Anda di halaman 1dari 19

KEMENTERIAN

KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA

TATANAN BANGUNAN, PRASARANA


DAN ALAT KESEHATAN DI FASYANKES
DALAM ERA NEW NORMAL

DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN


DIREKTORAT FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

1
TATANAN BANGUNAN, PRASARANA DAN ALAT KESEHATAN
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

DALAM ERA NEW NORMAL

1) Kerangka Konsep Penataan Bangunan, Prasarana dan Alat Kesehatan


Isu penyakit infeksi emerging mengkondisikan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
melakukan penataan kembali bangunan, prasarana dan alat kesehatan. Standar prosedur
pencegahan dan pengendalian infeksi harus ditingkatkan kualitasnya. Keselamatan
petugas dan pasien penyakit infeksi emerging harus diprioritaskan.
Kerangka konsep penataan kembali bangunan, prasarana dan alat Kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi dituangkan dalam konsep besar penyelenggaraan rumah
sakit. Panduan dalam penataan kembali fasilitas pelayanan kesehatan dapat dilakukan
dengan langkah sebagai berikut:
1. Reviu Studi Kelayakan (Feasibility Study) Pengembangan Fasilitas
Reviu dilakukan dengan berfokus kepada kajian pola penyakit, terutama kasus-kasus
penyakit infeksi emerging, kelayakan fasilitas pelayanan kesehatan dalam menangani
kasus, kajian kapasitas pelayanan, dan kajian-kajian lainnya yang mempengaruhi
diperlukannya penataan kembali.
2. Reviu Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Fasilitas
Reviu dilakukan dengan berfokus kepada pemenuhan program layanan, program
pengelolaan SDM, pemenuhan bangunan prasarana alat kesehatan, dan program
pembiayaan serta rencana pentahapannya. Semua aspek tentunya dikaitkan dengan
kondisi dan potensi fasilitas pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit infeksi
emerging.

2) Lingkup Penataan Bangunan, Prasarana dan Alat Kesehatan


Lingkup penataan kembali fasilitas kesehatan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengaturan Alur Proses Kegiatan Pelayanan, dapat terdiri dari:
a. Alur pasien masuk dan keluar fasilitas pelayanan kesehatan
b. Alur pasien masuk dan keluar menuju dan dari suatu unit/bagian/instalasi/ruang
c. Alur petugas masuk dan keluar
d. Alur barang bersih dan barang kotor
2. Penataan Zoning, Fungsi Ruang dan Tata ruang, dengan mempertimbangkan:
a. Kondisi dan potensi lahan termasuk lingkungan eksisting dalam pengembangan
layanan era new normal
b. Kondisi dan potensi bangunan-bangunan eksisting untuk di-zonasi kembali
berdasarkan resiko penularan penyakit.
2
c. Kriteria desain arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal sesuai dengan
peraturan perundangan.
3. Penataan Bentuk, Karakteristik dan Komposisi Bangunan
a. Ketentuan intensitas bangunan oleh pemerintah daerah.
b. Kapasitas layanan pengembangan dan refungsi
c. Penerapan jalur-jalur/akses-akses pasien, petugas dan barang.
d. Pertimbangan dalam desain arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal.
4. Pertimbangan penerapan jenis konstruksi bangunan dan prasarana/utilitas, yang
meliputi:
a. Desain arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal
b. Kemampuan penerapan teknologi, terutama di bidang mekanikal dan elektrikal
c. Pertimbangan-pertimbangan dalam proses pengadaan barang/jasa
5. Program ruangan, persyaratan dan hubungan antar ruangan, terdiri dari:
a. Kelengkapan dan jumlah ruangan-ruangan yang dibutuhkan dalam suatu unit/
instalasi/ruang
b. Jarak tempuh antar ruang dan ruangan (respon time) yang dipersyaratkan.
6. Utilitas dan Fasilitas Penunjang
a. Pemenuhan persyaratan keandalan bangunan (aspek keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan).
b. Kemampuan penerapan teknologi
c. Pertimbangan pemeliharaan utilitas
7. Ketersediaan dan Kualitas Alkes dan APD
a. Perencanaan logistik, alkes dan APD
b. Pengelolaan alat kesehatan, termasuk pemeliharaannya
c. Pengganggaran/pembiayaan

