Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

SISTEM PENGELOLAAN TATA UDARA DI RUMAH


SAKIT
Dosen pengampu: SAFARI HASAN S.IP., MMRS.

MARSELINA HINU

10821011

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTA

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

PRODI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

KEDIRI

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangunan rumah sakit adalah “fasilitas” kesehatan yang membutuhkan
perhatian sangat khusus dalam perencanaan, pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaannya terutama pada prasarana instalasi tata udara. Bangunan
rumah sakit mempunyai kekhususan yang sangat berbeda dan tidak ditemui di
bangunan gedung lain pada umumnya. Rumah sakit adalah tempat dimana
orang yang sakit (dengan bermacam-macam penyakit) didiagnosa, diterapi,
dirawat, dan dilakukan tindakan medik. Tindakan medik ini dimulai dari
pemeriksaan biasa, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan dengan sinar
radioaktif, pemeriksaan dengan ultrasonic, tindakan pembedahan ringan,
tindakan pembedahan berat dan sebagainya. Pasien datang dengan bermacam-
macam penyakit dan masalah kesehatan seperti : sakit biasa, sakit khusus yang
membutuhkan dokter dan tindakan khusus antara lain seperti sakit jantung,
penyakit dalam, pasien luka bakar, pasien luka terbuka atau tertutup, pasien
menular dan sebagainya. Dengan kondisi tersebut, maka faktor-faktor yang
membedakan rumah sakit dengan bangunan gedung biasa terletak pada
peralatan dan instalasi tata udaranya. Jam kerja yang 24 jam sehari, 7 hari
seminggu, berarti terus menerus membutuhkan pengkondisian yang dilakukan
oleh sistem tata udara. Hal ini untuk mencegah berkembang biak dan tumbuh
suburnya mikroorganisme tersebut, terutama untuk ruangan-ruangan khusus
seperti di ruang operasi, ruang Isolasi, dan lain-lain, dimana diperlukan
pengaturan:
(1). Temperature
(2). kelembaban udara relative
(3). kebersihan dengan cara filtrasi dan udara ventilasinya
(4) tekanan ruangan yang positif dan Negatif
(5) distribusi udara didalam ruangan.
Sistem redudansi menjadi masalah pokok pada sistem tata udara yang
diperlukan pada ruang-ruang tertentu, hal ini mengingat bahwa ada tindakan-
tindakan medik yang menginginkan tidak boleh berhentinya sistem tata udara
untuk melindungi pasien dan peralatan medik yang harus selalu dikondisikan
oleh sistem tata udara. Sistem tata udara harus mempunyai cadangan yang
cukup untuk mengantisipasi kerusakan (breakdown) ataupun pada saat
dilakukan tindakan pemeliharaan yang diperlukan pada sistem tata udara.
Rumah sakit adalah bangunan yang penuh dengan sumber penyakit dan sumber
infeksi. Bakteri, virus, mikroorganisme yang berada di udara (airborne
microorganism), jamur, dan sumber-sumber penyakit lainnya yang dapat
menular merupakan hal yang harus menjadi perhatian dalam sistem tata udara.
Belum lagi, bahan kimia yang berbahaya (misalnya gas anestesi atau di
laboratorium), bahan-bahan radioaktif harus diperlakukan secara benar untuk
menghindarkan bahaya yang mungkin terjadi bagi pasien, petugas medis atau
pengunjung rumah sakit. Rumah sakit terdiri dari berbagai ruang dengan fungsi
yang berbeda tergantung pada jenis penyakit atau tingkat keparahan pasiennya,
kemudian juga tergantung perbedaan tindakan medisnya. Perbedaan fungsi
tersebut mengakibatkan setiap fungsi ruangan membutuhkan pengkondisian
yang berbeda-beda dalam tingkat kebersihan, sistem khusus untuk
menghindarkan penularan penyakit, tingkat kenyamanan seperti kondisi
temperatur dan kelembaban yang tepat untuk penyakit yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, makanya diperoleh rumusan masalah
penelitian ini adalah tentang penerapan sistem pengelolaan tata udara di rumah
sakit.
C. Tujuan
Pedoman teknis ini dimaksudkan sebagai ketentuan minimal bagi semua pihak
yang terlibat dalam perencanaan, pembangunan dan pengelolaan bangunan
rumah sakit. Pedoman teknis ini bertujuan untuk memperoleh kondisi termal
dan kualitas udara sesuai fungsi ruang yang dibutuhkan bagi pasien, tenaga
medis dan pengunjung di rumah sakitdan kualitas udara sesuai fungsi ruang yang
dibutuhkan bagi pasien, tenaga medis dan pengunjung di rumah sakit.
BAB II

