Anda di halaman 1dari 109

PENGELOLAAN K3 PADA

BANGUNAN & PRASARANA


RUMAH SAKIT
Data BPJS Ketenagakerjaan
menyebutkan ada 101.367
kasus di 17.069 perusahaan
dari 359.724 perusahaan
yang terdaftar dengan
korban meninggal dunia
sebanyak 2.382 orang
sampai dengan bulan
November tahun 2016.
HOSPITAL HAZARD ON UTILITY
Robohnya lisplank karena lapuk.
Penggunaan electric couter yang tidak tepat.
Tertukarnya Outlet gas medik.
Terjebaknya pasien di dalam lift.
Meninggalnya pasien di ruang MRI.
Tidak berfungsinya Genset.
Pengoplosan obat kemoterapi tidak sesuai prosedur.
Terbakarnya lengan bayi di dalam Inkubator.
Jatuhnya pasien dari jendela lantai 8 ( Ketinggian ).
Meledaknya steam boiler.
Meledaknya panel listrik.
Kebakaran di power house, AC, dll.
HOSPITAL HAZARD ON UTILITY
Meledaknya panel TM oleh binatang
Terganggunya peralatan EEG oleh pemancar.
Kelalaian staf/pasien dalam pemilihan kran air panas.
Resonansi suara pada void gedung.
Terganggunya peralatan EEG, ECG, USG oleh getaran tiang
pancang.
Penggunaan motor AC untuk tempat tidur listrik.
Terganggunya komputer sistem informasi, LINAC oleh surge /
spike / transient.
Terganggunya exposure X-Ray karena low voltage.
Kasus lainnya yang tidak dilaporkan.
ALI SYAHRUL CHAIRUMAN
Ketua Komite K3
Ka Pokja MFK
Ka Green Hospital
Pembimbing Teknis Akreditasi
Sekjen PAKKI Pusat
( Perhimpunan Ahli Kesehatan Kerja Indonesia )

D3 – Radiologi
S1 – K3 FKMUI
S2 – K3 FKMUI

Kantor : Jl. RS Fatmawati, Cilandak, Jak-Sel


Rumah : Putih Residence Blok C No.4,
Sawangan, Depok, Jawa Barat.
0812-8892-5272 -
(1+3)
TUJUAN PEMBELAJARAN

TPU
Setelah mengikuti materi ini peserta
mampu melakukan pengelolaan Aspek
K3 pada bangunan dan prasarana di
rumah sakit.
TPK
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep K3 pada bangunan dan prasarana bangunan RS
2. Menjelaskan persyaratan K3 bangunan rumah sakit
3. Melakukan pengelolaan risiko K3 pada tahapan kontruksi bangunan RS
4. Melakukan pengelolaan risiko K3 bangunan RS
5. Menjelaskan persyaratan K3 pada prasarana RS
6. Melakukan pengendalian risiko K3 pada prasarana RS
POKOK BAHASAN sebagai berikut:

1. Konsep K3 bangunan dan prasarana bangunan RS


2. Persyaratan K3 pada bangunan RS ; Keselamatan ; Kesehatan;
Kemudahan; Kenyamanan
3. Pengelolaan risiko K3 pada tahapan kontruksi bangunan RS
4. Pengelolaan Risiko K3 pada bangunan RS ; Pemeliharaan;
Perawatan; Pengawasan ; Pemeriksaan; Pengujian
5. Persyaratan K3 prasarana RS
6. Melakukan pengelolaan risiko K3 pada prasarana RS ; Inventarisasi ;
Inspeksi K3 ; Pemeliharaan ; Pemeriksaan ; Pengujian.
RUANG LINGKUP

• Konsep K3 Bangunan dan Prasarana rumah sakit


• Persyaratan K3 Bangunan Rumah Sakit
• Risiko K3 pada bangunan Rumah Sakit
• Persyaratan K3 konstruksi
• Pengelolaan Risiko K3 pada bangunan pada
tahapan konstruksi Rumah Sakit
• Persyaratan K3 Prasarana rumah sakit
• Pengelolaan Risiko K3 pada prasarana Rumah Sakit
Bangunan Rumah Sakit harus memenuhi “Keandalan Bangunan”,
UU Bangunan Gedung No, 28 Tahun 2002
Keandalan Bangunan Mencakup :
1. Keselamatan  Bangunan
Proteksi Petir
Proteksi Kebakaran
Proteksi Listrik
2. Kemudahan  Transportasi dlm Gedung.
3. Kesehatan  Ventilasi, Sanitasi
Drainase dan Plumbing
4. Kenyamanan  Kondisi Termal Ruang
Kebisingan
Getaran
UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Bagian Ketiga tentang Bangunan, pasal 9
butir (b) menyebutkan bahwa Persyaratan
teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai
dengan fungsi, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan
serta perlindungan dan keselamatan
bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak, dan orang usia anjut.

Pasal 11 (2 ) Prasarana RS harus memenuhi standar


pelayanan,
keamanan serta keselamatan dan kesehatan kerja
Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari
PERMENKES NOMOR 66 aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja
TAHUN 2016 TENTANG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) huruf f bertujuan untuk
KESELAMATAN DAN
menciptakan lingkungan kerja yang aman
KESEHATAN KERJA dengan memastikan kehandalan sistem
RUMAH SAKIT utilitas dan meminimalisasi risiko yang
mungkin terjadi.
Dalam standar akreditasi KARS, Keselamatan bangunan gedung
masuk dalam Manajemen Keselamatan dan Fasilitas ( MFK ) atau Joint
Commission International ( JCI ) Acreditation pada Facility Management
and Safety khususnya pada :
MFK : Standar 4, 4.1, 4.2
program pengelolaan
RS mempunyai
keselamatan dan keamanan melalui
penyediaan fasilitas fisik dan menciptakan
lingkungan yang aman bagi pasien, keluarga,
pengunjung, dan staf
Dalam standar akreditasi KARS, Keselamatan bangunan gedung
masuk dalam Manajemen Keselamatan dan Fasilitas ( MFK ) atau Joint
Commission International ( JCI ) Acreditation pada Facility Management
and Safety khususnya pada :
MFK : Standar 9, 9.1, 9.2, 9.2.1, 9.3.
RS menetapkan dan melaksanakan program
untuk memastikan semua sistem
utilitas (sistem pendukung) berfungsi efisien
dan efektif yang meliputi pemeriksaan,
pemeliharaan, dan perbaikan sistem
utilitas ( performance )
Sarana  Segala sesuatu benda fisik yang
dapat tervisualisasi mata maupun teraba oleh
panca indra & dengan mudah dapat dikenali
oleh pasien dan (umumnya) merupakan
bagian dari suatu gedung ataupun bangunan
gedung itu sendiri.