3) Tatanan Pelayanan Kesehatan di Era New Normal dalam Perspektif


Pemenuhan Permenkes Nomor 24 tahun 2016
Persyaratan teknis bangunan rumah sakit sebagaimana tercantum dalam Permenkes
Nomor 24 Tahun 2016 pada dasarnya sudah mengantisipasi resiko penularan penyakit
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di bangunan rumah sakit. Berikut
penekanan beberapa aspek dalam penataan kembali fasilitas pelayanan kesehatan di era
new normal:
1. Rencana Blok Bangunan
a. Fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan dapat memenuhi peruntukan
bangunan yang telah diatur oleh pemerintah daerah.
3
b. Pengaturan persyaratan rencana blok bangunan pada dasarnya bertujuan untuk
mencapai keandalan bangunan, dimana salah satunya adalah pemenuhan aspek
kesehatan yang berkaitan erat dengan pencegahan dan pengendalian infeksi.
c. Kepadatan bangunan ditetapkan dalam bentuk Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
maksimal dengan pertimbangan fungsi lahan dan daya dukung lingkungan.
d. Ketinggian bangunan
Bangunan-bangunan untuk fungsi pelayanan penyakit infeksi disarankan tidak
memiliki ketinggian lebih dari 3 lantai. Apabila lebih dari 3 lantai, maka harus
didesain dengan sangat kehati-hatian terhadap potensi penularan di sekitarnya.
a. Penetapan jarak bebas bangunan didasarkan pada pertimbangan keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
- Jarak antar bangunan untuk fungsi pelayanan pasien COVID-19/PIE dengan
bangunan fungsi lain harus cukup untuk kepentingan penghawaan,
pencahayaan dan dilusi udara. Disarankan jarak minimal adalah 8 (delapan)
meter untuk apabila menggunakan sistem tata udara mekanik/buatan dan 20
(dua puluh) meter apabila menggunakan ventilasi alami/gabungan.
- Kondisi sekitar bangunan ruang-ruang pelayanan pasien COVID-19/PIE
harus terbuka/ tidak terhalang, sehingga sinar matahari dapat masuk dan/
atau langsung mengenai exhaust pembuangan.

2. Massa Bangunan
a. Massa bangunan, khususnya pada zonasi infeksius, harus dapat mendukung
terjadinya sirkulasi udara untuk kepentingan dilusi dan pencahayaan alami. Oleh
karena itu massa bangunan pelayanan pasien COVID-19/PIE disarankan tidak
gemuk (bulky mass).

Keterangan gambar: massa bangunan bentuk memanjang/ramping (slope mass) dapat


mendukung terjadinya sirkulasi udara dan pencahayaan alami

b. Dikaitkan dengan kondisi iklim di Indonesia yang tropis/panas dan lembab,


dengan mempertimbangkan efisiensi energi dan kenyamanan termal dalam
ruangan, maka orientasi bangunan utara-selatan.

4
3. Tata letak bangunan (blok plan dan site plan)
Desain tapak (siteplan) meliputi lokasi/letak bangunan, tata letak, orientasi bangunan,
dan lansekap. Siteplan mengintegrasikan bangunan dengan topografi dan bangunan
di sekitarnya.
Penataan kembali zonasi blok bangunan fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan
dengan penguatan pada:
a. Penataan blok bangunan harus dapat meminimalisasi risiko penularan penyakit.
Blok-blok bangunan diatur menjadi 3 zona, yaitu:
- zonasi merah, yaitu area pelayanan pasien COVID-19/PIE. Area ini
merupakan area terbatas (strictly limited access area).
- zona kuning, yaitu area pelayanan pasien umum
- zona hijau, yaitu area penunjang dan manajemen.
Antara zonasi tersebut sebaiknya terdapat pemisahan yang jelas dan tegas.
b. Tingkat privasi ruang-ruang pelayanan, yang terdiri publik, semi privat dan privat.
c. Kedekatan hubungan fungsi antar ruang pelayanan dalam rangka
mempersingkat jarak tempuh (respon time).
d. Selain akses masuk/keluar pasien dan barang diupayakan terdapat akses khusus
pasien penyakit infeksi emerging yang sudah terkonfirmasi.
e. Berikut di bawah ini gambar diagram penataan blok-blok bangunan dalam satu
kawasan rumah sakit.

Blok Bangunan Zona Merah (Area Pelayanan Pasien COVID-19/PIE)


Blok Bangunan Zona Kuning (Area Pelayanan Pasien Umum)
Blok Bangunan Zona Hijau (Area Penunjang dan Manajemen)

5
Keterangan Gambar :

a. Untuk meminimalisasi resiko terjadinya penularan penyakit infeksi emerging di rumah


sakit, maka dilakukan pengaturan/ penataan kembali blok-blok bangunan sesuai zonasi,
yaitu zona merah (area pelayanan pasien COVID-19/PIE), zona kuning (area pelayanan
pasien umum) dan zona hijau (area penunjang dan manajemen).

