Anda di halaman 1dari 44

STANDAR SARANA DAN BANGUNAN

RUMAH SAKIT
Bangunan Rumah sakit 
bangunan yang penuh dengan
berbagai sumber penyakit dan
sumber infeksi.

Berpotensi terjadi penularan


penyakit dan infeksi dari
pasien ke pasien, dari pasien
ke staf atau sebaliknya dari
staf ke pasien.
Bangunan rumah sakit hendaknya mampu
mendukung

 mencegah penyebaran sumber penyakit dan sumber infeksi


(Bakteri, virus, mikroorganisme yang berada di udara
(airborne microorganism), jamur, dan sumber-sumber penyakit
lainnya).

 pengendalian lingkungan untuk fungsi medik yang spesifik,


antara lain: tindakan atau proses penyembuhan yang
menuntut pengendalian kondisi termal ruangan yang berbeda
dari kenyamanan umum.
KEBIJAKAN TERKAIT SARANA
BANGUNAN RUMAH SAKIT
• UU No. 36 thn 2009 Tentang Kesehatan
• UU No. 44 thn 2009 Tentang Rumah Sakit
• UU No. 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
• UU No. 1 Th 1970 Tentang Keselamatan kerja
• Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
• Undang Undang No.15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan.
• UU NO.10 TAHUN 1997 Tentang Ketenaga Nukliran
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 45/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
KEBIJAKAN TERKAIT SARANA
BANGUNAN RUMAH SAKIT
• Permenkes 147 tahun 2010 tentang Perizinan RS
• Permenkes 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi RS
• Kepmenkes No. 876/Menkes/SK/VII/2001 tentang Pedoman teknis
analisis dampak kesehatan lingkungan
• Kepmenkes No. 1335/Menkes/SK/IX/2002 tentang Standar
Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara Ruangan
Rumah Sakit
• Kepmenkes No. 351/Menkes/SK/III/2003 tentang Komite Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan
• Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
• Kepmenkes No. 432/Menkes/SK/IX/2007 tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3) di Rumah Sakit
Undang-Undang R.I. No. 44 Tahun 2009,
tentang Rumah Sakit
 Persyaratan Teknis Bangunan  Persyaratan Teknis Prasarana
Rumah Sakit. (Pasal 10) Rumah Sakit, (Pasal 11)
1. R.rawat jalan. 1. Instalasi Air.
2. R.rawat inap. 2. Instalasi Mekanikal & Elektrikal.
3. R.gawat darurat. 3. Instalasi Gas Medik.
4. R.rawat intensif 4. Instalasi Uap.
5. R.operasi. 5. Instalasi pengolahan limbah.
6. R.radiologi. 6. Pencegahan dan penanggulangan
7. R.laboratorium. kebakaran
8. R.sterilisasi. 7. Petunjuk, standar dan sarana
9. R.farmasi. evakuasi saat terjadi keadaan
10. R. mekanik. darurat.
11. R.dapur. 8. Instalasi Tata Udara.
12. R.Laundri. 9. Sistem Informasi dan Komunikasi.
13. R.Jenazah. 10.Ambulans
14. Dan lain lain
UU No.36 tentang Kesehatan
Pasal 15
 Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan lingkungan,tatanan, fasilitas
kesehatan baik fisik maupun sosial bagi
masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan
yang setinggitingginya.
Bangunan Rumah Sakit memenuhi persyaratan:
1.keselamatan,
2.kesehatan,
3.kenyamanan,
4.kemudahan
DIPERLUKAN PERHATIAN KHUSUS
DALAM TATA KELOLA BANGUNAN RUMAH SAKIT