Prasarana  Benda maupun


jaringan / instalasi yang membuat
suatu sarana yang ada bisa
berfungsi sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
HOSPITAL
ENGINEERING
SCOPE
TUJUAN Program K3
Bangunan Gedung dan prasarana RS :

1. Mengurangi dan mengendalikan


bahaya dan risiko
2. Memastikan bahwa gedung/ bangunan,
peralatan dan sistem yang digunakan
tidak menimbulkan bahaya bagi
penghuni
3. Mencegah terjadinya kecelakaan /
cidera / PAK
TUJUAN Program K3
Bangunan Gedung dan prasarana RS :
4. Menciptakan kondisi yang menjamin
keselamatan dan keamanan bagi
pasien, keluarga, karyawan,
pengunjung, vendor dan lainnya
5. Terwujudnya bangunan gedung Rumah
Sakit sesuai fungsi yang ditetapkan
6. Memenuhi persyaratan teknis:
keselamatan, kesehatan, kenyamanan
dan kemudahan serta kelestarian
lingkungan di rumah sakit
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG
PERSYARATAN KESELAMATAN
• Persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung
beban muatan. Tolak ukurnya adalah struktur yang stabil dan kukuh
dalam mendukung beban muatan tersebut sampai dengan kondisi
pembebanan maksimum. Hal ini bertujuan agar bila terjadi keruntuhan,
pengguna bangunan gedung masih dapat menyelamatkan diri.
• Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah
dan menanggulangi bahaya kebakaran, melalui sistem
proteksi pasif dan/atau proteksi aktif.
• Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah
bahaya petir,melalui sistem penangkal petir
PERSYARATAN KESEHATAN
• Persyaratan sistem penghawaan, mengakomodasi kebutuhan sirkulasi
dan pertukaran udara ( ventilasi alami, dan/atau ventilasi buatan ).
• Persyaratan sistem pencahayaan, memenuhi kebutuhan pencahayaan
yg ada pada bangunan gedung ( Pencahayaan alami, buatan, darurat ).
• Persyaratan sistem sanitasi, harus disediakan di dalam dan di luar
bangunan gedung. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air
kotor, air limbah, dan sampah, serta penyaluran air hujan dan sebaiknya
mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, tidak membahayakan,
serta tidak menggangu lingkungan.
• Persyaratan penggunaan bahan bangunan gedung, harus aman
bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan.
PERSYARATAN KENYAMANAN
• Kenyamanan ruang gerak, diperoleh dari
dimensi ruang yang cukup serta tata letak
ruang yang baik dan sesuai fungsi, sehingga
memberikan kenyamanan bergerak dalam
ruangan.
• Kenyamanan hubungan antar ruang,
berhubungan dengan tata letak ruang dan
sirkulasi antar ruang di dalam bangunan
gedung. Desain ruangan yang fungsional
merupakan kunci untuk mendapatkan sirkulasi
yang baik, sehingga tercipta pola aktivitas
penghuni yang nyaman.
PERSYARATAN KENYAMANAN
• Kenyamanan kondisi udara dalam
ruang, merupakan tingkat kenyamanan yang
diperoleh dari temperatur dan kelembaban di
dalam ruang.
• Kenyamanan pandangan, merupakan suatu kondisi terpenuhinya
hak pribadi setiap orang dalam melaksanakan kegiatannya di dalam
bangunan gedung tanpa terganggu kegiatan bangunan gedung lain di
sekitarnya.
• Kenyamanan tingkat getaran dan tingkat kebisingan,
merupakan tingkat kenyamanan yang ditentukan oleh suatu keadaan
tidak terganggunya penggunan dan fungsi bangunan gedung oleh
getaran atau kebisingan yang timbul, baik dari dalam bangunan gedung
maupun dari lingkungannya.
PERSYARATAN KEMUDAHAN

Persyaratan kemudahan merupakan


kemudahan hubungan ke, dari, dan di
dalam bangunan gedung, serta
kelengkapan sarana dan prasarana dalam
pemamfaatan bangunan gedung.
Kemudahan tersebut meliputi tanda arah
(signage), koridor, tangga, ram, lift, toilet dan
sarana evakuasi tersedianya fasilitas dan
aksesibilitas yang mudah, aman, dan
nyaman termasuk bagi penyandang cacat
dan lanjut usia.
• Bentuk denah bangunan Rumah Sakit
Persyaratan simetris dan sederhana untuk
Tata mengantisipasi kerusakan apabila terjadi
gempa.
Bangunan • Massa bangunan harus pertimbangkan
sirkulasi udara dan pencahayaan.
• Tata letak bangunan-bangunan (siteplan)
dan tata ruang dalam bangunan harus
mempertimbangkan zonasi
berdasarkan tingkat risiko penularan
penyakit, zonasi berdasarkan privasi, dan
zonasi berdasarkan kedekatan hubungan
fungsi antar ruang pelayanan.
• Tinggi rendah bangunan harus dibuat tetap
menjaga keserasian lingkungan & peil banjir.
• Aksesibilitas di luar dan di dalam
bangunan harus mempertimbangkan
kemudahan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat dan lansia.
• Bangunan Rumah Sakit harus menyediakan
area parkir kendaraan dengan jumlah
area yang proporsional disesuaikan dengan
peraturan daerah setempat.

• Perancangan pemanfaatan tata ruang dalam bangunan harus efektif


sesuai dengan fungsi-fungsi pelayanan
Sistem dan peralatan untuk mendukung
layanan penting bagi keselamatan pasien,
staf dan pengunjung. Sistem utilitas sering
Utilitas disebut sistem penunjang.
adalah ? Sistem ini mencakup jaringan listrik, air,
ventilasi dan aliran udara, gas medik,
perpipaan, uap panas, limbah, serta sistem
komunikasi dan data.

HARUS TERPENUHI

Persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan


gedung pada umumnya, sesuai ketentuan Per-UU / Regulasi.
HOSPITAL ON UTILITY SYSTEM ???

NO JENIS SISTEM UTILITAS TERDIRI ATAS


/ PENUNJANG
Pengelolaan Sistem Utilitas meliputi :
Sistem Kelistrikan
(mulai dari suplai PLN/20KV, panel tegangan
menengah, trafo, panel distribusi, instalasi stop
kontak dan penerangan, generator set dan
grounding, dll )
Sistem Pengkondisian Udara (AC)
(Chiller, Air Handling Unit, Fan Coil, Ducting,
Diffuser/Grille, Filter, sistem sirkulasi udara, dll )
Sistem Pendistribusian Air Bersih
(Suplai air, reservoir, treatment, pompa,
pressure tank, distribusi, outlet dan sanitair, dll )
Sistem Pembuangan Air Kotor / Limbah
(Pipa pembuangan bak pengumpul, trap,
STP/IC PD PAL)
Sistem Deteksi Kebakaran
(Heat & smoke detector, alarm, MCFA
announciator, dll )
Sistem Penanggulangan Kebakaran
(Extinguisher, hydrant, springkler, pressure
fan, fire escape/evakuasi, dll )
Sistem Medical Gas
(O2, N2, N2O, Compress Air, vacuum,
collum ceilling, wall outlet, bed head,
pendant, dll )
Sistem Uap dan Air Panas
(Boiler, hot water tank, steam generator,
steam trap, dll )
Sistem Transportasi Vertikal
(elevator, escalator, dumbwaiter,
gondola, document dan speciment
transfer, dll )
Sistem Telekomunikasi
(PABX dan telephone, nurse call, pager,
HT, dll )
Sistem Audio dan Video
(Integrated Hospital Information System,
TV, sound system, Nurse Call, PA, dll )
Sistem Proteksi,
( Radiasi, X-Ray, Magnetic Field, RF Field,
Lightening, dll ).
Sistem Sekuriti
( CCTV, Magnetic Card Access, Infra Red )
Sistem Sterilisasi
( Ruang peralatan dan instrumen serta
bahan-bahan desinfektan)
Sistem Bahan Bakar
( Solar, LPG, Gas Kota, Minyak Tanah, Oli )
Solid Waste Disposal dan House
Keeping KEY SYSTEM
(Bak sampah dan Incinerator)
PERSYARATAN BAKU SELURUH SISTEM RUMAH SAKIT

 Kapasitas harus cukup.

 Kualitas harus baik.