Zonasi juga menentukan level penggunaan APD oleh petugas, yaitu zona merah petugas
menggunakan APD level 3, zona kuning petugas menggunakan APD level 2, dan zona
hijau petugas menggunakan APD level 1.

b. Triase Primer dillakukan untuk skrining tahap awal pasien non rujukan untuk menentukan
alur pasien tersebut selanjutnya. Pada triase primer dilakukan kegiatan pengecekan suhu
tubuh, wawancara dan/atau pengisian form kondisi pasien dan tes cepat (rapid test).

c. Selanjutnya apabila lolos pada triase primer, pasien dapat melanjutkan untuk
mendapatkan pelayanan medis di unit/ruang rawat jalan atau unit/ruang gawat darurat
dan/atau ruang-ruang pelayanan medik lain yang merupakan zona kuning.

d. Untuk pasien yang hasil skrining tahap awal adalah reaktif, maka langkah selanjutnya
diarahkan ke triase sekunder.

e. Pada triase sekunder dilakukan pemeriksaan swab RT/PCR. Apabila hasil pemeriksaan
negatif, pasien dapat dipulangkan dan melakukan isolasi mandiri di rumah sesuai
protokol. Jika hasil pemeriksaan positif, selanjutnya pasien diarahkan menuju zona
merah untuk dikarantina/diobservasi atau dirawat isolasi sesuai tingkat kondisi pasien.

f. Pasien yang datang dengan rujukan COVID-19/PIE dapat langsung menuju triase
sekunder melalui akses khusus rujukan COVID-19/PIE.

g. Sementara beberapa ruang dapat digunakan bersama seperti laboratorium (khususnya


BSL-2 plus), ruang radiologi dan ruang operasi serta ruang penunjang non medik seperti
ruang jenazah dan laundry. Untuk ruang-ruang yang digunakan bersama diatur sesuai
persyaratan tertentu.

h. Apabila dimungkinkan, pada zona merah, area pelayanan pasien COVID-19/PIE dapat
disediakan ruangan transit jenazah dan ruangan pemeriksaan Mobile X-Ray khusus pada
blok tindakan/emergensi.

i. Terhadap blok bangunan yang ditata sesuai warna zona, maka dilakukan penyesuaian
layout/redesain, baik membangun baru, atau memanfaatkan bangunan eksisting
(refungsi) dengan merenovasi/merehabilitasi bangunan tersebut sehingga memenuhi
persyaratan bangunan sesuai fungsinya.

4. Pemanfaatan Ruang
1) Pemanfaatan ruang harus efektif dan efisien sesuai fungsi pelayanan.
2) Pemanfaatan ruang harus sesuai dengan rencana induk (masterplan) fasilitas
pelayanan kesehatan.

6
5. Desain tata Ruang dan komponen bangunan
Desain tata ruang dan komponen bangunan dapat meminimalisir resiko penyebaran
infeksi. Berikut dibawah ini beberapa pengaturan dalam desain:
- pengaturan jarak antar tempat duduk di r. tunggu sesuai protokol kesehatan.
- Komponen dan material bangunan non porosif untuk kemudahan pembersihan.
- desain tata ruangan harus memperhatikan alur/pergerakan petugas, pasien dan
barang bersih/kotor. Alur/pergerakan sebaiknya searah, tidak boleh terjadi alur
silang (oneway flow, no cross).
- sistem tata udara di setiap ruangan benar-benar diatur dan dikondisikan sesuai
fungsi ruang.
- penambahan fasilitas cuci tangan pada titik-titik krusial yang rentan terhadap
penularan penyakit infeksi emerging.
- persyaratan teknis bangunan dan prasarana ruang karantina/observasi, ruang
isolasi intensif dan non intensif penyakit infeksi emerging mengacu kepada
pedoman teknis.

4) Perencanaan Perubahan Desain Pada Unit/Ruang


4.1 Unit/Ruang Rawat Jalan
Desain tata ruang di unit/ruang rawat jalan agar meminimalisir resiko penyebaran infeksi.
Penataan bangunan dapat terdiri dari:
1) pengaturan jarak antar tempat duduk di r. tunggu 1 – 2 m.
2) jalur/akses pasien dan petugas terpisah.
3) Pengelompokkan/pengklasteran yang jelas dan tegas pada ruang rawat jalan untuk
area pasien infeksius dan pasien non infeksius.
4) ruang rawat jalan, khususnya pada ruangan tunggu harus dijamin terjadi ventilasi
silang dengan jumlah pertukaran udara minimal 12 ACH baik secara alami, buatan
maupun gabungan/kombinasi, yang dilaksanakan sesuai persyaratan teknis.
5) pengaturan tata letak furniture/perabot dan partisi interior, tidak boleh menghalangi/
membatasi bukaan jendela/pintu untuk aliran udara. Tata letak furnitur/perabot
dikaitkan dengan posisi bukaan ventilasi juga tidak boleh memungkinkan terjadinya
aliran udara dari pasien ke petugas.

