Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN LINGKUNGAN KERJA

PENGUKURAN VENTILASI UMUM

KELOMPOK :5

NAMA ANGGOTA :

1. Siti Uswatun Hasanah (0516140121)


2. Okta Diharto (0516140126)
3. Nadya Rizky Amalia (0516140132)
4. Hasan As’Adi (0516140138)

PROGRAM STUDI D4 – LINTAS JALUR


TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan yang berkaitan dengan sistem ventilasi di dalam industri,
adalah kondisi lingkungan kerja tidak sesuai dengan kebutuhan proses produksi
dan kenyamanan pekerja. Perihal ini disebabkan karena tidak adanya peralatan
sistem ventilasi, sistem ventilasi yang ada kurang memadai, perencanaan pipa
yang kurang baik, pemilihan fan yang salah, dan lain-lain.
Salah satu cara pengendalian udara dalam ruang adalah ventilasi yang tepat
dan sesuai, yaitu ventilasi yang terdapat pemasukan dan pengeluaran udara
kedalam ruang melalui bukaan atau lubang yang ada untuk mendapatkan udara
yang memenuhi standard kualitas kesehatan dan proses produksi industri dan
menurunkan konsentrasi kontaminan.
Ketidaknyamanan akan mengakibatkan perubahan fungsional pada organ
yang bersesuaian pada tubuh manusia. Kondisi panas sekeliling yang berlebih-
lebihan akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan
meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja. Hal ini akan menurunkan daya kresi
tubuh manusia untuk menghasilkan panas dengan jumlah yang lebih sedikit.
Oleh karena itu, praktikum mengenai pengukuran ventilasi industri perlu
dilaksanakan. Selain untuk belajar mengoperasikan alat pengukururan ventilasi,
kita juga bisa lebih tahu tentang masalah-masalah ventilasi apa yang sering terjadi
dan bagaimana cara menanganinya. Serta memahami apakah suatu area kerja
tersebut sudah nyaman bagi pekerja dalam hal ventilasinya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana volume udara tiap orang yang berada dalam Ruang Kelas Depan
Lab Mikro Lt. 4?
2. Bagaimana laju pergerakan udara di Ruang Kelas Depan Lab Mikro Lt 4?
3. Bagaimana kesesuaian volume udara tiap orang dan laju pergerakan udara
terhadap peraturan?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui volume udara tiap orang yang berada dalam Ruang Kelas
Depan Lab Mikro Lt. 4.
2. Untuk mengetahui laju pergerakan udara di Ruang Kelas Depan Lab Mikro Lt
4.
3. Untuk mengetahui kesesuaian volume udara tiap orang dan laju pergerakan
udara terhadap peraturan?
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Ventilasi


Ventilasi adalah pergerakan udara masuk ke dan keluar dari ruang
tertutup. Istilah ini digunakan dalam berbagai hal berikut ini:
 Ventilasi (arsitektur)
 Ventilasi (pemadam kebakaran)
 Ventilasi (fisiologi)
 Ventilasi (terowongan)
 Ventilasi (pertambangan)
Dalam bidang kedokteran, ventilasi mekanis adalah metode non-
alamiah untuk membantu pernapasan. Menurut SNI 03-6572-2001,
ventilasi merupakan proses untuk mencatu udara segar ke dalam bangunan
gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan.
Ventilasi adalah teknik engineering control yang penting untuk
meningkatkan dan memelihara kualitas udara ditempat kerja. Alasan
perlunya ventilasi antara lain adalah :
 Memanaskan atau mendinginkan udara dalam ruangan.
 Mengeluarkan kontaminan.
 Mengencerkan konsentrasi kontaminan dalam udara.
 Pertukaran udara untuk penyegaran.
 Mencegah terjadinya kebakaran atau peledakan.
Ventilasi terbagi menjadi dua, yaitu ventilasi alami dan mekanis.
Ventilasi alami ialah lubang sirkulasi udara tanpa bantuan alat, contoh
jendela. Jenis ventilasi ini tidak dapat menanggulangi panas radiasi yang
tinggi dan sering tak dapat berfungsi sesuai harapan terutama jika suplai
udara bersih dan sejuk kurang memadai. Ventilasi alami terjadi karena
adanya perbedaan tekanan di luar suatu bangunan gedung yang disebabkan
oleh angin dan karena adanya perbedaan temperatur, sehingga terdapat
gas-gas panas yang naik dalam saluran ventilasi. Ventilasi alami yang
disediakan harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, pintu, atau sarana
lain yang dapat dibuka, dengan jumlah bukaan tidak kurang dari 5%
terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi dan arah yang
menghadap ke halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai atau daerah
yang terbuka ke atas, teras terbuka, pelataran parkir atau yang sejenis,
serta ruang yang bersebelahan (SNI 03-6572-2001).
Sedangkan ventilasi mekanis adalah lubang sirkulasi udara dengan
bantuan alat mekanis, contoh kipas angin, exhaust fan, air conditioner, dan
lain lain. Exhaust fan bertujuan untuk mengendalikan panas konveksi
dengan cara menghisap keluar udara yang panas melalui canopy hood
yang dipasang di atas sumber panas dengan bantuan alat mekanis (fan)
kemudian melalui canopy hood udara panas tersebut akan terrhisap ke
luar. Pendinginan setempat (spot cooling) juga dillakukan sebagai salah
satu cara memaksimalkan ventilasi yaitu dengan mengalirkan udara yang
sejuk ke sekitar pekerja dengan tujuan menggantikan udara yang panas
dengan udara yang sejuk dengan kecepatan yang tinggi (>1 m/s) sehingga
pekerja di tempat tersebut merasa nyaman. Jika di tempat kerja tersebut
terdapat sumber panas radiasi yang tinggi, maka udara yang dialirkan
harus cukup rendah suhunya. Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika
ventilasi alami memenuhi syarat tidak memadai. Penempatan fan harus
memungkinkan masuknya udara segar atau sebaliknya. Sistem ventilasi
mekanis harus menyala terus menerus selama ruangan tersebut dihuni.
Persyaratan teknis pada ventilasi mekanik adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Kebutuhan Ventilasi Mekanis


