Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bangunan gedung tidak dapat terlepas dari masalah lingkungan seperti hujan,
angin, panas, dingin, lembab, polusi, dan sebagainya. Hal itu menyebabkan sebuah
bangunan memerlukan suatu sistem utilitas yang dapat berfungsi dalam pelayanan
suatu bangunan (building service), dimana fungsi utamanya adalah pada operasi
mekanik dan elektrik seperti sistem tata udara, sistem plumbing, sistem kelistrikan,
sistem tata cahaya, sistem transportasi vertikal dan sistem yang lain yang dapat
menunjang bangunan tersebut agar dapat berfungsi dengan baik.
Secara fisik sistem utilitas rumah sakit sebagian besar merupakan jalur
panjang, baik pada arah horisontal maupun pada arah vertikalnya. Dan didalam
perancangan bangunan jalur ini menuntut disediakannya ruang/ tempat/ lokasi yang
secara kuantitas cukup dan secara kualitas memenuhi syarat, baik syarat teknis
maupun syarat pemeliharaan dan perbaikan.
Didalam perancangannya, seringkali jalur instalasi ini ditempatkan pada suatu
zona dengan jalur sirkulasi, baik yang berada didalam perancangannya. Sering sekali
jalur instalasi ditempatkan pada satu zona dengan jalur sirkulasi, baik yang berada
dalam jalur vertikal maupun yang berada pada jalur horizontal. Pada lajur vertikal
yang ditempatkan pada satu zona disebut core dan pada jalur horisontal sering kita
lihat berada sejalan dengan jalur koridor yang menjalar di dalam bangunan yang
bersangkutan.

1.2 Maksud dan Tujuan


a. Merencanakan sistem utilitas sebaik mungkin agar fungsi bangunan
dapat berjalan lancar dan keberadannya tidak mengganggu lingkungan
di sekitarnya.
b. Menerapkan sistem penghawaan yang tepat untuk rumah sakit.
1
c. Menggunakan sistem komunikasi yang tepat di lingkungan rumah
sakit.
d. Mengetahui spesifikasi jenis air bersih dan air minum, standar
penggunaan dan penyesuaian terhadap pemenuhan kebutuhan
penghuni bangunan.
e. Merancang secara rinci sistem plumbing air bersih yang terdiri dari :
1. Sistem perpipaan air bersih.
2. Perhitungan kebutuhan sistem penyediaan sistem air bersih.

1.3 Ruang lingkup


Ruang lingkup pada pedoman utility meliputi:
1. pembahasan sistem penghawaan dan pengkondisian udara di suatu rumah
sakit.
2. sistem komunikasi dalam rumah sakit.
3. sistem kelistrikan yang ada di rumah sakit.
4. sistem fasilitas sanitasi di rumah sakit.
5. sistem plumbing pada rumah sakit.

1.4 Landasan hukum


1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. PerMenkesRI No. 59B./Menkes/Per/II/1998 tentang Pengaturan Cara-
cara Akreditasi Rumah Sakit.
4. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
5. PerMenNakerTrans No Per-01/MEN/1980 tentang K3 pada Konstruksi
Bangunan.
6. PERMENPU No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

2
BAB II
STANDAR FASILITAS
Denah ruang

Gambar 1. Zoning rumah sakit berdasarkan pelayanan pada RS pola


pembangunan horizontal.

3
Gambar 2. Contoh model perletakan instalasi pada site RS (rencana blok).

Gambar 3. Contoh gambar kamar mandi pada ruang rawat inap harus terbuka
keluar.

Standar fasilitas.
Standar dan kemampuan fasilitas rumah sakit tipe C khusus meliputi:
1. Pelayanan medik umum, meliputi:
a. Pelayanan medik dasar
b. Pelayanan medik gigi dan mulut.
c. Pelayanan kesehatan ibu dan anak/ KB
2. Pelayanan gawat darurat.
Pelayanan gawat darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat
darurat 24 jam dan 7 hari seminggu sesuai dengan peraturan undang-
undang
3. Pelayanan medik spesialis dasar sesuai dengan kekhususannya.

4
4. Pelayanan medik spesialis dan atau subspesialis sesuai dengan
kekhususan.
5. Pelayanan kefarmasian.
6. Pelayanan keperawatan dan kebidanan terdiri dari:
a. Pelayanan asuhan keperawatan.
b. Pelayanan asuhan kebidanan.
7. Pelayanan penunjang klinik, meliputi:
a. Pelayanan anastesi.
b. Pelayanan radiologi.
c. Pelayanan rehabilitasi medik.
d. Pelayanan patologi klinik.
8. Pelayanan penunjang non klinik, meliputi:
Pelayanan laundry linen, Jasa boga/ dapur, Teknik dan pemeliharaan
fasilitas, Pengelolaan limbah, gudang, ambulan, komunikasi, kamar
jenazah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas medik dan penampungan
air bersih.

BAB III
SISTEM PENGHAWAAN DAN PENGKONDISIAN UDARA

3.1 Sistem Penghawaan.

5
Setiap bangunan rumah sakit harus memiliki ventilasi alami dan atau ventilasi
mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya. Bangunan rumah sakit harus mempunyai
bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang
dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.
Persyaratan teknis dari sistem penghawaan yaitu:
a) Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka diperlukan
ventilasi mekanis seperti pada bangunan fasilitas tetentu yang
memerlukan perlindungan dari udara luar dan pencemaran.
b) Pada ruang khusus seperti ruang isolasi, ruang laboratorium maupun
ruang farmasi, diperlukan fasilitas pengelolaan limbah udara infeksius
paparan udara
c) Sistem tata udara harus ditempatkan agar memudahkan dalam
pemeriksaan dan pemeliharaan
d) Sebagai ventilasi, udara segar harus dimasukkan kedalam ruangan
untuk menjaga kesegaran dan kesehatan ruangan
e) Udara segar harus dimasukkan langsung dari luar dan bukan udara
yang berasal dari lobi atau koridor tertutup
f) Untuk instalasi tata udara sentral, udara segar harus dimasukkan
melalui mesin pengolah udara sentral.
g) Untuk sistem tata udara individu, seperti unit jendela dan unit split,
udara segar boleh dimasukkan langsung kedalam ruangan.
h) Ruangan yang dilengkapi dengan ventilasi mekanik harus diberikan
pertukaran udara minimal 6 (enam) kali perjam
i) Tata udara untuk ruangan yang dapat menimbulkan pencemaran atau
penularan penyakit keruangan lainnya, harus langsung dibuang keluar
j) Ruang bedah dan ruang perawatan penyakit menular yang berbahaya,
pembuangan udaranya harus ketempat yang tidak membahayakan
lingkungan rumah sakit
k) Ruang pengolahan bahan obat, proses kimia lainnya yang dapat
mencemari lingkungan, pembuangan udaranya harus melalui
penyaring dan pemroses untuk menetralisir bahan bahan yang

6
terkandung di dalam udara buangan tersebut sesuai ketentuan yang
berlaku.