7
Gambar Contoh : Aliran udara yang Gambar Contoh : Aliran udara yang
tidak diharapkan dikaitkan dengan diharapkan dikaitkan dengan tata
tata letak furnitur dalam ruangan letak furnitur dalam ruangan

6) Berikut di bawah ini contoh model gambar layout ruang rawat jalan eksisting di rumah
sakit dan gambar layout rencana perubahannya dengan menggunakan ventilasi alami
di ruangan tunggu.

Model R. Rawat Jalan Eksisting (Awal) Gambar Contoh Model Alternatif Perubahan

4.2 Unit/Ruang Rawat Inap


1) Pada ruangan perawatan yang kapasitasnya lebih dari 1 tempat tidur, perlu
diperhatikan jarak antar TT minimal 2,4 m.
2) Setiap ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara yang memenuhi
persyaratan sesuai fungsi ruangan. Penerapannya dapat dengan ventilasi alami,
buatan maupun kombinasi yang pemilihan sistemnya menyesuaikan kondisi
eksisting.

8
2.1 Unit/Gawat Darurat
1) Diperhatikan kembali ketersediaan ruangan dekontaminasi, ruangan isolasi infeksius
(ruangan tekanan negatif) dan ruangan isolasi immunocompromise (ruangan tekanan
positif).
- ruangan dekontaminasi dapat ditempatkan di sisi depan/luar ruang gawat darurat
atau terpisah dengan ruang gawat darurat.
- ruangan dekontaminasi direkomendasikan model akses pass through/oneway dari
luar menuju ruangan triase.
- ruangan isolasi disarankan dilengkapi dengan ruangan antara (airlock).
- pintu masuk ke ruangan isolasi infeksius sebaiknya tidak diakses oleh pasien dari
dalam ruang gawat darurat.
- tata cara pemenuhan persyaratan ruangan-ruangan tersebut mengacu kepada
peraturan perundangan.
2) Apabila dimungkinkan, dalam unit/ruang gawat darurat disarankan disediakan fasilitas
mobile X-ray untuk mengurangi pergerakan pasien dan petugas.
3) Pada ruangan yang kapasitas lebih dari 1 tempat tidur, perlu diperhatikan jarak antar
TT minimal 2,4 m.
4) Setiap ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran udara yang memenuhi persyaratan
sesuai fungsi ruangan. Penerapannya dapat dengan ventilasi alami, buatan maupun
kombinasi yang pemilihan sistemnya menyesuaikan kondisi eksisting.

2.2 Unit/Ruang Operasi


Apabila pelayanan tindakan operasi pasien COVID-19/PIE bergabung dalam satu
komplek ruang operasi sentral, maka langkah awal yang dapat dilakukan adalah:
1) Memilih salah satu ruangan operasi eksisting di komplek ruang operasi, yang
dikhususkan untuk pelayanan pembedahan pasien COVID-19/PIE.
2) Melakukan redesain terhadap sekitar ruangan operasi yang sudah dipilih, dalam
rangka penataan akses masuk dan keluar pasien PIE, akses masuk dan keluar
petugas dan akses masuk dan keluar barang serta memenuhi kelengkapan ruangan
yang dibutuhkan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam redesain antara lain adalah:
a) Akses masuk dan keluar pasien PIE sebaiknya dipisah dengan pasien umum.
b) Akses masuk petugas dapat melalui koridor steril eksisting. Dalam hal ini,
ruangan ganti petugas masuk dapat bergabung di ruangan ganti komplek ruang
operasi sentral eksisting.
c) Akses keluar petugas berbeda dengan akses masuk.
d) Akses masuk barang bersih dapat diperlakukan sama seperti akses petugas
masuk.

9
e) Akses barang kotor sebaiknya melalui passed-box menuju koridor kotor/
spoelhook.
f) Kelengkapan ruangan-ruangan tambahan yang harus dipenuhi :
- ruangan persiapan dan atau ruangan pemulihan khusus pasien PIE.
- ruangan antara (airlock), posisinya bersebelahan dengan ruangan operasi
tekanan negatif.
- ruangan lepas APD
- ruangan ganti petugas keluar yang dilengkapi shower dan toilet.
- koridor kotor tersendiri yang dilengkapi dengan spoelhook.
Persyaratan teknis ruangan-ruangan tersebut agar menyesuaian peraturan dan
pedoman teknis.
a) Scrub up dapat menggunakan fasilitas eksisting.
b) Pintu-pintu di ruangan antara (airlock) menggunakan interlock system.
3) Penyesuaian sistem tata udara, antara lain:
a) Pastikan bahwa ruangan operasi untuk pasien COVID-19/PIE menggunakan
sistem tata udara (HVAC = Heating, Ventilating, and Air Conditioning) individual,
untuk mencegah terjadinya penularan ke ruangan operasi lain atau ke ruangan
lainnya.
b) Lakukan perubahan tekanan udara dalam ruangan operasi khusus pasien
COVID-19/PIE menjadi negatif, dengan menambahkan exhaust. Kondisikan total
jumlah aliran udara yang ditarik (baik yang melalui exhaust eksisting maupun
tambahan) lebih besar daripada udara suplai.
c) Aliran udara yang masuk maupun yang keluar agar dijaga tetap konstan dan
termonitor.
d) Meskipun tekanan udara dalam ruangan negatif, namun udara bersih di atas meja
operasi tetap dijaga terdistribusi secara merata di setiap titik.
e) Ruangan antara (airlock) dikondisikan tekananannya lebih positif dari ruangan
operasi.
f) Udara yang dibuang ke lingkungan melalui exhaust tambahan harus difilter
terlebih dahulu dengan hepa filter.
g) Pastikan kondisi komponen-komponen arsitektur (dinding, plafon, pintu-pintu)
yang dapat mempengaruhi desain sistem tata udara, sehingga semua parameter
dapat dicapai.
4) Berikut di bawah ini ilustrasi gambar alternatif penyesuaian desain komplek ruang
operasi.
(Catatan: Gambar-gambar ilustrasi di bawah ini agar diterjemahkan kedalam desain
teknis dengan penyesuaian terhadap kondisi desain eksisting sehingga semua
parameter tercapai)

