Anda di halaman 1dari 20

BAB V

PERENCANAAN FISIK BANGUNAN (BLOCK PLAN)

Master Plan atau rencana induk rumah sakit pada dasarnya merupakan suatu dokumen
lengkap tentang rencana pembangunan dan pemeliharaan rumah sakit secara fisik,
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang telah ditetapkan dalam master program.
Perencanaan Fisik Bangunan (block plan) dari suatu rumah sakit pada dasarnya
menjelaskan segala hal yang terkait dengan upaya penetapan lokasi setiap unit
pekerjaan dalam blok-blok bangunan termasuk kebutuhan penunjangnya. Rumusan
Perencanaan Fisik Bangunan (block plan) suatu rumah sakit mengikuti prinsip - prinsip
berikut ini :

A. PRINSIP UMUM PERENCANAAN BANGUNAN RUMAH SAKIT


I. Prinsip Umum
1. Perlindungan terhadap pasien merupakan hal yang harus diprioritaskan.

Terlalu banyak lalu lintas akan mengganggu pasien, mengurangi efisiensi


pelayanan pasien dan meninggikan risiko infeksi, khususnya untuk pasien bedah
dimana kondisi bersih sangat penting. Jaminan perlindungan terhadap infeksi
merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam kegiatan pelayanan
terhadap pasien

2. Merencanakan sependek mungkin jalur lalu lintas. Kondisi ini membantu


menjaga kebersihan dan mengamankan langkah setiap pengunjung, perawat,
pasien dan petugas Rumah Sakit lainnya. Rumah Sakit adalah tempat dimana
sesuatunya berjalan cepat. Jiwa pasien sering tergantung padanya. Waktu yang
terbuang akibat langkah yang tidak perlu membuang biaya disamping kelelahan
orang pada akhir hari kerja

3. Pemisahan aktivitas yang berbeda. Pemisahan antara pekerjaan bersih dan


pekerjaan kotor, aktivitas tenang dan bising, perbedaan tipe pasien (sakit serius
dan rawat jalan), dan tipe berbeda dari lalu lintas di dalam dan di luar bangunan,
4. Mengendalikan aktifitas petugas terhadap pasien serta aktivitas
pengunjung,
agar aktivitas pasien dan petugas tidak terganggu. Tata letak ruang jaga perawat
harus mempertimbangkan kemudahan bagi perawat untuk memonitor dan
membantu pasien yang sedang berlatih di koridor pasien, dan pengunjung
masuk dan keluar unit. Bayi harus dilindungi dari kemungkinan pencurian dan
kuman penyakit yang dibawa pengunjung dan/atau petugas Rumah Sakit.
Pasien di ruang ICU harus dijaga terhadap infeksi, begitu juga kamar bedah ICU
harus dijaga terhadap infeksi, begitu juga kamar bedah

II. Prinsip Khusus


1. Maksimum pencahayaan dan sirkulasi angin untuk semua bagian
bangunan merupakan faktor yang penting, khususnya untuk ruangan yang
tidak menggunakan AC
2. Jendela dilengkapi dengan kawat kasa untuk mencegah nyamuk dan
binatang terbang lainnya masuk ke dalam ruang perawatan
3. Rumah Sakit minimal mempunyai 3 akses pintu masuk, terdiri dari pintu
masuk utama, pintu masuk ke Gawat Darurat dan pintu masuk ke area
layanan/Servis
4. Pintu masuk untuk servis, terutama yang berkaitan dengan penerimaan
barang, seperti gudang, dapur, gas medis dan lain-lain, dapat diakses oleh
kendaraan besar dan bisa parkir sedekat mungkin. Pembuangan sampah
padat dan lainnya bisa menggunakan pintu masuk ini. Akses ke kamar
jenazah sebaiknya diproteksi dari pandangan pasien dan pengunjung untuk
alasan psikologis
5. Pintu masuk dan lobby dibuat cukup menarik, sehingga pasien dan
pengantar mudah mengenali pintu masuk utama
6. Arus lalu lintas pasien dan petugas Rumah Sakit direncanakan seefisien
mungkin
7. Koridor publik dipisah dengan koridor untuk pasien dan petugas medik,
untuk mengurangi kemacetan. Lebar koridor minimal 2.40 m dengan tinggi
langit-langit minimal 2.40 m, dibuat selurus mungkin, dan apabila digunakan
ramp, maka kemiringan yang diperbolehkan tidak melebihi 1:10 atau sudut
maksimal 7°.
8. Dirancang sedemikian rupa sehingga petugas, pasien, dan pengunjung
mudah orientasinya saat berada di dalam bangunan. Alur pasien rawat
jalan yang ingin ke laboratorium, radiologi, farmasi, terapi khusus dan ke
pelayanan medik lain tidak melalui daerah rawat inap, dan lain-lain.

B. KEBUTUHAN LUAS RUANGAN BERDASARKAN PROGRAM FUNGSI DAN


BEBAN KERJA.