Catu udara segar minimum
Tipe
Pertukaran udara/jam m3/jam per orang
Kantor 6 18
Restoran/kantin 6 18
Toko, Pasar Swalayan 6 18
Pabrik, bengkel 6 18
Kelas, bioskop 8
Lobi, koridor, tangga 4
Kamar mandi,
peturasan 10
Dapur 20
Tempat parkir 6
Sumber : SNI 03-6572-2001
2.2 Undang-undang tentang Ventilasi
Ventilasi dengan jumlah dan bentuk yang cukup terkait erat dengan aplikasi
keselamatan dan kesehatan kerja di suatu tempat kerja. Peraturan perundang-
undangan juga telah mengatur besarnya ventilasi yang sesuai, baik dari SNI 03-
6572-2001, OSHA 1910.94 tentang ventilation dan OSHA 1918.94 tentang
ventilation and atmospheric conditions. Adapun peraturan ini terkandung PP NO
36 tahun 2005 tentang peraturan pelaksanaan UU NO 28 tahun 2002 tentang
bangunan gedung dalam pasal 39 ayat 2, yakni : “Untuk memenuhi persyaratan
sistem penghawaan,setiap bangunan gedung harus mempunyai ventilasi alami
dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya”.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 48 Tahun 2016 Tentang
Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran maka Untuk mendapatkan
tingkat kesehatan dan kenyamanan dalam ruang perkantoran persyaratan
pertukaran udara ventilasi untuk ruang kerja adalah 0,57 m3/org/min sedangkan
untuk ruang pertemuan adalah 1,05 m3/min/orang. Sedangkan laju pergerakan
udara yang disyaratkan adalah berkisar antar 0.15 – 0.50 m/detik. Untuk ruangan
kerja yang tidak menggunakan pendingin harus memiliki lubang ventilasi minimal
15% dari luas lantai dengan menerapkan sistim ventilasi silang.

2.3 PerhitunganVentilasi
Beberapa rumus dan perhitungan yang sering dipakai untuk pengukuran
ventilasi umum adalah :
Pergantian udara per jam (air change per hour)
𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒
= ⋯ kali .....................................................(2.1)
luas ruangan x tinggi ruangan

Waktu setiap pergantian udara


volume ruangan
= ⋯ menit .................................................................(2.2)
𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒

Aliran udara per unit area (air floor per unit floor area)
general ventilation rate
= ⋯ cmm/m2 ......................................................(2.3)
luas daerah lantai