10
Contoh Model Gambar Layout Ruang Operasi Eksisting

Contoh Model Gambar Layout Perbaikan

Akses
Keluar
Petugas

Akses
Masuk
Petugas

Keterangan gambar :

- Akses masuk petugas dapat melalui koridor steril komplek ruang operasi. Ruangan ganti
petugas masuk dapat bergabung dengan ruangan ganti komplek ruang operasi.

- Disediakan ruangan lepas APD dan ruangan ganti petugas keluar.

- Akses masuk dan keluar pasien PIE sebaiknya terpisah dengan pasien umum.

- Akses barang bersih dapat melalui akses masuk petugas.

- Barang kotor dikeluarkan melalui passed box menuju koridor kotor. Tata cara pengelolaan
barang kotor mengikuti SOP.

11
Tekanan Udara Operasi Eksisting Conversi Tekanan Udara R. Operasi

Contoh Ilustrasi Gambar Konversi Tekanan Udara


dari Ruangan Operasi Tekanan Positif menjadi Tekanan Negatif

Contoh Gambar Konversi Sistem Tata Udara di Ruangan Operasi Tekanan Negatif

12
5) Pengelolaan Alat Kesehatan
Peralatan kesehatan di rumah sakit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan pengujian
secara rutin sehingga terjamin kehandalan, kelaikan dan keamanan alat saat digunakan
kepada pasien. Pada masa pandemik COVID-19, penggunaan peralatan medis di rumah
sakit juga memiliki risiko kontaminasi penularan penyakit kepada lingkungannya, terutama
petugas dan pasien. Kontaminasi dari alat pasca pemakaian atau pasca tindakan dapat
terjadi melalui permukaan alat, komponen alat yang tercemar bekas cairan pasien yang
tidak dibersihkan dan didesinfeksi dengan baik, maupun proses handling alat. Untuk itu,
petugas rumah sakit, termasuk perawat, dokter, teknisi pemeliharaan alat, dan petugas
cleaning service perlu memahami risiko dan cara pengelolaannya.
Menurut CDC, virulensi Covid-19 dapat bertahan berjam-jam hingga berhari – hari pada
permukaan tergantung faktor jenis / material permukaan, suhu, kelembaban dan virus load.
Sedangkan media kontaminasi alat medis yaitu seluruh bagian luar atau permukaan alat
medis, bagian alat yang terhubung dengan sistem pernafasan udara pasien atau cairan
pasien, filter penyaring udara pada alat medis baik bagian luar dan bagian dalam. Untuk
itu, dalam proses pengelolaan alat di rumah sakit sehari-hari khususnya pada pasien
Covid-19, sebaiknya dinilai kembali proses pengelolaan yang telah dilakukan sehingga
menjamin potensi kontaminasi seminimal mungkin.
Untuk mengurangi potensi kontaminasi dari peralatan yang berhubungan langsung/kontak
dengan pasien, penanganan sterilisasi alat pasca pemakaian pasien PIE/Covid-19 di
ruang sterilisasi/CSSD sebaiknya dianggap sebagai kategori kritikal.
Beberapa prinsip pengelolaan alat:
1. Penggunaan APD setiap kali penggunaan, pembersihan, pemeliharaan dan / atau
perbaikan alat
2. Mengutamakan penggunaan komponen part alat disposible
3. Melakukan pembersihan dan desinfeksi permukaan alat setiap kali pemakaian
4. Menghindari penggunaan alat pasien Covid19/PIE digunakan kepada pasien non
Covid19/PIE.
5. Penggunaan kontainer khusus untuk handling peralatan ke ruang sterlisasi
6. Sterilisasi alat sebagai alat kritikal.
7. Pengecekan, pengujian dan kalibrasi secara rutin sesuai dengan ketentuan
Dalam melakukan pengecekan rutin peralatan pasca pemakaian pasien Covid-19, perlu
memperhatikan :
1. Penggunaan APD
Penggunaan APD untuk melindungi dari kontaminasi dikenakan petugas sesuai
dengan zona yang dimasuki. Untuk area pelayanan Covid-19 termasuk dalam zona
merah, maka APD yang dapat digunakan yaitu masker, sarung tangan, google, baju
hazmat, dsb.
2. Penggunaan komponen dan aksesoris alat disposible