 Keandalan harus tinggi.

 Kesinambungan fungsi harus terjamin.

 Keamanan dan keselamatan


penggunaan harus terjamin.
Semua prasarana tersebut
harus memenuhi standar
pelayanan, keamanan, serta
keselamatan dan kesehatan
kerja penyelenggaraan rumah
sakit, untuk itu maka prasarana
tersebut harus dalam keadaan
terpelihara dan berfungsi
dengan baik.
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK
PROYEK KONSTRUKSI
1.Pada umumnya memiliki waktu / masa kerja yang terbatas dalam
hitungan bulan atau beberapa tahun saja / Multiyears.
2.Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan cukup besar ( Dominan
tenaga kerja kasar yang memiliki pendidikan relatif rendah ).
3.Intensitas kerja yang sangat tinggi karena sangat dibatasi oleh
waktu penyelesaian kegiatan proyek konstruksi.
4.Proyek konstruksi diperlukan berbagai disiplin ilmu dan multi crafts.
5.Peralatan kerja yang beragam dari alat / perkakas kerja tangan
sampai berteknologi tinggi serta penggunaan alat-alat berat,
peralatan, materiil dan tenaga kerja memiliki mobilitas yang tinggi.
JENIS BAHAYA PADA KEGIATAN KONSTRUKSI
1.Physical Hazards  kekeringan, suhu, cahaya, getaran radiasi.
2.Chemical Hazards  bentuk padat, cair dan gas.
3.Electrical Hazards  sengatan listrik, kebakaran karena listrik.
Banyaknya instalasi listrik bersifat sementara & kadang tidak
terkendali.
4.Mechanical Hazards  diakibatkan oleh peralatan kerja tangan,
mesin / pesawat sampai kepada alat berat.
5.Physiological Hazards  cara kerja atau alat kerja yang tidak tepat,
berkaitan dengan, pekerjaan yang monoton yang membuat
kejenuhan, lokasi tempat kerja, dll.
6.Biological Hazards disebabkan oleh serangga, bakteri, virus,
parasit, dll.
UNSUR-UNSUR TERKAIT PROYEK KONSTRUKSI

1.Pemilik proyek / penyandang dana.


2.Kontraktor
3.Sub-kontraktor.
4.Pekerja proyek & Pekerja Subkon.
5.Pemasok / perusahaan yang mensuplai barang-barang / alat-alat.
6.Masyarakat adalah masyarakat atau yang dapat ikut berpartisipasi.
7.Instruksi teknis / pemerintah yang terkait.
8.Pelaksanaan proyek kontruksi dimulai setelah ada penilaian oleh
tim K3 atau tim penilai lainnya yang menyatakan bahwa proyek
tersebut memenuhi aspek K3.
PENGENDALIAN

Hierarki pengendalian
tersebut antara lain
ialah
eliminasi,
substitusi,
perancangan,
administrasi dan
alat pelindung diri
(APD).
UNSUR-UNSUR TERKAIT PROYEK KONSTRUKSI
1.Pemilik proyek adalah penyandang dana sebagai pemilik yang
memberikan kepercayaan kepada kontraktor ( proyek
konstruksi ).
2.Kontraktor adalah perusahaan jasa konstruksi yang diberi
kepercayaan oleh pemilik proyek untuk mengerjakan suatu
kegiatan proyek konstruksi.
3.Sub-kontraktor adalah perusahaan jasa yang membantu
berbagai macam tugas kontraktor dalam kegiatan proyek
konstruksi bangunan.
4.Pekerja proyek & Pekerja Subkon.
5. Pemasok adalah perusahaan yang bekerja di bidang jasa yang
mensuplai barang-barang / alat-alat kebutuhan proyek
konstruksi bangunan.
6. Masyarakat adalah masyarakat atau yang dapat ikut
berpartisipasi.
7. Instruksi teknis adalah pemerintah yang terkait dengan
kegiatan proyek konstruksi bangunan baik dalam bentuk
administratif maupun terkait.
8. Pelaksanaan proyek kontruksi dimulai setelah ada penilaian
oleh tim K3 atau tim penilai lainnya yang menyatakan bahwa
proyek tersebut memenuhi aspek K3.
STRATEGI PENERAPAN K3
PADA PROYEK KONSTRUKSI
1.Identification Setiap kegiatan proyek konstruksi memiliki
karakteristik yang berbeda. ( Mapping potensi bahaya menurut
area / aktifitas )
2.Evaluation Dari hasil identifikasi dilakukan evaluasi tentang
potensi bahaya untuk menentukan skala prioritas berdasarkan
hazards rating.
3.Develops the plan susun rencana pengendalian dan
pencegahan kecelakaan, Terapkan konsep baku SMK3,
Susunlah pekerjaan implementasi dan program-program K3
yang akan dilakukan.
STRATEGI PENERAPAN K3 PADA PROYEK KONSTRUKSI

