Definisi
• Ruang Perawatan Intensif/ICU (Intensive Care Unit) adalah bagian dari bangunan
rumah sakit dengan kategori pelayanan kritis, selain instalasi bedah dan instalasi
gawat darurat.
• Fasilitas untuk merawat pasien yang dalam keadaan belum stabil sesudah operasi
berat atau bukan karena operasi berat yang memerlukan secara intensif
pemantauan ketat atau tindakan segera
Kebutuhan Ruang
1. R. Administrasi
• Berada pada bagian depan
• Dilengkapi dengan sarana pendukung dan sistem utiliti
2. R. Perawatan pasien
• Area tempat tidur yg nyaman utk pelayanan 24 jam penuh
• Luas area yg dibutuhkan 12 m2-16 m2 per tempat tidur
• Memiliki alarm (bel pasien) per tempat tidur
• Upayakan pencahayaan alami
• Asumsi ketersediaan tempat tidur ± 2% dari seluruh total tempat tidur
3. R. Isolasi
• Penempatan bagi pasien dgn penyakit menular, pasien dgn resiko ditularkan, pasien
dgn penyakit yg menimbulkan bau atau suara tertentu yg mengganggu lingkungan
sekitar
• Memiliki batas tegas (dinding, atap, dengan pintu terpisah) dari ruang perawatan
intensif lainnya
• Luas area yg direkomendasikan 16 m2-20 m2 per ruangan
• Pintu terbuat dari kaca setinggi 100 cm mudah terlihat dr luar
• Untuk pasien dengan airborne disease diberlakukan ketentuan ruang isolasi dengan
ventilasi tekanan postif
Ruang isolasi dengan ante room
Yang penting diperhatikan dalam desain ICU :
• Area mobilisasi
• Area melakukan tindakan
• Keterjangkauan antar ruang di dalam ICU tidak menyulitkan pelayanan
• Aksesibilitas antar ruang di luar ICU (OK, VK, Lab)
INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
Berdasarkan Kepmenkes RI No 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar IGD membagi
klasifikasi IGD sesuai dgn pembagian kelas Rumah Sakit yaitu :
1. IGD level IV (kelas A)
2. IGD level III (kelas B)
3. IGD level II (kelas C)
4. IGD level I (kelas D)
PERSYARATAN IGD
Area harus berada di depan tapak RS
Area IGD mudah dilihat dari depan
Memiliki pintu masuk yang berbeda dengan rawat jalan dan rawat inap
Untuk Superblock Multi Storey Hospital Building, IGD harus berada di lantai dasar
Memiliki area untuk Mass Disasster Cassualities Preparedness Area
Memiliki Drop-in area dengan sirkulasi satu arah (One Way Drive)
Disarankan berdekatan dengan Inst. Bedah Sentral
Disarankan berdekatan dengan Unit Kebidanan
Disarankan berdekatan dengan Laboratorium
Disarankan berdekatan dengan Inst. Radiologi
Disarankan berdekatan dengan UTDRS atau BDRS
POSISI IGD DI TAPAK RS
MUDAH TERLIHAT DARI DEPAN DENGAN RAMBU YANG JELAS
PINTU MASUK TERPISAH
IGD DI LANTAI DASAR
ONE-WAY DRIVE
TRIAGE
DESAIN FISIK RUMAH SAKIT
• Undang-undang : UU No 44 thn 2009 ttg RS pada Pasal 7,9,10,11 ttg Prasarana,
Bangunan, dan Peralatan. Pasal 8 ttg dampak thdp lingkungan
• PERMENKES : No. 856 tahun 2009 ttg IGD
• No. 340 tahun 2009 ttg Klasifikasi RS
• Kepmenkes RI No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
• Kepmenkes No. 1204 tentang Persayaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Prinsip-prinsip
1. Lokasi Rumah Sakit
1.1 Pemilihan Lokasi
Aksesibilitas
Kontur tanah
Fasilitas parkir
Tersedianya utilitas publik
Pengelolaan kesehatan lingkungan
Feasibility Study ttg dampak lingkungan yg sesuai dgn klasifikasi RS
Fasilitas pengelolaan limbah padat, limbah sitotoksik, limbah radioaktif dan
cair (IPAL)
Fasilitas pengelolaan air bersih (water treatment)
Bebas dari kebisingan, asap, uap, dan gangguan lain
Master plan dan pengembangannya
1.2 Masa Bangunan
Memperhatikan jarak antara masa bangunan di dalam RS
Mengikuti Rencana Tata Bangunan & Lingkungan (RTBL), meliputi :
> Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
> Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