Volume udara setiap orang (air volume per person)


general ventilation rate
= ⋯ cmm/orang .................................................(2.4)
jumlah pekerja
2.4 Penyakit Akibat Kerja Terkait dengan Ventilasi
Manusia menghabiskan 90 % waktunya dalam lingkungan konstruksi, baik
itu di dalam bangunan kantor ataupun rumah yg mungkin sekali kualitas udara
dalam ruangnya tercemar oleh chemical yang berasal dari dalam maupun luar
ruangan, tercemar oleh mikroba ataupun disebabkan karena ventilasi udara yang
kurang baik. Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan
lingkungan ruang kerja. Kualitas udara yang buruk akan membawa dampak
negatif terhadap pekerja/karyawan berupa keluhan gangguan kesehatan. Contoh
polutan yang bisa mencemari ruangan misalnya asap rokok; ozone yg berasal dari
mesin foto copy dan printer; volatile organics compounds yang berasal dari
carpets, furniture, cat, cleaning agents dan sebagainya; debu, carbon monoxide,
formaldehyde, dan lain-lain. Keluhan utama yang yang ditimbulkan dari
pencemar udara dalam ruangan itu bisa berupa iritasi (mata berair, bersin, hidung
tersumbat, gatal tenggorokan) , sesak napas, sakit kepala, kelelahan, gejala seperti
flu, dan bronkitis (e.g Legionella).
Menurut Prof. dr. Juli Soemirat, Ph. D & Team. Gangguan yang dapat
muncul dari kualitas udara yang buruk berupa timbulnya penyakit yang berasal
dari kondisi bangunan (Building Related Desease, BRD) seperti kanker, asma,
hypersensitivety pneunomitis, iritasi selaput lendir, humidifier fever, legionnaire,
alergi dan lain-lain. Gangguan lain berupa gejala Sindroma Bangunan Sakit (Sick
Building Syndrome, SBS) yang menggambarkan keluhan-keluhan non-spesifik
dari penghuni. Keluhan itu mencakup iritasi mata, hidung, tenggorokan dan kulit,
serta sakit kepala, lelah, sukar konsentrasi, napas pendek/berat, termasuk keluhan
tentang temperatur dan kelembaban udara. Keluhan ini hilang bila penderita
keluar dari gedung atau bila yang bersangkutan tidak berada di dalam gedung.
Keluhan tersebut biasanya tidak terlalu parah dan tidak menimbulkan kecacatan
tetap, tetapi jelas terasa amat mengganggu, tidak menyenangkan dan bahkan
mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja para pekerja.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Sistematika Praktikum


Sistematika praktikum dapat dilihat pada Gambar 3.1. berikut :

Mulai

Persiapan alat dan


bahan

Melakukan
praktikum dan
pengambilan data

Analisa data hasil


praktikum

Pengumpulan

Selesai

Gambar 3.1. Sistematika Praktikum


Sumber : Data Penulis, 2018

3.2 Pengukuran
Digital Anemometer ini digunakan untuk mengukur air flow dan air velocity.
Satuan pengukuran air flow dalam bentuk CMM atau CFM sedangkan satuan
pengukuran air velocity dalam bentuk mph, ft/min, knot, Km/h atau m/s.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pengukuran Air Velocity
1. Pasang PROBE PLUG pada PROBE INPUT TERMINAL.
2. Tekan tombol POWER OFF/ON untuk mengaktifkan.
3. Tekan VEL/FLOW untuk memilih pengukuran air velocity.
4. Tekan °C/°F untuk memilih satuan temperatur.
5. Tekan UNIT/▼ untuk memilih satuan air velocity.
6. Untuk menahan nilai tekan HOLD.
7. Untuk merekam data tekan MAX/MIN. Untuk melihat nilai
maksimum data terekam, tekan MAX/MIN. Untuk melihat nilai
minimum data terekam tekan MAX/MIN.
8. Setelah mendapatkan data yang diinginkan, tekan POWER OFF/ON
untuk mematikan.
9. Lepaskan PROBE PLUG dari PROBE INPUT TERMINAL kemudian
tempatkan pada penyimpanan.
10. Sebelum disimpan, keluarkan baterai dari tempatnya.