4. Implementasi - Buat rencana untuk mengimplementasikan


konsep pengendalian dengan baik. ( Siapkan sumber daya
yang diperlukan untuk menjalankan program K3 buatlah
kebijakan K3 terpadu.
5. Monitoring - Buatlah program untuk memonitor pelaksanaan
K3, lakukan audit internal serta inspeksi yang baik sesuai
dengan kondisi
ELEMEN PROGRAM K3 KONSTRUKSI
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
a. Pihak manajemen harus membuat
kebijakan K3 yang akan menjadi landasan
keberhasilan K3 dalam kegiatan proyek
konstruksi. Isi kebijakan merupakan
komitmen dan dukungan dari manajemen
puncak terhadap pelaksanaan K3.
b. Kebijakan K3 tersebut harus direalisasikan
kepada seluruh karyawan dan digunakan
sebagai kesadaran kebijakan proyek yang
lain.
Administratif dan prosedur
a. Menetapkan sistem organisasi pengelolaan K3 ( personil ).
b. Menetapkan prosedur dan sistem kerja K3.
c. Kontraktor harus memiliki :
– Organisasi yang mempunyai K3 ( sesuai lingkup
kegiatan ).
– Akses kepada penanggung jawab proyek.
– Personal yang cukup yang bertanggung jawab
mengelola kegiatan K3.
– Personil atau pekerja yang cakap dan kompeten.
– Kelengkapan dokumen kerja dalam perizinan yang
berlaku
– Manual K3 sebagai kebijakan K3 dalam perusahaan /
proyek.
– Prosedur kerja akan sesuai dgn jenis pekerjaan.
Identifikasi Bahaya
a. Sebelum memulai sesuatu pekerjaan, harus dilakukan identifikasi
bahaya, guna mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan.
b. Identifikasi bahaya dilakukan bersama pengadaan pekerjaan, safety
committee ( K3 ), IPSRS, ISP, PPI, dsb.
c. Identifikasi bahaya menggunakan teknik yang sesuai seperti check list,
what If, HIRA, HIRAC, HIRADC dan sebagainya.
d. Semua hasil identifikasi bahaya harus didokumentasikan dengan baik
dan dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
e. Identifikasi bahaya harus dilakukan pada setiap tahapan proyek yang
meliputi - Design phase - Procurement - Konstruksi - Commissioning dan
start up - Penyerahan kepada pemilik.
Project Safety Review
a. Sesuai dengan perkembangan proyek, dilakukan kajian K3 yang
mencakup kehandalan K3 dalam rancangan dan pelaksanaan
pembangunannya.
b.Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa proyek dibangun
dengan standar keselamatan yang baik sesuai dengan persyaratan.
c. Bila diperlukan kontraktor harus melakukan project safety review
untuk setiap tahapan kegiatan kerja, terutama bagi kontraktor EPC
(Engineering, Procurement, Construction).
d.Project safety review bertujuan untuk mengevaluasi potensi bahaya
dalam setiap tahapan project secara sistematis.
Pembinaan dan Pelatihan
a.Pembinaan dan pelatihan K3 untuk semua karyawan dan
dilakukan suatu proyek dimulai dan dilakukan secara berkala.
b.Materi pembinaan dan pelatihan antara lain :
- Kebijakan K3 proyek
- Cara bekerja dengan aman
- Cara penyelamatan dan penanggulangan keadaan darurat.
- Dan lain-lain.
Safety Committee tingkat proyek konstruksi
Safety Promotion
Safe working practices
Sistem izin kerja
• Safety inspection  untuk meyakinkan bahwa tidak ada “unsafe act
maupun unsafe condition” di lingkungan kegiatan proyek harus
dilakukan secara berkala dan dapat dilakukan oleh petugas K3 atau
dibentuk joint inspection semua unsur dan sub kontraktor.
• Equipment inspection.
• Keselamatan Kontraktor (Contractor Safety) yang meminta kontraktor
maupun sub kontraktor harus memenuhi standar keselamatan yang
telah ditetapkan dan setiap sub kontraktor harus patuh.
• Keselamatan Transportasi
• Pengelolaan Lingkungan
• Pengelolaan limbah dan K3
• Keadaan darurat / bencana
• Accident Investigation and Reporting System
• Audit K3 Proyek konstruksi
PEMELIHARAAN
BANGUNAN
( Baik & Teratur )
1. ARSITEKTUR - Jalan keluar sarana penyelamat (egress) bagi staf,
pasien, keluarga pasien dan pengunjung Rumah Sakit.
2. STRUKTURAL - Unsur-unsur struktur bangunan gedung RS dari
pengaruh korosi, cuaca, kelembaban, dan pembebanan di luar batas
kemampuan struktur, serta pencemaran lainnya.
3. HOUSEKEEPING / KERUMAHTANGGAAN - Diantaranya Cleaning
Service, Landscape, Pest Control, General Cleaning, dll mulai dari
persiapan pekerjaan, proses operasional sampai kepada hasil kerja akhir.
4. PEMELIHARAAN SARANA GEDUNG - Pemeliharaan Saluran Air Kotor,
Saluran Air Bersih, Sanitair Peralatan, dll
PERAWATAN BANGUNAN
Meliputi perbaikan dan/atau
penggantian bagian bangunan,
komponen, bahan bangunan,
dan/atau prasarana dan sarana
berdasarkan dokumen rencana
teknis perawatan bangunan gedung,
dengan mempertimbangkan
dokumen pelaksanaan konstruksi.
PERAWATAN BANGUNAN
- RENOVASI Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian
dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat
tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur maupun utilitas
bangunannya.
- REHABILITASI Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian
dengan maksud menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang
tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap
dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat berubah.
- RESTORASI Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat
sebagian dengan maksud menggunakan untuk fungsi tertentu yang
dapat tetap atau berubah dengan tetap mempertahankan arsitektur
bangunannya.
PENGAWASAN BANGUNAN .
Pengawasan bangunan meliputi :
1.Pengendalian teknis; ( Aspek mutu hasil pekerjaan, volume
pekerjaan, waktu penyelesaian pekerjaan, biaya keseluruhan
pekerjaan.
2.Pengendalian atas proses koordinasi terkait
3.Pengendalian administrasi kegiatan
4.Evaluasi rencana kegiatan
5.Value engineering; dan
6.Pelaporan. .
PEMERIKSAAN BANGUNAN
Pemeriksaan terhadap kondisi bangunan dimaksudkan untuk
sedini mungkin mengidentifikasi bilamana terdapat kerusakan-
kerusakan pada struktur bangunan sehingga penanganan yang
efektif dan efisien dapat dilakukan sesuai dengan kondisi
kerusakan yang terjadi

PENGUJIAN BANGUNAN
- Persyaratan teknis Keandalan bangunan gedung.
- Faktor kekuatan struktur bangunan.
- Faktor proteksi bangunan terhadap sambaran petir dan
sengatan listrik.
- Faktor proteksi bangunan terhadap kebakaran.
YANG HARUS PENGELOLAAN RISIKO K3
DILAKUKAN PADA PRASARANA RUMAH SAKIT
A.INVENTARISASI PRASARANA
Inventarisasi prasarana adalah kegiatan
pengumpulan data prasarana rumah sakit
meliputi jenis, jumlah, lokasi penempatan
serta kondisi dari prasarana rumah sakit
B.INSPEKSI K3 PRASARANA
Inspeksi K3 prasarana adalah kegiatan
pemeriksaan secara visual dengan
menggunakan formulir / cek list terhadap
kondisi prasarana dengan melihat kondisi
aman atau tidak aman
YANG HARUS PENGELOLAAN RISIKO K3
DILAKUKAN PADA PRASARANA RUMAH SAKIT

C. PEMELIHARAAN PRASARANA adalah kegiatan


menjaga keandalan prasarana laik fungsi
D. PEMERIKSAAN PRASARANA merupakan kegiatan
pengamatan secara visual dan mencatat nilai indikator,
gejala atau kondisi prasarana meliputi komponen/unsur
utilitas (mekanikal dan elektrikal) untuk mengetahui
kesesuaian atau peyimpanan sesuai spesifikasi teknis
yang ditetapkan semula
E. PENGUJIAN PRASARANA adalah kegiatan
pemeriksaan dengan menggunakan peralatan termasuk
penggunaan fasilitas laboratorium untuk menghitung dan
menetapkan nilai indikator meliputi utilitas mekanikal
elektrikal untuk mengetahui kesesuaian atau peyimpanan
sesuai spesifikasi teknis yang ditetapkan semula
YANG HARUS PENGELOLAAN RISIKO K3
DILAKUKAN PADA PRASARANA RUMAH SAKIT

F. PENGUJIAN PRASARANA adalah


kegiatan pemeriksaan dengan
menggunakan peralatan termasuk
penggunaan fasilitas laboratorium
untuk menghitung dan menetapkan
nilai indikator meliputi utilitas
mekanikal elektrikal untuk
mengetahui kesesuaian atau
peyimpanan sesuai spesifikasi
teknis yang ditetapkan semula
King dan Hudson (1985) menyatakan bahwa kematian pada proyek
konstruksi di negara-negara berkembang lebih tinggi 3 kali lipat
dibandingkan dengan di negara-negara maju sebagai akibat penegakan
hukum yang sangat lemah. Tingginya tingkat risiko ini akan berpengaruh
terhadap keseluruhan tingkat keberhasilan pekerjaan konstruksi.

Kegagalan penerapan sistem K3


berpotensi menimbulkan berbagai
dampak negatif seperti penundaan
penyelesaian proyek, menurunnya
produktifitas kerja, membengkaknya
anggaran, rusaknya citra perusahaan
penyedia jasa, serta akibat-akibat
negatif lainnya.
Komite Keselamatan Konstruksi ( Maret 2018 )
Komite ini terdiri atas tiga subkomite, yaitu :
1.Subkomite Jalan dan Jembatan,
2.Subkomite Sumber Daya Air dan
3.Subkomite Bangunan Gedung.
 Hal ini untuk memastikan keamanan dan keselamatan, tak
hanya saat pekerjaan dilaksanakan, tetapi juga saat
konstruksi selesai.
 Sertifikasi dilakukan sejak perencanaan desain sebelum
pekerjaan dimulai dan Setelah itu, akan kembali dilakukan
sertifikasi kembali.
MANAJEMEN FASILITAS
DAN KESELAMATAN
DALAM PENGELOLAAN
ASPEK K3
PADA BANGUNAN &
PRASARANA RS
Standar MFK 4
Rumah sakit mempunyai program pengelolaan keselamatan dan
keamanan melalui penyediaan fasilitas fisik dan menciptakan lingkungan
yang aman bagi pasien, keluarga, pengunjung, dan staf.