Rencana Pengembangan harus dibuat berdasarkan kebutuhan yang ditinjau dari studi
tentang beban kerja saat ini dan proyeksi pada masa yang akan datang dan juga dikaji
terhadap kebijaksanaan pengembangan rumah sakit yang bersangkutan, serta
memperhatikan pula faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan. Sebagai
dasar untuk perhitungan luas lantai dipergunakan beberapa dasar pertimbangan dan
pemikiran antara lain sebagai berikut :
1. Proyeksi Perkembangan jumlah beban kerja dan jumlah kegiatan sampai akhir
tahap pembangunan.
2. Standar luas dan kebutuhan untuk setiap aktivitas dan fasilitas.
3. Sejumlah asumsi pendukung dan data pelengkap lainnya, antara lain aspek
mutu pelayanan ditinjau dari sudut pemakai dan sudut medis profesional.

Penyusunan konsep dasar pemikiran tersebut diatas bertitik tolak pada permasalahan
yang spesifik dalam perencanaan rumah sakit yaitu, terdapatnya fleksibilitas, rumusan
kemungkinan untuk pengembangan serta tercapainya efisiensi hubungan dan
pelaksanaan kerja. Sedangkan efisiensi hubungan kerja diukur dengan kriteria sebagai
berikut :
1. Mudah dicapai
2. Sirkulasi jelas
3. Nyaman
4. Aman
5. Hubungan fungsional tercapai.
Agar pengertian dasar diatas dapat dituangkan kedalam suatu konsep yang
menyeluruh, maka perencanaan suatu kompleks bangunan rumah sakit harus dapat
menguraikan pula beberapa aspek :
1. Aspek Perencanaan Ruang Luar Bangunan
2. Aspek Perencanaan Tata Letak Bangunan
3. Aspek Perencanaan Prasarana
4. Aspek Perencanaan Peralatan.

C. PENGELOMPOKAN RUANGAN BERDASARKAN FUNGSI MENJADI BLOK


BANGUNAN
1. Kelompok Medik
a. Instalasi Rawat Jalan
b. Instalasi Gawat Darurat
c. Instalasi Rawat Inap
d. Ruang Bedah
e. Ruang Bersalin
f. ICU

2. Kelompok Penunjang Medik


a. Ruang Radiologi
b. Ruang Farmasi
c. Ruang Laboratorium

3. Kelompok Penunjang non medik


a. Ruang Dapur
b. Ruang Bengkel
c. Ruang Cuci
d. Ruang Pusat Steril (CSSD)
e. Ruang Jenazah
4. Pelayanan Administrasi
D. PENYUSUNAN BLOK BANGUNAN MENJADI KOMPOSISI MASSA.
Sebelum proses perencanaan, ada baiknya kita lihat kondisi pengorganisasian
bangunan existing dari RSUD Bob Bazar :

ANALISIS TAPAK EXISTING


Arah orientasi ( menghadap Jl. Batin Tjindarboemi ), sudah cukup baik,
namun ada beberapa kekurangan yang menuntut penataan ulang.

1. Jarak antara Jalan Utama ( Jl. Batin Tjindarboemi ) dengan bangunan


pada site/tapak terlalu dekat, kebisingan lalu lintas, dan polusi udara,
sangat mengganggu kawasan Rumah Sakit. Perlu ada buffer zone
antara jalan utama dan bangunan, dengan bentangan yang cukup
(sekitar 60-80 meter), sehingga sikap dan arah (orientasi) bangunan
menjadi lebih tegas.
2. Perletakkan massa bangunan pada sisi Timur tapak, yang terpisah oleh
jalan sirkulasi yang membelah tapak, akan sangat mengganggu fungsi
peyanan bangunan bangunan disisi Timur ini.
3. Kondisi eksisting tapak sangat kurang member ruang yang cukup untuk
lahan parkir motor dan mobil, sehingga seluruh parkir pengunjung berada
terpusat diarea depan site. Untuk masa mendatang, lahan parkir ini pasti
tak akan memadai. Area parkir utama, sebaiknya dialihkan disepanjang
sisi Barat kawasan, yaitu pada area yang lebih rendah. Ini akan member
kesan rapih dan teratur, sekaligus mengoptimalkan tepi lahan sebelah
Barat. Sehingga bangunan utama dapat menjadi aksentuasi yang
menarik, dan bentang lahan yang luas bias menjadi Ruang Terbuka Hijau
(RTH) yang indah, dan bisa berfungsi menjadi tempat penampungan
darurat ketika terjadi bencana alam.
4. Secara keseluruhan, tata letak massa bangunan pada eksisting kawasan
RSUD Bob Bazar ini tidak mengikuti fungsi dan zonasi yang baik untuk
sebuah Rumah Sakit kelas B. Perlu ada penataan ulang yang signifikan
untuk mengembalikan orientasi dan penataan letak bangunan agar
memenuhi persyaratan sebuah Rumah Sakit yang baik.
PENGELOMPOKAN BANGUNAN (ZONASI)
Pengelompokkan Bangunan (Zonasi) pada sebuah Rumah Sakit adalah hal
yang sangat penting. Pelayanan Rumah Sakit sangat mengutamakan
aksesibilitas yang sifatnya langsung, mudah, cepat dan aman. Pengelompokkan
Bangunan pada kawasan RSUD Bob Bazar yang sekarang, sangat kurang
mengikuti standard sebuah Rumah Sakit kelas B. Beberapa bangunan yang
memiliki fungsi pelayanan yang seharusnya berada pada satu zona pelayanan
menjadi tidak efisien karena sering berada tersebar berjauhan, sehingga
persyaratan kemudahan, kecepatan, kenyamanan dan keamanan, tidak
terpenuhi. Untuk mendapatkan Massa Bangunan yang ideal, ada beberapa hal
dari bangunan existing yang harus dibenahi, terutama orientasi massa bangunan
dan zonasi, yang bisa kita lihat dalam gambar di bawah ini :