PEMBAHASAN/ ISI

A. Pengertian sistem tata udara


Sistem tata udara atau penyegaran udara adalah suatu proses untuk
mendinginkan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang
sesuai dengan ketentuan terhadap kondisi udara dari suatu ruangan tertentu (A.
Wiranto, 1995). Pengkondisian udara nyaman adalah proses perlakuan terhadap
udara untuk mengatur suhu,kelembaban, kebersihan, dan pendistribusiannya
secara serentak guna mencapai kondisi nyaman yang dibutuhkan oleh penghuni
yang ada di dalamnya (Jones at all,1994).
Rumah sakit terdiri dari berbagai ruang dengan fungsi yang berbeda beda
tergantung pada jenis penyakit atau tingkat keparahan pasiennya, dan juga
tergantung pada perbedaan tindakan medisnya. Perbedaan fungsi tersebut
mengakibatkan setiap fungsi ruangan membutuhkan pengkondisian udara yang
berbeda-beda tingkat kebersihannya. Sistem tata udara khusus diperlukan untuk
menghindarkan penularan penyakit dan memperoleh tingkat kenyamanan
termal seperti kondisi temperatur dan kelembaban yang tepat untuk penyakit
yang berbeda.
Sistem penyegaran udara pada umumnya dibagi menjadi dua golongan
utama yaitu :
a. Penyegaran udara untuk kenyamanan Menyegarkan udara ruangan untuk
memberikan kenyamanan kerja bagi orang yang melakukan kegiatan tertentu.
b. Penyegaran udara untuk industri Menyegarkan udara ruangan karena
diperlukan oleh proses, bahan, peralatan atau barang yang ada di dalamnya.

1.1 Fungsi sistem tata udara


Fungsi sistem tata udara adalah sebagai berikut:
a. Mengatur suhu udara
b. Mengatur sirkulasi udara
c. Mengatur Kelembaban udara
d. Mengatur Kebersihan Udara

1.2 Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Sistem Tata Udara

Sebelum merencanakan atau memasang AC, maka perlu mempertimbangkan beberapa


hal berikut agar AC tersebut bisa berfungsi maksimal dan efisien :

a. Penggunaan atau Fungsi Ruang


Penggunaan ruang berpengaruh terhadap suhu ruangan karena pada dasarnya
manusia yang mengisi suatu ruangan mengeluarkan kalori yang cukup tinggi. Kamar
tidur yang hanya diisi dua orang berbeda dengan ruang keluarga yang frekuensi
keluar masuk penghuninya cukup tinggi. Semakin banyak pengguna maka semakin
besar daya AC yang dibutuhkan.
b. Ukuran Ruangan
Ukuran ruangan menentukan berapa banyak Btu/h (british thermal unit per hour)
atau kecepatan pendinginan. Btu/h adalah kecepatan pendinginan untuk ruangan
satu meter persegi dengan tinggi standar (umumnya tiga meter). Semakin besar satu
ruangan tentunya akan semakin besar pula Btu/h yang dibutuhkan.
c. Beban Pendinginan
Beban pendinginan berasal dari dalam ruangan (internal heat gain). Misalnya dari
jumlah penghuni, dan penggunaan penerangan, seperti lampu. Beberapa jenis
lampu mengeluarkan panas yang tinggi, yang berarti juga harus memilih AC dengan
daya yang lebih tinggi. Selain dari dalam, beban pendinginan juga berasal dari luar.
Seperti cahaya matahari yang mengeluarkan energi panas melalui dinding, atap atau
jendela.
d. Banyaknya Jendela Kaca
Saat ini banyak rumah yang mempunyai jendela kaca atau menggunakan blok kaca
(glass block). Untuk ruangan yang menggunakan kaca sebanyak 70% 14 atau lebih,
sebaiknya gunakan kaca film yang dapat menahan sinar ultraviolet untuk
mengurangi beban pendinginan.
1.3 Pengertian AC (Air Conditioning)

Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisi udara merupakan modifikasi


pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk
memberikan udara yang sejuk dan menyediakan uap air yang dibutuhkan bagi
tubuh. Untuk negara beriklim tropis yang terdiri dari musim hujan dan musim
panas, pada saat musim panas suhu ruangan tinggi sehingga penghuni tidak
nyaman.
Di lingkungan tempat kerja, AC juga dimanfaatkan sebagai salah satu cara dalam
upaya peningkatan produktivitas kerja. Karena dalam beberapa hal manusia
membutuhkan lingkungan udara yang nyaman untuk dapat bekerja secara
optimal. Tingkat kenyamanan suatu ruang juga ditentukan oleh temperatur,
kelembapan, sirkulasi dan tingkat kebersihan udara.
Untuk dapat menghasilkan udara dengan kondisi yang diinginkan, maka
peralatan yang dipasang harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban
pendinginan yang dimiliki ruangan tersebut.

