Anda di halaman 1dari 42

KESIAPAN MENGHADAPI 

KONDISI DARURAT DAN BENCANA 

DI RUMAH SAKIT 

Triyo Hartono SKM.,M.KKK.


Pembimbing Kesehatan Kerja Muda (JFT)
Email : triyohartono@yahoo.co.id
KONSEP KONDISI
DARURAT DAN BENCANA
1. memungkinkan  rumah  sakit  untuk  terus 
berfungsi  dan  terutama  pada  sarana 
perawatan  selama  dan  setelah  keadaan 
darurat dan bencana;
2. melindungi  petugas  kesehatan,  pasien  dan 
keluarga dari bencana;
3. melindungi  integritas  fisik  bangunan  rumah 
sakit,  peralatan  dan  sistem  rumah  sakit 
kritis; dan
4. membuat  rumah  sakit  aman  dan  tahan 
terhadap risiko yang akan datang, termasuk 
perubahan iklim.
DASAR
Ø
HUKUM
UU RI Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Persyaratan Bangunan Gedung.
Ø UU RI Nomor  8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Ø UU RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Ø UU RI Nomor 44 Tahun 2009Tentang Rumah Sakit.
Ø UU RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Ø PP    RI  Nomor  21  Tahun  2008  Tentang  Penyelenggaraan 
Penanggulangan Bencana.
Ø PP RI Nomor 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.28 
tahun 2002  Tentang Bangunan Gedung.
Ø Permenkes No. 66 Tahun 2016 Tentang K3RS
Ø KepMeneg  PU  No.  10/KPTS/2000    Tentang  Ketentuan  Teknis 
Pengamanan  Terhadap  Bahaya    Kebakaran  Pada  Bangunan  Gedung 
dan Lingkungan.
Ø KepMeneg  PU  No.  11/KPTS/2000  Tentang  Ketentuan  Teknis 
Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan.
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng 
tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. 
Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari 
Pulau Sumatera ? Jawa - Nusa Tenggara ? Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan 
dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus 
rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data 
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang 
tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986). 
ANCAMAN BAGI KITA SEMUA
DAMPAK BENCANA SECARA UMUM:
q  Hilangnya Jiwa & keluarga pekerja
q  Kerusakan fisik / sarpras / fasilitas
q  Hilangnya harta benda
q  Hilangnya mata pencaharian
q  Kerusakan lingkungan
q  Penularan penyakit lebih cepat
q  Lumpuhnya pelayanan kesehatan 
dan   lainnya
q Jangka panjang  kekurangan gizi
KONSEPTUAL DARURAT
DAN MANAJEMEN RISIKO BENCANA

 konsekuensi; manusia dan 
angin topan, banjir,  material. Kerusakan gedung 
Hampir semua

N A komunitas/ bagian gempa bumi, 


kebakaran hutan, 
Semua efek
samping ini
, masyarakat terisolasi, dan 
layanan dasar rusak. Orang 

A terkena dampak kehilangan pekerjaan dan 


kekeringan, letusan  mengganggu bisnis mereka, hasil panen 

N C buruk, gunung berapi, insiden 
kimia, serangan 
rutinitas
kehidupan sebuah
hancur dan produksi 
pertanian macet. Orang 

E
baik berasal dari hilang, terluka atau terluka 
teroris, kekerasan 
B alam atau komunitas/ bagian terbunuh, dan mengalami 
terhadap kesehatan  berbagai efek kesehatan 
penyebabnya pekerja, pasien dan  dan memiliki lainnya, termasuk penyakit, 
bahaya teknologi fasilitas, dan wabah  berbagai gangguan terhadap 
ATAU masyarakat penyakit konsekuensi . pengobatan penyakit 
kronis, efek psikososial dan 
kecacatan.
KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA
( STANDAR KARS )