> Koefisien Daerah Hijau (KDH)
> Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Pilihan terhadap pola (pola vertikal atau pola horizontal)
POLA HORIZONTAL
POLA VERTIKAL
1.3 Zonasi
a. Zona berdasarkan tingkat resiko
Rendah : R. Adm, R. Pertemuan, R. Rekam medik, R. Sekretariat
Sedang : R. Rawat inap non penyakit menular, R. Rawat jalan
Tinggi : R. Isolasi, ICU/ICCU/HDU, PICU/NICU, Laboratorium, Pemulasaraan jenazah,
R. Bedah mayat, R. Radiodiagnostik
Sangat Tinggi : R. Bedah, IGD, R. Bersalin, R. Patologi
b. Zona berdasarkan privasi kegiatan
Area publik : akses langsung ke lingkungan luar RS
Area semi publik : menerima beban kerja dari area publik
Area privat : area terbatas bagi pengunjung
Studi Kelayakan
Studi Kelayakan Rumah Sakit pada dasarnya adalah suatu awal kegiatan
perencanaan rumah sakit secara fisik dan non fisik agar dapat berfungsi secara
optimal pada kurun waktu tertentu
Kajian Utama
Kajian terhadap kebutuhan akan layanan rumah sakit
Kajian terhadap kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non medik, dana
dan tenaga yang dibutuhkan untuk layanan yang akan diberikan
Kajian terhadap kemampuan pembiayaan
Tujuan Studi Kelayakan
Untuk mendapatkan proyeksi kebutuhan (need) dan permintaan (demand) terhadap
jumlah dan jenis layanan medik di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu,
Untuk mendapatkan proyeksi kebutuhan akan jumlah dan jenis sarana/fasilitas dan
peralatan, tenaga dan dana yang diperlukan untuk jangka waktu tertentu,
Untuk mendapatkan proyeksi secara umum kemampuan pembiayaan yang ada
untuk melaksanakan rencana.
Kemampuan Pembiayaan
Prakiraan Pendapatan
Proyeksi pendapatan yang mengacu dari perkiraan jmlh kunjungan dan
pengisian tt
Prakiraan Biaya
Proyeksi biaya tetap dan biaya tidak tetap dengan mengacu pada perkiraan
SDM
Proyeksi Arus Kas (5-10 thn)
Proyeksi Laba/Rugi (5-10 thn)
Perhitungan BCR (Benefit Cost Ratio)
PRINSIP RUANG RAWAT INAP
PRINSIP PERENCANAAN
Bangunan harus memiliki cost yang relatif rendah
Economic operational
Highest quality patient care
Mengarah kepada kenyamanan thdp pasien dan lingkungan
Efficient operation
The gretatest degree of job satisfaction (medical staff and nursing)
Meeting the needs of visitors
KESEHATAN KERJA, KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT (K3)
DEFINISI
Berdasarkan Permenkes No 66 Tahun 2016 tentang K3RS
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit,
pasien, pendamping, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Persyaratan Ruang
1. Lantai
Tidak boleh licin, tahan goresan dan tahan api (Vynil)
Mudah dibersihkan, tidak menyerap air, tahan kimia dan bakteri
Anti statik
Tidak menghantarkan listrik
Non porous, dan keras
Warna cerah, tidak menyilaukan
Sambungan antara lantai dgn dinding harus melengkung (Hospital plint mode)
Tinggi plint max 15 cm
2. Dinding
Mudah dibersihkan, tahan cuaca, bahan kimia, tidak berjamur dan anti bakteri
Non porous, tidak menyimpan debu dan warna harus cerah
Sambungan antara dinding dengan dinding harus melengkung
Bahan harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat
Seamless (tanpa sambungan)
3. Langit-langit (Plafon)
Mudah dibersihkan, tahan segala cuaca, tahan air, tidak mengandung unsur
berbahaya, tidak berjamur dan anti bakter
Non porous, warna cerah
Harus benar-benar kuat karena akan banyak equipment yang bergantungan mulai dr
lampu operasi, pendan anestesi, pendan operator, diffuser air cond, lampu
fluorescent, dll
4. Pintu Ruang Operasi
Automatic
Touchless & sliding
Selalu tertutup dlm keadaan apapun
Harus memiliki jendela kaca di pintu
Lebar min 1,2 m-1,5 m
Warna terang dan dicat anti jamur dan bakteri
Bila menggunakan pintu swing, hrs buka ke dalam