Konsep Penataan ulang Zonasi di RSUD Bob Bazar :


Perlu dilakukan penataan ulang fungsi dan zonasi bangunan secara signifikan,
terutama mengingat kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa yang akan datang.
Penataan ulang zonasi ini harus dilakukan sesegera mungkin, sebelum akhirnya
terlambat dan menjadi lebih rumit.
a. Solusi yang tepat untuk melakukan penataan ulang (revitalisasi) ini
adalah dengan membangun secara vertikal (ke atas) menjadi 3(tiga)
lantai. Pembangunan keatas ini sudah menjadi tuntutan, karena kondisi
luas lahan eksisting RSUD Bob Bazar yang tidak terlalu luas, sementara
kebutuhan luas ruang untuk menjadi Rumah Sakit Kelas B
membutuhkan luas lantai terbangun yang cukup luas (sekitar 24.000 m2)
b. Fungsi fungsi pelayanan umum (Poliklinik, IGD, Farmasi, Ruang Bedah,
Obsgin/KIA) diletakkan pada satu Zona, dilantai dasar. Sementara Unit
Rawat Inap bisa ditempatkan dilantai dua dan tiga. Bangunan Laundry,
CSSD, Dapur, Laboratorium dan Radiologi dapat ditempatkan pada zona
yang terpisah, namun tetap mudah diakses.
c. Semua fungsi dan zona bangunan dapat dihubungkan dengan sirkulasi
verikal (lift, anak tangga dan ramp) sehingga tetap mematuhi prinsip
cepat, langsung, aman dan nyaman.
d. Mengingat bahwa sebuah Rumah Sakit tidak bisa menghentikan
pelayanan pada saat pembangunannya, maka dalam perencanaan
Masterplan yang kami susun, sangat menekankan pentingnya
Pentahapan Pembangunan.
e. Pentahapan Pembangunan harus tetap memperhatikan fungsi dan
zoning pembangunan agar selama pembangunan, Rumah Sakit Bob
Bazar tetap dapat menjalankan fungsi pelayanan tanpa jeda.

Ada beberapa tahap dalam penyusunan Blok Bangunan :


1. Menciptakan zonasi rumah sakit yang paling optimal melalui pengelompokan
kegiatan-kegiatan tertentu yang fungsinya sejenis dan mempunyai kedekatan
yang maksimal sesuai dengan tingkat hubungan fungsionalnya, serta atas
pertimbangan adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam komplek itu
sendiri. Pengelompokan kegiatan yang optimal ini ditujukan untuk meminimalkan
adanya arus lalulintas yang saling bertabrakan/saling menghambat diantara arus
kegiatan unit rumah sakit, baik unit kegiatan yang sifatnya umum dan khusus
serta untuk mencapai kemudahan hubungan sirkulasi, instalasi, keamanan dan
kenyamanan.