Kedaruratan Dalam Standar Akreditasi RS


RS membuat rencana & program penanganan kedaruratan yang berisikan proses 
untuk :
a. Menetapkan jenis, kemungkinan dan konsekuensi dari bahaya, ancaman dan 
kejadian;
b. Menetapkan peran RS dalam kejadian tersebut;
c. Strategi komunikasi pada kejadian;
d. Pengelolaan sumber daya pada waktu kejadian, termasuk sumber daya alternatif;
e. Pengelolaan kegiatan klinis pada waktu kejadian, termasuk alternatif tempat 
pelayanan;
f. Identifikasi dan penugasan peran dan tanggung jawab staf pada waktu kejadian
g. Proses untuk mengelola keadaan darurat/kedaruratan bila terjadi pertentangan 
antara tanggung jawab staf secara pribadi dgn tanggung jawab RS dalam hal 
penugasan staf untuk pelayanan pasien
 
Rencana kesiapan menghadapi bencana diujicoba melalui :   -     Ujicoba tahunan / 
Berkala 
MF MFK 5
Keselamatan & Keamanan K4
Tumpahan B3 & Limbah
 RS mampu mengamankan fasilitas dan  MF  Rumah sakit mengidentifikasi bahan 
kejadian  yang  tidak  diinginkan  &    K6 berbahaya dan limbahnya . Membuat 
membatasi akses dan gerakan di dalam  rencana meliputi penanganan 
rumah sakit. Sampai dinyatakan darurat  Darurat, penyimpanan dan 
keamanan selesai. penggunaan yang aman.
RUANG 
LINGKUP 
System penarikan  atau  DARURAT
MFK 7
pemindahan produk/ peralatan  Kebakaran
medis bila terjadi keadaan darurat
MFK Rumah sakit mampu memindahkan 
semua pasien, mengaktifkan alarm 
8 MFK 9 kebakaran, mampu membatasi asap 
Darurat Utilitas -10 dan api, mengevakuasi, penandaan 
       proses emergensi  terganggunya system  EXIT
pengadaan air minum dan listrik  jika terjadi 
kontaminasi atau kegagalan
BENCANA SPESIFIK YG MUNGKIN TERJADI DI R S

Ø Banjir  Tercemarnya Kualitas air
Ø Kebakaran gedung 
Ø Ledakan peralatan, tabung tekan uap
Ø Epidemi & Endemi pasca bencana alam
Ø Konsleting listrik 
Ø Terkontaminasinya makanan/minuman
Ø Terkontaminasinya sediaan darah dg Virus HIV
Ø Dan lain sebagainya
 ISU TERBESAR KEBAKARAN!!!
Pengelolaan Bencana yg melibatkan Rumah Sakit bisa dibedakan 
menjadi dua, yaitu:
Ø Bencana yg terjadi di luar Rumah Sakit.
Dlm hal ini Rumah Sakit terlibat sebagai penyelenggara pelayanan 
kesehatan bagi korban bencana
Ø Bencana yg terjadi di lingkungan Rumah Sakit itu sendiri
 
Manajemen Bencana
Segala upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dalam 
rangka pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,
tanggap darurat dan pemulihan berkaitan dengan 
bencana yang dilakukan pada sebelum, pada saat dan 
setelah bencana.

Penilaian Risiko
v Identifikasi ancaman (hazard),
kerentananan (vulnerability – HVA )
v Analisis Risiko Bencana
v Tentukan tingkat Risiko
v Buat Peta Risiko Bencana
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Perencanaan
Pencegahan
Situasi  Pengurangan Risiko
Pendidikan
Tidak  Pelatihan
Prabenca Ada  Penelitian
Bencana Penaatan Tata Ruang
na
Situasi  ü Mitigasi
Terdapat  ü Peringatan Dini
Potensi  ü Kesiapsiagaan

Saat Bencana Kajian Cepat


Penyelengg
Status Keadaan Darurat
araan Tanggap Penyelamatan & Evakuasi
Darurat Pemenuhan Kebutuhan 
Dasar
Rehabilita Perlindungan
Pascabencana si Pemulihan
Rekonstruk Ø Prasarana dan Sarana
si Ø Sosial
Ø Ekonomi
Ø Kesehatan
Ø Kamtib
Ø Lingkungan
PRINSIP KESIAPSIAGAAN
DARURAT BENCANA

Pada situasi bencana  Rumah Sakit akan menjadi tujuan akhir 
dalam menangani korban sehingga RS harus melakukan 
persiapan yang cukup.. 

