi bangunan.
6. Masyarakat adalah masyarakat atau yang dapat ikut berpartisipasi.
7. Instruksi teknis adalah pemerintah yang terkait dengan kegiatan proyek konstruksi
bangunan baik dalam bentuk administratif maupun terkait.
8. Pelaksanaan proyek kontruksi dimulai setelah ada penilaian oleh tim K3 atau tim
penilai lainnya yang menyatakan bahwa proyek tersebut memenuhi aspek K3.
STRATEGI PENERAPAN K3 PADA PROYEK KONSTRUKSI
1. Identification Setiap kegiatan proyek konstruksi memiliki karakteristik
yang berbeda. ( Mapping potensi bahaya menurut area / aktifitas )
2. Evaluation Dari hasil identifikasi dilakukan evaluasi tentang potensi
bahaya untuk menentukan skala prioritas berdasarkan hazards rating.
3. Develops the plan susun rencana pengendalian dan pencegahan
kecelakaan, Terapkan konsep baku SMK3, Susunlah pekerjaan
implementasi dan program-program K3 yang akan dilakukan.
4. Implementasi - Buat rencana untuk mengimplementasikan konsep
pengendalian dengan baik. ( Siapkan sumber daya yang diperlukan untuk
menjalankan program K3 buatlah kebijakan K3 terpadu.
5. Monitoring - Buatlah program untuk memonitor pelaksanaan K3, untuk
mengetahui apakah program tersebut telah terlaksana baik atau tidak. -
Susun lalu audit internal serta inspeksi yang baik sesuai dengan kondisi
ELEMEN PROGRAM K3 KONSTRUKSI
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja

a. Pihak manajemen harus membuat


kebijakan K3 yang akan menjadi landasan
keberhasilan K3 dalam kegiatan proyek
konstruksi. Isi kebijakan merupakan
komitmen dan dukungan dari manajemen
puncak terhadap pelaksanaan K3.
b. Kebijakan K3 tersebut harus direalisasikan
kepada seluruh karyawan dan digunakan
sebagai kesadaran kebijakan proyek yang
lain.
Administratif dan prosedur
a. Menetapkan sistem organisasi pengelolaan K3 ( personil ).
b. Menetapkan prosedur dan sistem kerja K3.
c. Kontraktor harus memiliki :
– Organisasi yang mempunyai K3 ( sesuai lingkup
kegiatan ).
– Akses kepada penanggung jawab proyek.
– Personal yang cukup yang bertanggung jawab
mengelola kegiatan K3.
– Personil atau pekerja yang cakap dan kompeten.
– Kelengkapan dokumen kerja dalam perizinan yang
berlaku
– Manual K3 sebagai kebijakan K3 dalam perusahaan /
proyek.
– Prosedur kerja akan sesuai dgn jenis pekerjaan.
Identifikasi bahaya
a. Sebelum memulai sesuatu pekerjaan, harus dilakukan identifikasi
bahaya, guna mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan.
b. Identifikasi bahaya dilakukan bersama pengadaan pekerjaan, safety
committee ( K3 ), IPSRS, ISP, PPI.
c. Identifikasi bahaya menggunakan teknik yang sudah baru seperti check
list, what If, HIRA, hazards dan sebagainya.
d. Semua hasil identifikasi bahaya harus didokumentasikan dengan baik
dan dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
e. Identifikasi bahaya harus dilakukan pada setiap tahapan proyek yang
meliputi - Design phase - Procurement - Konstruksi - Commissioning dan
start up - Penyerahan kepada pemilik.
Project safety review
a. Sesuai dengan perkembangan proyek, dilakukan
kajian K3 yang mencakup kehandalan K3 dalam
rancangan dan pelaksanaan pembangunannya.
b. Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa
proyek dibangun dengan standar keselamatan yang
baik sesuai dengan persyaratan.
c. Bila diperlukan kontraktor harus melakukan project
safety review untuk setiap tahapan kegiatan kerja,
terutama bagi kontraktor EPC (Engineering,
Procurement, Construction).
d. Project safety review bertujuan untuk mengevaluasi
potensi bahaya dalam setiap tahapan project secara
sistematis.
Pembinaan dan pelatihan
a. Pembinaan dan pelatihan K3 untuk semua karyawan dan dilakukan suatu
proyek dimulai dan dilakukan secara berkala.
b. Materi pembinaan dan pelatihan antara lain :
- Kebijakan K3 proyek
- Cara bekerja dengan aman
- Cara penyelamatan dan penanggulangan dalam keadaan darurat.
- Dan lain-lain.
Safety Committee tingkat proyek konstruksi
Safety Promotion
Safe working practices
Sistem izin kerja
• Safety inspection  untuk meyakinkan bahwa tidak ada “unsafe act
maupun unsafe condition” di lingkungan kegiatan proyek harus
dilakukan secara berkala dan dapat dilakukan oleh petugas K3 atau
dibentuk joint inspection semua unsur dan sub kontraktor.
• Equipment inspection.
• Keselamatan Kontraktor (Contractor Safety) yang meminta kontraktor
maupun sub kontraktor harus memenuhi standar keselamatan yang
telah ditetapkan dan setiap sub kontraktor harus patuh.
• Keselamatan Transportasi
• Pengelolaan Lingkungan
• Pengelolaan limbah dan K3
• Keadaan darurat / bencana
• Accident Investigation and Reporting System
• Audit K3 Proyek konstruksi
PEMELIHARAAN BANGUNAN
1. ARSITEKTUR Memelihara secara baik dan teratur jalan keluar sebagai
sarana penyelamat (egress) bagi pekerja (Dokter, perawat dan staf
administrasi) dan pengguna (pasien dan penunggu pasien) Rumah Sakit.
2. STRUKTURAL - Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur struktur
bangunan gedung RS dari pengaruh korosi, cuaca, kelembaban, dan
pembebanan di luar batas kemampuan struktur, serta pencemaran lainnya.
3. HOUSEKEEPING / KERUMAHTANGGAAN - Meliputi seluruh kegiatan
Housekeeping yang membahas hal-hal terkait dengan sistem pemeliharaan
dan perawatan bangunan gedung Rumah Sakit, di antaranya mengenai
Cleaning Service, Landscape, Pest Control, General Cleaning mulai dari
persiapan pekerjaan, proses operasional sampai kepada hasil kerja akhir.
4. PEMELIHARAAN SARANA GEDUNG - Pemeliharaan Saluran Air Kotor,
Saluran Air Bersih, Sanitair Peralatan, dll
PERAWATAN BANGUNAN
Meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian bangunan, komponen,
bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan dokumen
rencana teknis perawatan bangunan gedung, dengan mempertimbangkan
dokumen pelaksanaan konstruksi meliputi :
- RENOVASI Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan
maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik
arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya.
- REHABILITASI Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud
menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun
struktur bangunan gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat
berubah.
- RESTORASI Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan
maksud menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan
tetap mempertahankan arsitektur bangunannya.
PENGAWASAN BANGUNAN .
Pengawasan bangunan meliputi :
1. Pengendalian teknis; ( Aspek mutu hasil pekerjaan, volume pekerjaan, waktu
penyelesaian pekerjaan, biaya keseluruhan pekerjaan.
2. Pengendalian atas proses koordinasi terkait
3. Pengendalian administrasi kegiatan
4. Evaluasi rencana kegiatan
5. Value engineering; dan
6. Pelaporan. .
PEMERIKSAAN BANGUNAN Pemeriksaan terhadap kondisi bangunan dimaksudkan
untuk sedini mungkin mengidentifikasi bilamana terdapat kerusakan-kerusakan pada
struktur bangunan sehingga penanganan yang efektif dan efisien dapat dilakukan
sesuai dengan kondisi kerusakan yang terjadi
PENGUJIAN BANGUNAN - Persyaratan teknis Keandalan bangunan gedung. - Faktor
kekuatan struktur bangunan. - Faktor proteksi bangunan terhadap sambaran petir dan
sengatan listrik. - Faktor proteksi bangunan terhadap kebakaran.
YANG HARUS PENGELOLAAN RISIKO K3
DILAKUKAN PADA PRASARANA RUMAH SAKIT
A.INVENTARISASI PRASARANA
Inventarisasi prasarana adalah kegiatan
pengumpulan data prasarana rumah sakit
meliputi jenis, jumlah, lokasi penempatan
serta kondisi dari prasarana rumah sakit
B.INSPEKSI K3 PRASARANA
Inspeksi K3 prasarana adalah kegiatan
pemeriksaan secara visual dengan
menggunakan formulir / cek list terhadap
kondisi prasarana dengan melihat kondisi
aman atau tidak aman
YANG HARUS PENGELOLAAN RISIKO K3
DILAKUKAN PADA PRASARANA RUMAH SAKIT