Pengelompokan kegiatan tersebut dapat dijabarkan atau dijelaskan sebagai


berikut :
a. Ruang Terbuka Hijau.
Penempatan Ruang Terbuka hijau di depan bangunan bertujuan untuk
memproteksi polusi udara dari lalu lintas jalan raya, mensirkulasi udara
menjadi bersih karena tumbuh-tumbuhan memproduksi oksigen bebas,
serta memberi rasa nyaman bagi semua pihak yang ada di RSUD Bob
Bazar, seperti petugas, pasien, pengunjung dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan dengan rumah sakit. Ada baiknya juga bila tumbuhan
yang ada adalah tumbuh-tumbuhan buah, sehingga bisa dimanfaatkan
juga bagi rumah sakit.
b. Areal pelayanan medik non perawatan inap
Di areal ini bisa ditempatkan pelayanan Poliklinik, Instalasi Gawat
Darurat,ICU, Bedah Sentral, Ruang Bersalin dengan penempatan dan
akses masukyang diatur sedemikian sehingga nyaman bagi semua orang.
Ada beberapa keharusan dalam beberapa instalasi ini, seperti : IGD harus
mempunyaakses tersendiri bagi ambulance saat membawa pasien gawat
darurat, baikrujukan dari Puskesmas ataupun korban kecelakaan, Bedah
sentral dan ICU harus tertutup bagi pengunjung yang tidak,
berkepentingan sementara Poliklinik adalah tempat keramaian yang harus
punya akses sendiri agar tidak mengganggu Instalasi yang membutuhkan
srea yang steril dan tenang.
c. Areal pelayanan medik perawatan inap
Sering diistilahkan sebagai IRNA atau Instalasi Rawat Inap, merupakan
area publik terbatas, dimana penempatan pasien lebih kepada jenis
penyakitnya. Areal ini sebaiknya steril dari keramaian, bisa memisahkan
nya dengan bangunan terpisah, maupun beda lantai dengan area semi
publik. Yang lazim adalah penggabungan beberapa penyakit, agar
memudahkan penanganan dari dokter dan paramedik lainnya. Biasanya
pembagian IRNA adalah : Bedah, Non-Bedah, Infeksius, non infeksius.
d. Areal fasilitas penunjang medik
Areal ini biasanya berupa Installasi Radiologi, Laboratorium, dan Farmasi,
serta penunjang lainnya. Ada beberapa konsep yang mensyaratkan
komponen ini harus dekat dengan IGD dan Poliklinik, agar pasien segera
mendapatkan pelayanan fasilitas penunjung medik yang cepat.
e. Areal fasilitas penunjang non-medik
penempatan areal ini adalah yang paling tidak urgent, meskipun seringkali
disyaratkan berdekatan dengan areal lainnya, sehingga sering sekali
areal ini menyebar, dan lebih mendekati areal yang dilayani. Dapur/Gizi
sebaiknya berdekatan dengan Rawat Inap, Laundry dan CSSD sebaiknya
dekat dengan Bedah Sentral, hanya kamar Jenazah dan Workshop
mungkin yang bisa ditempatkan jauh dari instalasi lainnya.

2. Sirkulasi antar kegiatan pada rumah sakit akan meliputi beberapa aspek :
a. Arus/sirkulasi karyawan, pengunjung dan pasien rawat jalan
b. Arus/sirkulasi pasien rawat inap
c. Arus/sirkulasi barang dan bahan
d. Arus/sirkulasi penghuni asrama dan rumah dinas
Sirkulasi tapak pada Rumah Sakit, juga memiliki persyaratan kemudahan,
langsung, cepat, aman dan nyaman. Ini berkaitan dengan kecepatan pelayanan
pasien. Kondisi eksisting sirkulasi pada tapak di RSUD Bob Bazar tidak
memenuhi persyaratan ini. Untuk itu beberapa hal perlu diperhatikan dalam
merancang Sirkulasi dalam Master Plan ini seperti gambar di bawah ini :
a. Sirkulasi Pengunjung dan sirkulasi Servis harus terpisah, sehingga
fungsi pelayanan bisa berjalan dengan baik. Pada Master Plan baru,
sirkulasi untuk Pengunjung, Servis dan IGD dipisahkan dan dipecah
sesaat setelah kendaraan memasuki tapak.
b. Lahan parkir sebagai “node” (titik berhentinya sirkulasi) dipusatkan
pada sisi Barat dan Timur tapak. Ini dimaksudkan untuk memberi
“space” (ruang) yang sangat luas di area depan tapak sebagai fungsi
buffer. Pola sirkulasi ini juga memudahkan pengunjung untuk
mengakses bangunan yang dituju.
c. Beberapa titik parkir tambahan diletakkan disisi beberapa bangunan
(seperti Laundry, R.Mekanikal, R.Ibadah dan Dapur), untuk
memudahkan mobilisasi material servis, sekaligus arah evakuasi dan
mitigasi bencana.
d. Dari titik titik parkir, pengunjung dapat mengakses bangunan utama
melalui sisi samping bangunan selain “main entrance” di area muka
bangunan utama. Pasien dan keluarga pasien harus melalui pintu
utama.
e. Sesaat setelah memasuki bangunan utama, pengunjung dapat
menggunakan tangga, lift atau ramp sebagai sirkulasi vertikal, untuk
mencapai fungsi pelayanan dilantai dua dan tiga.
f. Sirkulasi servis menggunakan “rear entrance” (jalan masuk dari
belakang) pada sisi Selatan Gedung Lobi .Rear entrance ini juga
merupakan akses utama untuk hunian Asrama dan Rumah Dinas
Dokter. Rear entrance yang terpisah (disisi Selatan) ini akan sangat
mengurang intensitas kepadatan kendaraan pada keseluruhan tapak.
3. Fasilitas komunikasi perlu diadakan di beberapa bagian yang dianggap penting :
a. Fasilitas-fasilitas staf medis
b. Areal konsultasi untuk diagnostik dan tindakan
c. Administrasi perawatan
d. Areal untuk aktifitas pengunjung bagi pasien-pasien khusus (VIP dan
VVIP).