Persiapan  
- dalam bentuk menyusun perencanaan menghadapi situasi darurat atau 
- rencana  kontingensi,  yang  juga  dimaksudkan  agar  RS  tetap  bisa 
berfungsi-hari  terhadap  pasien  yang  sudah  ada  sebelumnya  (business
continuity plan)

Rencana tersebut  disebut sebagai Rencana Penanggulangan 
Bencana di Rumah Sakit, atau Hospital Disaster Plan (HDP).
Ketika BENCANA  selalu terjadi keadaan yang kacau 
(chaos), 

Dampak    menganggu  proses  penanganan  pasien  & 


mengakibatkan  hasil yang tidak optimal. 

Dengan  HDP  yang  baik,    chaos  akan  tetap  terjadi,  tetapi 


diusahakan agar   waktunya sesingkat mungkin 
  sehingga  pelayanan  dapat  tetap  dilakukan  sesuai  standard 
yang  ditetapkan,  sehingga  mortalitas  dan  moriditas  dapat 
ditekan seminimal mungkin.
Hal-hal yang paling sering 
muncul saat Bencana di RS 
adalah: 
q Pada satu saat ada penderita dalam jumlah banyak yang harus dilayani 
sehingga  persiapan  yang  terlalu  sederhana  (“simple  alarm)“  akan  tidak 
mencukupi, dan diperlukan persiapan yang lebih komperhensif dan intensif 
    (Organization for a Mass admission of Patients – OMP ”). 
q Kebutuhan  yang  melampaui  kapasitas  RS,  dimana  hal  ini  akan 
diperparah  bila  terjadi  kekurangan  logistic  dan  SDM,  atau  kerusakan 
terjadi infra struktur dalam RS itu sendiri. 

Kedua  hal  tersebut  diatas  wajib  diperhitungkan  baik 


untuk  bencana  yang  terjadi  diluar  maupun  didalam  RS 
sendiri.
TINDAKAN RUMAH SAKIT PADA SAAT
TERJADI BENCANA :
a. Usahakan mengurangi kepanikan semaksimal mungkin dg pemberitahuan 
mengenai sarana komunikasi mengenai apa yg terjadi
b. Aktifkan tanda bahaya
c. Segera bentuk pusat pengendali komando penanganan keadaan darurat 
sesuai dg sistem & prosedur yg telah ditetapkan sebelumnya
d. Pastikan Tim Penanggulangan keadaan darurat segera bekerja
e. Jika memungkinkan lakukan isolasi di tempat kejadian agar tidak meluas
f. Lakukan evakuasi terhadap korban & pasien yg perlu diperhatikan:
Ø Jangan lupa menandai & mencatat pasien
Ø Persiapkan alat khusus untuk pasien yg membutuhkan
Ø Evakuasi melalui pintu darurat atau jalan keluar darurat
Ø Perhatikan kondisi psikologis pasien & petugas selama evakuasi
g. Lakukan pengukuran tingkat keadaan darurat & bencana.
h. Jika keadaan telah diatasi & sudah normal segera beri tanda bahwa 
keadaan darurat/bencana sudah diatasi
EVAKUASI
KORBAN
A. Prioritas Evakuasi
1. Pasien, 
2. Rekam medik pasien yang sedang dirawat inap.
3. Alat medis mayor (Monitor, Trolley, dll).
B. Daerah Tujuan Evakuasi
 