DESAIN / OPERASIONAL.
PRA
PERENCAN KONSTRUKSI MAINTENANC E
DESAIN
AAN & RENOVASI

INFORMASI PEMENUHAN STANDAR PENGENDALIAN 1. PENGENDALIAN


•Fungsi ruang • Sirkulasi KONSTRUKSI. OPERASIONAL
•Standar / •Zonasi •Dampak lingkungan
- Getaran 2. PENGENDALIAN
persyaratan PI •Tata Udara dan
- Kebisingan PROGRAM MAINTANANCE
•Standart ventilasi
•Sanitasi - Debu 3. PENGENDALIAN
operasional - Sampah
•Prasarana pendukung RENOVASI.
•Persyaratan - Sanitasi
lingkungan - Keamanan&
keselamatan

9
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN RUMAH SAKIT
MINIMAL MEMENUHI:

Keselamatan Keselamatan Struktur

Kesehatan
Pengamanan Kebakaran
Kenyamanan
KESELAMATAN DARI
Kemudahan KECELAKAAN ATAU HILANGNYA
KEMAMPUAN PENGGUNA
Keselamatan – struktur

 Mampu memikul beban sesuai fungsinya dalam


kurun waktu umur teknis yang ditentukan
 secara daktail, stabil, dan kukuh shg pada kondisi
pembebanan diatas beban maksimum, apabila
terjadi keruntuhan masih dapat memberi
kemudahan untuk evakuasi pengguna
 mampu memikul semua beban dan/atau pengaruh
luar yang mungkin bekerja selama umur layanan
struktur yang direncanakan
 Apabila bangunan rumah sakit berada pada zona gempa
atau zona angin harus direncana-kan sebagai bangunan
tahan gempa/angin
 Elemen struktur bangunan harus dirancang sedemikian
rupa sehingga pada kejadian kebakaran dalam
bangunan, tdk terjadi keruntuhan

1
11
Keselamatan – Pengamanan Kebakaran

 dilindungi terhadap bahaya kebakaran dengan


Sistem Proteksi Pasif dan Aktif thd Bahaya
Kebakaran
 Penerapan sistem proteksi pasif/aktif
didasarkan pada fungsi/klasifikasi, luas,
ketinggian, volume, bahan bangunan terpasang,
dan/atau jumlah penghuni BANGUNAN
Sistem Proteksi Pasif

Sistem proteksi pasif adalah suatu


sistem proteksi kebakaran pada
bangunan gedung yang berbasis
pada disain struktur dan arsitektur
sehingga bangunan gedung itu
sendiri secara struktural stabil
dalam waktu tertentu dan dapat
menghambat penjalaran api serta
panas bila terjadi Kebakaran.
SISTEM PROTEKSI
PASIF

kemampuan stabilitas struktur dan


elemennya, konstruksi tahan api,
kompartemenisasi dan pemisahan, serta
proteksi pada bukaan yang ada untuk
menahan dan membatasi kecepatan
menjalarnya api dan asapkebakaran.
SISTEM PROTEKSI AKTIF
• Proteksi terhadap bahaya kebakaran berbasis pada
penyediaan peralatan yang dapat bekerja baik secara otomatis
maupun secara manual, digunakan oleh penghuni atau
petugas pemadam dalam melaksanakan operasi pemadaman.
• Penyediaan sistem alarm kebakaran
KESELAMATAN DARI KECELAKAAN
ATAU HILANGNYA KEMAMPUAN
PENGGUNA

• Proteksi terhadap kemungkinan terjadinya


kecelakaan atau hilangnya kemampuan
pasien menggerakkan anggota badannya,
yang berbasis pada rangcang bangun dan
perlengkapan fasilitas bangunan.
KESEHATAN

Keselamatan Sistem TATA UDARA

Kesehatan
Sistem pencahayaan
Kenyamanan

Kemudahan Sistem sanitasi

SISTEM ZONASI
Sistem tata udara
 Pergerakan udara harus diusahakan untuk meminimalkan sumber penyakit
agar tidak menyebar ke udara (airborne) yang memperbesar kemungkinan
terjadinya penularan diantara pasien, tenaga medis dan pengunjung.