KONSEP BANGUNAN UTAMA :

Bangunan utama sering menjadi lambang dari sebuah Rumah Sakit, karena
sering merepresentasikan kualitas pelayanannya, meskipun bangunan yang lain
juga tidak kalah pentingnya. Bangunan Utama adalah bangunan yang tampak
dari luar pagar, yang selalu membuat perasaan aman, nyaman, dan juga
harapan kesembuhan dari pasien yang datang ke rumah sakit, sehingga selalu
menjadi pedoman pokok dalam merancang suatu Master Plan, baru kemudian
ke bangunan pendukung lainnya.
Dalam hal ini, ada konsep dasar rancangan dari Bangunan utama yang terdiri
dari tiga lantai di depan dan dua lantai dibelakangnya yang menyatu, tetapi
karena ada perbedaan ketinggian sehingga lantai dasar hanya bisa dirancang
pada sisi depan saja.
Adapun konsep hubungan antar instalasi masing-masing lantai sbb :
Lantai Dasar (depan) :
Lantai satu merupakan pintu gerbang, dimana semua aktivitas memulainya dari
sini. Instalasi Gawat Darurat (IGD) mempunyai akses sendiri di sayap kanan,
sedangkan untuk pelayanan lainnya melalui Lobi Utama. Dari Lobi utama,
pasien yang mau ke poliklinik langsung belok ke kiri, dan disitu juga tersedia
pusat-pusat fasilitas penunjang seperti unit Farmasi, Akes, Bank, bahkan kantin
bagi pengantar ataupun si pasien sendiri. Ruang tunggu untuk Poliklinik dibuat
senyaman mungkin. Ada beberapa kamar periksa untuk penyakit atau unit
pelayanan masing-masing. Jika pasien yang mau melahirkan ataupun penyakit
kandungan, bisa belok ke kanan dari Lobi Utama. Juga tersedia Lift menuju
lantai atas maupun anak tangga dan ramp yang sesuai dengan kaidah pedoman
teknis rumah sakit

Lantai 2 :
Lantai dua, sebenarnya merupakan area privat, dimana sayap kiri adalah IRNA
Kelas 1, ditambah Poliklinik lantai dua dengan akses masuk yang terpisah.
Sayap kanan merupakan Kantor Administrasi dan tempat menyimpan Rekam
Medik. Agak ke belakang sedikit ada Radiologi, Laboratorium dan ICU, yang
merupakan lantai dasar dari bangunan 2 lantai belakang, dan sejajar dengan
beberapa bangunan penunjang di belakang bangunan utama. Ditengah-
tengahnya ada bangunan Bedah Sentral yang sejajar dan berdekatan dengan
ICU, Radiologi dan Laboratorium.

Lantai 3 :
Lantai tiga, merupakan area yang sangat privat, yaitu IRNA kelas 1, IRNA VIP
dan IRNA VVIP, ditambah pusat rehabilitasi Medik dan Ruang Komite Medik.
Akses menuju lantai ini disarankan melalui Lift, atau anak tangga, serta ramp
bagi alat yang beroda. Pemilihan lantai 3 sebagai area privat bertujuan untuk
menjauhkan dari gangguan keramaian pasien rawat jalan maupun hilir mudiknya
aktivitas pelayanan di rumah sakit.
Untuk bangunan selain Bangunan utama bisa dilihat gambar sebelumnya yang
menjelaskan betapa alur sirkulasi maupun zonasi diterapkan di Master Plan ini.
Yang paling penting dalam merancang konsep sirkulasi dan zonasi ini adalah
mengupayakan pergerakan pelayanan adalah ke arah kanan-kiri dimana
mempunyai elevasi yang sama, sedangkan depan belakang bisa menggunakan
lift atau anak tangga, tetapi bukan merupakan pergerakan utama.