13
Pada komponen part alat yang kontak langsung dengan pasien dan atau
terkontaminasi cairan ekskresi tubuh pasien seperti ventilator, suction dsb,
diupayakan memilih komponen part alat yang disposible atau penggunaan sekali
pakai sesuai rekomendasi pabrikan.
3. Pembersihan dan dekontaminasi alat
a. Permukaan alat
Peralatan di ruang pelayanan harus selalu dalam keadaan bersih dan sudah
didesinfeksi, termasuk kelaikan dan kehandalannya (sudah diuji dan dikalibrasi).
Disarankan alat dibersihkan dan didekontaminasi setiap kali selesai pemakaian
sehingga alat selalu dalam keadaan bersih saat disimpan. Kegiatan pembersihan
permukaan alat sebaiknya didalam ruang pelayanan (alat tidak dipindahkan
keluar ruangan). Begitu pula saat alat akan dilakukan pengecekan / pemeliharaan
rutin oleh petugas teknis, hal yang pertama kali dilakukan di ruang pelayanan
yaitu melakukan pembersihan dan dekontaminasi permukaan alat.
Sebelum alat dibersihkan, agar memperhatikan ruangan / lingkungan tempat alat
berada apakah sudah dilakukan pembersihan dan desinfeksi sebelumnya. Untuk
alat elektromedik, alat harus dalam keadaan mati atau off, dan unplug. Bila
permukaan alat masih terasa hangat atau panas (pasca pemakaian), tunggu
sampai kondisi sudah normal/dingin. Alat dapat digunakan setelah cairan bekas
desinfeksi mengering.
Perlu diperhatikan bahwa beberapa alat kesehatan perlu penanganan
pembersihan dan desinfeksi secara khusus. Beberapa produk bahkan perlu
dihindari penggunaan desinfektan berbasis alkohol. Untuk itu disarankan untuk
mengkonsultasikan / mengikuti panduan / manual pembersihan dan desinfeksi
dari pabrikan. Beberapa cairan pembersih atau desinfektan yang mudah didapat
diantaranya sabun/detergen, chlorine, H202 dsb.
Pembersihan dan dekontaminasi yang dilakukan dengan cara sederhana
menggunakan kain flannel bersih / mikrofiber yang dibasahi cairan detergent atau
desinfektan dan dilakukan pengelapan pada seluruh permukaan alat dengan
baik. Hindari penggunaan spray secara langsung terutama pada area opening
alat untuk menghindari penetrasi dan kerusakan pada sistem sirkuit/ kelistikan.
Selanjutnya, lakukan prosedur pengecekan fungsi / kelaikan alat sesuai SOP.
Langkah-langkah pelaksanaan pembersihan permukaan (pengelapan)
1. Penggunaan APD
2. Siapkan tissue dan kain mikrofiber
3. Rendam kain mikrofiber bersih dalam air detergent
4. Lakukan pengelapan permukaan
5. Keringkan dengan tissu atau kain mirofiber kering
Langkah-langkah desinfeksi permukaan
1. Siapkan cairan desinfeksi dalam botol atau sprayer