3.2 Sistem Pengkondisian Udara.


Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan rumah sakit harus
mempertimbangkan temperatur dan kelembapan udaranya. Untuk mendapatkan
tingkat temperatur dan kelembapan udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan
alat pengkondisian udara yang mempertimbangkan:
a. Fungsi bangunan rumah sakit/ruang, jumlah pengguna, letak geografis,
orientasi bangunan, volume ruang, jenis peralatan dan penggunaan
bahan bangunan.
b. Kemudahan pemeliharaan dan perawatan.
c. Prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan.

3.3 Pemeliharaan Mekanikal.


1. Window unit, split unit dan package unit
a. Pemeliharaan
1) Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit (case unit)
menyeka menggunakan kain atau sikat pembersih dan deterjen,
dilakukan setiap bulan sekali.
2) Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada komponen heat
exchanger condensor, koil pipa evaporator, saringan (filter) dan panci
penampung. Pembersihan dilakukan dengan cara mengeluarkan
window AC dan rurnahnya kemudian dibersihkan menggunakan sikat
atau kain pembersih, deterjen dan kompressor angin. Pemeliharaan
dilakukan 3 (iga) bulan sekali.
3) Dilakukan pengisian refrigeran dengan cara memasukkan refrigeran ke
dalam pipa unit melalui lubang pengisian yang telah ada. Jenis
refrigeran yang digunakan adalah Freon, R-12, R 22 atau fluida lain
yang ditentukan oleh pabrik pembuatnya. Pengisian dilakukan bila
dianggap perlu

b. Perbaikan kecil

7
l) AC split.
Dilakukan penggantian isolasi pipa tembaga atau kuningan atau jenis
lain bila ditemui adanya bagian isolasi pipa yang rusak dengan cara membuka
bagian/daerah isolasi yang rusak tersebut sekeliling pipa kemudian diganti
dengan isolasi dan salah satu bahan yang tersebut di bawah ini:
a) Asbestos, serat gelas kemudian dilapisi bahan yang tahan air.
b) Magnesium karbida kalsium silikat, busa polietilen kernudian dilapisi
bahan tahan air. Ketebalan bahan isolasi disesuaikan dengan ketentuan
pabrik pembuat AC ini atau minimal 20 mm.

2) AC Package.
a) Bila terjadi kerusakan tali kipas atau kendor dilakukan penggantian atau
penyetelan. Bila terjadi kerusakan tali kipas maka tali kipas harus
diganti dengan cara mengatur posisi motor penggerak, sehingga tali
kipas dapat diganti dan kemudian diatur kembali pada posisi yang sesuai
dengan ketentuan tegangan tali kipas dari pabrik pembuatnya dan
dilakukan pada saat blower tidak beroperasi. Pemeriksaan kondisi tali
kipas ini dilakukan setiap minggu. Baut-baut yang ditemukan dalam
keadaan kendor pada saluran pipa refrigeran dilakukan pengokohan.
Pengkokohan baut yang kendor, disesuaikan dengan petunjuk dari
pabrik pembuat AC tersebut. Pemeriksaan kondisi baut dilakukan setiap
minggu.
b) Dilakukan penyetelan termostat pendingin sesuai dengan kebutuhan
pendingin di dalam ruangan dengan cara mengatur termostat pada
kondisi suhu ruangan yang diinginkan. Pemeriksaan kondisi
memerlukan termostat dilakukan setiap minggu.

2. Chiller
Pemeliharaan:

8
a) Dilakukan pembersihan dan penyetelan terhadap permukaan luas unit
chiller ini dengan cara menyeka dengan air atau dengan sikat
pembersih. Pembersihan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan.
b) Dilakukan pembersihan terhadap komponen pipa air pendingin
kondensor dan koil pipa pendingin evaporator dengah cara membuka
bagian penutup mesin chiller yang telah ditentukan oleh pabrik
pembuatnya. Pembersihan dilakukan pada saat mesin chiller tidak
beroperasi, dan dilakukan 2 (dua) bulan sekali.
c) Untuk penggantian refrigeran mesin dilakukan sesuai petunjuk mesin
tersebut, karena setiap mesin chiller mempunyai spesifikasi yang
berlainan.
d) Fluida yang di gunakan adalah R-22, R-11 atau refrigeran lain sesuai
petunjuk pabrik. Pergantian dilakukan bila dianggap perlu.

3. Unit pengolah udara (AHU)


Pemeliharaan:
a) Dilakukan pembersihan dan penyekaan pada rumah unit dengan cara
menyeka dengan kain atau sikat pembersih dan deterjen. Pemeliharaan
ini dilakukan 6 bulan sekali.
b) Dilakukan pembersihan terhadap komponen filter udara dengan cara
membuka filter, komponen pipa pembuangan air dan panci
pembuangan dengan cara membuka penutup untuk perawatan bagian
bawah AHU, komponen koil pendingin dengan cara membuka bagian
penutup untuk perawatan bagian evaporator.
c) Dilakukan pengontrolan baut yang kendor pada jalur aliran pipa
dengan cara mengokohkan baut yang kendor sesuai dengan petunjuk
pabrik. Pemeriksaan kondisi baut dilakukan setiap minggu.
d) Dilakukan penyetelan thermostat pendingin sesuai dengan kebutuhan
pendingin di dalam ruangan dengan cara mengatur thermostat pada
9
kondisi temperature ruangan yang di inginkan. Pemeriksaan kondisi
penunjukkan thermostat dilakukan setiap minggu.

Perbaikan kecil:
a. Bila tali kipas rusak dilakukan penggantian baru.
b. Bila ditemui kondisi pendingin yang rusak dilakukan penggantian
sesuai dengan bahan yang semula.