E. PERENCANAAN LUAS BANGUNAN RUMAH SAKIT


Dengan memperhitungkan semua kebutuhan, baik kebutuhan pelayanan
kesehatan, kebutuhan infrastruktur, kebutuhan fasilitas penunjang, dan kebutuhan
lain-lain, maka perancangan luasan bangunan dimulai. Dalam Bab III tabel luas
bangunan Rumah Sakit pendidikan kelas B disyaratkan minimal 24.000 m2 untuk
300 tempat tidur, sehingga dengan mendetailkan masing-masing fungsi bangunan
dengan luas minimalnya, bisa dirancang luas bangunan yang seharusnya.
Bangunan RSUD Bob Bazar disusun berdasarkan kebutuhan, luas lahan, kontur
tanah, dengan mempertimbangkan Peraturan Daerah yang berlaku dibagi dalam
tapak-tapak berikut ini.
1. Ruang terbuka hijau, di muka bangunan utama, sejauh 50 meter dari pagar
depan, dikurangi akses jalan masuk. Adapun Ruang Terbuka Hijau lainnya ada
diantara bangunan utama, IRNA dan Bedah Sentral sehingga diharapkan
pasien di Instalasi Rawat Inap mendapat pasokan oksigen dari tumbuhan yang
berada diantaranya. Tumbuhan yang ditanam dipilih tumbuhan buah-buahan,
sehingga manfaatnya bisa untuk karyawan Rumah Sakit
2. Bangunan Utama. Terdiri dari 3 lantai, dengan lantai dasar melayani Poliklinik,
Farmasi, IGD, Obsgin, Askes, Bank, Toko/Kantin dan Lobby. Lantai 2 masih
melayani Poliklinik di sayap kiri serta kantor Administrasi dan Rekam medik di
sayap kanan. Selanjutnya karena ada beda ketinggian tanah, di lantai 2, yang
merupakan lantai satu dari belakang terdapat Ruang Perawatan IRNA kelas 1 di
sayap kiri dan Radiologi serta Laboratorium lengkap dengan unit
Hemodialisanya. Adapun Ruang Bedah (OK) memiliki ketinggian yang sama
dengan Radiologi dan Laboratorium. Lantai 3 diisi IRNA keas 1, kelas VIp dan
VVIP, dan rehabilitasi Medik serta Ruang Rapat Komite Medik. Jumlah tempat
tidur untuk kelas 1 sebanyak 128 TT, VIP ada 10 TT dan VVIP sebanyak 4 TT
3. Bangunan IRNA. Bangunan IRNA untuk kelas 2 dan 3 dikelompokkan di
belakang bangunan utama, berupa bangunan 2 lantai sebanyak 4 blok
bangunan dengan kapasitas 152 tempat tidur dan 1 blok bangunan satu lantai
dengan kapasitas 20 tempat tidur. Bangunan ini tanpa pendingin udara,
sehingga sangat perlu diantaranya ditanami pohon penghijauan. Pemisahan
bangunan IRNA ini atas pertimbangan pentahapan dalam pelaksanaan dimana
dibangun di bekas gedung dan masih ada IRNA lama yang masih melayani
masyarakat yang membutuhkan
4. Bangunan Penunjang. Letak bangunan penunjang ini disesuaikan dengan
kedekatan dengan yang dilayani, sehingga memudahkan mengakses ke tempat
pelayanan. Selain itu juga mempertimbangkan massa bangunan, kontur lahan
dan pentahapan pelaksanaan, sehingga tidak semua ruangan menjadi ideal,
tetapi diusahakan ruang Laundry dan CSSD dekat dengan Bedah Sentral,
sedangkan Gizi dan Dapur dekat dengan IRNA
5. Akses Jalan dan tempat Parkir. Ada beberapa bangunan yang harus bisa
dakses oleh kendaraan, seperti Dapur, Pemulasaran Jenazah, Gas Medik,
Gedung Serbaguna, Rumah Dinas, Asrama, Rumah Tunggu dan instalasi
penunjang lainnya. Area parkir juga harus memenuhi kaidah : minimum area
yang disediakan sesuai peraturan, tidak menganggu lalu lintas petugas kerja,
lokasi di tempat yang tidak memungkinkan untuk bangunan.
6. Sarana untuk Pengunjung. Disediakan Rumah Tunggu untuk pasien yang sudah
mendekati saat melahirkan beserta keluarganya, disediakan pula shelter-shelter
untuk menunggu dan istirahat, sehingga tidak beristirahat di lorong/selasar yang
sangat mengganggu lalu lintas jalan petugas. Disediakan pula toilet umum
terpisah

7. Fasilitas Listrik, dan Instalasi Limbah. Ada beberapa kriteria untuk bangunan
penunjang non medik ini, diantaranya adalah jauh dari ruang perawatan atau
minimal dijaga tingkat kebisingannya, sedapat mungkin menggunakan aliran
gravitasi, polusi udara dan cairan terjaga, dan lain-lainnya
Rencana Luas Bangunan dalam Master Plan ini adalah :