Terutama untuk ruangan-ruangan khusus seperti di Ruang


operasi /bedah, ruang Isolasi, dan lain-lain, dimana diperlukan
pengaturan:
 temperatur;
 kelembaban udara relatif;
 kebersihan cara filtrasi dan udara ventilasinya;
 tekanan ruangan yang positif dan negatif;
 distribusi udara didalam ruangan.
Temperatur dan Kelembaban Udara

Kebutuhan temperatur dan kelembaban udara relatif,


berbeda untuk setiap jenis ruang tergantung dari jenis
penyakit, tingkat keparahan pasien ataupun fungsi
ruang tersebut.

Diperlukan pengkondisian termal yang dapat


dikontrol untuk setiap fungsi ruang dengan tingkat
pengaturan individual (individual control).
Tekanan Udara

 Tekanan positip diruang tertentu harus direncanakan


agar sumber penyakit dari luar ruangan tidak
masuk/infitrasi ke dalam ruangan tersebut yang di
dalamnya terdapat pasien dalam keadaan darurat, atau
dengan luka terbuka.

 Ruang untuk pasien yang mempunyai penyakit menular


dan berbahaya harus dirancang dengan tekanan negatif
agar tidak membahayakan pengunjung dan pasien yang
lain.
Standar suhu, kelembapan, dan tekanan udara menurut fungsi
ruang atau unit

No. Ruangan atau Unit Suhu Kelembaban Tekanan


(⁰C) (%)
1 Operasi 19-24 45-60 Positif
2 Bersalin 24-26 45-60 Positif
3 Pemulihan/Perawatan 22-24 45-60 Seimbang
4 Observasi Bayi 21-24 45-60 Seimbang
5 Perawatan Bayi 22-26 35-60 Seimbang
6 Perawatan prematur 24-26 35-60 Positif
7 ICU 22-23 35-60 Positif
8 Jenazah/Autopsi 21-24 - Negatif
Diferensial Preasure Gauge
Contoh Tekanan Positip pada Ruang
Operasi
CONTOH TEKANAN NEGATIF RUANG ISOLASI
KUALITAS UDARA

Kebutuhan kualitas udara yang bersih berbeda dari satu ruang ke ruang lain 
memerlukan sistem filtrasi yang dirancang khusus termasuk jumlah udara
ventilasi yang di masukan kedalam ruangan, dapat menghindarkan adanya
kontaminasi dan mengeliminasi sumber-sumber kontaminasi seperti:
 Debu, Asap, partikel.
Microbial, Jamur, Bakteri, Kuman-kuman sebagai sumber penyakit.

 Salah satu metoda untuk meningkatkan kualitas udara di rumah sakit


dengan meningkatkan pertukaran udara per jam (Air change per
hour/ACH). Makin tinggi pertukaran udaranya, makin baik kualitas
udaranya.
Contoh penggunaan filtrasi

Effisiensi Filter (%)

Jumlah (Dust Spot Eff/Removal Eff)


kelompok Area
Filter
Pre Medium HEPA

Ruang bedah Orthopedic, Ruang bedah


3 transplantasi tulang (Bone Marrow), Ruang 25-30 80-90 99,97
bedah transplantasi organ

Ruang tindakan umum, Ruang melahirkan,


ruang bayi, ICU, Ruang perawatan pasien,
2 25-30 80-95  
Diagnostik dan area terkait. Laboratorium,
gudang steril

Area persiapan makanan, Laundri, Area


1 25-30    
CONTOH HEPA

HEPA > "High-Efficiency


Particulate Air

United States Department of En


ergy
(DOE) =>HEPA filter harus
menyaring 99,97% dari semua
partikel dengan ukuran >0,3
mikron dari udara yang
melewati. Dimana ukuran
rambut manusia berkisar
antara 70 ~100 mikron.