1.4 Jenis-Jenis AC (Air Conditioning)

Berdasaran jenis dan nama peralatan yang terpasang, AC dibedakan menjadi beberapa
jenis yaitu:

a. AC Split
Mesin tata udara jenis ini, terbagi atas dua unit, satu di bagian luar ruangan
(Outdoor Unit) yang berisi kondensor dan kompresor, dan satu di dalam ruangan
(Indoor Unit) berisi evaporator dan kipas udara.
b. AC Window
AC jenis ini merupakan pendingin yang relatif murah untuk kapasitas kecil
mudah digunakan dan mudah pemasangannya. Kelemahan dari AC ini adalah
penggunaannya yang cenderung menimbulkan kebisingan di dalam ruangan,
karena letak kompresor AC dari ruangan berdekatan.
c. AC Sentral
Pada AC jenis ini udara dari ruangan didinginkan pada cooling plant di luar
ruangan tersebut, kemudian udara yang telah dingin dialirkan kembali kedalam
ruangan tersebut. AC central ini biasa digunakan di hotel, mall atau
gedunggedung dengan ruangan yang banyak.
d. Standing AC
Jenis AC ini cocok dipergunakan untuk kegiatan- kegiatan situasional dan mobil
karena fungsinya yang mudah dipindahkan, seperti seminar, pengajian outdoor
dsb.

1.5 Komponen Utama Sistem Pendingin


Komponen utama dalam sebuah AC adalah komponen yang berfungsi untuk
mengatur suhu udara, terdiri dari kondensator, kompresor, evaporator, dan pipa
kapiler. Berikut ini penjelasan mengenai pengertian dan fungsi keempat
komponen utama sebagai berikut:
a. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk mengedarkan dan memompakan refrigeran ke
seluruh bagian AC yang cara kerjanya mirip dengan jantung pada manusia.
Kompresor dilengkapi dua buah pipa, yaitu pipa hisap dan pipa tekan serta
memiliki dua tekanan, yaitu tekanan rendah dan tinggi.

Gambar 1.1 Kompresor


b. Kondensor
Kondensor berfungsi untuk menukar kalor, mengubah wujud refrigeran dari
gas menjadi cair, dan menurunkan suhu refrigeran. Pipa kondensator dibuat
berlikuliku dan dilengkapi sirip. Kondensator diletakkan di luar ruangan agar
dapat melepaskan panas pada refrigeran ke udara bebas.
Gambar 1.2. Kondensor

c. Evaporator
Evaporator berfungsi menyerap dan mengalirkan panas dari udara ke
refrigeran sehingga refrigeran berubah dari cair menjadi gas setelah melalui
pipa kapiler. Evaporator mengambil udara panas dari ruangan yang
kemudian melewati sirip-sirip pipa sehingga suhunya turun.

Gambar 1.3. Evaporator

d. Pipa Kapiler
Pipa kapiler juga merupakan komponen yang sangat penting di dalam AC
karena berfungsi menurunkan tekanan dan mengatur aliran refrigeran
keevaporator. Penurunan tekanan refrigeran menyebabkan suhunya juga
ikut turun dan inilah yang menyebabkan udara yang keluar dari AC bersuhu
rendah.
Gambar 1.4. Pipa Kapiler

 Prinsip Kerja Air Conditioning (AC)


Kompresor AC yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat
untuk memampatkan fluida kerja (refrigerant), jadi refrigerant yang masuk
ke dalam kompresor AC dialirkan ke kondensor yang kemudian
dimampatkan di kondensor. Di bagian kondensor ini refrigerant yang
dimampatkan akan berubah fase dari refrigeran fase uap menjadi refrigeran
fase cair, maka refrigerant mengeluarkan kalor yaitu kalor penguapan yang
terkandung di dalam refrigeran. Adapun besarnya kalor yang dilepaskan
oleh kondensor adalah jumlah dari energi kompresor yang diperlukan dan
energi kalor yang diambil evaporator dari substansi yang akan didinginkan.
Pada kondensor tekanan refrigerant yang berada dalam pipa-pipa
kondensor relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan refrigeran
yang berada pada pipa-pipa evaporator.
Prinsip pendinginan udara pada AC melibatkan siklus refrigerasi, yakni udara
didinginkan oleh refrigerant / pendingin (freon), lalu freon ditekan
menggunakan kompresor sampai tekanan tertentu dan suhunya naik,
kemudian didinginkan oleh udara lingkungan sehingga mencair. Proses
tersebut diatas berjalan berulang-ulang sehingga menjadi suatu siklus yang
disebut siklus pendinginan pada udara yang berfungsi mengambil kalor dari
udara dan membebaskan kalor ini ke luar ruangan.

 Beban Pendingin
Energi dalam suatu gedung diperlukan antara lain untuk penerangan
ruangan, peralatan kerja, kenyamanan penghuni dan lain-lain. Kebutuhan
energi tersebut dapat dipenuhi dengan memanfaatkan energi surya dan
energi listrik. Perencanaan atau perancangan bentuk arsitektur gedung
sangat mempengaruhi efektifitas pemanfaatan energi surya dan
penghematan penggunaan energi listrik. Untuk memprediksi jumlah
kebutuhan energi yang mengakibatkan terjadinya perpindahan panas
didalam gedung. Jumlah energi yang harus dipindahkan kedalam atau keluar
gedung ditentukan oleh perbedaan temperatur luar gedung. Untuk
memperoleh dan mempertahankan keadaan yang diinginkan tersebut
diperlukan perpindahan energi dari temperatur rendah ke temperatur yang
lebih tinggi(Nasution, 2010).
Beban pendingin sebagian besar berasal dari sumber panas yang bervariasi
terhadap waktu. Jika sumber-sumber panas ini dapat dinyatakan sebagai
fungsi waktu atau dikalikan dengan faktor yang fungsi waktu maka variasi
beban pendingin tiap jam data dihitung sehingga dapat diketahui saat dan
besarnya beban maksimum tiap hari. Program komputer yang dihasilkan
diharapkan juga dapat digunakan untuk memprediksi variasi beban
pendingin dalam waktu satu tahun. Beberapa data yang digunakan dalam
perhitungan diubah dalam persamaan matematik dengan metode regresi
dan diharapkan memberikan penyimpangan yang cukup besar.

 Menentukan Beban Pendingin


Tujuan utama sistem pengkondisian udara adalah mempertahankan
keadaan udara didalam ruangan dan meliputi pengaturan temperatur,
kelembaban relatif, kecepatan sirkulasi udara maupun kualitas udara. Sistem
pengkondisian udara yang dipasang harus mempunyai kapasitas
pendinginan yang tepat dan dapat dikendalikan sepanjang tahun. Kapasitas
peralatan yang dapat diperhitungkan berdasarkan beban pendinginan setiap
saat yang sebenarnya.
Alat pengatur ditentukan berdasarkan kondisi yang diinginkan untuk
mempertahankan selama beban puncak maupun sebagian. Beban puncak
maupun sebagian tidak mungkin dapat diukur sehingga diperlukan prediksi
melalui perhitungan yang mendekati keadaan yang sebenarnya. Beban
pendinginan sebenarnya adalah jumlah panas yang dipindahkan oleh sistem
pengkondisian udara setiap hari. Beban pendinginan terdiri atas panas yang
berasal dari ruang dan tambahan panas. Tambahan panas adalah jumlah
panas setiap saat yang masuk kedalam ruang melalui kaca secara radiasi
maupun melalui dinding akibat perbedaan temperatur. Pengaruh
penyimpanan energi pada struktur bangunan perlu dipertimbangkan dalam
perhitungan tambahan panas(Nasution, 2010).
Aspek-aspek fisik yang harus diperhatikan dalam perhitungan beban
pendingin antara lain :
a. Orientasi gedung dengan mempertimbangkan pencahayaan dan
pengaruh angin
b. Pengaruh emperan atau tirai jendela dan pantulan oleh tanah
c. Penggunaan ruang
d. Jumlah dan ukuran ruang
e. Beban dan ukuran semua bagian pembatas dinding
f. Jumlah dan aktivitas penghuni
g. Jumlah dan jenis lampu
h. Jumlah dan spesifikasi peralatan kerja
i. Udara infiltrasi dan ventilasi
Beban pendinginan suatu ruang berasal dari dua sumber, yaitu melalui
sumber eksternal dan sumber internal.
1. Sumber panas eksternal antara lain :
a. Radiasi surya yang ditransmisikan melaui kaca
b. Radiasi surya yang mengenai dinding dan atap, dikonduksikan kedalam
ruang dengan memperhitungkan efek penyimpangan melalui dinding.
c. Panas Konduksi dan konveksi melalui pintu dan kaca jendela akibat
perbedaan temperatur.
d. Panas karena infiltrasi oleh udara akibat pembukaan pintu dan melalui
celah-celah jendela.
e. Panas karena ventilasi.
2. Sumber panas internal antara lain :
a. Panas karena penghuni
b. Panas karena lampu dan peralatan listrik
c. Panas yang ditimbulkan oleh peralatan lain.

 Perhitungan Kebutuhan AC (Air Conditioning)


Satuan tenaga kuda atau yang sering di kenal dengan istilah PK (Paard Krcht)
atau HP (horse power) yang dipergunakan dalam sistem AC merujuk pada
kapasitas daya kompressor AC, bukan menunjukan pada kapasitas
pendinginan AC. Untuk kapasitas pendinginan AC satuannya adalah BTU/h
(British Thermal Unit ).
1 BTU/hour adalah energi yang digunakan untuk memanaskan atau
mendinginkan air sebanyak 1 galon air (1 pound – sekitar 454 gram) supaya
temperatur naik maupun turun sebesar 1 derajat fahrenheit selama satu
jam. Pada AC, BTU merupakan kemampuan mengurangi energy panas /
mendinginkan sebuah ruangan dengan luas dan kondisi tertentu selama
satu jam.
Untuk mencari suatu daya kebutuhan AC yang akan dibutuhkan dalam suatu
gedung atau ruangan dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑅𝑒𝑓𝑟𝑖𝑔𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 = 𝐵𝑡𝑢/ℎ𝑟 𝑃×𝐿 …………………………………………………. (2.1) (ISBN


978-602-1124-88-8) Dimana : P = Panjang Ruangan (m) L = Lebar Ruangan
(m) BTU/hr = Kapasitas AC
B. Konversi Daya Listrik
Daya listrik dalam bahasa inggris disebut Electrical Power. Daya listrik adalah
besarnya energi listrik yang mengalir atau diserap dalam sebuah sirkuit atau
rangkaian listrik disetiap detik. Daya juga dapat didefinisikan sebagai laju aliran
energi listrik. Satuan SI daya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya
tenaga listrik yang mengalir per satuan waktu (joule/detik).
Hubungan Daya Listrik ke PK dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 𝐵𝑇𝑈/ℎ𝑟 = 0,29307107𝑤𝑎𝑡𝑡……………………………………………………. (2.2)
2.1 Audit Energi
Proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan
energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna energi dan
pengguna sumber energi dalam rangka konservasi energi (SNI 6196:2011).
Pelaksanaan audit energi dapat diklasifikasikan dalam beberapa metode
yang terdiri dari: 1. Survei Energi Audit ini dilakukan secara sederhana tanpa
perhitungan yang rinci hanya melakukan analisa sederhana. Umumnya
fokus dari audit ini adalah pada bidang perawatan dan penghematan yang
tidak memerlukan biaya investasi besar. 2. Audit Energi Awal Audit energi
awal bertujuan untuk mengukur produktivitas dan efisiensi penggunaan
energi dan mengidentifikasi kemungkinan penghematan energi. 3. Audit
Energi Rinci Audit energi rinci dilakukan dengan menggunakan alat-alat ukur
yang sengaja dipasang pada peralatan untuk mengetahui besarnya
konsumsi energi dan biasanya dilakukan lembaga auditor profesional dalam
jangka waktu tertentu (EnergyPlus, 2011).

2.2 Pahami Situasi Pemakaian Energi Tata Udara


Selain melakukan pemeriksaan pada utilitas tata udara bangunan gedung,
memahami situasi pemakaian energi sistem tata udara yang berkaitan
dengan kinerja penggunaan energi secara keseluruhan sangat penting
dengan cara: – Mencatat, mengukur, dan menghitung pemakaian energi –
Identifikasi/observasi langsung untuk mengetahui situasi operasi aktual –
Diskusi langsung dengan operator yang mengetahui kondisi operasi sehari
hari dan untuk mengetahui ide- ide yang berharga dari mereka. Hemat
energi pada gedung diartikan sebagai pemanfaatan energi secara efisien
dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang benar-benar untuk
mempertahankan kenyamanan dan fungsi bangunan gedung. Penghematan
energi pada sistem tata udara bangunan jadi ( Existing Building), dapat
dilakukan dengan beberapa metoda antara lain: metoda pengendalian
operasi, metoda pemeliharaan dan pengelolaan serta metoda dengan
modifikasi. Dua metoda pertama lebih disenangi, karena tidak
membutuhkan banyak perubahan pada peralatan yang ada.[8] Parameter
kenyamanan gedung ditentukan oleh :  Temperatur : Tidak terlalu panas
dan dingin untuk beraktivitas  Humidy : Untuk memberi rasa segar dalam
beraktivitas  Sirkulasi udara : Untuk memenuhi kebutuhan udara segar 
Kwalitas udara : Yang berkaitan dengan kesehatan penghuni gedung 
Acoustic : Yang berkaitan dengan udara  Lighting : Yang berkaitan dengan
level Cahaya Untuk memenuhi rasa nyaman tersebut diperlukan
pengkondisian udara. Mengondisikan udara adalah perlakuan terhadap
udara untuk mengatur suhu, kelembaban, kebersihan dan
pendistribusiannya secara simultan guna mencapai kondisi nyaman yang
dibutuhkan oleh penghuni yang ada didalamnya.[10] Berbagai fasilitas dan
peralatan energi antara lain AC, lampu, fan dan lain-lain diperlukan dalam
pengkondisian udara. Dalam operasinya peralatan ini membutuhkan energi
listrik yang harus dibiayai oleh pemilik/pengelola gedung. Agar biaya energi
dapat ditekan, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip hemat energi pada
peralatan energi yang ada serta mengoperasikanya dengan cara yang
rasional. Prinsip-prinsip konservasi energi yang perlu diperhatikan dalam
pengoperasian sistem tata udara bangunan gedung adalah sebagai berikut :
 Tinjau kembali setting temperatur ruangan gedung ber AC.
Misalnya dengan menaikan suhu ruangan dari 24 oC menjadi 26
oC seperti terlihat pada gambar 2.2. Sedangkan pada gambar
2.3, dimana setting suhu chilled water naik dari 7 oC menjadi 10
oC dan ini akan memberikan perbaikan performace AC yang
cukup signifikan.
Gambar 2.1 : Setting suhu yang benar

Gambar 2.2 : Setting suhu mempengaruhi konsumsi energi

3. Peralatan kontrol
Kinerja sistem tata udara sangat berpengaruh oleh faktor beban ruangan,
Oleh karena itu penyesuaian sistem tata udara terhadap perubahan beban
adalah sangat penting. Hal ini dapat dilaksanakan jika sistem tata udara
dilengkapi 15 dengan peralatan kontrol yang responsif dan akurat.
Perubahan yang perlu diperhatikan antara lain :
 Beban sensibel, variabel yang menentukan beban sensibel adalah
beda temperatur luar dan dalam ruangan. Penyesuaian diri sistem
tata udara terhadap perubahan beban sensibel dilakukan dengan
mengendalikan jumlah distribusi udara.
 Beban laten, variabel yang menentukan beban laten adalah
perubahan kelembaban udara di dalam ruangan. Penyesuaian diri
sistem tata udara terhadap perubahan beban laten dilakukan
dengan mengendalikan temperatur coil pendingin.

Untuk beban pendinginan berdasarkan fungsi bangunan dapat


dilihat pada tabel:

Dengan memperhatikan faktor perubahan beban pengendalian sistem


tata udara dilakukan oleh peralatan kontrol sebagai berikut :

 Thermostat berfungsi mengendalikan temperatur dengan cara


memberikan sinyal kepada "modulating damper" atau pengatur
kecepatan fan.
 Humidistat berfungsi mengendalikan kelembaban dengan cara
memberikan sinyal kepada pompa atau keran/katup regulasi.

4. Intensitas Konsumsi Energi (IKE)


Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik merupakan istilah yang digunakan untuk
mengetahui besarnya pemakaian energi pada suatu sistem (bangunan). Namun
energi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah energi listrik. Pada hakekatnya
Intensitas Konsumsi Energi ini adalah hasil bagi antara konsumsi energi total
selama periode tertentu (satu tahun) dengan luasan bangunan. Satuan IKE
adalah kWH/m2 per tahun.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada tahun 1987
yang laporannya baru dikeluarkan 1992, target besarnya Intensitas Konsumsi
Energi (IKE) listrik untuk Indonesia adalah sebagai berikut : (Direktorat
Pengembangan Energi) a. IKE untuk perkantoran (komersil) : 240 kWH/m2 per
tahun b. IKE untuk pusat belanja : 330 kWH/m2 per tahun c. IKE untuk hotel /
apartemen : 300 kWH/m2 per tahun d. IKE untuk rumah sakit : 380 kWH/m2
per tahun Standar IKE (Intensitas Konsumsi Energi) yang ditetapkan Permen
ESDM no.13 tahun 2012 tentang kriteria penggunaan energi di gedung
perkatoran ber-AC, dinyatakan dalam table 2.2 :

C. Fasilitas Rumah Sakit


Meskipun pengkondisian udara (air conditioning) yang tepat sangat membantu
dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, penerapan pengkondisian udara
untuk fasilitas kesehatan menunjukkan bahwa masih banyak masalah dihadapi
yang tidak dijumpai pada sistem pengkondisian udara yang nyaman. Perbedaan
dasar antara pengkondisian udara untuk rumah sakit (dan fasilitas kesehatan
yang terkait) dan jenis bangunan lainnya antara lain :
(1) kebutuhan untuk membatasi pergerakan udara di dalam dan antara berbagai
bagian di rumah sakit;
(2) persyaratan khusus ventilasi dan filtrasi untuk melarutkan dan
menghilangkan kontaminasi dalam bentuk bau, mikroorganisme udara, virus,
kimia berbahaya dan zat radioaktif;
(3) temperatur dan kelembaban udara yang berbeda untuk berbagai area; dan
(4) perancangan yang canggih dibutuhkan untuk memungkinkan kontrol secara
akurat dari kondisi lingkungan.

3.1 Sumber Infeksi dan Tindakan Pengendalian.


 Infeksi Bakteri
(1) Contoh bakteri yang sangat menular dan terbawa dalam
campuran udara atau udara dan air adalah Mycobacterium
tuberculosis dan Legionella pneumaphia (penyakit legionnaire).
(2) Well (1934) menunjukkan bahwa tetesan atau zat infeksius
berukuran 5 μm atau kurang, dapat tetap diudara tanpa batas.
(3) Isoard (1980) dan Luciano (1984) telah menunjukkan bahwa
99,9% dari semua bakteri yang berada di rumah sakit dapat
dihilangkan oleh filter dengan effisiensi 90% sampai 95% (ASHRAE
Standar 52.1).
(4) Hal ini disebabkan bakteri biasanya ada dalam unit pembentuk
koloni yang besarnya lebih dari 1μm.
(5) Beberapa otoritas merekomendasikan penggunaan filter HEPA
yang mempunyai test filter Dioctyl phthalate (DOP) dengan effisiensi
penyaringan 99,97% di area tertentu.
 Infeksi Virus
(1) Contoh virus yang terbawa oleh udara dan mematikan, seperti
Varisela (cacar air/herpes zoster), Rubella (Campak, Jerman) dan
Rubeola (campak biasa).
(2) Pembuktian epidemiologis dan studi lain menunjukkan bahwa
banyak virus di udara yang membawa infeksi berukuran sub
mikron, dengan demikian tidak ada metode yang layak dikenal
untuk secara efektif menghilangkan 100% dari partikel-partikel.
(3) Saat ini tersedia filter HEPA dan/atau filter ULPA yang
memberikan effisiensi terbesar.
(4) Upaya untuk menonaktifkan virus dengan sinar ultra violet
dan semprotan kimia belum terbukti dapat diandalkan atau
cukup efektif untuk direkomendasikan sebagai tindakan
pengendalian infeksi primer.
(5) Oleh karena itu isolasi ruang dan isolasi ruang antara (ante
room) dengan perbedaan tekanan dan ventilasi yang tepat
merupakan sarana utama digunakan untuk mencegah
penyebaran virus di lingkungan rumah sakit
 Ventilasi Udara Luar.
(1) Jika intake (lubang masuk) udara luar diletakkan dan dijaga
dengan benar, area dan intake udara luar dibuat dengan pertukaran
udara yang cukup besar, dapat membuat area tersebut hampir
bebas dari bakteri dan virus.
(2) Masalah kontrol infeksi sering melibatkan sumber bakteri atau
virus di dalam rumah sakit. Ventilasi udara melarutkan kontaminasi
virus dan bakteri dalam rumah sakit.
(3) Jika sistem ventilasi dirancang dengan benar, dibangun dan
dipelihara untuk menjaga perbedaan tekanan korektif antara area
fungsional, maka dapat menghapus zat infeksius dari lingkungan
rumah sakit.
 Temperatur dan Kelembaban.
(1) Kondisi termal ini dapat menghambat atau mendorong
pertumbuhan bakteri dan mengaktifkan atau menonaktifkan virus.
(2) Beberapa bakteri seperti Legionella pneumophila pada dasarnya
tetap bertahan dalam air dan dalam lingkungan yang lembab.
(3) Ketentuan teknis menetapkan rentang kriteria temperatur dan
kelembaban udara di beberapa area rumah sakit sebagai parameter
untuk pengendalian infeksi dan kenyamanan.
3.2 Kualitas Udara
Sistem harus memberikan udara yang hampir bebas dari debu, bau, kimia
dan polutan radioaktif. Dalam beberapa kasus, udara luar berbahaya untuk
kondisi pasien yang menderita cardiopulmonary, pernapasan dan paru-paru.
Dalam hal demikian, sistem yang memberikan udara selang seling
(intermittent) dari resirkulasi maksimum yang diijinkan perlu
dipertimbangkan.
 Intake Udara Luar (Outdoor Intake)
 Intake ini harus ditempatkan sejauh mungkin (pada paparan
yang berbeda secara terarah bila memungkinkan), tetapi
tidak kurang dari 9 m dari cerobong outlet (lubang ke luar)
buangan dari : peralatan pembakaran, outlet buangan
ventilasi rumah sakit atau bangunan yang berdekatan,
sistem vakum bedah medis, menara pendingin, cerobong
ven plambing, dan area yang dapat mengumpulkan gas
buang kendaraan dan asap berbahaya lainnya.
 Apabila Inlet udara luar berada dekat dengan outlet yang
cocok untuk pembuangan udara resirkulasi, pembuangan
udara harus tidak terjadi hubung pendek ke intake udara
luar atau sistem kipas yang digunakan untuk pengendalian
asap.
 asap Letak intake udara luar yang melayani sistem sentral
harus ditempatkan praktis tidak kurang dari 1,8 m di atas
permukaan lantai, atau jika dipasang di atas atap pada 0,9 m
di atas permukaan atap.
 Outlet Pembuangan (Exhaust Outlets).
 Outlet pembuangan ini harus ditempatkan minimal 3 m di
atas permukaan lantai dan jauh dari pintu, area yang dihuni,
dan pengoperasian jendela. Lokasi yang lebih baik dari
outlet pembuangan berdiri tegak keatas atau horizontal jauh
dari intake udara luar.
 Kehati-hatian perlu dilakukan dalam menempatkan buangan
yang terkontaminasi tinggi (misalnya dari mesin, tudung
asam, lemari keselamatan biologi, tudung dapur, dan ruang
pengecatan). Umumnya angin, bangunan yang berdekatan,
dan kecepatan pelepasan harus diperhitungkan. Dalam
aplikasi kritis studi terowongan angin atau pemodelan
komputer mungkin diperlukan.
3.3 Filter Udara.
 Untuk menghilangkan partikel dari aliran udara, sejumlah metode
telah tersedia untuk menentukan effisiensi filter yang akan
digunakan.
 Semua ventilasi atau sistem pengkondisian udara terpusat harus
dilengkapi dengan filter yang memiliki effisiensi tidak lebih rendah
dari yang ditunjukkan dalam tabel 1.
 Apabila diperlukan digunakan dua dudukan filter, dudukan filter no.1
harus terletak di hulu dari peralatan pengkondisian udara dan
dudukan filter no.2 harus di hilir fan pasok bila sistem resirkulasi
menggunakan percikan air untuk humidifier
 Tindakan pencegahan yang tepat harus diamati untuk mencegah
filter media menjadi basah oleh kelembaban uap air dari humidifier.
Apabila hanya satu dudukan filter diperlukan, harus terletak di hulu
dari peralatan pengkondisian udara. Semua effisiensi filter
didasarkan pada standar ASHRAE 52.1.
Berikut ini adalah panduan untuk instalasi filter :
1). Filter HEPA yang mempunyai effisiensi uji DOP 99,97% harus
digunakan pada sistem pasokan udara yang melayani ruang untuk
pengobatan klinis dengan kerentanan tinggi terhadap infeksi dari
penderita leukimia, luka bakar, transplantasi sumsum tulang,
transplantasi organ atau immunodeficiency sindrom (AIDS). Filter
HEPA juga harus digunakan pada aliran udara lemari asam atau
lemari penyimpanan di mana bahan menular atau sangat radioaktif
diproses. Sistem filter harus dirancang dan dilengkapi untuk
mengizinkan pemindahan, pembuangan dan penggantian filter
dengan aman.
2). Semua filter harus dipasang dengan tepat untuk mencegah
kebocoran antar segmen filter dan antara dudukan filter dan rangka
pendukungnya. Suatu kebocoran kecil memungkinkan udara
terkontaminasi melalui filter, hal ini dapat menghancurkan kegunaan
filter sebagai pembersih udara terbaik.
3). Sebuah manometer harus dipasang dalam sistem filter untuk
mengukur penurunan tekanan di setiap kelompok filter. Tindakan
pencegahan ini dimaksudkan untuk mengetahui secara akurat kapan
filter harus diganti.
4). Filter dengan effisiensi tinggi harus dipasang dalam sistem
dengan fasilitas yang memadai, disediakan untuk pemeliharaan
tanpa memasukkan kontaminasi ke dalam sistem penyaluran atau
area yang dilayani.
5). Karena filter effisiensi tinggi harganya mahal, rumah sakit harus
memproyeksikan umur dudukan filter dan biaya penggantiannya
serta memasukkan ini ke dalam anggaran operasional rumah sakit.
6). Selama konstruksi, bukaan pada ducting dan diffuser harus
ditutup untuk mencegah intrusi debu, kotoran dan bahan-bahan
berbahaya lainnya. Kontaminasi tersebut sering permanen dan
menjadikan media untuk pertumbuhan zat infeksius. Filter yang ada
atau baru mungkin cepat menjadi terkontaminasi oleh debu
konstruksi.

3.4 perawat
 Ruang pasien.
Apabila sistem sentral digunakan untuk kamar pasien, rekomendasi
pada tabel 1 dan tabel 3 untuk filtrasi udara dan laju pertukaran
udara harus diikuti untuk mengurangi infeksi silang dan mengontrol
bau.
Ruangan yang digunakan untuk isolasi pasien terinfeksi, semua
pasokan udara harus dibuang keluar. Untuk rancangan temperatur
240C bola kering dengan kelembaban relatif udara 50%
direkomendasikan.
 Setiap kamar pasien harus memiliki kontrol temperatur
individu. Tekanan udara di ruang pasien harus netral dalam
kaitannya dengan area lain.
 Kebanyakan kriteria rancangan dan persyaratan teknis yang
dikeluarkan instansi terkait mengharuskan semua udara dari
ruang toilet seluruhnya dibuang keluar ruangan. Persyaratan
ini didasarkan pada kontrol bau. Dalam menganalisa bau
dari sentral sistem pembuangan toilet (pasien) rumah sakit,
ditemukan bahwa sistem pembuangan sentral yang besar
umumnya mempunyai pelarut yang cukup untuk untuk
membuat buangan toilet tidak berbau.
 Apabila sistem unit ruang digunakan (sistem unitary),
pembuangan udara umumnya dilakukan melalui ruang toilet
 Jumlah udara yang dibuang sama dengan jumlah udara luar
yang disuplai masuk ke ruang untuk ventilasi. Ventilasi toilet,
kloset, kamar mandi, dan semua kamar interior harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
(1) Pedoman Teknis ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan oleh
pengelola rumah sakit, penyedia jasa konstruksi, Dinas Kesehatan Daerah, dan
instansi yang terkait dengan pengaturan dan pengendalian penyelenggaraan
pembangunan rumah sakit dalam prasarana sistem tata udara, guna menjamin
kesehatan dan kenyamanan rumah sakit dan lingkungannya.
(2) Ketentuan-ketentuan yang lebih spesifik atau yang bersifat alternatif serta
penyesuaian pedoman teknis prasarana sistem tata udara oleh masing-masing
daerah disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan di daerah.
(3) Sebagai pedoman/petunjuk pelengkap dapat digunakan Standar Nasional
Indonesia (SNI) terkait lainnya.

Anda mungkin juga menyukai