Klasifikasi pasien dalam evakuasi :
» Pasien kelompok A, bisa berjalan, tidak memerlukan monitoring, jantung 
dan paru tidak terganggu, maksimal terpasang 1 infus line.
» Pasien  kelompok B,  bisa berjalan, namun terpasang monitor jantung 
paru definitif.
» Pasien kelompok C, tidak bisa berjalan, tidak terpasang monitor dan 
jantung paru dalam keadaan baik.
» Pasien  kelompok D,  tidak bisa berjalan, terpasang monitor jantung-
paru definitif.
» Pasien kelompok E, tidak bisa berjalan, terpasang support vital 
(ventilator, obat-obat inotropik, perlu continuous suction, pace maker, 
WSD, dll).
TAHAPAN EVAKUASI PASIEN RAWAT INAP

 Pertama, evakuasi dilakukan terhadap pasien kelompok A 
dan kelompok B bersama­sama. 
 Kedua, evakuasi dilakukan terhadap pasien kelompok C. 
 Ketiga, untuk pasien  kelompok D harus dibawa dengan 
stretcher/ tandu/ tempat tidur beroda. 
 Keempat, untuk pasien kelompok E, harus dibawa seperti 
pasien kelas D, namun oleh 5 orang( bila memakai 
stretcher/tandu), atau 3 orang bila memakai tempat tidur 
beroda. 

PRINSIP UTAMA EVAKUASI  PENOLONG JANGAN SAMPAI MENJADI


KORBAN
RENCANA
TANGGAP DARURAT
a. Komponen rencana tanggap darurat:
i. Identifikasi & evaluasi bahaya
ii. Menaksir potensi kerugian yg diakibatkan
iii. Memperkirakan waktu yg dibutuhkan untuk menggerakkan 
tanggap darurat
iv. Menentukan perubahan­perubahan yg terjadi dlm operasional 
Rumah Sakit
v. Mempertimbangkan tenaga & peralatan yg mungkin diperlukan 
untuk menghadapi keadaan darurat termasuk sumber­sumber 
dari luar Rumah Sakit.

b.  Tahapan penyusunan rencana tanggap darurat :
i. Survey bahaya :
ii. Membentuk tim tanggap darurat :
iii. Menetapkan prosedur pengendalian.
iv.Pelatihan
v. Menjaga prosedur selalu sesuai dg situasi terkini 
Dlm penyusunan prosedur 
dari rencana tanggap 
darurat,
minimal harus terdpt hal-hal sebagai berikut:

a) Terdpt organisasi penanggulangan keadaan darurat & bencana
b) Identifikasi risiko yg mungkin terjadi di dlm & di luar lingkungan Rumah Sakit 
(contoh di dlm RS: Kebakaran Gedung, di luar RS: Gempa Bumi )
c) Adanya prosedur pemberitahuan, prosedur pengorganisasiaan & sistem 
komunikasi
d. Adanya peralatan & sarana penunjang dlm keadaan darurat/bencana yg sesuai 
kebutuhan (contoh Instalasi Gawat Darurat, Peralatan Pemadam Kebakaran dip
e. Adanya prosedur pemulihan ke kondisi normal
f. Adanya detail prosedur pelaksanaan dari masing­masing unit dlm organisasi 
tanggap darurat/bencana, dimulai dari tugas komandan penanggulangan gawat 
darurat/bencana sampai pd apa yg harus dilaksanakan oleh masing­masing unit 
& masing­masing petugas
g. Adanya jadwal rutin pelatihan & uji coba terhadap kesiapan petugas & 
prosedur
Rencana tanggap darurat 
(disaster plan) berdaya guna & 
berhasil guna, perlu 
diperhatikan hal-hal sbb:

a) Harus ada komitmen dari pimpinan Rumah Sakit bahwa 
prosedur ini perlu & harus dilaksanakan oleh semua pihak
b) Menyiapkan sarana & prasarana tanggap darurat
Ø Petugas yg harus melaksanakan tanggap darurat sudah 
terlatih & tahu tugasnya
Ø Sarana & prasarana penunjang harus tersedia & berfungsi dg 
baik setiap saat diperlukan, terutama sarana komunikasi, 
evakuasi & peralatan gawat darurat
c) Sosialisasi & penyuluhan ke seluruh karyawan Rumah Sakit
d) Melaksanakan pelatihan & uji coba
e) Evaluasi Sistem Tanggap Darurat
UNSUR PENTING
DALAM RENCANA
 Dilatihkan kepada semua tenaga baru
 Secara berkala ada refreshing terhadap karyawan lama, adakan simulasi
 Selalu diuji­coba keampuhan pedoman
 Segera perbaiki bila ada kesulitan pelaksanaan dan alat/metode yg sudah lama
 Dipahami oleh setiap karyawan