14
2. Siapkan tissue mikrofiber
3. Semprotkan cairan desinfektan pada tissu
4. Lakukan pengelapan secara zig-zag atau putaran dari tengah keluar
b. Komponen part alat
Untuk komponen part yang dapat digunakan kembali atau reusable harus sesuai
rekomendasi pabrikan. Komponen part ini harus dilakukan penanganan sterilisasi
yang baik dengan menggunakan metode plasma, ethylen oxide atau formaldehid.
Sebelum dilakukan sterilisasi, part alat dilakukan pre-cleaning dengan di-spray
atau merendam alat dalam cairan enzimatik desinfectan selama 5-10 menit untuk
menghilangkan debris yang melekat, dan kemudian dicuci dan dibilas. Pastikan
komponen part alat sudah telah di disassembled / diurai komponen-komponenya.
Disarankan cairan enzimatik langsung dibuang pasca penggunaan (tidak
digunakan berkali-kali).
Untuk pemakaian alat pasca pasien Covid-19, disarankan proses pre-cleaning
disarankan langsung di CSSD, terutama bila sarana atau area yang aman di ruang
perawatan untuk proses pembersihan tidak memadai.
Setelah dilakukan pre-cleaning, komponen part alat selanjutnya dibersihkan dan
desinfeksi secara manual menggunakan cairan desinfektan, atau menggunakan
mesin automatis (ultrasonic washer). Dalam hal ini, mengurangi potensi
kontaminasi kepada petugas maka disarankan dibersihkan dengan mesin, kecuali
bila part alat tidak tahan terhadap suhu panas, atau tidak disarankan oleh pabrikan.
Beberapa cairan desinfeksi yang digunakan untuk merendam diantaranya
ammonia 15%, isopropyl alcohol (70%), natrium hipoklorit atau clorin 10% dsb.
c. Handling peralatan
Handling peralatan dimaksud yaitu penanganan alat pada saat ditransfer dari unit
pelayanan ke ruang sterilisasi/CSSD untuk dilakukan dekontaminasi dan
sterilisasi. Kegiatan ini sangat beresiko untuk menularkan infeksi Covid-19 karena
cairan / eksudat yang tertinggal pada permukaan alat. Hal ini perlu dilakukan
perlakukan handling khusus pada saat alat akan dibersihkan atau disterilkan ke
unit / pusat sterilisasi rumah sakit.
Peralatan yang ditransfer seperti komponen part alat, aksesoris, instrumentasi, alat
dressing, waskom, dsb pasca pemakaian pada pasien Covid-19. Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, pre-cleaning sebaiknya dilakukan langsung di CSSD.
Handling alat pasca digunakan pasien Covid-19 dari ruang pelayanan:
• Petugas menggunakan APD
• Siapkan kontainer khusus (diberikan label khusus Covid-19) untuk wadah
yang tahan benda tajam (puncture-proof) yang tertutup rapat (leak-proof).
Pastikan permukaan luar kontainer bersih untuk menghindari kontaminasi
baru. Hal ini dilakukan oleh petugas ruangan.

15
• Alat yang berada dalam kontainer, disemprot atau direndam cairan enzymatik
(selama 5-10 menit).
• Kontainer selanjutnya dibawa ke ruang sterilisasi alat / CSSD dengan
menggunakan APD.
• Jalur transport menuju CSSD jangan melewati jalur / area publik, untuk
menghindari kontaminasi lingkungan sekitar yang dilalui.
• Di dalam ruang sterilisasi / CSSD, alat dilakukan dekontaminasi dan sterilisasi
sebagai alat kritikal, sesuai rekomendasi dari pabrikan.

Matriks Pengecekan Alat Paska Pemakaian Alat

No Nama Alat Perlakuan Normal Perlakuan New Normal

1 Suction Pump • Buang Cairan pada Tabung • Buang Cairan pada tabung
Suction • Dekontaminasi Alat dengan
• Chek Fungsi Alat baik dan benar
• Bersihkan unit • Chek unit alat
• Chek Filter Eksternal ganti • Ganti filter internal dan
bila perlu eksternal
• Pastikan Alat berfungsi • Ganti selang suction
kembali • Pastikan alat berfungsi
kembali
2 Bed Side Monitor • Bersihkan Alat • Dekontaminasi Alat dengan
• Cek fungsi alat baik dan benar
• Pastikan alat berfungsi • Chek Fungsi alat
kembali ECG
NIBP
SPO2
Temp
• Pastikan assories yang di
gunakan disposible
• Ukur output parameter
dengan kalibrator
• Pastikan Alat berfungsi
kembali
3 Ventilator • Bersihkan alat • Dekontaminasi Alat dengan
• Chek fungsi alat baik dan benar
• rendam flow sensor dengan • Chek fungsi Alat
alkhohol lalu tiriskan • Chek gas Input
• Pasang kembali Flow • Ganti flow sensor dengan
sensor yang baru dan pastikan
• Chek gas input yang lama tidak digunakan
• Pastikan alat berfungsi • Pastikan HME selalu di ganti
kembali • Pastikan test lung
digunakan hanya 1 venti
dan di dekon
• Rendam assesorie jalur
inspirasi dan ekpirasi
16
• Pastikan alat berfungsi
kembali
4 ECG • Bersihkan alat • Dekontaminasi Alat dengan
• Chek fungsi alat baik dan benar
• Pastikan alat berfungsi • Dekontaminasi clip dan
kembali chess ecg
• Chek fungsi alat
• Ukur output parameter
dengan kalibrator
• Pastikan Alat berfungsi
Kembali.
5 Hyper Hypothermia • Bersihkan alat • Dekontaminasi Alat dengan
System • Cek fungsi alat baik dan benar
• Pastikan alat berfungsi • Dekontaminasi reuseable
kembali blanket dan extension hose
• Dekontaminasi probe
rectal/skin
• Pastikan aksesoris yang
disposeable hanya untuk 1
pasien ( head wrap dan
disposeable blanket)
• Cek fungsi alat
• Pastikan Alat berfungsi
kembali
6 Hyperthermia • Bersihkan alat • Dekontaminasi Alat dengan
System • Ganti filter setiap 500 jam baik dan benar
• Cek fungsi alat • Pastikan blanket digunakan
• Pastikan alat berfungsi hanya untuk 1 pasien
kembali • Ganti filter lebih sering
(<500 jam)
• Cek fungsi alat
• Pastikan Alat berfungsi
kembali
7 CPAP CNO • Bersihkan alat • Dekontaminasi Alat dengan
• Chek fungsi alat baik dan benar
• Cek gas input • Cek fungsi Alat
• Pastikan alat berfungsi • Cek gas Input
kembali • Pastikan aksesoris
disposeable digunakan
hanya untuk 1 pasien
• Pastikan alat berfungsi
kembali
8 Infant Incubator • Bersihkan alat • Dekontaminasi Alat dengan
• Ganti filter setiap 2 bulan baik dan benar
• Cek fungsi alat • Ganti filter setiap digunakan
• Pastikan alat berfungsi 1 pasien
kembali • Dekontaminasi probe skin
• Dekontaminasi iris cuff dan
access door cuff
• Ganti air setiap 1 hari sekali
• Cek fungsi alat