No Bangunan Luas
(m2)
1 Bangunan Utama Lantai I 3,480
2 Bangunan Utama Lantai II 6,203
3 Bangunan Utama Lantai III 5,563
4 Gedung Serbaguna 532
5 Bangunan IRNA Kelas II dan III (Tingkat I, 4 Gedung + 1 ) 2,250
6 Bangunan IRNA Kelas II dan III (Tingkat II, 4 Gedung) 1,800
7 Bangunan Laundry (Fungsional padaTk.1) 232
8 Bangunan CSSD (Fungsional pada Tk.2) 259
9 Bangunan Instalasi Pemulasaran Jenazah 234
10 Bangunan IRNA Isolasi 241
11 Bangunan Rumah Dinas Lantai I 595
12 Bangunan Rumah Dinas Lantai II 595
Bangunan R. Genset, R. Gas Medik, R. Kompresor dan 181
13
Incinerator
14 Gedung Rumah Tunggu Lantai I 216
15 Gedung Rumah Tunggu Lantai II 216
Gedung Asrama Perawat Putra dan Putri (2 tingkat 2 1,080
16
Gedung)
17 Gudang 180
18 Bangunan Dapur + Gizi 252
19 Kapel 213
20 Musholla 63
21 Gardu Listrik 56
22 Garasi Mobil Ambulan 54
23 Shelter 102
24 Gedung Laboratorium IPAL 42
25 Gedung IPSPRS 208
26 Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) 120
TOTAL BANGUNAN 24,968

Dengan mengacu pada data jumlah tempat tidur yang ada saat ini, yaitu :

No Nama Ruangan 2012 2013

1 IRNA Penyakit Dalam 36 40


2 IRNA Bedah 16 16
3 IRNA Anak 20 22
4 IRNA Nifas dan Kebidanan 24 33
5 IRNA Paviliun 4 7
6 Perinatalogi 10 20
7 ICU 5 7

Total 115 145

maka dirancang suatu komposisi Instalasi Rawat Inap dan beberapa Instalasi lain yang
sanggup menampung pasien yang menginap, tetapi dalam keputusannya diserahkan
kepada pihak Rumah Sakit yang akan melihat pasien penyakit mana yang mendapat
jumlah
tempat tidur tertentu, disini hanya ditulis IRNA I s/d IV.
Adapun rancangan ini berdasarkan kepada :
Tempat Jumlah
No Ruang Perawatan
Tidur Bangunan
1 IRNA I 40 2
2 IRNA II 40 2
3 IRNA III 40 2
4 IRNA IV 52 3
5 IRNA Kelas 1 128 8
6 VIP & VVIP 14 2
Jumlah tempat tidur IRNA saja 314
Untuk 7 Ruang Bersalin & Pemulihan 12 1
Instalasi 8 Perinatalogi 12 1
Rawat 9 ICU 12 1
Inap saja, 10 Ruang Isolasi 5 1
jumlah
Total 355 23
tempat
tidur total adalah 314, dan ini sudah
memenuhi syarat untuk Rumah Sakit Pendidikan kelas B
Adapun informasi pelayanan yang lain selain Instalasi Rawat Inap adalah sebagai
berikut :

No Ruang Pelayanan Jumlah Ruang

1 Instalasi Rawat Jalan 20


2 Instalasi Gawat Darurat untuk observasi 11
3 IGD untuk Bedah CITO 3
4 Ruang Tindakan Ginekologi 2
5 Instalasi Bedah 5
41
F. PENTAHAPAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT

Salah satu unsur di luar pertimbangan pelayanan kesehatan yang secara signifikan
sangat mempengaruhi disain Master Plan adalah pentahapan pelaksanaan
pengembangan. Seperti diketahui bahwa pengembangan Rumah Sakit ini tetap
menggunakan lahan yang sama dimana saat terjadi pengembangan/pembangunan
gedung-gedung baru tidak boleh mengganggu aktifitas pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit.

1. Tahap 1.

Merupakan tahap awal dimana pembangunan gedung ruangan baru


dibangun sebisa mungkin di lahan yang kosong agar tidak mengganggu
pelayanan Kesehatan dan semua bangunan existing tidak ada yang
dibongkar, kecuali yang satu – dua bangunan yang tidak menyebabkan
terganggunya pelayanan kesehatan. Pilhan membangun pada lahan
kosong adalah untuk bangunan : IPSRS, Rumah Kompresor + Gas Medik,
dan Rumah Genset, sehingga beberapa bangunan bisa dibongkar karena
tidak mengganggu pelayanan kesehatan, seperti : Rumah Dinas Dokter,
Gudang Oksigen, Gudang ATK, dan Gudang Obat. Selanjutnya dibangun
gedung dua lantai untuk ICU, Laboratorium dan Radiologi di lantai satu,
dan IRNA kelas 1 serta IRNA VIP di lantai 2, dan bangunan Laundry +
CSSD di tempat yang dibongkar tersebut, sementara fungsi ICU dan
Radiologi masih dilayani dari bangunan existing. Selanjutnya membongkar
gedung Radiologi, Gudang Rekam medik dan Inventaris serta Apotik lama
untuk digantikan dengan bangunan 2 blok bangunan IRNA kelas 1 masing-
masing dua lantai. bangunan IRNA Kelas satu ini, setengahnya akan
digunakan untuk Poliklinik saat poliklinik lama akan dibongkar di tahap 2.
Hampir tidak ada kesulitan dalam tahap ini, dimana fungsi pelayanan masih
mengikuti pola kegiatan pelayanan yang lama. Proses tahap ini menyerap
± 30 milyar rupiah atau sekitar 20% Lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar
di bawah ini