Keselamatan adalah memberi jaminan


bahwa gedung, properti, teknologi medik
dan informasi, peralatan, serta sistem tidak
berpotensi mendatangkan risiko terhadap
pasien, keluarga, staf, dan pengunjung.
Keamanan mempunyai arti melindungi
property milik rumah sakit, pasien, staf,
keluarga, dan pengunjung dari bahaya
kehilangan, kerusakan, atau pengrusakan
oleh orang yang tidak berwenang.
RS perlu mempunyai program pengelolaan keselamatan keamanan yang
meliputi :
a.Melakukan asesmen risiko secara komprehensif dan proaktif untuk
mengidentifikasi bangunan, ruangan/area, peralatan, perabotan, dan
fasilitas lainnya yang berpotensi menimbulkan cedera.
b.Rumah sakit perlu melakukan pemeriksaan fasilitas secara berkala dan
terdokumentasi agar rumah sakit dapat melakukan perbaikan dan
menyediakan anggaran untuk mengadakan pergantian atau “upgrading”;
c.Melakukan asesmen risiko prakontruksi (pra construction risk
assessmen/PCRA) setiap ada kontruksi, renovasi, atau penghancuran
bangunan/demolish;
d.Merencanakan dan menyediakan fasilitas pendukung yang aman
dengan tujuan mencegah kecelakaan dan cedera, mengurangi bahaya
dan risiko, serta mempertahankan kondisi aman bagi pasien, keluarga,
staf, dan pengunjung;
RS perlu mempunyai program pengelolaan keselamatan keamanan yang
meliputi :
e. Menciptakan lingkungan yang aman dengan memberikan identitas
(badge nama sementara atau tetap) pada pasien, staf, pekerja kontrak,
tenant/penyewa lahan, keluarga (penunggu pasien), atau pengunjung
(pengunjung di luar jam besuk dan tamu rumah sakit) sesuai dengan
regulasi rumah sakit;
f. Melindungi dari kejahatan perorangan, kehilangan, kerusakan, atau
pengrusakan barang milik pribadi;
g. Melakukan monitoring pada daerah terbatas melalui pemasangan
kamera CCTV juga diperlukan untuk daerah terpencil atau terisolasi,
area parking, dan area lainnya yang sering terjadi kehilangan di rumah
sakit.
Elemen Penilaian MFK 4

1. Rumah sakit mempunyai regulasi termasuk program pengelolaan


keselamatan dan keamanan yang meliputi butir a sampai dengan f
pada maksud dan tujuan.(R)
2. Ada unit kerja yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan
keselamatandan keamanan. (D,W)
3. Rumah sakit telah melakukan identifikasi area-area yang berisiko
mempunyai risk register (daftar risiko) yang berhubungan dengan
keselamatan dan keamanan fasilitas. (D,W)
4. Regulasi pemberian identitas pada penunggu pasien, pengunjung
(termasuk tamu), staf rumah sakit, pegawai kontrak, dan semua
orang yang bekerja dirumah sakit sudah dimplementasikan. (lihat
juga SKP EP.1).(D,O,W)
5. Rumah sakit telah melakukan pemeriksaan fasilitas secara berkala,
membuat rencana perbaikan, dan telah melaksanakan perbaikan.
(D,O,W)
6. Rumah sakit telah memasang monitoring pada area yang berisiko
keselamatan dan keamanan. (O,W)
7. Rumah sakit telah menyediakan fasilitas yang aman sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. (O,W)
MFK 4.1
RS perlu melakukan asesmen risiko
setiap ada kegiatan kontruksi, renovasi,
maupun demolisi / pembongkaran
bangunan.
Asesmen risiko harus sudah dilakukan
pada waktu perencanaan atau sebelum
pekerjaan kontruksi, renovasi, dan
demolisi dilakukan sehingga pada waktu
pelaksanaan sudah ada upaya
pengurangan risiko terhadap dampak
kontruksi, renovasi, dan demolis tersebut.
Rumah sakit perlu melibatkan semua unit/instalasi pelayanan klinis yang
terkena dampak dari kontruksi baru tersebut :
- Konsultan perencana, atau manajer desain proyek,
- Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K-3 RS),
- Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI),
- Bagian Rumah Tangga/Bagian Umum,
- Bagian Teknologi Informasi,
- Bagian Sarana Prasarana/IPSRS, dan
- unit atau bagian lainnya yang diperlukan.
Risiko terhadap pasien, keluarga, staf, pengunjung, vendor, pekerja
kontrak, dan entitas di luar pelayanan akan bervariasi bergantung pada
sejauh mana kegiatan konstruksi serta dampaknya terhadap infrastruktur
dan utilitas.
Sebagai tambahan, kedekatan pembangunan ke area pelayanan pasien
akan berdampak pada meningkatnya tingkat risiko.
Asesmen risiko prakonstruksi (PCRA) meliputi area-area sebagai berikut:
1. Kualitas udara;
2. Pengendalian infeksi (ICRA);
3. Utilitas;
4. Kebisingan;
5. Getaran;
6. Bahan berbahaya;
7. Layanan darurat, seperti respons terhadap kode; dan
8. Bahaya lain yang memengaruhi perawatan, pengobatan, dan layanan.
RS bersama dengan manajemen konstruksi (MK) memastikan bahwa
kepatuhan kontraktor dipantau, ditegakkan, dan didokumentasikan.
Sebagai bagian dari penilaian risiko maka risiko pasien infeksi dari
konstruksi dievaluasi melalui infeksi penilaian risiko kontrol yang dikenal
sebagai ICRA (Infection Control Risk Assessment). (juga lihat PPI 7.5)
PCRA dengan ICRA merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Elemen Penilaian MFK 4.1
1.Rumah sakit mempunyai regulasi yang
mengatur asesmen risiko prakonstruksi (PCRA).
(lihat juga PPI 7.5). (R)
2.Rumah sakit melakukan asesmen risiko
prakontruksi (PCRA) bila ada rencana kontruksi, PRE
renovasi, atau demolis/pembongkaran yang CONSTRUCTION

RISK
meliputi butir 1 sampai dengan 8 pada maksud
dan tujuan. (D,W)
3.Rumah sakit mengambil tindakan berdasar atas ASSESSMENT
hasil asesmen risiko untuk meminimalkan risiko
selama pembongkaran, konstruksi, dan
renovasi. (D,O,W)
4.Rumah sakit memastikan bahwa kepatuhan ( PCRA )
kontraktor dipantau, ditegakkan, dan
didokumentasikan. (lihat juga MFK 3). (D,O,W)
Elemen Penilaian MFK 4.2

1. Rumah sakit menyediakan anggaran untuk


memenuhi peraturan perundangundangan
yang terkait dengan fasilitas rumah sakit.
(lihat juga AP 5 dan AP 6). (D,W)
2. Rumah sakit menyediakan anggaran untuk
meningkatkan, memperbaiki, atau
mengganti sistem, bangunan, atau
komponen yang diperlukan agar fasilitas
tetap dapat beroperasi secara aman dan
efektif. (D,O,W)
3. Rumah sakit menyediakan anggaran untuk penerapan PCRA dan ICRA
bila ada renovasi, kontruksi, dan pembongkaran. (D,W)
v SISTEM UTILITAS (SISTEM PENUNJANG)

Standar MFK 9
Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan program untuk memastikan
semua sistem utilitas (sistem pendukung) berfungsi efisien dan efektif
yang meliputi pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas.