Maintenace HEPA Filter :


Merupakan filter habis pakai, dimana diganti setiap filter tersebut sudah tidak dapat
melewatkan aliran udara karena telah tertutup partikel. Diketahui dengan pengukuran beda
tekanan sebelum dan sesudah HEPA filter
PENCAHAYAAN
Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruang – ruang pelayanan pasien di rumah
sakit harus memenuhi syarat sesuai dengan peruntukkannya. Tabel 2.3 di bawah menjelaskan
berbagai kebutuhan intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk ruang - ruang pelayanan pasien di
rumah sakit.
Tabel Indeks pencahayaan menurut jenis ruangan atau unit
No. Ruangan atau Unit Intensitas Cahaya Keterangan
(Lux)
1
Ruang pasien : - saat tidak tidur 100-200 Warna cahaya sedang
- Saat tidur Maksimal 50
2
Ruang operasi umum 300-500
3
Meja operasi 10.000-20.000 Warna cahaya sejuk atau sedang tanpa bayangan
4
Anestesi, pemulihan 300-500
5
Endoscopy, Lab 75-100
6
Sinar X Minimal 60
7
Koridor Minimal 100
8
Tangga Minimal 100 Malam hari
9
Administrasi/Kantor Minimal 100
10
Ruang alat/gudang Minimal 200
11
Farmasi Minimal 200
12
Dapur Minimal 200
13
Ruang Cuci Minimal 100
14
Toilet Minimal 100
15
Ruang isolasi khusus penyakit Tetanus 0.1-0.5 Warna cahaya biru
16
Ruang Luka Bakar 100-200
SISTEM SANITASI
 Sistem sanitasi harus disediakan di dalam dan di luar bangunan gedung
untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan / atau
air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
 Dilengkapi dengan sistem plambing, yang meliputi sistem air bersih,
sistem air kotor, air kotoran dan/atau air limbah, alat plambing yang
memadai, serta sistem pengolahan air limbah.
 Sistem plambing harus direncanakan dan dipasang sedemikian rupa
sehingga mudah dalam operasional dan pemeliharaannya, tidak
mencemari lingkungan, serta diperhitungkan sesuai dengan fungsi
bangunan gedung.

29
Sistem Zonasi

a. Zona dengan Risiko Rendah


Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan,
ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan.

b. Zona dengan Risiko Sedang


Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan,
ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona
dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah.

c. Zona dengan Risiko Tinggi


Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium,
ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan
ruang jenazah.

d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi


Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan
gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi.
CONTOH PEMBAGIAN ZONA PADA RUANG OPERASI

Keterangan :
5 = Area Nuklei Steril (Meja Operasi)
4 = Zona Resiko Sangat Tinggi (steril dengan prefilter, medium
filter dan hepa filter, Tekanan Positif)
3 = Zona Resiko Tinggi (semi steril dengan medium filter),
2 = Zona Tingkat Resiko Sedang (normal dengan pre filter),
1 = Zona Tingkat Resiko Rendah (normal)
KENYAMANAN

Kenyamanan ruang gerak dan


Keselamatan hubungan antar ruang

Kesehatan
Kondisi udara

Kenyamanan
Kenyamanan pandangan

Kemudahan Tingkat getaran &


KEBISINGAN
Kenyamanan ruang gerak dan
hubungan antar ruang

Merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari tata letak


ruang dan sirkulasi antar ruang dalam bangunan gedung untuk
terselenggaranya fungsi bangunan gedung.
Kenyamanan ruang gerak
Merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari dimensi
ruang dan tata letak ruang yang memberikan kenyamanan
bergerak dalam ruangan.
Kenyamanan kondisi udara dalam
ruang Merupakan tingkat
kenyamanan yang diperoleh dari
temperatur dan kelembaban di dalam
ruang untuk terselenggaranya fungsi
bangunan gedung.
Kenyamanan pandangan
Merupakan kondisi dimana hak pribadi orang dalam
melaksanakan kegiatan di dalam bangunan
gedungnya tidak terganggu dari bangunan gedung
lain di sekitarnya.
Kenyamanan tingkat
getaran dan kebisingan
Merupakan tingkat kenyamanan
yang ditentukan oleh suatu
keadaan yang tidak
mengakibatkan pengguna dan
fungsi bangunan gedung
terganggu oleh getaran dan / atau
kebisingan yang timbul baik dari
dalam bangunan gedung maupun
lingkungannya.
KEMUDAHAN