HAZARD VULNERABILITY ANALYSIS


(HVA)??
• HVA / Analisis Kerentanan Bahaya : cara untuk memusatkan perhatian pada
bahaya-bahaya yang paling mungkin terjadi dan memberikan dampak pada
fasilitas RS dan masyarakat sekitarnya dan harus ditinjau lagi setiap tahun.
• Asumsikan setiap insiden terjadi pada saat kemungkinan terburuk
(misalnya selama jumlah pasien banyak / peak patient loads)
Bencana diluar RS, yg diharapkan dari Kesiapsiagaan Darurat dan Bencana 
adalah: 
•    Korban  dlm  jumlah  yg  banyak  mendapat  penanganan  sebaik  mungkin, 
melalui :
•  Optimalisasi kapasitas penerimaan dan penanganan pasien, dan 
•  Pengorganisasian kerja secara profesional, sehingga 
•  Korban/pasien tetap dapat ditangani secara individu, termasuk pasien 
yg   sudah dirawat sebelum bencana terjadi.

Sedangkan untuk penanganan korban di luar RS, bantuan 
medis diberikan dalam bentuk pengiriman tenaga medis 
maupun logistik medis yg diperlukan.
Bencana  didalam RS, seperti kebakaran, bangunan roboh dsb, targetnya adalah : 
a. Mencegah timbulnya korban manusia, kerusakan harta benda maupun lingkungan, 
dengan cara: 
• Membuat SPO yang sesuai 
• Melatih karyawan agar dapat menjalankan kebijakan/Pedoman/SPO tersebut 
• Memanfaatkan bantuan dari luar secara optimal. 
b.  Mengembalikan fungsi normal RS secepat mungkin
Konsep dasar Kesiapsiagaan Darurat Bencana adalah: 
Ø Melindungi semua pasien, pengunjung, karyawan, dan tim penolong 
Ø Respon yang optimal dan efektif dari tim penanggulangan bencana 
yg berbasis pada struktur organisasi RS sehari-hari 

HDP  mempertimbangkan komponen-komponen: 
ü kebijakan penunjang, 
ü struktur organisasi dengan pembagian tugas dan sistim komando 
yang jelas, 
- sistim komunikasi – informasi, 
- pelaporan data, 
- perencanaan fasilitas penunjang, 
- serta sistim evaluasi dan pengembangan. 
ü Ancaman bencana didaerah tersebut (Hazard Mapping), 
ü Pengalaman masa lalu, 
ü Ketersediaan  sumber  daya  khususnya  SDM,  (  kebijakan  lokal 
maupun nasional )

HDP  diuji dalam suatu simulasi, disosialisasikan ke internal RS maupun 
institusi terkait
Tim Penyusun Disaster, ideal anggotanya merupakan gabungan dari : 
• Unsur pimpinan( minimal Kepala Bidang / Instalasi ), 
• Unsur pelayanan gawatdarurat ( kepala UGD ), Medis.
• Unsur Umum / Rumah tangga, Unsur paramedis, dan 
• Unsur K3, Unsur lain yg dipandang perlu. 
Anggota  sebaiknya  sudah  memiliki  dasar-dasar  mengenai  Hospital
Preparedness, dan bekerja berdasar suatu guide line yang standar, serta 
diberikan target waktu.

Hasil  yang  maksimal  bila  didasari  atas  komitmen  dan  konsistensi  dari 
menejemen RS. Konsistensi diperlukan yg merupakan proses yang kontinyu 
sehingga diperlukan usaha untuk mempertahankan kinerja tim

HDP diharapkan memenuhi 
prinsip pokok sbb:

ü Organisasi  Penanggulangan  Bencana  berbasis  pada  organisasi  RS  sehari-hari. 


Perubahan yg terlalu besar berpotensi gagal. 
ü Prosedur  dalam  HDP  dibuat  sesederhana  mungkin,  tapi  mencakup  semua  yg 
diperlukan 
ü Prosedur  lengkap  dibuat  secara rinci,  tetapi  untuk  pekerja lapangan  perlu dibuat 
checklist.
HAL-HAL LAIN YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN 
ADALAH: 

1. Kewenangan  untuk  menggerakkan  tim  4. Alur  lalu-lintas  di  area  RS  dan 
harus  dibuat  sesederhana  mungkin,  sekitarnya dipersiapkan dgn cermat.
jangan bergantung pada pimpinan tertinggi  5. Penggunaan tanda pengenal utk korban 
/  direktur  RS.  Proses  pelimpahan  ( tagging ) yang jelas. 
wewenang  harus  dibuat  sependek  6. Komunikasi  intra  RS  dengan 
mungkin.  alternatifnya. 
2. Penilaian  kapasitas  RS  jangan  hanya  7. Sistim Triase yg sesuai. 
berdasar pada jumlah tempat tidur, supaya  8. Penyiapan logistic. 
tidak terjadi penilaian yg terlalu optimistic.  9. Pengamanan untuk korban dan segenap 
3. Penyiapan  fasilitas  dan  area  yang  karyawan serta tim penolong. 
terencana  dengan  baik  pada  masa  pra- 10. Manejemen  informasi  internal  maupun 
bencana.  eksternal. 
11. Prosedur evakuasi RS yg diperlukan.
KESIAPAN DALAM MENGHADAPI
KONDISI DARURAT DAN BENCANA
DI RUMAH SAKIT
STANDAR MFK STANDAR MFK PENJELASAN
KARS EDISI I VERSI 2012
MFK  6 MFK 6 Ada penambahan elemen penilaian 
yaitu rumah sakit agar melakukan 
self asesmen kesiapsiagaan 
menghadai kedaan darurat.
Elemen Penilaian MFK 6
1. Rumah sakit mempunyai regulasi manajemen disaster meliputi butir 
1 sampai dengan 8 pada maksud dan tujuan. (R)
2. Rumah sakit mengidentifikasi bencana internal dan eksternal yang 
besar seperti keadaan darurat di masyarakat, wabah dan bencana 
alam atau bencana lainnya, serta kejadian wabah besar yang dapat 
menyebabkan risiko yang signifikan. (D,W)
3. Rumah sakit telah melakukan self assessment kesiapan menghadapi 
bencana dengan menggunakan hospital safety index dari WHO. 
(D,W)
4. Instalasi gawat darurat telah mempunyai ruang dekontaminasi 
sesuai dengan butir 1 sampai dengan 6 pada maksud dan tujuan. 
32
(D,O,W)
Unsur kunci pengembangan menuju rumah sakit yg aman adalah 
pengembangan dan penerapan indeks keamanan rumah sakit (hospital
safety index) - alat diagnostic cepat serta murah untuk menilai kemungkinan 
bahwa rumah sakit akan tetap beroperasi dalam keadaan darurat dan bencana. 
Untuk mengukur kesiapsiagaan RS dalam menghadap bencana maka rumah 
sakit agar melakukan self assessment dengan menggunakan instrument
hospital safety index dari WHO tersebut. 