4. Cooling tower.
Pemeliharaan:
a. dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit dengan kain
atau sikat pembersih dan deterjen. Pemeliharaan dilakukan 3 (tiga)
bulan sekali.
b. dilakukan pembersihan pada komponen lauver/ filling udara, kipas
udara, saringan air keliar, panic penampung/ filter drain dengan
membuka lauver/ filing udara dan dikeluarkan kemudian di bersihkan
dengan cara menggunakan alat, kain/ sikat pembersih dan deterjen
sedangkan untuk kipas udara, saringan air keluar dan panic penampung
di bersihkan ditempat dengan menggunakan alat yang sama seperti di
atas. Pembersihan dilakukan 6 (enam) bulan sekali.
c. dilakukan pencampuran fluida cair pada air cooling tower yang
gunanya untuk membantu menurunkan temperature air dan juga
mencegah timbulnya korosi pada instalasi cooling tower. Pencampuran
ini dilakukan dengan memakai fluida cair tersebut dan kadarnya di
sesuaikan standar manual dari pabrik pembuatnya dengan mengukur
fluida tabung gelas. Pengukur tabung fluida ini dilakukan setiap hari.
d. dilakukan pelumasan terhadap motor listrik penggerak propeller
dengan cara melumasi poros yang berputar. Pemeliharaan dilakukan
setiap 6 (enam) bulan sekali.
10
e. dilakukan penyetelan/ pengaturan terhadap katup pelampung sesuai
dengan kebutuhan air colling tower. Penyetelan dilakukan dengan cara
kalibrasi level pelampung yang berhubungan dengan make up water
terhadap kebutuhan air colling tower yang ditunjukkan oleh meter air
yang ada.

BAB IV
SISTEM KOMUNIKASI DALAM RUMAH SAKIT

Persyaratan komunikasi dalam rumah sakit dimaksudkan sebagai penyedia


sistem komunikasi baik untuk keperluan internal bangunan ataupun hubungan
eksternal, pada saat terjadi kebakaran/ kondisi darurat lainnya, termasuk antara lain
sistem telepon, sistem tata suara, sistem voice evacuation dan sistem panggilan
perawat. Penggunaan instalasi tata suara pada waktu keadaan darurat di mungkinkan
asal memenuhi pedoman dan standar yang berlaku.

4.1 Sistem telepon dan tata suara


Persyaratan teknis instalasi telepon antara lain:
1. Saluran masuk sistem telepon harus memenuhi persyaratan:
1) Tempat pemberhentian ujung kabel harus terang, tidak ada
genangan air, aman dan mudah dikerjakan.

11
2) Ukuran lubang orang (man hole) yang melayani saluran masuk
kedalam gedung untuk instalasi telepon minimal berukuran 1, 50 m
x 0, 80 m dan harus di amankan agar tidak menjadi jalan air masuk
ke rumah sakit pada saat hujan.
3) Diupayakan dekat dengan kabel catu dari kantor telepon dan dekat
dengan jalan besar.
2. Penempatan kabel telepon yang sejajar dengan kabel listrik, minimal
berjarak 0,10 m atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Ruang PABX/ TRO sistem telepon harus memenuhi persyaratan:
a. Ruang yang bersih, terang, kedap debu, sirkulasi udara ckup dan
tidak boleh kena sinar matahari langsung, serta memenuhi
persyaratan untuk tempat peralatan.
b. Tidak boleh digunakan cat dinding yang mudah mengelupas.
c. Tersedia ruangan untuk petugas sentral dan operator telepon.

Persyaratan teknis sistem instalasi tata suara:


1) setiap bangunan rumah sakit dengan ketinggian 4 lantai atau 14 meter
ke atas harus dipasang sistem tata suara yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pengumuman dan instruksi apabila terjadi bencana.
2) Kabel instalasi komunikasi darurat harus terpisah dari instalasi lainnya,
dan dilindungi terhadap bahaya kebakaran atau terdiri dari kabel tahan
api.
3) Harus dilengkapi dengan sumber/ pasokan daya listrik utama
mengalami gangguan, dengan kapasitas dan dapat melayani dalam
waktu yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4) Persyaratan sistem komunikasi dalam gedung harus memenuhi UU no
32 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan PP no. 52 Tahun 2000
tentang Telekomunikasi Indonesia.

12
4.2 System panggil perawat (nurse call)
Peralatan sistem panggilan perawat dimaksudkan untuk memberikan
pelayanan kepada pasien yang memerlukan bantuan perawatan baik dalam
kondisi rutin ataupun darurat. Sistem panggil perawat bertujuan menjadi alat
komunikasi antara perawat dengan pasien dalam bentuk visual dan audible
(suara) dan memberikan sinyal pada kejadian darurat pasien.
Persyaratan teknisnya antara lain:
1) Peralatan sistem panggil perawat (SPP)
a. Panel kontrol SPP
Panel kontrol SPP harus:
1. Jenis audio dan visual
2. Penempatan diatas meja.
3. Perlengkapan yang ada pada panel kontrol SPP sebagai berikut:
a) Mempunyai mikroforu speaker dan handset. Hanset
dilengkapi kabel dengan panjang 910 mm (3ft). handset harus
mampu menghubungkan dua arah komunikasi antara perawat
dan pos pemanggil yang dipilih. Mengangkat handset akan
mematikan mikrofon/speaker.
b) Tombol penunjuk atau layar sentuh dengan bacaan digital
secara visual memberitahukan lokasi panggilan dan
menempatkan dalam sistem, meliputi nomor ruang, kamar,
tempat tidur dan prioritas panggilan.
c) Panggilan dari pos darurat yang ditempa&an di dalam toilet
atau kamar mandi
d) Mampu menampilkan sedikitnya 4 panggilan yang datang.
e) Modul mengikuti perawat
f) Berfungsi menjawab secara otomatis atau selektif.
g) Fungsi prioritas panggilan yang datang

13
Sinyal visual atau audible akan menandai adanya suatu
panggilan rutin atau darurat dan akan menerus sampai
panggilan itu dibatalkan.
h) Fungsi Pengingat (memory)
Dapat menyimpan sementara suatu panggilan yang
ditempatkan dan menghasilkan sinyal visual berupa nyala
lampu dome di koridor yang dihubungkan dengan bedside
dengan cara mengaktifkan fungsi pengingat. Sinyal visual ini
akan mati dan panggilan yang tersimpan terhapus dari memori
ketika panggilan itu dibatalkan di pos setempat
i) Kernampuan menghasilkan sinyal audible dan visual untuk
menandai adanya panggilan yang datang dari pos yang
terhubung:
- Dapat menghentikan atau melemahkan sinyal audible
melalui rangkaian mematikan/melemahkan saat panel
kontrol sedang digunakan untuk menjawab atau
menempatkan suatu panggilan sinyal audible untuk
panggilan yang datang dan tidak terjawab harus secara
otomatis disambungkan kembali ke modus siaga
- sinyal visual untuk panggilan yang datang harus tetap
ditampilkan pada setiap saat sampai panggilan terjawab
atau dibatalkan pada pos Pemanggilan.
- Sinyal audible dan sinyal visual untuk panggilan rutin
dan darurat harus jelas berbeda
- Tampilan visual untuk menunjukkan lokasi pos panggilan
harus muncul Pada Panel kontrol SPP.
j) Tombol sentuh atau serupa membolehkan perawat memilih
pos panggilan dan melakukan komunikasi suara dua arah.