C. PEMELIHARAAN PRASARANA adalah kegiatan


menjaga keandalan prasarana laik fungsi
D. PEMERIKSAAN PRASARANA merupakan kegiatan
pengamatan secara visual dan mencatat nilai indikator,
gejala atau kondisi prasarana meliputi komponen/unsur
utilitas (mekanikal dan elektrikal) untuk mengetahui
kesesuaian atau peyimpanan sesuai spesifikasi teknis
yang ditetapkan semula
E. PENGUJIAN PRASARANA adalah kegiatan
pemeriksaan dengan menggunakan peralatan termasuk
penggunaan fasilitas laboratorium untuk menghitung dan
menetapkan nilai indikator meliputi utilitas mekanikal
elektrikaluntuk mengetahui kesesuaian atau peyimpanan
sesuai spesifikasi teknis yang ditetapkan semula
King dan Hudson (1985) menyatakan bahwa kematian pada proyek
konstruksi di negara-negara berkembang lebih tinggi 3 kali lipat
dibandingkan dengan di negara-negara maju sebagai akibat penegakan
hukum yang sangat lemah. Tingginya tingkat risiko ini akan berpengaruh
terhadap keseluruhan tingkat keberhasilan pekerjaan konstruksi.

Kegagalan penerapan sistem K3


berpotensi menimbulkan berbagai
dampak negatif seperti penundaan
penyelesaian proyek, menurunnya
produktifitas kerja, membengkaknya
anggaran, rusaknya citra perusahaan
penyedia jasa, serta akibat-akibat
negatif lainnya.
Komite Keselamatan Konstruksi ( Maret 2018 )
Komite ini terdiri atas tiga subkomite, yaitu :
1.Subkomite Jalan dan Jembatan,
2.Subkomite Sumber Daya Air dan
3.Subkomite Bangunan Gedung.
 Hal ini untuk memastikan keamanan dan keselamatan, tak
hanya saat pekerjaan dilaksanakan, tetapi juga saat konstruksi
selesai.
 Sertifikasi dilakukan sejak perencanaan desain sebelum
pekerjaan dimulai dan Setelah itu, akan kembali dilakukan
sertifikasi kembali.
MANAJEMEN FASILITAS
DAN KESELAMATAN
DALAM PENGELOLAAN
ASPEK K3
PADA BANGUNAN &
PRASARANA RS
v SISTEM UTILITAS (SISTEM PENUNJANG)

Standar MFK 9
Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan program untuk memastikan
semua sistem utilitas (sistem pendukung) berfungsi efisien dan efektif
yang meliputi pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas.

Asuhan pasien rutin dan darurat berjalan selama 24 jam terus menerus,
setiap hari, dalam waktu 7 hari dalam seminggu.
Jadi, kesinambungan fungsi utilitas merupakan hal esensial untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Termasuk listrik dan air harus tersedia
selama 24 jam terus menerus, setiap hari, dalam waktu 7 hari dalam
seminggu.
Manajemen utilitas yang baik dapat menghasilkan sistem utilitas berjalan
efektif dan mengurangi potensi risiko yang timbul. RS perlu regulasi
pengelolaan sistem utilitas, minimal :
a)Ketersediaan air dan listrik 24 jam setiap hari dan dalam waktu tujuh
hari dalam seminggu secara terus menerus;
b)Membuat daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitas,
memetakan pendistribusiannya, dan melakukan update secara berkala;
c) Pemeriksaan, pemeliharaan, serta perbaikan semua komponen utilitas
yang ada di daftar inventaris;
d)Jadwal pemeriksaan, testing, dan pemeliharaan semua sistem utilitas
berdasar atas kriteria seperti rekomendasi dari pabrik, tingkat risiko,
dan pengalaman rumah sakit;
e)Pelabelan pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu
pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian.
Elemen Penilaian MFK 9
1. Rumah sakit mempunyai sistem pemantauan dan bertindak terhadap
pemberitahuan mengenai peralatan medis yang berbahaya,
recall/penarikan kembali, laporan insiden, masalah, dan kegagalan
pada peralatan medis. (R)
2. Rumah sakit membahas pemberitahuan peralatan medis yang
berbahaya, alat medis dalam penarikan (under recall), laporan
insiden, serta masalah dan kegagalan pada peralatan medis. (D,W)
3. Rumah sakit telah melaporkan seluruh insiden keselamatan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan apabila terjadi kematian,
cedera serius, atau penyakit yang disebabkan oleh peralatan medis.
(D,W)
Standar MFK 9.1
Dilakukan pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas.