17
• Pastikan Alat berfungsi
kembali
7 Infant Warmer • Bersihkan alat dan asesoris • Dekontaminasi Alat dengan
• Chek fungsi alat baik dan benar
• Pastikan alat berfungsi • Chek fungsi alat
kembali • Ukur output parameter
dengan kalibrator
• Pastikan Alat berfungsi
kembali
8 Sphygmomanomete • Bersihkan alat dan manset • Dekontaminasi Alat dengan
r • Chek fungsi alat baik dan benar
• Pastikan alat berfungsi • Chek fungsi alat
kembali • Ukur output parameter
dengan kalibrator
• Pastikan Alat berfungsi
kembali
9 Centrifuge • Bersihkan alat • Dekontaminasi Alat dengan
• Chek fungsi alat baik dan benar
• Pastikan alat berfungsi • Chek fungsi alat
kembal • Ukur output parameter
dengan kalibrator
• Pastikan Alat berfungsi
kembali
10 Bed Electric • Bersihkan alat • Dekontaminasi Alat dengan
• Chek fungsi alat baik dan benar
• Pastikan alat berfungsi • Chek fungsi alat
kembal • Ukur output parameter
dengan kalibrator
• Pastikan Alat berfungsi
kembali
11. Lampu Operasi • Bersihkan Alat • Dekontaminasi Alat dengan
Ceiling • Chek fungsi alat (Intensitas, baik dan benar
Fokus & Camera) • Sterilizable handle dengan
• Pastikan alat berfungsi Steam Sterilizer selama 4
kembali menit di suhu 132 °C, atau
rekomendasi pabrik
• Bersihkan bottom glass
setiap selesai operasi/ 1
pasien
• Bersihkan residu yang
menempel pada permukaan
Light Head, lalu keringkan.
• Cek fungsi alat
• Pastikan Alat berfungsi
kembali
12. Pendant/ Ceiling • Bersihkan Alat • Dekontaminasi Alat dengan
Supply Unit • Chek fungsi alat (Connector baik dan benar
Gas & Electrical Outlet) • Bersihkan Column/Media
• Pastikan alat berfungsi Head secara manual
kembali menggunakan pembersih
yang disarankan

18
• Lap permukaan dengan kain
yang dibasahi sedikir air dan
pembersih
• Bersihkan residu yang
menempel pada permukaan
Column/Media Head &
Shelf, lap dengan kain
kering, lalu keringkan.
• Cek fungsi alat
• Pastikan Alat berfungsi
kembali
Suction Pump • Buang Cairan pada Tabung • Buang Cairan pada tabung
Suction • Dekontaminasi Alat dengan
• Chek Fungsi Alat baik dan benar
• Bersihkan unit • Chek unit alat
• Chek Filter Eksternal ganti • Ganti filter internal dan
bila perlu eksternal
• Pastikan Alat berfungsi • Ganti selang suction
kembali • Pastikan alat berfungsi
• kembali
Bed Side Monitor • Bersihkan Alat • Dekontaminasi Alat dengan
• Cek fungsi alat baik dan benar
• Pastikan alat berfungsi • Chek Fungsi alat
kembali ECG
• NIBP
SPO2
Temp
• Pastikan assories yang di
gunakan disposible
• Ukur output parameter
dengan kalibrator
• Pastikan Alat berfungsi
kembali

19

Anda mungkin juga menyukai