14
Tombol sentuh juga harus memberikan program status
prioritas dan kemampuan fungsi lain yang lain yaitu:
- Kemampuan memonitor bed side
- Kemampuan berhubungan minimum 10 pos beside secara
serempak
- Mampu menerima panggilan dari l0 pos panggilan terkait
secara serempak.

b. Peralatan komunikasi pada kabinet bedside


1) Setiap bedside harus menyediakan:
a) Microphone/Speaker
b) Lampu Pos Pemanggil
c) Tombol reser
d) Kotak kontrol untuk cordset
2) Setiap microphone/speaker harus mati jika handset
disambungkan ke bedside
3) Panggilan dari bedside harus menghasilkan sinyal panggilan
visual rutin pada lampu dome di koridor
c. Pos darurat
l) Pos darurat dengan kabel tarik harus disediakan dalam setiap
kloset dan setiap pancuran (shower) kamar mandi. Pos darurat ini
harus dipasang kurang lebih 50 cm (18 inci) dari kepala pancuamya
(shower head) dan atau 180 cm (72 inci) di atas lantai jadi. Setiap
pos darurat yang di area pancuran atau toilet harus kedap air.
2) Pos darurat harus disediakan dengan :
a) Kabel tarikan yang diuji tarik dengan gaya sebesar 5 kg (10
lbs) dan pendant dihubungkan ke gerakan sakelar ON/OFF
15
pada pos darwat. Kabel tarikan yang gantung yang terbawah
harus dipasang 15 cm (6 inci) dari lantai jadi.
b) Gaya tarikan untuk mengaktifkan sakelar minimum 0,4 kg
c) Pada post darurat dilengkapi fungsi "reset/cancel"
d) Lampu darurat merah dengan nyala mati-hidup secara
bergantian dengan interval waktu I detik ditempatkan pada
bagian luar dari kamar mandi atau toilet, dipasang pada
ketinggian 2 meter dari lantai.
e) Pada pos darurat, ditempel atau ditempatkan secara permanen
dengan plat kalimat "Panggilan Darurat Perawat'. Tinggi
huruf minimal 4 mm (1/8 inci)
d. Lampu dome di koridor
1) Tutup lampu harus tembus cahaya, tidak berubah warna atau
berubah bentuk atau rusak karena penggunaan zat pembersih.
2) Lampu dome harus berisi lampu yang cukup membedakan :
a) Panggilan rutin dari bedside
b) Panggilan darurat dari post perawat kamar mandi atau toilet
c) Sinyal visual untuk panggrlan rutin dan panggilan darurat
harus dibedakan
e. Lampu dome dengan isi dua lampu di koridor Dua lampu dalam
satu lampu dome berisi minimum dua lampu untuk mengidentifikasikan
panggilan setempat dalarn sistem' Sinyal visual untuk panggilan rutin
dan panggilan darurat harus jelas perbedaannya'
f. Cordset
Setiap cordset harus :
1) Panjangnya l,8 meter atau 2,4 meter, jenis kabel fleksibel
2) Tidak korosif
3) Apabila cordset dilepas, panggilan darurat harus secara otomatis
memberitahukan panel kontrol SPP. Sinyal audible dan visual
16
harus tetap diaktifkan sampai cordset disisipkan kembali atau
alat lain disisipkan yang secafa teknis dapat mematikan fitur
panggilan otomatis.
4)Gaya tarikan untuk mengaktifkan cordset sebesar 0,5kg (11b)
5) Tidak berubah warna
6) Cordset dengan aksi tombol tekan harus disediakan :
sambungan ke kotak kontak bedsite cordset berisi tombol
tekan untuk panggilan pada ujung cordset
g. Sistem distribusi
Setiap kabel yang digunakan dalam SPP harus asli dan bersertifikat
diberi label pada setiap rel dan disetujui oleh instansi terkait.
h. Perlengkapan instalasi
1) Kabel
Kabel harus termasuk semua penyambung, tali pengkal
penggantung, klem dan sebagainya yang dibutuhkan untuk
melengkapi kerapihan instalasi.
2) Konduit
Perlengkapan harus termasuk semua konduit duct (saluran)
kabel, rak kabel, kotak penyambung, roset, plat penutup dan
perangkat keras lain yang dipertukan untuk melengkapi
kerapihan dan keamanan'
3) Label
Setiap komponen dari sub sistem harus diberi label
2) Pemasangan peralatan dan instalasi sistem panggil perawat
a. Pengiriman
Pengiriman bahan-bahan ke lokasi harus dalam kontainer asli
tertutup'
Jelas terlabel nama pengirim, model peralatan dan nomor serie
indentifrkasi dan logo standar. Pengawas akan meneliti peratatan
17
SPP pada saat itu dan akan menolak terhadap item yang tidak
memenuhi syarat'

b. Penyimpanan
Peralatan SPP harus disimpan dengan benar sebelum dipasang
terlindung terhadap kerusakan'

C. Pemeliharaan dan Perbaikan


1. Tata suara.
a. Tape deck.
1) Pemeliharaan
pembersihan kotoran pada head dilakukan dengan head spray, bila
terjadi Penurunan kualitas suara
2) Perbaikan kecil
Apabila permukaan head sudah tipis, karet sudah getas perlu
dilakukan penggantian.
b. Paging microphone
Pemeliharaan
Pembersihan permukaan dan kotoran dilakukan dengan kain lap
kering pembersihan dilakukan setiap 1 bulan.
c. Volume control.
1) Pemeliharaan
a) Pembersihan permukaan dan kotoran dilakukan dengan bin lup,
sedangkan kemacetan pada kontak mekaniknya dibersihkan
dengan contact cleaner. Pembersihan dilakukan setiap 3 bulan.
b) Knop yang longgar dapat dilakukan penyetelan atau penguatan
dengan obeng.
2) Perbaikan kecil
18
Knop yang aus dapat dilakukan penggantian dengan elemen yang
sama.

d. Speaker
Pernbersihan perrnukaan dan debu dilakukan dengan kuas.
2. Telepon
a. Pesawat telepon
Pemeliharaan
Handset dibersihkan dengan kain lap, sedangkan microphone sebaiknya
dilakukan dengan compressor. Pembersihan diakukan sebulan sekali'
b. Jack/outlet telepon
1) Pemeliharaan
Ditalarkan penyetelan dengan obeng bila jack/outlet telepon
longgar'
2) Perbaikan kecil
Bila terjadi kerusakan dilakukan penggantian'
c. Main Distibution Frame (MDF)'
Pemeliharaan
l) Debu yang terdapat pada MDF dibersihkan dengan kuas.
Pembersihan dilakukan setahun sekali.
2) Kabel yang longgar pada terminal kabel diperkuat dengan obeng
ataupun dengan Penyoderan.
d. PABX
Pemeliharaan
pembersihan kotoran pada PABX yang menggunakan relay dilakukan
dengan contact cleaner.

19
BAB V
SISTEM KELISTRIKAN

5.1 Sumber Daya Listrik


1. Sumber daya listrik normal
Sumber daya listik utama gedung harus diusahakan untuk
menggunakan tenaga listik dari Perusahaan listik negara.
2. Sumber daya listrik siaga
a.Bangunan ,ruangan atau peralatan khusus yang pelayanan daya listriknya
disyaratkan tidak boleh terputus, harus memiliki
pembangkit/pasokan daya listrik siaga yang dayanya dapat memenuhi
kelangsungan pelayanan dengan Persyaratan tersebut'
b. Sumber listrik cadangan berupa diesel generator (genset)' Genset
harus disediakan 2 (dua) unit dengan kapasitas minimal 40 % dari
jumlah daya terpasang pada masing-masing unit. Genset dilengkapi
sistem AMF dan ATS'
3. Sumber daya listrik darurat
a. Sistem instalasi listrik pada rumah sakit harus memiliki sumber
daya listrik darurat yang mampu melayani kelangsungan pelayanan
seluruh atau sebagian beban pada bangunan rumah sakit apabila
terjadi gangguan sumber utama.
b. Sumber pasokan daya listrik darurat yang digunakan harus mampu
melayani semua beban penting terrnasuk untuk perlengkapan
pengendalian kebakaran, secara otomatis. pasokan daya listik darurat
berasal dari peralatan UPS (Uninterruptable Power Supply) untuk
melayani kamar operasi (Central Operation Theater), ruang
20
perawatan intensif (Intensive Care Unit), ruang perawatan intensif
khusus jantung (Intensive Cardiac Care Unit).

5.2 Jaringan Distribusi Listrik


1. Jaringan distribusi listrik terdiri dari kabel dengan inti tunggal atau
banyak dan/atau busduct dari berbagai tipe, ukuran dan kemampuan'
2. peralatan pada papan hubung bagi seperti pemutus atus, sakelar, tombol,
alat ukur dan lain-lain harus ditempatkan dengan baik sehingga
memudahkan pengoperasian dan pemeliharaan oleh Petugas.
3. Jaringan yang melayani beban penting, seperti pompa kebakaran, lift
kebakaran' peralatan pengendali asap, sistem deteksi dan alarm
kebakaran' sistem komunikasi darurat dan beban penting lainnya harus
terpisah dari instalasi beban lainnya dan ditindungi terhadap kebakaran
atau penggunaan penghantar tahan api sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

5.3 Instalasi Listrik


l. Sistem instalasi listrik terdiri dari sumber daya listrik jaringan distribusi,
papan hubung bagi dan beban listrik.
sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah diamati, dilakukan
pemeliharaan dan perbaikan, tidak membahayakan, mengganggu atau
merugikan bagi manusia lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lainnya.
2. Sistem tegangan rendah (TR) dalam gedung adalah 3 fase 22A880 Volt
dengan frekuensi 50 Hertz. Sistem tegangan menengah (TM) dalam gedung
adalah 20 KV dengan frekuensi 50 Hertz, mengikuti ketentuan yang
berlaku.
Untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas daya listrik tersambung dari
PLN minimal 200 KVA disarankan agar sudah memiliki jaringan listrik
tegangan menengah 20 KV (aringan listrik TM 20 KV)'
21
3. Instalasi listrik tegangan menengah antara lain :
a. penyediaan bangunan gardu listik rumah sakit (ukuran sesuai standart
gardu PLN)
b. Peralatan transformator (kapasitas sesuai daya terpasang)
c. Peralatan panel TM 20 KV dan aksesorisnya
d. Peralatan pembantu dan sistem pengamanan (grounding)
4. Semua perlengkapan listrik seperti penghantar, papan hubung bagi dan
isinya, transformator dan lain-lainnya tidak boleh dibebani melebihi batas
kemampuannya. Masalah harmonisa dalam sistem kelistrikan harus
diperhatikan.
5. Sistem penerangan darurat (emergency lighting) harus tersedia di dalam
ruang tertentu
6. Sistem pembumian (grounding system) harus terpisah antara rounding
panel gedung dengan panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh
kurang dari 0,2 Ohm.
7. Transformator distribusi
a. Transformator distribusi yang berada dalam gedung harus ditempatkan
dalam ruangan khusus yang tahan api dan terdiri dari dinding, atap dan
lantai yang kokoh, dengan pintu yang hanya dapat dimasuki oleh petugas.
b. Ruangan transformator harus diberi ventilasi yang cukup, serta
mempunyai luas ruangan yang cukup untuk perawatan dan perbaikan'
c. Bila ruang transformator dekat dengan rumg yang rawan kebakaran,
maka diharuskan mempergunakan transformator tipe kering.
8. Penghematan energi harus sangat diperhatikan

D. Pemeliharaan Listrik
l. Armatur Lampu
a. Kotak lampu Pijar TL

22
pembersihan terhadap debu yang menempel dilakukan dengan lap kain
pembersih, jika sulit kain pembersih dicampur air dan glass cleaner.
Kotak TL bagian dalam harus dibuka dan dibersihkan dengan vacum
cleaner (penghisap debu). Ujung kontak di lampu TL sering terjadi korosi.
b. Lampu
Perbaikan kecil : bila lampu mati diganti yang baru
c. Louwe
Pemeliharaan : dilakukan pembersihan dan debu/kotoran yang menempel
dengan menggunakan kain bersih yang dicampur air atau glass cleaner.
Dilakukan setahun sekali
Perbaikan kecil : Bila louwe retak/pecah dilatrukan penggantian atau
perbaikan secepat mungkin karena mempengaruhi deviasi sinar
2. Saklar (Kotak Kontak)
Pemeliharaan saklar yang menggunakan pegas harus dibersihkan setiap
tahun sekali. Bagran dalam terutama pada kontak saklar harus bersih dan
debu. Apabila saklar dalam keadaan ON terjadi Panas, segeradiganti.
3. Stop Kontak (Tusuk Kontak)
Pemeliharaan stop kontak dimaksud harus sering dilakukan pemeriksaan
terutama pada ruang bedah, poliklinik dan ruang yang sering menggunakan
alat yang portable karena sering ditusuk dan dilepas, sehingga kotak yang
menjepit akan cepat aus. Perlu diperhatikan, dan pastikan kontak ini selalu
bersih. Kalau terjadi panas atau rusak segera diganti.
4. Pembumian
untuk pembumian di rumah sakit terdapat 3 kelompok, yaitu:
a. Untuk peralatan medik maximum 0,2 Ohm, sesuai PUIL 1987 pasal 860
kelompok 2E.
b. Untuk stop kontak di dalam gedung dan alat-alat lain maximum 5 Ohm
c. Untuk penangkal petir dan pelindung gedung maksimum 10 Ohm.

23
sistem pembumian diatas, masing-masing tidak boteh digabung.
Pengukuran tahanan pembumian dilakukan setiap tahun dengan earth
tester Ujung saluran pembumian sering terjadi korosi, sehingga perlu
dibersihkan dengan sikat besi halus dan disemprot dengan cairan anti
korosi
5.Instalasi Kabel Dalam Gedung
pengukuran tahanan isolasi dengan Meger dilakukan setiap 3-4 tahun sekali.
Apabila tahanan isolasi kabel kurang dan 250 kilo Ohm maka instalasinya
harus diperbaiki atau kabelnya diganti.
6.Panel Listrik
Pada panel ini pemeliharaannya lebih teliti, dengan mematikan tegangan
untuk service dan terlebih dahulu perlu koordinasi dengan UPF masing-
masing dan Rumah Tangga yang diketahui Direktur Rumah Sakit, karena
di dalamnya sering terdapat banyak debu dan harus dibersihkan dengan
vacuum cleaner, kuas dan lap bersih. Pada sambungan mur antara kabe l
busbar ke MCB/ICCB sering terdapat korosi dan harus disemprot dengan
cairan anti korosi, dan mur yang kendor akibat getaran, agar dikencangkan
kembali setiap 6 (enam) bulan sekali. Pengetesan MCBA/ICCB, fuse yang
putus harus diganti, lampu pilot, meteran yang rusak diganti secepatnya.
Udara disekitar panel dibebaskan dan lembab. Pengecekan karet pintu
panel dan kunci penel setiap 6 (enam) bulan sekali, jika keadaannya rusak
agar diganti.

7. Transformator
Transformator perlu dilakukan pengecekan yang teliti. Untuk transformator
jenis kering perlu dilakukan pembersihan dan debu dengan lap kering dan
vacuum cleaner dan diujung pole perlu dibersihkan dengan amplas. Untuk
transformator jenis olie perlu dilakukan pengetesan daya isolator dan olie
24
trafo, dapat ditetesi setiap tahun sekali untuk type Conservatif dan 5 tahun
sekali untuk type Hematic atau akan dilakukan lebih awal jika terjadi
trouble shooting short circuit salah satu beban (pengetesan olie di LMK
PLN).
8. Ups (Unintemportable Power Supply) Pada ruangan khusus (kelompok 2E),
terdapat UPS yang perlu perhatian khusus pada baterai, harus sering
diperiksa/diganti jika dalam indikator UPS sudah tidak dapat diisi kembali
dibagian battery terdapat pole yang perlu dibersihkan dan temperatur
ruangan diusahakan 19⁰C. Untuk menjaga progrm yang ada dalam UPS
yang menggunakan microprocessor, setiap bulan 2 (dua) kali

BAB VI
SISTEM FASILITAS SANITASI

6.1 Persyaratan Air Bersih

25
1. Harus tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan atau
dapat mengadakan pengolahan sesuai dengan persyaratan yang berlaku
2. Tersedia air bersih minimal 500 liter/tempat tidur/hari
3. Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan
4. Tersedia penampungan air (reservoir) bawah atau atas .
5. Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan/kamar harus
menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif'
6. penyediaan fasilitas air panas dan uap terdiri atas unit boiler, sistem
perpipaan dan kelengkapannya untuk distribusi ke daerah pelayanan
7. Dalam rangka pengawasan kualitas air maka rumah sakit harus
melakukan inspeksi terhadap sarana air munum dan air bersih minimal I
(satu) tahun sekali.
8. Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal 2
(dua) kali setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim
hujan), titik sampel yaitu pada penampungan air (reservoir) dan kran
terjauh dai reservoir.
9. Rumah sakit telah menggunakan air yang sudah diolah seperti dari
PDAM, sumur bor dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat
melakukan pengolahan tambahan dengan cartridge filter dan dilengkapi
dengan desinfeksi menggunakan ultra violet
10. Ruang farmasi dan hemodialisis : yaitu dari air yang dimurnikan untuk
penyiapan obat, penyiapan injeksi dan pengenceran dalam hemodialisis
11. Tersedia air bersih untuk keperluan pemadaman kebakaran dengan
mengikuti ketentuan yang berlaku.
6.2 Persyaratan Penyaluran Air Hujan
Sistem penyaluran air hujan direncanakan dan dipasang dengan angka
ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah dan ketersediaan jaringan

26
drainase lingkungan/kota. Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk
mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran.

6.3 Pemelihara& Instalasi Pengolahan Air Limbah


l. Saluran
pemeliharaan dan saluran diatas secara periodik tiap bulan dapat berupa:
a. Penggelontoran air.
b. Penyemprotan air dengan tekanan tinggi
c. Pengambilan endaPan.
2. Lubang Pemeriksa (Bak Kontrol/Man Hole)
pemeliharaan lubang pemeriksaan sama dengan pemeliharaan saluran
tersebut diatas hanya frekuensinya lebih sering (2 minggu sekali)
3. Pemeliharaan Kloset
Dipergunakan hanya untuk membuang kotoran manusia. Penggelontoran
agar menggunakan air yang lebih banyak. Pembersihan dilakukan tiap hari.
4. Tangki Septik
Pemeliharaan tangki septik pada prinsipnya hanya menguras endapan. Hal
ini dilakukan dengan seksama minimal I (satu) tahun dan maksimal 4
(empat) tahun. Bila limbah cair banyak mengandung lemak/minyak maka
tangki septik dilengkapi dengan alat penangkap lemak.
5. Bak Pengumpul Pengangkat
Pemeliharaan biasa dilakukan pada unit ini bila terjadi pengendapan di
dalam bak pengumpul dan pompa dilakukan tiap 6 bulan. Pengangkat baru
dihidupkan disertai dengan penyemprotan air terhadap semua permukaan
yang kotor. Instalasi Pengolahan Biologis Dengan Anaerobic Filter
Pemeliharaan anarobic filter adalah membersihkan sampah, tanaman, lumut
yang terdapat pada anaerobic filter. Pembersihan dilakukan setiap minggu.
7. Bak Penampung Lumpur

27
Pemeliharaan bak penampung lumpur adalah membersihkan kotoran, lumut
yang menempel pada dinding. Pembersihan dilakukan setiap 3 bulan sekali.
8. Bak Pengering LumPur
Pemeliharaan:
a. Pembersihan sampah, lumut dan tumbuhan lain.
b. Penambahan pasir secara berkala sesuai ketebalan yang diperlukan.
Pembersihan dilakukan setiap 3 bulan sekali.
9. Bak Kaporisasi
Pemeliharaan : pembersihan secara periodik endapan sisa kaporit dan
saluran pembubuh dibersihkan, sehingga aliran kaporit menjadi lancar.
Pembersihan dilakukan setiap hari.

BAB VII
SISTEM PLUMBING

Plumbing Rumah Sakit adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan


pelaksanaan pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan alat plumbing dan pipa
28
dengan peralatannya didalam gedung rumah sakit, yang bersangkutan dengan
sistem drainase saniter drainase air hujan, vent, dan jaringan air bersih yang
dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang diperbolehkan.
Perencanaan sistem plumbing bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air
bersih dan menyalurkan air kotor ke tempat buangan secara higienis yang sesuai
dengan lingkungan sekitar. Mengetahui dasar dan mampu membuat perencanaan
plumbing dan instrumentasi/ penataan instalasi yang berkaitan dengan bangunan
di bidang teknik lingkungan.
Sistem peralatan plumbing adalah suatu system penyedian atau
pengeluaran air ketempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran
terhadap daerah yang dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan penghuninya
dalam masalah air.

A. Fungsi dan Jenis Peralatan Plumbing


Fungsi peralatan Plumbing adalah :
l. Untuk menyediakan air bersih ke tempat tempat yang dikehendaki dengan
tekanan yang cukup.
2. Membuang air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian
penting lainnya. Peralatan plumbing meliputi kebutuhan yang diperlukan
dalam suatu kompleks rumah sakit. Peralatan tersebut terdiri dari :
a. Peralatan untuk penyedian air bersih
b. Peralatan untuk penyedian air panas
c. Peralatan untuk pembuangan air kotor
d. Peralatan lainnya yang ada hubungannya terhadap perencanaan plumbing.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih llmurn, jenis peralatan plumbing
digunakan untuk mencakup:
1) Peralatan pemadam kebakaran
2) Peralatan pengolah air kotor (tangki septik)
3) Peralatan Penyediaan gas
29
4) Peralatan dapur
5) Peralatan mencuci (laundry)
6) Peralatan Pengolah sampah
7) Dan berbagai instalasi pipa Iainnya seperti : penyediaan zat asam, air
minum, pipa vakum.

B. Syarat-syarat dan mutu bahan bangunan


Dalam perencanaan pelaksanaan plumbing harus diperhatikan syarat-syarat dari
bahan plumbing yaitu:
1. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan
2 Tidak menimbulkan gannguan suara
3. Tidak menimbulkan radiasi
4. Tidak merusak perlengkapan bangunan
5. Instalasi harus kuat dan bersih
Kemudian mutu bahannya harus memenuhi syarat sebagai berikut
l. Daya tahan harus lama minimal 30 tahun
2. Permukaan harus halus dan tahan air
3. Tidak ada bagian yang tersembunyi/menyimpan kotoran pada bahan yang
dimaksud
4. Bebas dari kerusakan baik mekanis maupun yang lain
5. Mudah memeliharanya
6. Memenuhi peraturan yang berlaku
Datam perencanaan plumbing, perlu diperhatikan bahan atau alat plumbing
Pipa PVC dan pipa tembaga (untuk air panas). Ukuran yang sering digunakan
mulai dari diameter sampai dengan 2meter sampai dengan 6meter untuk bangunan
tinggi.
Alat plumbing yang merupakan permulaan dari system pembuangan dari
instalasi dapat berupa : Kran, kloset, wastafel (lavatory), urinoir, bidet, bathtub,
shower.
30
C. Sistem Plumbing Air Bersih
WHO telah membuat standarisasi mengenai air bersih. Air bersih adalah
air yang telah memenuhi syarat tersebut yang meliputi kualitas fisik, biologis,
kimia dan radiologis yang jika dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping.
Untuk gedung yang di bangun di daerah yang tidak tersedia fasilitas penyediaan
air minum untuk umum, maka penyediaan air akan diambil dari sungai, air tanah
dangkal atau dalam, dsb. Namun air baku tersebut harus diolah agar dicapai
standar kualitas air yang berlaku. Persyaratan yang harus di penuhi untuk
sistem penyediaan air bersih adalah:
l. Persyaratan Kualitatif
Menggambarkan syarat air bersih secara kualitas yang meliputi:
a. Syarat Fisik Air
minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
b. Syarat Kimia
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dan jumlah yang
melampaui batas, adapun persyaratan kimia tersebut adalah pH, zat padat
total' zat organik sebagai KmnO4, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca),
besi (Fe) dan mangan, tembaga (cu), seng (Zn), klorida(cl), nitrit(No2),
fluorida, dan logam berat (Pb, As, Se, Cd, Cr,Hg, CN)
c. Syarat biologis
Air minum tidak boleh mengandunng bakterii patogen dan parasit,
seperti kuman korela, typus, dysentri, dan gatreosinesis
d. Syarat Radiologis
Air minum tidak boleh ada zat yang dapat menimbulkan radioaktif seperti
sinar alfa, beta dan gama

2. Persyaratan Kuantitatif

31
persyaratan kuantitatif dilihat dari banyaknya air baku yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan air dari jumlah pemakai yang menempati gedung
tersebut.

3. Persyaratan Kontinuitas
Persyaratan kontinuitas sangat berkaitan dengan kualitas air yang
digunakan Air baku yang digunakan diambil secara terus menerus dengan
debit yang sama pada saat musim kemarau maupun musim penghujan.

4. Sistem Sambungan Langsung


Dalam sistem ini pipa distibusi dalam gedung disambung langsungdengan
pipa utama penyediaan air bersih (PDAM). Karena terbatasnya tekanan dalam
pipa utama dan dibatasi ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka
sistem ini terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung skala kecil
dan rendah.

5. Sistem Tangki Atas


Selama air digunakan tidak terjadi perubahan tekanan yang berarti pada
alat plumbing. Perubahan tekanan hanya terjadi karena akibat perubahan level air
di dalam tangki atap sehingga harus di upayakan agar level air tetap konstan.
Pada sistem penyedia air tangki atas bekerja secara otomatis karena pada
umumnya dilengkapi switch automatik sehingga kecil kemungkinan timbulnya
kesulitan akibat penurunan tajam pada permukaan level air. Perawatan tangki atas
relatif lebih sederhana dibandingkan dengan sistem tangki tekan' Perlu pompa
cadangan untuk bangunan yang besar dan tinggi. Karena tuntutan alat-alat
plumbing agat dapat bekerja dengan baik maka peletakan tangki atap menjadi
penting sebagai contoh katub glontor (flush valve) dapat bekerja dengan baik jika
tekanan air pada alat plumbing sebesar 1,00 kg/cm2 atau tinggi tangki atap lebih
besar atau sama dengan l0 meter. Jika peletakan tangki tidak memungkinkan
32
sehingga tekanan tidak dapat tercapai maka perlu dipertimbangkan pemasangan
pipa sambung langsung ke alat saniter atau alat plumbing (fixture) atau dengan
memompa pendorong (booster pump) agar kerugian tekanan berkurang. Memilih
alat plumbing yang tidak terlalu tinggi tuntutan tekanan kerjanya, misal kloset
dengan katup glontor dengan tekanan kerja 0,6 kglcn.,z atau tinggi tangki 6,00
meter.

6. Sistem Tangki Tekan


prinsip kerja dari sistem tangki tekan (hidrosfor) adalah sebagai berikut,
air yang telah ditampung di dalam tangki bawah dipompa kedalam tangki tertutup
yang mengakibatkan udara didalamnya terkompresi sehingga tersedia air dengan
tekanan awal yang cukup untuk didistribusikan ke peralatan plumbing di seluruh
bangunan yang direncanakan. Pompa bekerja secara otomatis diatur oleh detektor
tekanan, yang membuka dan menutup saklar penghasut motor listik penggerak
pompa. Pompa akan berhenti bekerja jika tekanan tangki telah mencapai batas
maksimum yang ditetapkan dan mulai bekerja jika batas minimum tekanan yang
ditetapkan telah dicapai.

7. Sistem Tanpa Tangki


Sistem ini sebenarnya tidak direkomendasi oleh berbagai pihak. Sistem
ini tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah,tangki tekan ataupun
tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa
menghisap langsung dari pipa utama.Ciri-ciri sistem tanpa tangki adalah
mengurangi kemungkinan pencemaran air minum karena menghilangkan tangki
bawah maupun tangki atas, mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena
kontak air dengan udara relatif singkat, kalau cara ini diterapkan pada bangunan
pencakar langit akan mengurangi beban struktur bangunan,untuk kompleks
perumahan dapat menggantikan menara air, penyediaan air sepenuhnya
33
bergantung pada sumber daya, pemakaian daya besar dibandingtan dengan tangki
atap dan harga awal tinggi karena harga sistem pengaturannya

D. Sistem Plumbing Air Buangan dan Ven


l. Jenis Air Buangan
Air buangan atau juga sering disebut air lirnbah adalah semua cairan yang
dibuang baik yang mengandung kotoran makhluk hidup maupun sisa-sisa
proses produksi air buangan dibagi menjadi 4 golongan,yaitu :
a. Air Kotor
Air buangan yang berasal dari kloset, perasan, bidet, dan air buangan
mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat plumbing lainnya
b. Air Bekas
Air buangan yang berasal dari alat plumbing lainnya, seperti bak mandi,
bak cuci tangan, bak dapur, dsb
c. Air Hujan
Sistem pembuangan dimana hanya air hujan dari atap gedung dan
tempat lainnya dikumpulkan dan dialirkan ke luar

d. Air Buangan Khusus


Air buangan yang mengandung gas, racun, atau bahan berbahaya
seperti dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan,
tempat pemeriksaan di rumah sakit, rumah pemotongan hewan, air
buangan yang bersifat radioaktif, atau mengandung bahan radioaktif
yang dibuang dari pusat Tenaga Nuklir atau laboratorium penelitian
atau pengobatan yang menggunakan bahan radioaktif. Air buangan yang
mengandung banyak lemak berasal dari restoran, akhir-akhir ini menjadi
masalah dan dimasukkan dalam kelompok ini karena banyak
mengandung heksan.
2. Klasifikasi air buangan menurut cara buangan air
34
a. Sistem buangan terpisah
b. Sistem buangan tidak langsung
3. Klasifikasi air buangan menurut cara pengaliran
a. Sistem gravitasi
b. Sistem bertekanan
4. Klasifikasi air buangan menurut letaknya
a. Sistembuangan gedung
b. Sistem buangan di luar gedung atau roil gedung

E. Sistem Plambing Air Hujan


Pada sistem plumbing air hujan, penggunakan perangkap harus dipasang
pada cabang datar untuk melayani tiap talang tegak atau tiap daerah drainase,bila
talang tegak dan saluran buangan air hujan disambungkan pada drainase gedung
gabungan atau saluran pembuangan gedung bangunan.Talang tegak air hujan
dipakai ukuran pipa tegak air hujan ditambah dengan memperhitungankan 50%
dinding terluas yang dianggap sebagai atap. Cara penggabungan sistem air hujan
dengan drainase saniter adalah harus dipisahkan apabila terdapat saluran umum
gabungan yang dapat menampung darinase dan pembuangan air hujan, maka
saluran pembuangan air hujan gedung dan saluran drainase dapat digabungkan ke
saluran pembuangan gedung gabungan pada bidang datar dengan fitting Y tunggal
yang ditempatkan sekurang-kurangnya 3 m dari suatu cabang drainase saniter. Hal
yang dilarang dalam sistem pembuangan air buangan adalah :
1. Mengalirkan air buangan ke dalam saluran pembuangan yang dikhususkan
untuk air hujan, atau mengalirkan sedemikian rupa sehingga air meluap
diatas trotoar atau jalan.
2. Membuang air buangan dari sistem plumbing ke dalam perairan umum,
kecuali apabila dibenarkan. Pembuangan dari buangan berbahaya harus
dilakukan sesuai dengan segala peraturan yang berlaku, kecuali cara
tersebut dibenarkan.
35
F. Instalasi dan Instrumen Penunjang
Jenis instrumentasi penunjang adalah:
1. Tangki air
a. Tangki air bawah tanah
b. Tangki atap
c. Tangki tekan (hidrofor)
2. Pompa penyediaan air
a. Pompa sentrifugal
b. Pompa aliran radial
c. Pompa aliran axial
d. Pompa aliran campuran
3. Pemanas air
a. Pemanas air sesaat
b. Ketel Pemanas air satu jalan
c. Tangki Pemanas air untuk minum

4. Valve
a. Globe valve
b. Butterfly valve
c. Gate valve

36
BAB VIII
PENUTUP

Pedoman mengenai sistem utilitas diatas di harapkan dapat diterapkan guna


menjamin kesehatan dan keselamatan karyawan Rumah sakit, pasien maupun
pengunjung. Adapun jika ada persyaratan yang lebih spesifik atau yang bersifat
alternatif dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan keuangan yang ada

37
Surabaya,
Menyetujui,

Numbi Mediatmapratia, dr.


(direktur utama)

38

Anda mungkin juga menyukai