Untuk menyiapkan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit dalam menghadapi 
bencana ekternal maka di Instalasi Gawat Darurat perlu ada ruang 
dekontaminasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Ruangan ini ditempatkan di sisi depan/luar ruang gawat darurat atau 
terpisah dengan ruang gawat darurat;
2. Pintu masuk menggunakan jenis pintu swing membuka ke arah dalam dan 
dilengkapi dengan alat penutup pintu automatis;
3. Bahan penutup pintu harus dapat mengantisipasi benturan-benturan 
brankar;
4. Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air;
5. Konstruksi dinding tahan terhadap air sampai dengan ketinggian 120 cm 
dari permukaan lantai;
6. Ruangan dilengkapi dengan sink dan pancuran air (shower). 33
STANDAR STANDAR MFK PENJELASAN
MFK VERSI 2012
KARS EDISI I
MFK 6.1 MFK 6.1 Jumlah EP sama, tetapi EP 3 pada 
standar versi 2012 dipindahkan ke MFK 
2 EP 4 standar KARS edisi I dan EP 3 
tersebut diganti dengan siapa saja yang 
wajib mengikuti simulasi bencana  
Elemen Penilaian MFK 6.1
1. Seluruh program atau setidaknya elemen-elemen kritis program dari 
butir 3 sampai dengan 8 pada maksud dan tujuan MFK 6 
disimulasikan setiap tahun. (D,W)
2. Pada akhir setiap simulasi dilakukan diskusi (debriefing) mengenai 
simulasi tersebut serta dibuat laporan dan tindak lanjut. (D,W)
3. Peserta simulasi adalah semua pegawai/staf rumah sakit, pegawai 
kontrak, dan  pegawai dari tenant/penyewa lahan. (D,W)

34
KESIAPAN DALAM MENGHADAPI KONDISI DARURAT DAN
BENCANA DI RUMAH SAKIT

A.
IDENTIFIKASI
POTENSI
KONDISI DARURAT
KESIAPAN DALAM MENGHADAPI KONDISI DARURAT DAN
BENCANA DI RUMAH SAKIT

B. Ø Mitigasi (Mitigation),
PENYUSUNAN
RENCANA Ø  Kesiapsiagaan 
TANGGAP DARURAT (Preparedness),
BENCANA Ø  Kesigapan (Response),
Ø  Pemulihan (Recovery),
KESIAPAN DALAM MENGHADAPI KONDISI DARURAT DAN
BENCANA DI RUMAH SAKIT

C.
PEMBENTUKAN
TIM TANGGAP
DARURAT
DAN BENCANA
KESIAPAN DALAM MENGHADAPI KONDISI DARURAT DAN
BENCANA DI RUMAH SAKIT

D.
SKENARIO
TANGGAP DARURAT
DAN BENCANA
KESIAPAN DALAM MENGHADAPI KONDISI DARURAT DAN
BENCANA DI RUMAH SAKIT

E.  Pemberitahuan 
 Evakuasi . 
SIMULASI   Penghitungan Pekerja pada Titik Berkumpul . 
KONDISI DARURAT   Penilaian Keadaan Darurat 
DAN BENCANA   Memindahkan Pekerja yang Cidera 
  Kontak Telepon Awal dengan Pihak Luar 
 Penghentian Sarana dan Kegiatan Tertentu . 
  Mendirikan Penghalang 
  Menyebarkan Informasi pada Para Pekerja
  Membersihkan Sisa­sisa Penanggulangan . 
  Pekerja Memasuki Gedung Kembali  
  Pertemuan Penutup 
Pelatihan / Program edukasi
o Jelaskan proses untuk melatih semua
staff setidaknya sekali per tahun dan
bagaimana pengetahuan mereka diuji

o Sertakan setiap pendidikan yang


diberikan kepada pasien, seperti
informasi tentang evakuasi dan lokasi
titik kumpul aman
Identifikasi potensi PENYUSUNAN RENCANA  PEMBENTUKAN TIM 
TANGGAP DARURAT  TANGGAP DARURAT DAN 
bencana BENCANA BENCANA

SKENARIO TANGGAP  SIMULASI KONDISI 
DARURAT DAN BENCANA  DARURAT DAN BENCANA 

MANAJEMEN TANGGAP DARURAT

Anda mungkin juga menyukai