Elemen Penilaian MFK 9.1


1.Rumah sakit mempunyai regulasi inventarisasi, pemeliharaan, dan
inspeksi dengan kriteria yang ditentukan untuk sistem utilitas penting
yang dilakukan secara berkala. (R)
2.Rumah sakit mempunyai daftar sistem utilitas di rumah sakit dan daftar
system utilitas penting. (D,W)
3.Sistem utilitas dan komponen telah diinspeksi secara teratur/berdasar
atas kriteria yang disusun rumah sakit. (D,O)
4.Sistem utilitas dan komponen diuji secara teratur berdasar atas kriteria
yang sudah ditetapkan. (D,W)
5.Sistem utilitas dan komponen dipelihara berdasar atas kriteria yang
sudah ditetapkan. (D,O)
6.Sistem utilitas dan komponen diperbaiki bila diperlukan. (D,O)
Standar MFK 9.2
Sistem utilitas rumah sakit menjamin tersedianya air bersih dan listrik
sepanjang waktu serta menyediakan sumber alternatif persediaan air dan
tenaga listrik jika terjadi terputusnya sistem, kontaminasi, atau kegagalan.
Rumah Sakit agar mempunyai regulasi yang antara lain meliputi :
a) Mengidentifikasi peralatan, sistem, serta area yang memiliki risiko paling tinggi
terhadap pasien dan staf (sebagai contoh, rumah sakit mengidentifikasi area yang
membutuhkan penerangan, pendinginan (lemari es), bantuan hidup/ventilator,
serta air bersih untuk membersihkan dan sterilisasi alat);
b) Menyediakan air bersih dan listrik 24 jam setiap hari dan 7 hari seminggu;
c) Menguji ketersediaan serta kehandalan sumber tenaga listrik dan air bersih
darurat/pengganti/back-up;
d) Mendokumentasikan hasil-hasil pengujian;
e) Memastikan bahwa pengujian sumber alternatif air bersih dan listrik dilakukan
setidaknya setiap 6 bulan atau lebih sering jika dipersyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan di daerah, rekomendasi produsen, atau kondisi sumber listrik
dan air.
Elemen Penilaian MFK 9.2
1. Rumah sakit mempunyai regulasi sistem utilitas yang meliputi butir 1
sampai dengan 5 pada maksud dan tujuan. (R)
2. Air bersih harus tersedia selama 24 jam setiap hari, 7 hari dalam
seminggu. (O,W)
3. Listrik tersedia 24 jam setiap hari, 7 hari dalam seminggu. (O,W)
4. Rumah sakit mengidentifikasi area dan pelayanan yang berisiko paling
tinggi bila terjadi kegagalan listrik atau air bersih terkontaminasi atau
terganggu. (D,W)
5. Rumah sakit berupaya mengurangi risiko bila hal itu terjadi (tata kelola
risiko). (D,W)
6. Rumah sakit mempunyai sumber listrik dan air bersih alternatif dalam
keadaan emergensi. (D,W,O)
Elemen Penilaian MFK 9.2.1
1. Rumah sakit mempunyai regulasi uji coba sumber air bersih dan listrik
alternative sekurangnya 6 bulan sekali atau lebih sering bila
diharuskan oleh peraturan perundang-undanganan yang berlaku atau
oleh kondisi sumber air. (R)
2. Rumah sakit mendokumentasi hasil uji coba sumber air bersih
alternative tersebut. (D,W)
3. Rumah sakit mendokumentasi hasil uji sumber listrik alternatif
tersebut. (D,W)
4. Rumah sakit mempunyai tempat dan jumlah bahan bakar untuk
sumber listrik alternatif yang mencukupi. (O,W)
Standar MFK 9.3
Rumah sakit melakukan pemeriksaan air bersih dan air limbah secara
berkala sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.

Maksud dan Tujuan MFK 9.3


Mutu air juga kritikal di dalam proses asuhan klinik seperti pada dialisis
ginjal. Jadi, rumah sakit menetapkan proses monitor mutu air termasuk
tes (pemeriksaan) biologik air yang dipakai untuk dialisis ginjal. Tindakan
dilakukan jika mutu air ditemukan tidak aman.
Monitor dilakukan paling sedikit 3 bulan sekali atau lebih cepat
mengikuti peraturan perundang-undangan, kondisi sumber air, dan
pengalaman yang lalu dengan masalah mutu air. Monitor dapat dilakukan
oleh yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan seperti itu.
Karena itu, RS perlu mempunyai regulasi sekurang-kurangnya meliputi :
a)Pelaksanaan monitoring mutu air bersih paling sedikit satu tahun
sekali. Untuk pemeriksaan kimia minimal setiap 6 bulan atau lebih
sering bergantung pada ketentuan peraturan perundang-undangan,
kondisi sumber air, dan pengalaman sebelumnya dengan masalah
mutu air. Hasil pemeriksaan didokumentasikan;
b)Pemeriksaan air limbah dilakukan setiap 3 bulan atau lebih sering
bergantung pada peraturan perundang-undangan, kondisi sumber air,
dan hasil pemeriksaan air terakhir bermasalah. Hasil pemeriksaan
didokumentasikan;
c) Pemeriksaan mutu air yang digunakan untuk dialisis ginjal setiap
bulan untuk menilai pertumbuhan bakteri dan endotoksin.
Pemeriksaan tahunan untuk menilai kontaminasi zat kimia. Hasil
pemeriksaan didokumentasikan.
d)Melakukan monitoring hasil pemeriksaan air dan perbaikan bila
diperlukan.
Elemen Penilaian MFK 9.3
1. Rumah sakit mempunyai regulasi sekurang-kurangnya meliputi butir 1
sampai dengan 4 pada maksud dan tujuan. (R)
2. Rumah sakit telah melakukan monitoring mutu air sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan terdokumentasi. (D,W)
3. Rumah sakit telah melakukan pemeriksaan air limbah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan terdokumentasi. (D,W)
4. Rumah sakit telah melakukan pemeriksaan mutu air yang digunakan
untuk dialisis ginjal yang meliputi pertumbuhan bakteri dan endotoksin
serta kontaminasi zat kimia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan terdokumentasi. (D,W)
5. Rumah sakit telah menindaklanjuti hasil pemeriksaan mutu air yang
bermasalah dan didokumentasikan. (D,W)
DENAH
RSUP FATMAWATI
HOSPITAL HAZARD ON UTILITY ???

NO JENIS HAZARD SISTEM TERDIRI ATAS


UTILITAS / PENUNJANG / DAMPAK
HOSPITAL HAZARD
ON UTILITY
1. BAHAYA KEBAKARAN
Akibat dari :
• Hubungan singkat listrik / Konsleting / Pong
• Api rokok.
• Kebocoran gas bakar.
• Penggunaan las, kompor gas, lampu minyak, lilin, cairan/bahan yang
mudah terbakar dengan cara yang tidak tepat dan benar.
• Kualitas produk alat listrik yang jelek (kapasitor, ballast, fuse, busbar,
kabel, fan, saklar, dll)

2. BAHAYA AKIBAT TERJADINYA GANGGUAN PETIR (LIGHTNING STRIKE)

• Kebakaran.
• Kerusakan alat secara berantai.
3. BAHAYA AKIBAT LEDAKAN
Terjadi pada sistem :
• Steam (boiler).
• Gas bakar.
• Gas medik dengan percikan bara api/loncatan listrik.
• Udara tekan.
• Hubungan singkat listrik (panel dan kabel).

4. BAHAYA TEGANGAN SENTUH


Tersentuh langsung dengan bagian yang bertegangan.
Tersentuh langsung dengan penutup alat (body/ case)
akibat arus bocor (kegagalan isolasi).
Tersentuh tidak langsung melalui orang lain.
5.BAHAYA AKIBAT TERJADINYA FLUKTUASI TEGANGAN YANG EKSTRIM
• Daya tahan alat menurun.
• Terganggunya sistem pengaman.
• Terjadinya gangguan sinyal semu pada operasi
start-stop alat.
• Konsumsi listrik menjadi lebih besar (Low
Voltage).
6. BAHAYA AKIBAT FREKUENSI LIAR
• Stasiun Pemancar/Relay.
• Peralatan Pembangunan (Mixing Plant).
• Kendaraan Bermotor.
• Pesawat Udara.
• Penggunaan HT dan Ponsel.
7. BAHAYA KEBOCORAN RADIASI
• Dari alat sendiri (reposisi alat).
• Dalam ruang alat.
• Luar ruangan alat.

8. BAHAYA PENGGUNAAN UV LAMP

• Kerusakan fisiologis.
9. BAHAYA PENGARUH MEDAN MAGNIT

• Dalam ruangan alat.


• Di luar ruangan alat.

10. BAHAYA PENCEMARAN/KONTAMINASI KUALITAS AIR DAN UDARA

• Pencemaran pada sumber (PAM, Artesis).


• Pencemaran pada reservoir dan saluran.
• Sistem sirkulasi udara bersih dan kotor.
• Kebocoran gas anestesi, sirkulasi ruang OK.
• Penundaan penggantian absolut/hepa & medium filter AC.
11. BAHAYA INFEKSI NOSOKOMIAL
• Ruang isolasi.
• Proses cuci dan sterilisasi bahan infeksius.
• Sistem sirkulasi udara.
• Sistem alur kegiatan (instrumen, staff, pasien,
pengunjung).
• SOP dan kaidah pengawasan di rumah sakit.

12. BAHAYA KONTAK DENGAN BAHAN ATAU CAIRAN PANAS

• Uap dan air panas.


13. BAHAYA AKIBAT KEBOCORAN CAIRAN ATAU AIR DAN BAHAN KIMIA
• Eter, alkohol.
• Bahan Desinfektan.
• Bahan Bakar.
• Kebocoran/Rembesan Air.

14. BAHAYA AKIBAT KEAUSAN/ FATIGUE PERALATAN

• Gangguan mekanis sistem pengaman.


• Patahnya peralatan.
• Ausnya skrup dan mur/baut.
15. BAHAYA AKIBAT KERETAKAN/ PERUBAHAN /
PENURUNAN STRUKTUR BANGUNAN

• Leveling alat berubah.


• Ledakan pada lantai.
• Kelapukan material
bangunan.
• Renovasi ruangan
(terhadap sistem yang ada).
16. BAHAYA AKIBAT BANJIR, GEMPA DAN KEBAKARAN ( BENCANA LAINNYA )
• Sistem evakuasi dan arahan/jalan untuk keselamatan, rambu, dll.

17. BAHAYA AKIBAT SALAH PROSEDUR PENGGUNAAN SISTEM DAN PERALATAN

• Pewarnaan/penandaan antara lain : instalasi gas medic, panel, dll


• Kelayakan kapabilitisan petugas ( Kompetensi/wewenang ) .

18. BAHAYA AKIBAT KELALAIAN CARA/PROSEDUR PEMELIHARAAN PERALATAN

• Kalibrasi/Pengecekan, SPO pemeliharaan, IPM, PM, CM


HOSPITAL
HAZARD
ON UTILITY
1. Penggunaan Listrik
• Instalasi sistem kelistrikan sebagaimana dimaksud harus
memenuhi persyaratan yang meliputi:

a. Sumber daya listrik; Panel hubung bagi;


Jaringan distribusi listrik;
b. Perlengkapan serta Instalasi listrik untuk
memenuhi kebutuhan Bangunan RS yang
terjamin terhadap aspek keselamatan
c. Keamanan Instalasi listrik beserta
perlengkapannya;
d. Keamanan Rumah Sakit serta isinya; dan
e. Perlindungan lingkungan dari bahaya listrik.
2. Penggunaan Air
• Instalasi Air terdiri dari :
a. Instalasi air minum / bersih; ( PAM, Artesis, Filter )
b. Instalasi air kotor / limbah; ( IPAL, STP ) dan
c. Instalasi air hujan ( Resapan, Saluran, dll ).

BAKU MUTU :
AIR MINUM
AIR BERSIH
AIR LIMBAH
3. Penggunaan tata udara
a. Instalasi ventilasi; dan
b. Instalasi sistem pengkondisian udara.
– Terdiri atas ventilasi alami dan/atau
ventilasi mekanik/buatan sesuai
syarat dan fungsinya.
– Sistem Instalasi tata udara harus
dirancang tidak menyebabkan
terjadinya penularan penyakit.
– Pemasangan Instalasi tata udara
harus mempertimbangkan prinsip-
prinsip penghematan energi dan
ramah lingkungan.
4. Penggunaan Boiler
• Instalasi uap meliputi sumber uap, distribusi uap,
dan terminal uap.
• Sumber uap diperoleh dari boiler (katel uap).
• Penempatan sumber uap harus mudah diamati,
dipelihara, dan tidak membahayakan, mengganggu
dan merugikan lingkungan, bagian Bangunan RS dan
Instalasi lain, serta diperhitungkan berdasarkan
peraturan & standar teknik yang berlaku.
• Uap yang dialirkan untuk dipergunakan pada
peralatan dapur atau keperluan laundry atau jenis
lainnya harus mengikuti peraturan dan standar
teknik yang berlaku.
• Instalasi uap dan kelengkapannya harus diuji
sebelum digunakan dan diperiksa secara berkala
oleh instansi yang berwenang.
5. Penggunaan Gas Medis
• Instalasi gas medik dan vakum medik meliputi :
a. Sumber gas medik dan vakum medik;
b. Jaringan pemipaan sistem gas medik dan vakum medik; dan
c. Terminal sistem gas medik dan vakum medik.
• Sumber gas medik dan vakum medik meliputi :
a. Silinder medik;
b. Oksigen konsentrator;
c. Kompresor udara;
d. Pompa vakum; dan
e. Pompa buangan sisa gas anastesi.
• Terminal sistem gas medik & vakum medik meliputi:
a. Stasiun outlet dan inlet; dan
b. Regulator tabung, yang dipergunakan langsung ke
pasien melalui tabung gas medik.
5. Penggunaan Gas Medis
• Silinder medik meliputi
a. Silinder gas, silinder gas cair (PGS)
b. Container cair (cryogenik).
• Jaringan pemipaan sistem gas
medik dan vakum medik meliputi :
a. Katup;
b. Rakitan buatan pabrik;
c. Rel gas medik (rgm) yang terpasang
pada permukaan;
a. Indikator tekanan dan vakum;
b. Sistem peringatan;
c. Distribusi; dan
d. Penamaan dan identifikasi.
6. Penggunaan Jaringan Komunikasi
• Sistem informasi di Rumah Sakit harus didesain
dengan sistem keamanan yang optimal untuk
menjamin aplikasi hanya dapat diakses oleh
petugas yang berwenang.
• Sistem komunikasi dalam Bangunan Rumah Sakit
dimaksudkan sebagai penyediaan sistem
komunikasi baik untuk keperluan internal
bangunan maupun untuk hubungan ke luar pada
saat terjadi kebakaran dan/atau kondisi darurat
lainnya.
• Sistem komunikasi antara lain sistem telepon,
sistem tata suara (Paging), sistem panggil
perawat, dan sistem voice evacuation.
7. Penggunaan Sistem Pengelolaan Limbah
• Instalasi pengelolaan limbah meliputi:
 Limbah padat ( medis, non medis );
cair; gas; radioaktif; B3.
• Meliputi:
a. Sumber/pewadahan/alat sanitasi;
b. Jaringan; dan
c. Pengolahan akhir.
• Akses ke/dari menuju Instalasi
pengelolaan limbah melalui akses/pintu
layanan servis.
8. Penggunaan Lift
• Lift dengan lebar pintu tidak kurang dari 1,20 meter untuk
memungkinkan lewatnya tempat tidur dan brankar
/tempat tidur pasien bersama dengan pengantarnya.
• Dalam hal lift pengunjung digunakan sebagai lift pasien,
ukuran lift pengunjung harus sama dengan lift pasien
• Setiap bangunan Rumah Sakit yang menggunakan lift
harus menyediakan lift khusus kebakaran yang dimulai
dari lantai dasar bangunan (ground floor).
• Dalam hal Rumah Sakit tidak memiliki lift khusus
kebakaran, lift pasien, lift pengunjung, atau lift servis
dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan
darurat dapat digunakan khusus oleh petugas
kebakaran.
8. Izin Penggunaan Lift
- PEMERIKSAAN DOKUMEN
Pemeriksaan dokumen yang dilakukan, meliputi :
• Surat pengesahan pemakaian
• Gambar konstruksi
• Wiring Diagram
• Design kekuatan konstruksi bagian yg penting
• Sertifikat bahan
• Log book (maintenance dan manual operation)
• Kartu Lisensi K3 (SIO Operator)
- PEMERIKSAAN VISUAL (BERDASARKAN CEKLIST)
- PEMERIKSAAN TIDAK MERUSAK ( NON DESTRUKTIF TEST/NDT)
- PENGUJIAN FUNGSI
- PENGUJIAN BEBAN
9. Penggunaan Genset
Persyaratan Dasar
– Proteksi untuk keselamatan
– Proteksi sentuh langsung
– Proteksi sentuh tidak langsung
– Proteksi efek termal
– Proteksi arus lebih
– Proteksi arus gangguan
– Proteksi tegangan lebih akibat petir
– Proteksi perlengkapan & instalasi listrik
10. Penggunaan Mekanikal dan Elektrikal
• Instalasi mekanikal & elektrikal pada Bangunan RS meliputi:
– Instalasi transportasi vertikal;
– Instalasi sistem pencahayaan;
– Instalasi sistem kelistrikan; dan
– Instalasi proteksi petir.
Instalasi Kelistrikan
• Instalasi sistem kelistrikan harus memenuhi persyaratan yang
meliputi:
Sumber daya listrik;
Panel hubung bagi;
Jaringan distribusi listrik; ( Denah )
Perlengkapan serta Instalasi listrik untuk
memenuhi kebutuhan Bangunan RS
yang terjamin terhadap aspek
keselamatan manusia;
Keamanan Instalasi listrik beserta
perlengkapannya;
Keamanan Rumah Sakit serta isinya; dan
Perlindungan lingkungan dari bahaya
listrik.
• Instalasi Proteksi Listrik
– Instalasi proteksi bertujuan untuk
mengurangi secara nyata risiko
kerusakan yg disebabkan oleh petir
terhadap Bangunan Rumah Sakit,
termasuk manusia, peralatan, dan
perlengkapan bangunan lainnya dalam
Bangunan Rumah Sakit.