Asuhan pasien rutin dan darurat berjalan selama 24 jam terus menerus,
setiap hari, dalam waktu 7 hari dalam seminggu.
Jadi, kesinambungan fungsi utilitas merupakan hal esensial untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Termasuk listrik dan air harus tersedia
selama 24 jam terus menerus, setiap hari, dalam waktu 7 hari dalam
seminggu.
Manajemen utilitas yang baik dapat menghasilkan sistem utilitas berjalan
efektif dan mengurangi potensi risiko yang timbul. RS perlu regulasi
pengelolaan sistem utilitas, minimal :
a)Ketersediaan air dan listrik 24 jam setiap hari dan dalam waktu tujuh
hari dalam seminggu secara terus menerus;
b)Membuat daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitas,
memetakan pendistribusiannya, dan melakukan update secara berkala;
c) Pemeriksaan, pemeliharaan, serta perbaikan semua komponen utilitas
yang ada di daftar inventaris;
d)Jadwal pemeriksaan, testing, dan pemeliharaan semua sistem utilitas
berdasar atas kriteria seperti rekomendasi dari pabrik, tingkat risiko,
dan pengalaman rumah sakit;
e)Pelabelan pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu
pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian.
Elemen Penilaian MFK 9
1. Rumah sakit mempunyai sistem pemantauan dan bertindak terhadap
pemberitahuan mengenai peralatan medis yang berbahaya,
recall/penarikan kembali, laporan insiden, masalah, dan kegagalan
pada peralatan medis. (R)
2. Rumah sakit membahas pemberitahuan peralatan medis yang
berbahaya, alat medis dalam penarikan (under recall), laporan
insiden, serta masalah dan kegagalan pada peralatan medis. (D,W)
3. Rumah sakit telah melaporkan seluruh insiden keselamatan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan apabila terjadi kematian,
cedera serius, atau penyakit yang disebabkan oleh peralatan medis.
(D,W)
Standar MFK 9.1
Dilakukan pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas.

Elemen Penilaian MFK 9.1


1.Rumah sakit mempunyai regulasi inventarisasi, pemeliharaan, dan
inspeksi dengan kriteria yang ditentukan untuk sistem utilitas penting
yang dilakukan secara berkala. (R)
2.Rumah sakit mempunyai daftar sistem utilitas di rumah sakit dan daftar
system utilitas penting. (D,W)
3.Sistem utilitas dan komponen telah diinspeksi secara teratur/berdasar
atas kriteria yang disusun rumah sakit. (D,O)
4.Sistem utilitas dan komponen diuji secara teratur berdasar atas kriteria
yang sudah ditetapkan. (D,W)
5.Sistem utilitas dan komponen dipelihara berdasar atas kriteria yang
sudah ditetapkan. (D,O)
6.Sistem utilitas dan komponen diperbaiki bila diperlukan. (D,O)
Standar MFK 9.2
Sistem utilitas rumah sakit menjamin tersedianya air bersih dan listrik
sepanjang waktu serta menyediakan sumber alternatif persediaan air dan
tenaga listrik jika terjadi terputusnya sistem, kontaminasi, atau kegagalan.
Rumah Sakit agar mempunyai regulasi yang antara lain meliputi :
a) Mengidentifikasi peralatan, sistem, serta area yang memiliki risiko paling tinggi
terhadap pasien dan staf (sebagai contoh, rumah sakit mengidentifikasi area yang
membutuhkan penerangan, pendinginan (lemari es), bantuan hidup/ventilator,
serta air bersih untuk membersihkan dan sterilisasi alat);
b) Menyediakan air bersih dan listrik 24 jam setiap hari dan 7 hari seminggu;
c) Menguji ketersediaan serta kehandalan sumber tenaga listrik dan air bersih
darurat/pengganti/back-up;
d) Mendokumentasikan hasil-hasil pengujian;
e) Memastikan bahwa pengujian sumber alternatif air bersih dan listrik dilakukan
setidaknya setiap 6 bulan atau lebih sering jika dipersyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan di daerah, rekomendasi produsen, atau kondisi sumber listrik
dan air.
Elemen Penilaian MFK 9.2
1. Rumah sakit mempunyai regulasi sistem utilitas yang meliputi butir 1
sampai dengan 5 pada maksud dan tujuan. (R)
2. Air bersih harus tersedia selama 24 jam setiap hari, 7 hari dalam
seminggu. (O,W)
3. Listrik tersedia 24 jam setiap hari, 7 hari dalam seminggu. (O,W)
4. Rumah sakit mengidentifikasi area dan pelayanan yang berisiko paling
tinggi bila terjadi kegagalan listrik atau air bersih terkontaminasi atau
terganggu. (D,W)
5. Rumah sakit berupaya mengurangi risiko bila hal itu terjadi (tata kelola
risiko). (D,W)
6. Rumah sakit mempunyai sumber listrik dan air bersih alternatif dalam
keadaan emergensi. (D,W,O)
Elemen Penilaian MFK 9.2.1
1. Rumah sakit mempunyai regulasi uji coba sumber air bersih dan listrik
alternative sekurangnya 6 bulan sekali atau lebih sering bila
diharuskan oleh peraturan perundang-undanganan yang berlaku atau
oleh kondisi sumber air. (R)
2. Rumah sakit mendokumentasi hasil uji coba sumber air bersih
alternative tersebut. (D,W)
3. Rumah sakit mendokumentasi hasil uji sumber listrik alternatif
tersebut. (D,W)
4. Rumah sakit mempunyai tempat dan jumlah bahan bakar untuk
sumber listrik alternatif yang mencukupi. (O,W)
Standar MFK 9.3
Rumah sakit melakukan pemeriksaan air bersih dan air limbah secara
berkala sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.

Maksud dan Tujuan MFK 9.3


Mutu air juga kritikal di dalam proses asuhan klinik seperti pada dialisis
ginjal. Jadi, rumah sakit menetapkan proses monitor mutu air termasuk
tes (pemeriksaan) biologik air yang dipakai untuk dialisis ginjal. Tindakan
dilakukan jika mutu air ditemukan tidak aman.
Monitor dilakukan paling sedikit 3 bulan sekali atau lebih cepat
mengikuti peraturan perundang-undangan, kondisi sumber air, dan
pengalaman yang lalu dengan masalah mutu air. Monitor dapat dilakukan
oleh yang kompeten untuk melakukan pemeriksaan seperti itu.
Karena itu, RS perlu mempunyai regulasi sekurang-kurangnya meliputi :
a)Pelaksanaan monitoring mutu air bersih paling sedikit satu tahun
sekali. Untuk pemeriksaan kimia minimal setiap 6 bulan atau lebih
sering bergantung pada ketentuan peraturan perundang-undangan,
kondisi sumber air, dan pengalaman sebelumnya dengan masalah
mutu air. Hasil pemeriksaan didokumentasikan;
b)Pemeriksaan air limbah dilakukan setiap 3 bulan atau lebih sering
bergantung pada peraturan perundang-undangan, kondisi sumber air,
dan hasil pemeriksaan air terakhir bermasalah. Hasil pemeriksaan
didokumentasikan;
c) Pemeriksaan mutu air yang digunakan untuk dialisis ginjal setiap
bulan untuk menilai pertumbuhan bakteri dan endotoksin.
Pemeriksaan tahunan untuk menilai kontaminasi zat kimia. Hasil
pemeriksaan didokumentasikan.
d)Melakukan monitoring hasil pemeriksaan air dan perbaikan bila
diperlukan.
Elemen Penilaian MFK 9.3
1. Rumah sakit mempunyai regulasi sekurang-kurangnya meliputi butir 1
sampai dengan 4 pada maksud dan tujuan. (R)
2. Rumah sakit telah melakukan monitoring mutu air sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan terdokumentasi. (D,W)
3. Rumah sakit telah melakukan pemeriksaan air limbah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan terdokumentasi. (D,W)
4. Rumah sakit telah melakukan pemeriksaan mutu air yang digunakan
untuk dialisis ginjal yang meliputi pertumbuhan bakteri dan endotoksin
serta kontaminasi zat kimia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan terdokumentasi. (D,W)
5. Rumah sakit telah menindaklanjuti hasil pemeriksaan mutu air yang
bermasalah dan didokumentasikan. (D,W)
HOSPITAL HAZARD ON UTILITY ???

NO JENIS HAZARD SISTEM TERDIRI ATAS


UTILITAS / PENUNJANG / DAMPAK
HOSPITAL HAZARD
ON UTILITY
1. BAHAYA KEBAKARAN
Akibat dari :
• Hubungan singkat listrik / Konsleting / Pong
• Api rokok.
• Kebocoran gas bakar.
• Penggunaan las, kompor gas, lampu minyak, lilin, cairan/bahan yang
mudah terbakar dengan cara yang tidak tepat dan benar.
• Kualitas produk alat listrik yang jelek (kapasitor, ballast, fuse, busbar,
kabel, fan, saklar, dll)

2. BAHAYA AKIBAT TERJADINYA GANGGUAN PETIR (LIGHTNING STRIKE)

• Kebakaran.
• Kerusakan alat secara berantai.
3. BAHAYA AKIBAT LEDAKAN
Terjadi pada sistem :
• Steam (boiler).
• Gas bakar.
• Gas medik dengan percikan bara api/loncatan listrik.
• Udara tekan.
• Hubungan singkat listrik (panel dan kabel).

4. BAHAYA TEGANGAN SENTUH


Tersentuh langsung dengan bagian yang bertegangan.
Tersentuh langsung dengan penutup alat (body/ case)
akibat arus bocor (kegagalan isolasi).
Tersentuh tidak langsung melalui orang lain.
5.BAHAYA AKIBAT TERJADINYA FLUKTUASI TEGANGAN YANG EKSTRIM
• Daya tahan alat menurun.
• Terganggunya sistem pengaman.
• Terjadinya gangguan sinyal semu pada operasi
start-stop alat.
• Konsumsi listrik menjadi lebih besar (Low
Voltage).
6. BAHAYA AKIBAT FREKUENSI LIAR
• Stasiun Pemancar/Relay.
• Peralatan Pembangunan (Mixing Plant).
• Kendaraan Bermotor.
• Pesawat Udara.
• Penggunaan HT dan Ponsel.
7. BAHAYA KEBOCORAN RADIASI
• Dari alat sendiri (reposisi alat).
• Dalam ruang alat.
• Luar ruangan alat.

8. BAHAYA PENGGUNAAN UV LAMP

• Kerusakan fisiologis.
9. BAHAYA PENGARUH MEDAN MAGNIT

• Dalam ruangan alat.


• Di luar ruangan alat.

10. BAHAYA PENCEMARAN/KONTAMINASI KUALITAS AIR DAN UDARA

• Pencemaran pada sumber (PAM, Artesis).


• Pencemaran pada reservoir dan saluran.
• Sistem sirkulasi udara bersih dan kotor.
• Kebocoran gas anestesi, sirkulasi ruang OK.
• Penundaan penggantian absolut/hepa & medium filter AC.
11. BAHAYA INFEKSI NOSOKOMIAL
• Ruang isolasi.
• Proses cuci dan sterilisasi bahan infeksius.
• Sistem sirkulasi udara.
• Sistem alur kegiatan (instrumen, staff, pasien,
pengunjung).
• SOP dan kaidah pengawasan di rumah sakit.

12. BAHAYA KONTAK DENGAN BAHAN ATAU CAIRAN PANAS

• Uap dan air panas.


13. BAHAYA AKIBAT KEBOCORAN CAIRAN ATAU AIR DAN BAHAN KIMIA
• Eter, alkohol.
• Bahan Desinfektan.
• Bahan Bakar.
• Kebocoran/Rembesan Air.

14. BAHAYA AKIBAT KEAUSAN/ FATIGUE PERALATAN

• Gangguan mekanis sistem pengaman.


• Patahnya peralatan.
• Ausnya skrup dan mur/baut.
15. BAHAYA AKIBAT KERETAKAN/ PERUBAHAN /
PENURUNAN STRUKTUR BANGUNAN

• Leveling alat berubah.


• Ledakan pada lantai.
• Kelapukan material
bangunan.
• Renovasi ruangan
(terhadap sistem yang ada).
16. BAHAYA AKIBAT BANJIR, GEMPA DAN KEBAKARAN ( BENCANA LAINNYA )
• Sistem evakuasi dan arahan/jalan untuk keselamatan, rambu, dll.

17. BAHAYA AKIBAT SALAH PROSEDUR PENGGUNAAN SISTEM DAN PERALATAN

• Pewarnaan/penandaan antara lain : instalasi gas medic, panel, dll


• Kelayakan kapabilitisan petugas ( Kompetensi/wewenang ) .

18. BAHAYA AKIBAT KELALAIAN CARA/PROSEDUR PEMELIHARAAN PERALATAN

• Kalibrasi/Pengecekan, SPO pemeliharaan, IPM, PM, CM


HOSPITAL
HAZARD
ON
UTILITY
1. Penggunaan Listrik
• Instalasi sistem kelistrikan sebagaimana dimaksud harus
memenuhi persyaratan yang meliputi:

a. Sumber daya listrik; Panel hubung bagi;


Jaringan distribusi listrik;
b. Perlengkapan serta Instalasi listrik untuk
memenuhi kebutuhan Bangunan RS yang
terjamin terhadap aspek keselamatan
c. Keamanan Instalasi listrik beserta
perlengkapannya;
d. Keamanan Rumah Sakit serta isinya; dan
e. Perlindungan lingkungan dari bahaya listrik.
2. Penggunaan Air
• Instalasi Air terdiri dari :
a. Instalasi air minum / bersih; ( PAM, Artesis, Filter )
b. Instalasi air kotor / limbah; ( IPAL, STP ) dan
c. Instalasi air hujan ( Resapan, Saluran, dll ).

BAKU MUTU :
AIR MINUM
AIR BERSIH
AIR LIMBAH
3. Penggunaan tata udara
a. Instalasi ventilasi; dan
b. Instalasi sistem pengkondisian udara.
– Terdiri atas ventilasi alami dan/atau
ventilasi mekanik/buatan sesuai
syarat dan fungsinya.
– Sistem Instalasi tata udara harus
dirancang tidak menyebabkan
terjadinya penularan penyakit.
– Pemasangan Instalasi tata udara
harus mempertimbangkan prinsip-
prinsip penghematan energi dan
ramah lingkungan.
4. Penggunaan Boiler
• Instalasi uap meliputi sumber uap, distribusi uap,
dan terminal uap.
• Sumber uap diperoleh dari boiler (katel uap).
• Penempatan sumber uap harus mudah diamati,
dipelihara, dan tidak membahayakan, mengganggu
dan merugikan lingkungan, bagian Bangunan RS dan
Instalasi lain, serta diperhitungkan berdasarkan
peraturan & standar teknik yang berlaku.
• Uap yang dialirkan untuk dipergunakan pada
peralatan dapur atau keperluan laundry atau jenis
lainnya harus mengikuti peraturan dan standar
teknik yang berlaku.
• Instalasi uap dan kelengkapannya harus diuji
sebelum digunakan dan diperiksa secara berkala
oleh instansi yang berwenang.
5. Penggunaan Gas Medis
• Instalasi gas medik dan vakum medik meliputi :
a. Sumber gas medik dan vakum medik;
b. Jaringan pemipaan sistem gas medik dan vakum medik; dan
c. Terminal sistem gas medik dan vakum medik.
• Sumber gas medik dan vakum medik meliputi :
a. Silinder medik;
b. Oksigen konsentrator;
c. Kompresor udara;
d. Pompa vakum; dan
e. Pompa buangan sisa gas anastesi.
• Terminal sistem gas medik & vakum medik meliputi:
a. Stasiun outlet dan inlet; dan
b. Regulator tabung, yang dipergunakan langsung ke
pasien melalui tabung gas medik.
5. Penggunaan Gas Medis
• Silinder medik meliputi
a. Silinder gas, silinder gas cair (PGS)
b. Container cair (cryogenik).
• Jaringan pemipaan sistem gas
medik dan vakum medik meliputi :
a. Katup;
b. Rakitan buatan pabrik;
c. Rel gas medik (rgm) yang terpasang
pada permukaan;
a. Indikator tekanan dan vakum;
b. Sistem peringatan;
c. Distribusi; dan
d. Penamaan dan identifikasi.
6. Penggunaan Jaringan Komunikasi
• Sistem informasi di Rumah Sakit harus didesain
dengan sistem keamanan yang optimal untuk
menjamin aplikasi hanya dapat diakses oleh
petugas yang berwenang.
• Sistem komunikasi dalam Bangunan Rumah Sakit
dimaksudkan sebagai penyediaan sistem
komunikasi baik untuk keperluan internal
bangunan maupun untuk hubungan ke luar pada
saat terjadi kebakaran dan/atau kondisi darurat
lainnya.
• Sistem komunikasi antara lain sistem telepon,
sistem tata suara (Paging), sistem panggil
perawat, dan sistem voice evacuation.
7. Penggunaan Sistem Pengelolaan Limbah
• Instalasi pengelolaan limbah meliputi:
 Limbah padat ( medis, non medis );
cair; gas; radioaktif; B3.
• Meliputi:
a. Sumber/pewadahan/alat sanitasi;
b. Jaringan; dan
c. Pengolahan akhir.
• Akses ke/dari menuju Instalasi
pengelolaan limbah melalui akses/pintu
layanan servis.
8. Penggunaan Lift
• Lift dengan lebar pintu tidak kurang dari 1,20 meter untuk
memungkinkan lewatnya tempat tidur dan brankar
/tempat tidur pasien bersama dengan pengantarnya.
• Dalam hal lift pengunjung digunakan sebagai lift pasien,
ukuran lift pengunjung harus sama dengan lift pasien
• Setiap bangunan Rumah Sakit yang menggunakan lift
harus menyediakan lift khusus kebakaran yang dimulai
dari lantai dasar bangunan (ground floor).
• Dalam hal Rumah Sakit tidak memiliki lift khusus
kebakaran, lift pasien, lift pengunjung, atau lift servis
dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan
darurat dapat digunakan khusus oleh petugas
kebakaran.
8. Izin Penggunaan Lift
- PEMERIKSAAN DOKUMEN
Pemeriksaan dokumen yang dilakukan, meliputi :
• Surat pengesahan pemakaian
• Gambar konstruksi
• Wiring Diagram
• Design kekuatan konstruksi bagian yg penting
• Sertifikat bahan
• Log book (maintenance dan manual operation)
• Kartu Lisensi K3 (SIO Operator)
- PEMERIKSAAN VISUAL (BERDASARKAN CEKLIST)
- PEMERIKSAAN TIDAK MERUSAK ( NON DESTRUKTIF TEST/NDT)
- PENGUJIAN FUNGSI
- PENGUJIAN BEBAN
9. Penggunaan Genset
Persyaratan Dasar
– Proteksi untuk keselamatan
– Proteksi sentuh langsung
– Proteksi sentuh tidak langsung
– Proteksi efek termal
– Proteksi arus lebih
– Proteksi arus gangguan
– Proteksi tegangan lebih akibat petir
– Proteksi perlengkapan & instalasi listrik
10. Penggunaan Mekanikal dan Elektrikal
• Instalasi mekanikal & elektrikal pada Bangunan RS meliputi:
– Instalasi transportasi vertikal;
– Instalasi sistem pencahayaan;
– Instalasi sistem kelistrikan; dan
– Instalasi proteksi petir.
Instalasi Kelistrikan
• Instalasi sistem kelistrikan harus memenuhi persyaratan yang
meliputi:
Sumber daya listrik;
Panel hubung bagi;
Jaringan distribusi listrik; ( Denah )
Perlengkapan serta Instalasi listrik untuk
memenuhi kebutuhan Bangunan RS
yang terjamin terhadap aspek
keselamatan manusia;
Keamanan Instalasi listrik beserta
perlengkapannya;
Keamanan Rumah Sakit serta isinya; dan
Perlindungan lingkungan dari bahaya
listrik.
• Instalasi Proteksi Listrik
– Instalasi proteksi bertujuan untuk
mengurangi secara nyata risiko
kerusakan yg disebabkan oleh petir
terhadap Bangunan Rumah Sakit,
termasuk manusia, peralatan, dan
perlengkapan bangunan lainnya dalam
Bangunan Rumah Sakit.

Semua bagian konduktif dibonding ( ground )


Semua fasa jaringan RSTNG dipasang Arrester
Bila terjadi sambaran petir pada jaringan instalasi listrik
semua kawat RSTN tegangannya sama tidak ada beda
potensial
Kesesuaian standar, peraturan dan perijinan terkait bangunan dan
prasarana Rumah Sakit
Kontinuitas dalam system Utilitas bagi pasien, keluarga, staf & pengujung;
Mengurangi & mengendalikan bahaya & risiko yang diakibatkan system
utilitas Rumah Sakit
Referensi Acuan:
Dalam melaksanakan pemenuhan sarana dan prasarana Rumah Sakit perlu memperhatikan acuan
sebagai berikut:
1. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Gawat Darurat yang dikeluarkan oleh Direktorat
Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
2. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
3. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Perawatan Intensive yang dikeluarkan oleh
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
4. Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistm Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik yang
dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
5. Pedoman Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit Kelas A,B,C dan D yang dikeluarkan oleh
Ditjen Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan.
6. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Instalasi Sterilisasi Sentral (CSSD) yang dikeluarkan oleh
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
7. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Mekanik yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.
8. Pedoman Teknis Ambulans yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan Tahun 2014.
9. Pedoman Teknis Bangunan dan Prasarana Fasilitas Ruang Infeksi TB yang dikeluarkan oleh
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2014.
10.Pedoman teknis dapat di download di website aspak.buk.depkes.go.id.

Anda mungkin juga menyukai