KEMUDAHAN HUBUNGAN
Keselamatan HORIZONTAL

Kesehatan
KEMUDAHAN HUBUNGAN
VERTIKAL
KENYAMANAN
AKSES EVAKUASI DALAM
KEADAAN DARURAT
KEBAKARAN

Kemudahan
FASILITAS & AKSESIBILITAS
PENANDA BAGI
PENYANDANG CACAT
KEMUDAHAN HUBUNGAN
HORISONTAL

 KEMUDAHAN HUBUNGAN KE, DARI DAN DI


DALAM BANGUNAN: FASILITAS &
AKSESIBILITAS YG MUDAH, AMAN DAN
NYAMAN TERMASUK BAGI PENYANDANG
CACAT DAN LANJUT USIA

 KELENGKAPAN PRASARANA & SARANA:


RUANG IBADAH, RUANG GANTI, RUANGAN
BAYI, TOILET, TEMPAT PARKIR, TEMPAT
SAMPAH, FASILITAS KOMUNIKASI DAN
INFORMASI

1
39
KETENTUAN MENGENAI HUBUNGAN KE,
DARI, DI DALAM BANGUNAN

 Kemudahan hubungan horizontal antar ruang dalam bangunan


gedung sebagaimana merupakan keharusan BANGUNAN
GEDUNG UNTUK MENYEDIAKAN PINTU DAN / ATAU
KORIDOR ANTAR RUANG
 AKSES MASUK / KELUAR UTAMA YG MEMADAI
SESUAI DENGAN FUNGSINYA
 Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan
dipertimbangkan BERDASARKAN FUNGSI RUANG DAN
ASPEK KESELAMATAN

40
KEMUDAHAN HUBUNGAN
VERTIKAL

 Kemudahan hubungan vertical dalam bangunan


gedung termasuk, sarana TRANSFOTASI
VERTIKAL berupa penyediaan tangga, ram, dan
sejenisnya serta lift dan / atau tangga berjalan
dalam bangunan gedung dengan
mempertimbangkan kemudahan, keamanan,
keselamatan, dan kesehatan pengguna.
AKSES EVAKUASI DALAM KEADAAN DARURAT
 PENYEDIAAN AKSES EVAKUASI HRS DAPAT DICAPAI DG MUDAH &
DILENGKAPI DG PETUNJUK ARAH YG JELAS
 PENYEDIAAN SARANA JALAN KELUAR, TANDA ARAH & SISTEM PERINGATAN
BAHAYA DISESUAIAKAN DG FUNGSI, KLASIFIKASI, JUMLAH DAN KONDISI
PENGGUNA BANGUNAN GEDUNG SERTA JARAK PENCAPAIAN KETEMPAT YG
AMAN
 SARANA JALAN KELUAR YG MELIPUTI PENCAPAIAN KE AKSES EKSIT, EKSIT &
PELEPASAN EKSIT HARUS DILENGKAPI DG TANDA ARAH YG MUDAH DIBACA &
JELAS
 PEMILIHAN JENIS, JUMLAH & LETAK SISTEM PERINGATAN BAHAYA DLM
BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN FUNGSI BANGUNAN GEDUNG &
MENGACU PD STANDAR TEKNIS YG BERLAKU
PENYEDIAAN FASILITAS & AKSESIBILITAS BAGI
PENYANDANG CACAT DAN LANJUT USIA

FASILITAS &
AKSESIBILITAS PENANDA
BAGI PENYANDANG CACAT
MELIPUTI :

TOILET, TEMPAT PARKIR,


TELEPON UMUM, RAMP,
JALUR PEMANDU &
RAMBU
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai