Anda di halaman 1dari 38

PANDUAN SISTEM UTILITAS

1
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

DINAS KESEHATAN

UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

DAFTRAR ISI

BAB I Definisi …………………………………………………………. 1

BAB II Ruang Lingkup …………………………………………………………. 1

BAB III Tata Laksanan ………………………………………………………….2 - 36

BAB IV Dokumentasi …………………………………………………………. 36

2
3
BAB I
DEFINISI

Sistem dan peralatan untuk mendukung layanan penting bagi keselamatan pasien.
Sistem utilitas sering disebut sistem penunjang sarana dan prsarana di rumah sakit.
Yang terdiri dari gas medis, Air serta Sistem kunci.
Sistem utilitas yang berfungsi efektif di semua tempat di rumah sakit menciptakan
lingkungan asuhan pasien yang baik, untuk memenuhi kebutuhan pasien, keluarga
pasien, pengunjung dan staf maka sistem utilitas harus dapat berfungsi efisien.
Asuhan pasien rutin dan darurat berjalan selama 24 jam terus menerus, setiap hari,
dalam waktu 7 hari dalam seminggu. Sistem utilitas mencangkup : jaringan listrik, air,
ventilasi dan aliran udara, gas medik, perpipaan, uap panas, limbah, serta sistem
komunikasi dan data.

BAB II
RUANG LINGKUP
Rumah Sakit Umum Daerah Banten adalah RSUD milik pemerintah Daerah Provinsi
Banten dan termasuk kategori Rumah Sakit dengan Type B yang memberikan
pelayanan rawat jalan dan rawat inap sehinggan sarna dan prasarana utilitas yang
dimiliki harusnya sarana dan prasana yang baik dan lengkap yang sesuai dengan
standar Rumah Sakit Type B. utilitas yang dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Daerah
Banten antara lain gas medis, Air Bersih serta Sistem kunci yang setiap Utilitas
penting ini dinaungin masing - masing unti terkait dimana gas medis ( Farmasi ), Air
bersih ( IPAL dan Sanitasi ) serta sistem kunci ( IPSRS).

1
BAB III
TATA LAKSANA

1. Wakil direktur penunjang bertanggung jawab atas administrasi dan manajemen


dari perencanaan sistim utilitas.

2. Wakil direktur penunjang mendapat pemberitahuan mengenai status Program


Pengelolaan Sistem Utilitas oleh staf farmasi, IPAL dan sanitasi serta IPSRS yang
bertanggung jawab untuk sistem utilitas tertentu. Wakil penunjang mereview
dan, jika diperlukan, mengkomunikasikan perhatian tentang isu-isu kunci kepada
staf yang sesuai. Wakil direktur penunjang bekerjasama dengan Departemen /
divisi lainnya untuk menetapkan anggaran Program Manajemen Sistem Utilitas.

3. Wakil direktur penunjang bekerja di bawah pengawasan Direktur Rumah Sakit


dan bertanggung jawab untukseluruh Rumah Sakit termasuk keseluruhan
fasilitas dan pengelolaan kontraktor yang menyediakan berbagai layanan.
Pemeliharaan korektif dan perbaikan dilakukan dengan perintah kerja yang
dihasilkan dari permintaan staf unit atau diidentifikasi oleh program

2
pemeliharaan preventif. Inspeksi, pengujian dan pemeliharaan preventif
dilakukan sesuai jadwal oleh program manajemen pemeliharaan.

4. Kepala Unit bertanggung jawab untuk mengorientasikan staf baru di unitnya


masing-masing dan, sebagaimana mestinya, menjelaskan penggunaan khusus
dari sistem utilitas. Jika diperlukan,Wakil direktur penunjang menyediakan
bantuan.

5. Kepala Unit bertanggung jawab untuk belajar dan mengikuti prosedur kerja
khusus untuk pengoperasian sistem utilitas yang aman, pemeliharaan, atau
penggunaan.

A. Sistem Penghawaan

Setiap bangunan rumah sakit harus memiliki ventilasi alami dan/atau ventilasi
mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya. Bangunan rumah sakit harus
mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan
permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.

Persyaratan teknis dari sistem penghawaan yaitu :

1. Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka diperlukan ventilasi


mekanis seperti pada bangunan fasilitas tertentu yang memerlukan
perlindungan dari udara luar dan pencemaran.

2. Pada ruang-ruang khusus seperti ruang isolasi, ruang laboratorium maupun


ruang farmasi, diperlukan fasilitas pengelolaan limbah udara infeksius
paparan udara

3. Sistem tata udara harus ditempatkan agar memudahkan dalam


pemeriksaan dan pemeliharaan.

4. Sebagai ventilasi, udara segar harus dimasukkan ke dalam ruangan untuk


menjaga kesegaran dan kesehatan ruangan

3
5. Udara segar harus dimasukkan langsung dari luar dan bukan udara yang
brasal dari lobi atau koridor tertutup.

6. Untuk instalasi tata udara sentral, udara segar harus dimasukkan melalui
mesin pengolah udara sentral.

7. Untuk sistem tata udara individu, seperti unit jendela dan unit split, udara
segar boleh dimasukkan langsung ke dalam ruangan.

8. Ruangan yang dilengkapi dengan ventilasi mekanik harus diberikan


pertukaran udara minimal 6 (enam) kali per jam.

9. Tata udara untuk ruangan yang dapat menimbulkan pencemaran atau


penularan penyakit ke ruangan lainnya, harus langsung dibuang ke luar.

10. Ruang bedah dan ruang perawatan penyakit menular yang berbahaya,
pembuangan udaranya harus ke tempat yang tidak membahayakan
lingkungan rumah sakit.

11. Ruang pengolahan bahan obat, proses foto dan proses kimia lainnya yang
dapat mencemari lingkungan, pembuangan udaranya harus melalui
penyaring dan pemroses untuk menetralisir bahan bahan yang terkandung
di dalam udara buangan tersebut sesuai ketentuan yang berlaku.

B. Sistem Pengkondisian Udara

Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan rumah sakit


harus mempertimbangkan temperatur dan kelembapan udaranya. Untuk
mendapatkan tingkat temperatur dan kelembapan udara di dalam ruangan
dapat dilakukan dengan alat pengkondisian udara yang mempertimbangkan :

1. Fungsi bangunan rumah sakit/ruang, jumlah pengguna, letak geografis,


orientasi bangunan, volume ruang, jenis peralatan dan penggunaan bahan
bangunan

2. Kemudahan pemeliharaan dan perawatan

3. Prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan.

4
C. Pemeliharaan Mekanikal

1. Window unit, split unit dan package unit

a. Pemeliharaan

1) Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit (case


unit) menyeka menggunakan kain atau sikat pembersih dan
deterjen, dilakukan setiap bulan sekali.

2) Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada komponen heat


exchanger condensor, koil pipa evaporator, saringan (filter) dan
panci penampung. Pembersihan dilakukan dengan cara
mengeluarkan window AC dan rumahnya kemudian dibersihkan
menggunakan sikat atau kain pembersih, deterjen dan kompressor
angin. Pemeliharaan dilakukan 3 (tiga) bulan sekali.

3) Dilakukan pengisian refrigeran dengan cara memasukkan refrigeran


ke dalam pipa unit melalui lubang pengisian yang telah ada. Jenis
refrigeran yang digunakan adalah Freon, R-12, R22 atau fluida lain
yang ditentukan oleh pabrik pembuatnya. Pengisian dilakukan bila
dianggap perlu.

b. Perbaikan kecil.

1. AC split.

Dilakukan penggantian isolasi pipa tembaga atau kuningan atau


jenis lain bila ditemui adanya bagian isolasi pipa yang rusak dengan
cara membuka bagian/daerah isolasi yang rusak tersebut sekeliling
pipa kemudian diganti dengan isolasi dan salah satu bahan yang
tersebut di bawah ini:

a) Asbestos, serat gelas kemudian dilapisi bahan yang tahan air.

5
b) Magnesium karbida, kalsium silikat, busa polietilen kemudian
dilapisi bahan tahan air. Ketebalan bahan isolasi disesuaikan
dengan ketentuan pabrik pembuat AC ini atau minimal 20 mm.

2. AC Package.

c) Bila terjadi kerusakan tali kipas atau kendor dilakukan


penggantian atau penyetelan. Bila terjadi kerusakan tali kipas
maka tali kipas harus diganti dengan cara mengatur posisi
motor penggerak sedemikian, sehingga tali kipas dapat diganti
dan kemudian diatur kembali pada posisi yang sesuai dengan
ketentuan tegangan tali kipas dari pabrik pembuatnya dan
dilakukan pada saat blower tidak beroperasi. Pemeriksaan
kondisi tali kipas ini dilakukan setiap minggu. Baut-baut yang
ditemukan dalam keadaan kendor pada saluran pipa refrigeran
dilakukan pengokohan. Pengkokohan baut yang kendor,
disesuaikan dengan petunjuk dari pabrik pembuat AC tersebut.
Pemeriksaan kondisi baut dilakukan setiap minggu.

d) Dilakukan penyeteIan termostat pendinginan sesuai dengan


kebutuhan pendinginan di dalam ruangan dengan cara
mengatur ter mostat pada kondisi temperatur ruangan yang
diinginkan. Pemeriksaan kondisi penunjukan termostat
dilakukan setiap minggu.

3. Chiller

a. Dilakukan pembersihan atau penyetelan terhadap permukaan


luas unit chiller ini dengan cara menyeka dengan kain atau dengan
sikat pembersih. Pembersihan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan.

b. Dilakukan pembersihan terhadap komponen pipa air pendingin


kondensor dan koil pipa pendingin evaporator dengah cara
membuka bagian penutup mesin chiller yang telah ditentukan

6
oleh pabrik pembuatnya. Pembersihan dilakukan pada saat mesin
chiller tidak beroperasi, dan dilakukan 2 (dua) bulan sekali.

c. Untuk penggantian refrigeran mesin chiller dilakukan sesuai


petunjuk mesin tersebut, karena setiap mesin chiller mempunyai
spesifikasi yang berlainan.

d. Fluida yang digunakan adalah R-22, R-11 atau refrigeran lain


sesuai petunjuk pabrik. Penggantian dilakukan bila dianggap perlu.

A. Unit pengolah udara (AHU).

Pemeliharaan

1) Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit


dengan cara menyeka dengan kain atau sikat pembersih dan
deterjen. Pemeliharaan ini dilakukan 6 (enam) bulan sekali.

2) Dilakukan pembersihan terhadap komponen filter udara dengan


cara membuka filter, komponen pipa pembuangan air dan panci
pembuangan dengan cara membuka penutup untuk perawatan
bagian bawah AHU, komponen koil pendingin dengan cara
membuka bagian penutup untuk perawatan bagian evaporator.

3) Dilakukan pengontrolan baut-baut yang kendor pada jalur aliran


pipa dengan cara mengokohkan baut yang kendor sesuai
dengan petunjuk pabrik. Pemeriksaan kondisi baut dilakukan
setiap minggu.

4) Dilakukan penyetelan termostat pendinginan sesuai dengan


kebutuhan pendinginan di dalam ruangan dengan cara
mengatur termostat pada kondisi temperatur ruangan yang
diinginkan. Pemeriksaan kondisi penunjukkan termostat
dilakukan setiap minggu.

Perbaikan kecil.

a. Bila tali kipas rusak dilakukan penggantian baru.

7
b. Bila ditemui kondisi pendingin yang rusak dilakukan
penggantian sesuai dengan bahan yang semula.

B. Cooling tower

Pemeliharaan

a. Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit dengan kain


atau sikat pembersih dan deterjen. Pemeliharaan dilakukan 3 (tiga) bulan
sekali.

b. Dilakukan pembersihan pada komponen lauver/ filling udara, kipas udara,


saringan air keluar, panci penampung/filter drain dengan membuka
lauver/filling udara dan dikeluarkan kemudian dibersihkan dengan cara
menggunakan alat, kain/sikat pembersih dan deterjen sedangkan untuk
kipas udara, saringan air keluar dan panci penampung dibersihkan ditempat
dengan menggunakan alat yang sama seperti di atas. Pembersihan
dilakukan 6 (enam) bulan sekali.

c. Dilakukin pencampuran fluida cair pada air cooling tower yang gunanya
untuk membantu menurunkan temperatur air dan juga mencegah
timbulnya korosi pada instalasi cooling tower. Pencampuran ini dilakukan
dengan memakai fluida cair tersebut dan kadarnya disesuaikan standar
manual dari pabrik pembuatnya dengan mengukur fluida tabung gelas.
Pengukuran tabung fluida ini dilakukan setiap hari.

d. Dilakukan pelumasan terhadap motor listrik penggerak propeler dengan


cara melumasi poros yang berputar. Pemeliharaan dilakukan setiap 6
(enam) buian sekail.

e. Dilakukan penyetelan/pengaturan terhadap katup pelampung sesuai


dengan kebutuhan air cooling tower. Penyetelan dilakukan dengan cara
kalibrasi level pelampung yang berhubungan dengan make up water
terhadap kebutuhan air cooling tower yang ditunjukkan oleh meter air yang
ada.

8
Persyaratan komunikasi dalam rumah sakit dimaksudkan sebagai penyedia
sistem komunikasi baik untuk keperluan internal bangunan ataupun untuk hubungan
keluar, pada saat terjadi kebakaran/kondisi darurat lainnya. termasuk antara lain
sistem telepon, sistem tata suara, sistem voice evacuation dan sistem panggilan
perawat. Penggunaan instalasi tata suara pada waktu keadaan darurat dimungkinkan
asal memenuhi pedoman dan standar yang berlaku.

A. Sistem Telepon dan Tata Suara

Persyaratan teknis instalasi telepon antara lain :

1. Saluran masuk sistem telepon harus memenuhi persyaratan :

a. Tempat pemberhentian ujung kabel harus terang, tidak ada genangan


air, aman dan mudah dikerjakan

b. Ukuran lubang orang (manhole) yang melayani saluran masuk ke dalam


gedung untuk instalasi telepon minimal berukuran 1,50 m x 0,80 m dan
harus diamankan agar tidak menjadi jalan air masuk ke rumah sakit
pada saat hujan.

c. Diupayakan dekat dengan kabel catu dari kantor telepon dan dekat
dengan jalan besar.

2. Penempatan kabel telepon yang sejajar dengan kabel listrik, minimal


berjarak 0,10 m atau sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Ruang PABX/TRO sistem telepon harus memenuhi persyaratan :

a. Ruang yang bersih, terang, kedap debu, sirkulasi udaranya cukup dan
tidak boleh kena sinar matahari langsung, serta memenuhi persyaratan
untuk tempat peralatan.

b. Tidak boleh digunakan cat dinding yang mudah mengelupas

c. Tersedia ruangan untuk petugas sentral dan operator telepon

Persyaratan teknis sistem instalasi tata suara

9
1. Setiap bangunan rumah sakit dengan ketinggian 4 lantai atau 14 meter ke
atas, harus dipasang sistem tata suara yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pengumuman dan intruksi apabila terjadi bencana.

2. Kabel instalasi komunikasi darurat harus terpisah dari instalasi lainnya, dan
dilindungi terhadap bahaya kebakaran atau terdiri dari kabel tahan api.

3. Harus dilengkapi dengan sumber/pasokan daya listrik utama mengalami


gangguan, dengan kapasitas dan dapat melayani dalam waktu yang cukup
sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Persyaratan sistem komunikasi dalam gedung harus memenuhi UU nomor


32 tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan PP nomor 52/2000 tentang
Telekomunikasi Indonesia.

B. Sistem Panggil Perawat (Nurse Call)

Peralatan sistem panggilan perawat dimaksudkan untuk memberikan


pelayanan kepada pasien yang memerlukan bantuan perawatan baik dalam
kondisi rutin ataupun darurat. Sistem panggil perawat bertujuan menjadi alat
komunikasi antara perawat dengan pasien dalam bentuk visual dan audible
(suata) dan memberikan sinyal pada kejadian darurat pasien.

Persyartan teknisnya antara lain :

1. Peralatan Sistem Panggil Perawat (SPP)

a. Panel kontrol SPP

Panel kontrol SPP harus :

1) Jenis audio dan visual

2) Penempatannya diatas meja

3) Perlengkapan yang ada pada panel kontrol SPP sebagai berikut :

10
a) Mempunyai mikrofon, speaker dan handset. Hanset dilengkapi
kabel dengan panjang 910 mm (3ft). handset harus mampu
menghubungkan dua arah komunikasi antara perawat dan pos
pemanggil yang dipilih. Mengangkat handset akan mematikan
mikrofon/speaker.

b) Tombol penunjuk atau layar sentuh dengan bacaan digital


secara visual memberitahukan lokasi panggilan dan
menempatkan dalam sistem, meliputi nomor ruang, kamar,
tempat tidur dan prioritas panggilan.

c) Panggilan dari pos darurat yang ditempatkan di dalam toilet


atau kamar mandi

d) Mampu menampilkan sedikitnya 4 panggilan yang datang.

e) Modul mengikuti perawat

f) Berfungsi menjawab secara otomatis atau selektif.

g) Fungsi prioritas panggilan yang datang

Sinyal visual atau audible akan menandai adanya suatu


panggilan rutin atau darurat dan akan menerus sampai
panggilan itu dibatalkan.

h) Fungsi pengingat (memory)

Dapat menyimpan sementara suatu panggilan yang


ditempatkan dan menghasilkan sinyal visual berupa nyala
lampu dome di koridor yang dihubungkan dengan bedside
dengan cara mengaktifkan fungsi/sirkit pengingat. Sinyal visual
ini akan mati dan panggilan yang tersimpan terhapus dari
memori ketika panggilan itu dibatalkan di pos setempat.

i) Kemampuan menghasilkan sinyal audible dan visual untuk


menandai adanya panggilan yang datang dari pos yang
terhubung :

11
- Dapat menghentikan atau melemahkan sinyal audible
melalui rangkaian mematikan/melemahkan saat panel
kontrol sedang digunakan untuk menjawab atau
menempatkan suatu panggilan. Sinyal audible untuk
panggilan yang datang dan tidak terjawab harus secara
otomatis disambungkan kembali ke modus siaga.

- Sinyal visual untuk panggilan yang datang harus tetap


ditampilkan pada setiap saat sampai panggilan terjawab
atau dibatalkan pada pos pemanggilan.

- Sinyal audible dan sinyal visual untuk panggilan rutin dan


darurat harus jelas berbeda.

- Tampilan visual untuk menunjukkan lokasi pos panggilan


harus muncul pada panel kontrol SPP.

j) Tombol sentuh atau serupa membolehkan perawat memilih


pos panggilan dan melakukan komunikasi suara dua arah.
Tombol sentuh juga harus memberikan program status priotas
dan kemampuan fungsi lain yang ada, yaitu :

- Kemampuan memonitor bedside

- Kemampuan berhubungan minimum 10 pos beside secara


serempak

- Mampu menerima panggilan dari 10 pos panggilan terkait


secara serempak

b. Peralatan komunikasi pada kabinet bedside

1) Setiap bedside harus menyediakan :

a) Microphone/speaker

b) Lampu pos pemanggil

c) Tombol reser

12
d) Kotak kontrol untuk cordset

2) Setiap microphone/speaker harus mati jika handset disambungkan


ke bedside

3) Panggilan dari bedside harus menghasilkan sinyal panggilan visual


rutin pada lampu dome di koridor

c. Pos darurat

1) Pos darurat dengan kabel tarik harus disediakan dalam setiap


kloset dan setiap pancuran (shower) kamar mandi. Pos darurat ini
harus dipasang kurang lebih 50 cm (18 inci) dari kepala
pancurannya (shower head) dan atau 180 cm (72 inci) di atas lantai
jadi. Setiap pos darurat yang di area pancuran atau toilet harus
kedap air.

2) Pos darurat harus disediakan dengan :

a) Kabel tarikan yang diuji tarik dengan gaya sebesar 5 kg (10 lbs)
dan pendant dihubungkan ke gerakan sakelar ON/OFF pada
pos darurat. Kabel tarikan yang gantung yang terbawah harus
dipasang 15 cm (6 inci) dari lantai jadi.

b) Gaya tarikan untuk mengaktifkan sakelar minimum 0,4 kg

c) Pada post darurat dilengkapi fungsi “reset/cancel”

d) Lampu darurat merah dengan nyala mati-hidup secara


ebrgantian dengan interval waktu 1 detik ditempatkan pada
bagian luar dari kamar mandi atau toilet, dipasang pada
ketinggian 2 meter dari lantai jadi.

e) Pada pos darurat, ditempel atau ditempatkan secara


permanen dengan plat kalimat “Panggilan Darurat Perawat”.
Tinggi huruf minimal 4 mm (1/8 inci)

d. Armatur lampu dome di koridor

13
1) Tutup lampu harus tembus cahaya, tidak berubah warna atau
berubah bentuk karena panas, atau rusak karena penggunaan zat
pembersih.

2) Lampu dome harus berisi lampu yang cukup membedakan :

a) Panggilan rutin dari bedside

b) Panggilan darurat dari post perawat kamar mandi atau toilet

c) Sinyal visual untuk panggilan rutin dan panggilan darurat harus


dibedakan

e. Armatur lampu dome dengan isi dua lampu di koridor

Dua lampu dalam satu armatur lampu dome berisi minimum dua lampu
untuk mengidentifikasikan panggilan setempat dalam sistem. Sinyal
visual untuk panggilan rutin dan panggilan darurat harus jelas
perbedaannya.

f. Cordset

Setiap cordset harus :

1) Panjangnya 1,8 meter atau 2,4 meter, jenis kabel fleksibel

2) Tidak korosif

3) Apabila cordset dilepas, panggilan darurat harus secara otomatis


memberitahukan panel kontrol SPP. Sinyal audible dan visual harus
tetap diaktifkan sampai cordset disisipkan kembali atau alat lain
disisipkan yang secara teknis dapat mematikan fitur panggilan
otomatis.

4) Gaya tarikan untuk mengaktifkan cordset sebesar 0,5 kg (1lb)

5) Tidak berubah warna

14
6) Cordset dengan aksi tombol tekan harus disediakan : sambunga ke
kotak kontak bedsite cordset, berisi tombol tekan untuk panggilan
pada ujung cordset

g. Sistem distribusi

Setiap kabel yang digunakan dalam SPP harus asli dan bersertifikat
diberi label pada setiap rel dan disetujui oleh instansi terkait.

h. Perlengkapan instalasi

1) Kabel

Kabel harus termasuk semua penyambung, tali pengikat,


penggantung, klem dan sebagainya yang dibutuhkan untuk
melengkapi kerapihan instalasi.

2) Konduit

Perlengkapan harus termasuk semua konduit, duct (saluran) kabel,


rak kabel, kotak penyambung, roset, plat penutup dan perangkat
keras lain yang diperlukan untuk melengkapi kerapihan dan
keamanan.

3) Label

Setiap komponen dari sub sistem harus diberi label

2. Pemasangan peralatan dan instalasi sistem panggil perawat

a. Pengiriman

Pengiriman bahan-bahan ke lokasi harus dalam kontainer asli tertutup,


jelas terlabel nama pengirim, model peralatan dan nomor erie
indentifikasi dan logo standar. Pengawas akan meneliti peralatan SPP
pada saat itu dan akan menolak terhadap item yang tidak memenuhi
syarat.

15
b. Penyimpanan

Peralatan SPP harus disimpan dengan benar sebelum dipasang


terlindung terhadap kerusakan.

C. Pemeliharaan dan Perbaikan

1. Tata suara.

a. Tape deck.

1) Pemeliharaan

Pembersihan kotoran pada head dilakukan dengan head spray, bila


terjadi penurunan kualitas suara.

2) Perbaikan kecil

Apabila permukaan head sudah tipis, karet-karet sudah getas perlu


dilakukan penggantian.

b. Paging microphone

Pemeliharaan

Pembersihan permukaan dan kotoran dilakukan dengan kain lap kering.


Pembersihan dilakukan setiap 1 bulan.

c. Volume control.

1) Pemeliharaan

a) Pembersihan permukaan dan kotoran dilakukan dengan bin


lap, sedangkan kemacetan pada kontak mekaniknya
dibersihkan dengan contact cleaner. Pembersihan dilakukan
setiap 3 bulan.

b) Knop yang longgar dapat dilakukan penyetelan atau penguatan


dengan obeng.

16
2) Perbaikan kecil

Knop yang aus dapat dilakukan penggantian dengan elemen yang


sama.

d. Speaker

Pembersihan permukaan dan debu dilakukan dengan kuas.

2. Telefon

a. Pesawat telefon

Pemeliharaan

Handset dibersihkan dengan kain lap, sedangkan microphone sebaiknya


dilakukan dengan compressor. Pembersihan diakukan sebulan sekali.

b. Jack/outlet telepon

1) PemeIihraan

Dilakukan penyetelan dengan obeng bila jack/outlet telepon


longgar.

2) Perbaikan kecil

Bila terjadi kerusakan dilakukan penggantian.

c. Main Distribution Frame (MDF).

Pemeliharaan

1) Debu yang terdapat pada MDF dibersihkan dengan kuas.


Pembersihan dilakukan setahun sekali.

2) Kabel-kabel yang longgar pada terminal kabel diperkuat dengan


obeng ataupun dengan penyolderan.

d. PABX

Pemeliharaan

Pembersihan kotoran pada PABX yang menggunakan relay dilakukan


dengan contact cleane

17
A. Sumber Daya Listrik

1. Sumber daya listrik normal

Sumber daya listrik utama gedung harus diusahakan untuk menggunakan


tenaga listrik dari Perusahaan Listrik Negara.

2. Sumber daya listrik siaga

a. Bangunan, ruangan atau peralatan khusus yang pelayanan daya


listriknya disyaratkan tidak boleh terputus-putus, harus memiliki
pembangkit/pasokan daya listrik siaga yang dayanya dapat memenuhi
kelangsungan pelayanan dengan persyaratan tersebut.

b. Sumber listrik cadangan berupa diesel generator (genset). Genset harus


disediakan 2 (dua) unit dengan kapasitas minimal 40 % dari jumlah daya
terpasang pada masing-masing unit. Genset dilengkapi sistem AMF dan
ATS.

3. Sumber daya listrik darurat

a. Sistem instalasi listrik pada rumah sakit harus memiliki sumber daya
listrik darurat yang mampu melayani kelangsungan pelayanan seluruh
atau sebagian beban pada bangunan rumah sakit apabila terjadi
gangguan sumber utama.

b. Sumber pasokan daya listrik darurat yang digunakan harus mampu


melayani semua beban penting termasuk untuk perlengkapan
pengendalian kebakaran, secara otomatis.

c. Pasokan daya listrik darurat berasal dari peralatan UPS (Uninterruptable


Power Supply) untuk melayani kamar operasi (Central Operation
Theater), ruang perawatan intensif (Intensive Care Unit), ruang
perawatan intensif khusus jantung (Intensive Cardiac Care Unit).

B. Jaringan Distribusi Listrik

18
1. Jaringan distribusi listrik terdiri dari kabel dengan inti tunggal atau banyak
dan/atau busduct dari berbagai tipe, ukuran dan kemampuan.

2. Peralatan pada papan hubung bagi seperti pemutus atus, sakelar, tombol,
alat ukur dan lain-lain harus ditempatkan dengan baik sehingga
memudahkan pengoperasian dan pemeliharaan oleh petugas.

3. Jaringan yang melayani beban penting, seperti pompa kebakaran, lift


kebakaran, peralatan pengendali asap, sistem deteksi dan alarm kebakaran,
sistem komunikasi darurat dan beban penting lainnya harus terpisah dari
instalasi beban lainnya dan dilindungi terhadap kebakaran atau penggunaan
penghantar tahan api sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

C. Instalasi Listrik

1. Sistem instalasi listrik terdiri dari sumber daya listrik, jaringan distribusi,
papan hubung bagi dan beban listrik.

Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah diamati, dilakukan


pemeliharaan dan perbaikan, tidak membahayakan, mengganggu atau
merugikan bagi manusia, lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lainnya.

2. Sistem tegangan rendah (TR) dalam gedung adalah 3 fase 220/380 Volt,
dengan frekuensi 50 Hertz. Sistem tegangan menengah (TM) dalam gedung
adalah 20 KV, dengan frekuensi 50 Hertz, mengikuti ketentuan yang
berlaku.

Untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas daya listrik tersambung dari PLN
minimal 200 KVA disarankan agas sudah memiliki jaringan listrik tegangan
menengah 20 KV (jaringan listrik TM 20 KV).

3. Instalasi listrik tegangan menengah antara lain :

a. Penyediaan bangunan gardu listrik rumah sakit (ukuran sesuai standar


gardu PLN)

b. Peralatan transformator (kapasitas sesuai daya terpasang)

19
c. Peralatan panel TM 20 KV dan aksesorisnya

d. Peralatan pembantu dan sistem pengamanan (grounding)

4. Semua perlengkapan listrik seperti penghantar, papan hubung bagi dan


isinya, transformator dan lain-lainnya tidak boleh dibebani melebihi batas
kemampuannya. Masalah harmonisa dalam sistem kelistrikan harus
diperhatikan.

5. Sistem penerangan darurat (emergency lighting) harus tersedia di dalam


ruang-ruang tertentu

6. Sistem pembumian (grounding system) harus terpisah antara frounding


panel gedung dengan panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh
kurang dari 0,2 Ohm.

7. Transformator distribusi

a. Transformator distribusi yang berada dalam gedung harus ditempatkan


dalam ruangan khusus yang tahan api dan terdiri dari dinding, atap dan
lantai yang kokoh, dengan pintu yang hanya dapat dimasuki oleh
petugas.

b. Ruangan transformator harus diberi ventilasi yang cukup, serta


mempunyai luas ruangan yang cukup untuk perawatan dan perbaikan.

c. Bila ruang transformator dekat dengan ruang yang rawan kebakaran,


maka diharuskan mempergunakan transformator tipe kering.

8. Penghematan energi harus sangat diperhatikan

D. Pemeliharaan Listrik

1. Armatur Lampu

a. Kotak lampu pijar/TL

20
Pembersihan terhadap debu yang menempel dilakukan dengan lap/kain
pembersih, jika sulit kain pembersih dicampur air dan glass cleaner.
Kotak TL bagian dalam harus dibuka dan dibersihkan dengan vacum
cleaner (penghisap debu). Ujung-ujung kontak di lampu TL sering terjadi
korosi.

b. Lampu

Perbaikan kecil : bila lampu mati diganti yang baru.

c. Louvre

Pemeliharaan : dilakukan pembersihan dan debu/kotoran yang


menempel dengan menggunakan kain bersih yang dicampur air atau
glass cleaner. Dilakukan setahun sekali.

Perbaikan kecil : Bila louvre retak/pecah dilakukan penggantian atau


perbaikan secepat mungkin karena mempengaruhi deviasi sinar.

2. Saklar (Kotak Kontak)

Pemeliharaan saklar yang menggunakan pegas harus dibersihkan setiap


tahun sekali. Bagian dalam terutama pada kontak sakiar harus bersih dan
debu. Apabila saklar dalam keadaan ON terjadi panas, segera diganti.

3. Stop Kontak (Tusuk Kontak)

Pemeliharaan stop kontak dimaksud harus sering dilakukan


pemeriksaan terutama pada ruang bedah, poliklinik dan ruang yang sering
menggunakan alat yang portable (pindah-pindah) karena sering ditusuk dan
dilepas, sehingga kotak-kontak yang menjepit akan cepat aus. Perlu
diperhatikan, agar stop kontak ini selalu bersih. Kalau terjadi panas atau
rusak segera diganti.

4. Pembumian

Untuk pembumian di rumah sakit terdapat 3 kelompok, yaitu:

21
a. Untuk peralatan medik maximum 0,2 Ohm, sesuai PUIL 1987 pasal 860
kelompok 2E.

b. Untuk stop kontak di dalam gedung dan alat-alat lain maximum 5 Ohm.

c. Untuk penangkal petir dan pelindung gedung maksimum 10 Ohm.

Sistem pembumian diatas, masing-masing tidak boleh digabung.


Pengukuran tahanan pembumian dilakukan setiap tahun dengan earth
tester. Ujung saluran pembumian sering terjadi korosi, sehingga penlu
dibersihkan dengan sikat besi halus dan disemprot dengan cairan anti
korosi.

5. Instalasi Kabel Dalam Gedung

Pengukuran tahanan isolasi dengan Meger dilakukan setiap 3-4 tahun


sekali. Apabila tahanan isolasi kabel kurang dan 250 kilo Ohm maka
instalasinya harus diperbaiki atau kabelnya diganti.

6. Panel Ustrik

Pada panel ini pemeliharaannya lebih teliti, dengan mematikan


tegangan untuk service dan terlebih dahulu perlu koordinasi dengan UPF
masing-masing dan Rumah Tangga yang diketahui Direktur Rumah Sakit,
karena di dalamnya sering terdapat banyak debu dan harus dibersihkan
dengan vacuum cleaner, kuas dan lap bersih.
Pada sambungan mur antara kabel/busbar ke MCB/MCCB sering terdapat
korosi dan harus disemprot dengan cairan anti korosi, dan mur yang kendor
akibat getaran, agar dikencangkan kembali setiap 6 (enam) bulan sekali.
Pengetesan MCB/MCCB, fuse yang putus harus diganti, lampu-lampu pilot,
meter-meter yang rusak diganti secepatnya. Udara disekitar panel
dibebaskan dan lembab. Pengecekan karet-karet pintu panel dan kunci
penel setiap 6 (enam) bulan sekali, jika keadaannya rusak agar diganti.

7. Transformator

22
Transformator perlu dilakukan pengecekan yang teliti. Untuk
transformator jenis kering perlu dilakukan pembersihan dan debu dengan
lap kering dan vacuum cleaner dan diujung pole perlu dibersihkan dengan
amplas. Untuk transformator jenis olie perlu dilakukan pengetesan daya
isolator dan olie trafo, dapat ditetesi setiap tahun sekali untuk type
Conservatif dan 5 tahun sekali untuk type Hematic atau akan dilakukan lebih
awal jika terjadi trouble shooting/short circuit salah satu beban (pengetesan
olie di LMK PLN).

8. Ups (Uninterruptible Power Supply)

Pada ruangan-ruangan khusus (kelompok 2E), terdapat UPS. UPS perlu


perhatian khusus pada bateral, harus sering diperiksa/diganti jika dalam
indikator UPS sudah tidak dapat diisi kembali dibagian battery terdapat
pole-pole yang perlu dibersihkan dan temperatur ruangan diusahakan 19°C.
Untuk menjaga program-program yang ada dalam UPS yang menggunakan
microprocessor, setiap bulan 2 (dua) kali.

E. Persyaratan Air Bersih

1. Harus tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan atau
dapat mengadakan pengolahan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

2. Tersedia air bersih minimal 500 liter/tempat tidur/hari

3. Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan

4. Tersedia penampungan air (reservoir) bawah atau atas

5. Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan/kamar harus


menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif.

6. Penyediaan fasilitas air panas dan uap terdiri atas unit bouler, sistem
perpipaan dan kelengkapannya untuk distribusi ke daerah pelayanan

23
7. Dalam rangka pengawasan kualitas air maka rumah sakit harus melakukan
inspeksi terhadap sarana air minum dan air bersih minimal 1 (satu) tahun
sekali.

8. Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal 2 (dua)
jali setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim hujan), titik
sampel yaitu pada penampungan air (reservoir) dan keran terjauh dari
reservoir.

9. Rumah sakit telah menggunakan air yang sudah diolah seperti sumur bor
dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat melakukan pengolahan
tambahan dengan cartridge filter dan dilengkapi dengan desinfeksi
menggunakan ultra violet.

10. Ruang farmasi dan hemodialisis : yaitu dari air yang dimurnikan untuk
penyiapan obat, penyiapan injeksi dan pengenceran dalam hemodialisis

11. Tersedia air bersih untuk keperluan pemadaman kebakaran dengan


mengikuti ketentuan yang berlaku.

A. Persyaratan Penyaluran Air Hujan

Sistem penyaluran air hujan direncanakan dan dipasang dengan


mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah dan
ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota. Sistem penyaluran air hujan
harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan pada
saluran.

B. Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah

1. Saluran

Pemeliharaan dan saluran diatas secara periodik tiap bulan dapat berupa:

a. Penggelontoran air.

24
b. Penyemprotan air dengan tekanan tinggi

c. Pengambilan endapan.

2. Lubang Pemeriksa (Bak Kontrol/Man Hole)

Pemeliharaan lubang pemeriksa, sama dengan pemeliharaan saluran


tersebut di atas hanya frekuensinya lebih sering (2 minggu sekali).

3. Pemeliharaan Kloset

Dipergunakan hanya untuk membuang kotoran manusia. Penggelontoran


agar menggunakan air yang Iebih banyak. Pembersihan dilakukan tiap hari.

4. Tangki Septik

Pemeliharaan tangki septik pada prinsipnya hanya menguras endapan. Hal


ini dilakukan dengan seksama minimal 1 (satu) tahun dan maksimal 4
(empat) tahun. Bila limbah cair banyak mengandung lemak/minyak maka
tangki septik dilengkapi dengan alat penangkap lemak.

5. Bak Pengumpul/Pengangkat

Pemeliharaan biasa dilakukan path unit ini bila terjadi pengendapan di


dalam bak pengumpul dan pompa dilakukan tiap 6 bulan. Pengangkat baru
dihidupkan disertai dengan penyemprotan air terhadap semua permukaan
yang kotor.

6. Instalasi Pengolahan Biologis Dengan Anaerobic Filter

Pemeliharaan anarobic filter adalah membersihkan sampah, tanaman,


lumut yang terdapat pada anaerobic filter. Pembersihan dilakukan setiap
minggu.

7. Bak Penampung Lumpur

Pemeliharaan bak penampung lumpur adalah membersihkan kotoran,


lumut yang menempel pada dinding. Pembersihan dilakukan setiap 3 bulan
sekali.

25
8. Bak Pengering Lumpur

Pemeliharaan :

a. Pembersihan sampah, lumut dan tumbuhan lain.

b. Penambahan pasir secara berkala sesuai ketebalan yang diperlukan.

Pembersihan dilakukan setiap 3 bulan sekali.

9. Bak Kaporisasi

Pemeliharaan : pembersihan secara periodik endapan sisa kaporit dan


saluran pembubuh dibersihkan, sehingga aliran kaporit menjadi lancar.
Pembersihan dilakukan setiap hari.

F. SISTEM PLAMBING

Plambing Rumah Sakit adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan


pelaksanaan pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan alat plambing dan pipa
dengan peralatannya didalam gedung rumah sakit, yang bersangkutan dengan
sistem drainase saniter, drainase air hujan, vent, dan jaringan air bersih yang
dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang diperbolehkan.

Perencanaan sistem plambing bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air


bersih dan menyalurkan air kotor ke tempat buangan secara higienis yang sesuai
dengan lingkungan sekitar. Mengetahui dasar-dasar dan mampu membuat
perencanaan plambing dan instrumentasi/ peralatan instalasi yang berkaitan dengan
rancang bangun di bidang teknik lingkungan.

Sistem peralatan plambing adalah suatu sistem penyedian atau pengeluaran


air ke tempat-tempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran
terhadap daerah-daerah yang dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan
penghuninya dalam masalah air.

26
A. Fungsi dan Jenis Peralatan Plambing

Fungsi peralatan plambing adalah :

1. Untuk menyediakan air bersih ke tempat tempat yang dikehendaki dengan


tekanan yang cukup.

2. Membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan


bagian penting lainnya.

Peralatan plambing meliputi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam suatu


kompleks rumah sakit. Perlatan tersebut terdiri dari :

1. Peralatan untuk penyedian air bersih

2. Peralatan untuk penyedian air panas

3. Peralatan untuk pembuangan air kotor

4. Peralatan lainnya yang ada hubungannya terhadap perencanaan pemipaan.

Sedangkan dalam pengertian yang lebih umum, jenis peralatan plambing


digunakan untuk mencakup :

1. Peralatan pemadam kebakaran

2. Peralatan pengolah air kotor (tangki septik)

3. Peralatan penyediaan gas

4. Peralatan dapur

5. Peralatan mencuci (laundry)

6. Peralatan pengolah sampah

7. Dan berbagai instalasi pipa Iainnya, seperti : penyediaan zat asam, air
minum, pipa vakum.

B. Syarat-Sayarat dan mutu bahan bangunan

27
Dalam perencanaan pelaksanaan plambing harus diperhatikan syarat-syarat dari
bahan plambing yaitu:

1. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan

2. Tidak menimbulkan gangguan suara

3. Tidak menimbulkan radiasi

4. Tidak merusak perlengkapan bangunan

5. Instalasi harus kuat dan bersih

Kemudian mutu bahannya harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Daya tahan harus lama minimal 30 tahun

2. Permukaan harus halus dan tahan air

3. Tidak ada bagian-bagian yan tersembunyi/menyimpan kotoran pada bahan-


bahan yang dimaksud

4. Bebas dari kerusakan baik mekanis maupun yang lain

5. Mudah memeliharanya

6. Memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku

Dalam perencanaan plambing, perlu diperhatikan bahan atau alat


plambing. Pipa PVC dan pipa tembaga (untuk air panasa). Ukuran yang sering
digunakan mulai dari diameter ½” sampai dengan 2” sampai dengan 6” untuk
bangunan tinggi.

Alat-alat plambing yang merupakan permulaan dari system pembuangan dari


instalasi dapat berupa : Kran, kloset, wastafel (lavatory), urinoir, bidet, beth tub,
shower.

C. Sistem Plambing Air Bersih

28
WHO telah membuat standarisasi mengenai air bersih. Air bersih adalah
air yang telah memenuhi syarat tersebut yang meliputi kualitas fisik, biologis,
kimia dan radiologis yang jika dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping.
Untuk gedung-gedung yang di bangun di daerah yang tidak tersedia fasilitas
penyediaan air minum untuk umum, maka penyediaan air akan diambil dari
sungai, air tanah dangkal atau dalam, dan sebagainya. Namun air baku tersebut
harus diolah agar dicapai standar kualitas air yang berlaku. Persyaratan yang
harus di penuhi untuk sistem penyediaan air bersih adalah

1. Persyaratan Kualitatif

Menggambarkan syarat air bersih secara kualitas yang meliputi :

a. Syarat Fisik

Air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

b. Syarat Kimia

Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dan jumlah


yang melampaui batas, adapun persyaratan kimia tersebut adalah pH,
zat padat total, zat organik sebagai KmnO4, CO2 agresif, kesadahan,
kalsium (Ca), besi (Fe) dan mangan, tembaga (Cu), seng (Zn), klorida(Cl),
nitrit(No2), fluorida, dan logam-logam berat (Pb, As, Se, Cd, Cr,Hg, CN)

c. Syarat biologis

Air minum tidak boleh mengandunng bakteri-bakteri patogen dan


parasit, seperti kuman korela, typus, dysentri, dan gatreosinesis.

d. Syarat Radiologis

Air minum tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat menimbulkan


radioaktif seperti sinar alfa, beta, dan gamma.

2. Persyaratan Kuantitatif

29
Persyaratan kuantitatif dilihat dari banyaknya air baku yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhan air dari jumlah pemakai yang menempati
gedung tersebut.

3. Persyaratan Kontinuitas

Persyaratan kontinuitas sangat berkaitan dengan kualitas air


digunakan. Air baku yang digunakan diambil secara terus menerus dengan
debit yang sama pada saat musim kemarau maupun musim penghujan.

4. Sistem Sambungan Langsung

Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung


dengan pipa utama penyediaan air bersih. Karena terbatasnya tekanan
dalam pipa utama dan dibatasi ukuran pipa cabang dari pipa utama
tersebut, maka sistem ini terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan
gedung skala kecil dan rendah.

5. Sistem Tangki Atas

Selama air digunakan tidak terjadi perubahan tekanan yang berarti


pada alat plumbing. Perubahan tekanan hanya terjadi karena akibat
perubahan level air di dalam tangki atap sehingga harus diupayakan agar
level air tetap konstan. Pada sistem penyedia air tangki atas bekerja secara
otomatis karena pada umumnya dilengkapi swith automatik sehingga kecil
kemungkinan timbulnya kesulitan akibat penurunan tajam pada permukaan
level air. Perawatan tangki atas relatif lebih sederhana dibandingkan dengan
sistem tangki tekan. Perlu pompa cadangan untuk bangunan yang besar dan
tinggi. Karena tuntutan alat-alat plumbing, agar dapat bekerja dengan baik
maka peletakan tangki atap menjadi penting. Sebagai contoh katub glontor
(flush valve) dapat bekerja dengan baik jika tekanan air pada alat plumbing
sebesar 1,00 kg/cm2 atau tinggi tangki atap lebih besar atau sama dengan
10 meter. Jika peletakan tangki tidak memungkinkan sehingga tekanan
tidak dapat tercapai maka perlu dipertimbangkan pemasangan pipa
sambung langsung ke alat saniter atau alat plumbing (fixture) atau dengan

30
memasang pompa pendorong (booster pump) agar kerugian tekanan
berkurang. Memilih alat plambing yang tidak terlalu tinggi tuntutan tekanan
kerjanya, misal kloset dengan katup glontor dengan tekanan kerja 0,6
kg/cm2 atau tinggi tangki 6,00 meter.

6. Sistem Tangki Tekan

Prinsip kerja dari sistem tangki tekan (hidrosfor) adalah sebagai


berikut, air yang telah ditampung di dalam tangki bawah dipompa kedalam
tangki tertutup yang mengakibatkan udara didalamnya terkompresi
sehingga tersedia air dengan tekanan awal yang cukup untuk didistribusikan
ke peralatan plumbing di seluruh bangunan yang direncanakan. Pompa
bekerja secara otomatis diatur oleh detektor tekanan, yang membuka dan
menutup saklar penghasut motor listrik penggerak pompa. Pompa akan
berhenti bekerja jika tekanan tangki telah mencapai batas maksimum yang
ditetapkan dan mulai bekerja jika batas minimum tekanan yang ditetapkan
telah dicapai.

7. Sistem Tanpa Tangki

Sistem ini sebenarnya tidak direkomendasi oleh berbagai pihak.


Sistem ini tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi
bangunan dan pompa menghisap langsung dari pipa utama. Ciri-ciri sistem
tanpa tangki adalah mengurangi kemungkinan pencemaran air minum
karena menghilangkan tangki bawah maupun tangki atas, mengurangi
kemungkinan terjadinya karat karena kontak air dengan udara relatif
singkat, kalau cara ini diterapkan pada bangunan pencakar langit akan
mengurangi beban struktur bangunan, untuk kompleks perumahan
perumahan dapat menggantikan menaraair, penyediaan air sepenuhnya
bergantung pada sumber daya, pemakaian daya besar dibandingkan dengan
tangki atap dan harga awal tinggi karena harga sistem pengaturannya

31
D. Sistem Plambing Air Buangan dan Ven

1. Jenis Air Buangan

Air buangan atau juga sering disebut air limbah adalah semua cairan
yang dibuang baik yang mengandung kotoran makhluk hidup maupun sisa-
sisa proses roduksi. Air buangan dibagi menjadi 4 golongan,yaitu :

a. Air Kotor

Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet, dan air buangan
mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat plambing
lainnya.

b. Air Bekas

Air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti


bak mandi, bak cuci tangan, bak dapur, dsb.

c. Air Hujan

Sistem pembuangan dimana hanya air hujan dari atap gedung dan
tempat lainnya dikumpulkan dan dialirkan ke luar.

d. Air Buangan Khusus

Air buangan yang mengandung gas, racun, atau bahan-bahan


berbahaya seperti dari pabrik dari pabrik, air buangan dari
laboratorium, tempat pengobatan, tempat pemeriksaan di rumah sakit,
rumah pemotongan hewan, air buangan yang bersifat radioaktif, atau
mengandung bahan radioaktif yang dibuang dari Pusat Tenaga Nuklir
atau laboratorium penelitian atau pengobatan yang menggunakan
bahan radioaktif. Air buangan yang mengandung banyak lemak berasal
dari restoran, akhir-akhir ini menjadi masalah dan dimasukkan dalam
kelompok ini karena banyak mengandung heksan.

2. Klasifikasi air buangan menurut cara buangan air

a. Sistem buangan terpisah

32
b. Sistem buangan tidak langsung

3. Klasifikasi air buangan menurut cara pengaliran

a. Sistem gravitasi

b. Sistem bertekanan

4. Klasifikasi air buangan menurut letaknya

a. Sistem buangan gedung

b. Sistem buangan di luar gedung atau roil gedung

E. Sistem Plambing Air Hujan

Pada sistem plambing air hujan, penggunaan perangkap harus dipasang


pada cabang datar untuk melayani tiap talang tegak atau tiap daerah drainase,
bila talang tegak dan saluran buangan air hujan disambungkan pada drainase
gedung gabungan atau saluran pembuangan gedung bangunan. Talang tegak air
hujan dipakai ukuran pipa tegak air hujan ditambah dengan
memperhitungankan 50% dinding terluas yang dianggap sebagai atap. Cara
penggabungan sistem air hujan dengan drainase saniter adalah harus dipisahkan
apabila terdapat saluran umum gabungan yang dapat menampung darinase dan
pembuangan air hujan, maka saluran pembuangan air hujan gedung dan saluran
drainase dapat digabungkan ke saluran pembuangan gedung gabungan pada
bidang datar dengan fitting Y tunggal yang ditempatkan sekurang-kurangnya 3
m dari suatu cabang drainase saniter. Hal-hal yang dilarang dalam sistem
pembuangan air buangan adalah :

1. Mengalirkan air buangan ke dalam saluran pembuangan yang dikhususkan


untuk air hujan, atau mengalirkan sedemikian rupa sehingga air meluap
diatas trotoar atau jalan.

2. Membuang air buangan dari sistem plambing ke dalam perairan umum,


kecuali apabila dibenarkan. Pembuangan dari buangan berbahaya harus

33
dilakukan sesuai dengan segala peraturan yang berlaku, kecuali cara
tersebut dibenarkan.

F. Instalasi dan Instrumen Penunjang

Jenis instrumentasi penunjang adalah:

1. Tangki air

a. Tangki air bawah tanah

b. Tangki atap

c. Tangki tekan (hidrofor)

2. Pompa penyediaan air

a. Pompa sentrifugal

b. Pompa aliran radial

c. Pompa aliran axiald

d. Pompa aliran campuran

3. Pemanas air

a. Pemanas air sesaat

b. Ketel pemanas air satu jalan

c. Tangki pemanas air untuk minum

4. Valve

a. Globe valve

b. Butterfly valve

c. Gate valve

34
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi dari panduan ini adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
utilitas baik pengadaan, pemeliharaan serta perbaikan.

Serang, september 2018


Mengetahui
Plt Direktur RSUD Banten

dr.Susi Badrayanti, Mpd


NIP. 19620518 199909 2 001

35

Anda mungkin juga menyukai