Semua bagian konduktif dibonding ( ground )


Semua fasa jaringan RSTNG dipasang Arrester
Bila terjadi sambaran petir pada jaringan instalasi listrik
semua kawat RSTN tegangannya sama tidak ada beda
potensial
Kesesuaian standar, peraturan dan perijinan terkait bangunan dan
prasarana Rumah Sakit
Kontinuitas dalam system Utilitas bagi pasien, keluarga, staf & pengujung;
Mengurangi & mengendalikan bahaya & risiko yang diakibatkan system
utilitas Rumah Sakit
Referensi Acuan:
Dalam melaksanakan pemenuhan sarana dan prasarana Rumah Sakit perlu memperhatikan acuan
sebagai berikut:
1. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Gawat Darurat yang dikeluarkan oleh Direktorat
Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
2. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
3. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Perawatan Intensive yang dikeluarkan oleh
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
4. Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistm Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik yang
dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
5. Pedoman Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit Kelas A,B,C dan D yang dikeluarkan oleh
Ditjen Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan.
6. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Instalasi Sterilisasi Sentral (CSSD) yang dikeluarkan oleh
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
7. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Mekanik yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.
8. Pedoman Teknis Ambulans yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan Tahun 2014.
9. Pedoman Teknis Bangunan dan Prasarana Fasilitas Ruang Infeksi TB yang dikeluarkan oleh
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.
10.Pedoman teknis dapat di download di website aspak.buk.depkes.go.id.

Anda mungkin juga menyukai