2. Tahap 2
Merupakan tahap dimana bangunan baru sudah mulai bersinggungan
dengan bangunan lama, dan beberapa bangunan pelayanan mulai
dibongkar, seperti poliklinik. dan PMI. Sementara bagunan poliklinik
pindah sementara pada salah satu bangunan IRNA. Bangunan baru yang
dibangun adalah bangunan utama 3 lantai di sayap kiri atau Barat, yaitu
Poliklinik, Farmasi, Bank, Asuransi Kesehatan dan Kantin untuk lantai 1,
sementara lantai 2 untuk Poliklinik dan IRNA kelas 1. Lantai 3 digunakan
sepenuhnya untuk IRNA Kelas 1. Tahap ini akan menimbulkan keruwetan
dalam berlalu lintas antara petugas, pasien dan pengunjung. Perlu diatur
sedemikian rupa sehingga fungsi pelayanan tetap tidak terganggu. Proses
tahap ini menyerap ± 23 milyar rupiah atau sekitar 16%
Untuk lebih jelasnya bisa melihat sketsa di bawah ini
3. Tahap 3
Masih konsentrasi di bangunan utama, tetapi pada sayap kanan atau
Timur. Fungsi yang dibongkar adalah IGD, Obsgin dan Perinatal. Fungsi
ini sementara akan menempati sayap kiri yaitu IGD di Poliklinik Baru, dan
Obsgin/Perinatal di ruangan untuk toko/kantin/askes. Di lahan ini akan
dibangun IGD baru dan Obsgin di lantai satu, sementara untuk lanta dua
adalah kantor Admin dan rekam medik, serta Rehab Medik dan IRNA
Kelas VVIP di lantai 3. Proses tahap ini menyerap ± 23 milyar rupiah atau
sekitar 16%
Agar lebih jelas bisa dilihat pada gambar di bawah ini
4. Tahap 4
Terjadi dua pembongkaran bangunan, yaitu ruang Nifas, yang sudah
pindah ke Bangunan Utama baru maupun ke IRNA, dibuat untuk 2 blok
IRNA kelas 2 & 3, dimana setelah jadi akan difungsikan sementara
menjadi Bedah Sentral. Selanjutnya gedung Bedah Sentral dibongkar
untuk Gedung Bedah Sentral baru, dan ruang Poli Umum diganti untuk
ruang Lobby. Dibangun pula toilet-toilet umum disekitar Gedung Blok
IRNA Kelas 2 & 3. Proses tahap ini menyerap ± 22.5 milyar rupiah atau
sekitar 15%.
Secara lengkap akhir dari tahapan ini bisa dilihat pada gambar berikut ini
5. Tahap 5
Selanjutnya mulai dilakukan pemongkaran gedung di luar bangunan
utama, yaitu gedung Perawatan Anak, IRNA Penyakit dalam, IRNA Bedah
dan Ruang Paviliun, untuk di gantikan dengan bangunan penunjang
antara lain : IRNA Kelas 2 & 3, Dapur, Gudang dan Bangunan Isolasi
serta Pemulasaraan Jenazah. Sementara itu di lahan kosong bagian
belakang dibangun Rumah Dinas Dokter, Rumah Tunggu dan Bak
penampung Air Bersih. Disini juga mulai dibuat jalan akses lingkar baru,
serta perbaikan perkerasan di jalan akses lingkar lama. Proses tahap ini
menyerap ± 17 milyar rupiah atau sekitar 12%
Secara lengkap akhir dari tahapan ini bisa dilihat pada gambar berikut ini
6. Tahap 6
Tahap ini adalah pembangunan bangunan IRNA kelas 2 & 3 di lokasi
Dapur dan Laundry. Dibangun juga toilet-toilet umum di samping kiri
kanan IRNA Kelas 2 & 3. Proses tahap ini menyerap ± 15 milyar rupiah
atau sekitar 10%.
Secara lengkap akhir dari tahapan ini bisa dilihat pada gambar berikut ini
7. Tahap 7
Pembongkaran gedung Asrama Putri, Bak penampung Air serta Pos Jaga
untuk digantikan Gedung Asrma Putra dan Putri baru serta Mushola.
Sementara itu IPSRS, Pemulasaraan jenazah serta Rumah Dinas Dokter
dibongkar untuk dibangun Gedung Serbaguna dan Gedung Ibadah/Kapel.
Infrastruktur berupa Tempat Parkir, IPAL, serta Taman dan finalisasi jalan
akses lingkar, serta beberapa titik-titik kekurangan bangunan dan
prasarabna yang lain. Proses tahap terakhir ini menyerap± 16.5 milyar
rupiah atau sekitar 11%
Secara lengkap akhir dari tahapan ini bisa dilihat pada gambar berikut ini

Anda mungkin juga menyukai