3.3.2 Pengukuran Air Flow


1. Pasang PROBE PLUG pada PROBE INPUT TERMINAL.
2. Tekan tombol POWER OFF/ON untuk mengaktifkan.
3. Tekan VEL/FLOW untuk memilih pengukuran air flow.
4. Tekan UNIT/▼ untuk memilih satuan air flow.
5. Tekan SAMPLE AREA untuk memasukkan luas area pengukuran.
Setelah ditekan akan muncul simbol dan digit pertama akan
aktif. Masukkan luas area menggunakan tombol :
 ▲: untuk menaikkan nilai pada digit yang aktif.
 UNIT/▼ : untuk menurunkan nilai pada digit yang aktif.
 ► : untuk pindah ke digit berikutnya
 MAX/MIN : untuk memasukkan luas area dalam bentuk angka
desimal.
6. Tekan FLOW MODE untuk memilih jenis pengukuran (2/3 V MAX
MODE, AVG MODE, INSTANT MODE).
7. Untuk menahan nilai tekan HOLD.
8. Untuk merekam data tekan MAX/MIN, untuk melihat nilai
maksimum data terekam,tekan MAX/MIN. Untuk melihat nilai
minimum data terekam tekan MAX/MIN.
9. Setelah mendapatkan data yang diinginkan, tekan POWER OFF/ON
untuk mematikan.
10. Lepaskan PROBE PLUG dari PROBE INPUT TERMINAL kemudian
tempatkan pada penyimpanan.
Sebelum disimpan, keluarkan baterai dari tempatnya.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa
Berdasarkan hasil pengukuran sistem ventilasi yang telah kami lakukan
pada ruang kelas, dapat diketahui data yang ditampilkan pada tabel dibawah ini :
Lokasi : Gedung J Lantai 4 Ruang Kelas Depan Lab. Mikro
Jumlah Orang : 7 orang (4 praktikan dan 3 orang pekerja di dalam ruangan)
Tanggal : Sabtu, 13 Oktober 2018
Tim Pengukur : 1. Siti Uswatun Hasanah 0516140121
2. Okta Diharto 0516140126
3. Nadya Rizky Amalia 0516140132
4. Hasan As’Adi 0516140138

Tabel 4.1 Data Dimensi Ruangan


Volume
Panjang Lebar Tinggi
Ruang Ruangan
(m) (m) (m)
(m3)
Kelas Depan
12 7 3 252
Lab. Mikro

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran pada Ventilasi


Air Velocity (m/s) General
Luas
Titik Rata- Ventilation
No. Ventilasi
Pengukuran 1 2 3 Rate
(m2) Rata
(m3/menit)
1. Ventilasi 1 0.825 1.1 1 0.7 0.933 46.1835
2. Ventilasi 2 0.825 0.76 0.81 0.84 0.803 39.7485
3. Ventilasi 3 0.825 0.66 0.73 0.78 0.723 35.7885
4. Ventilasi 4 0.825 0.7 0.77 0.6 0.69 34.155
Total 155.875
*Asumsi : Nilai Luas tiap Ventilasi sama (0.75 m x 1.1 m)
Berikut ini adalah gambar denah lokasi pengukuran ventilasi, yakni ruang
perkuliahan depan Lab Mikro Lt.4 :

AC dalam keadaan Mati

Pintu
Titik pengukuran Jendela Tertutup
1

Titik pengukuran Jendela


2

Titik pengukuran Jendela


3

Titik pengukuran Jendela 12m


4
MEJA
T

Pintu
U S Tertutup

PAPAN TULIS
B
AC dalam keadaan Mati

7m
Gambar 4.1 Layout Ruang Kelas Depan Lab Mikro Lt. 4
Selain nilai General Ventilation Rate (GVR), juga terdapat data volume
ruangan dan jumlah orang yang berada di ruangan. Kemudian hasil pengukuran
dan data penunjang tersebut digunakan untuk menghitung waktu pergantian udara,
pergantian udara per jam, dan volume udara per orang. Untuk hasil
perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Praktikum


Volume Pergantian Waktu Volume udara
GVR
Ruang Ruang udara per Pergantian tiap orang
3 (m3/menit) 3
(m ) jam Udara (m /menit/orang)

Kelas
Depan Lab 252 155.8755 37.113 1.62 22.27
Mikro Lt.4

Rumus perhitungan yang digunakan :


GVR
 Pergantian udara per jam = x 60
Volume ruang
Volume ruang
 Waktu Pergantian Udara =
GVR
GVR
 Volume udara setiap orang =
Jumlah orang

4.2 Pembahasan
Berdasarkan analisis perhitungan yang telah dilakukan, dapat ditentukan
sistem ventilasi pada lokasi pengukuran memenuhi standar yang berlaku atau
tidak. Hasil perhitungan yang didapatkan dari praktikum yaitu nilai volume udara
tiap orang adalah sebesar 22.27 m3/menit/orang dan laju pergerakan udara pada
ventilasi berturut-turut dari titik ke-1 hingga ke-4 adalah 0.933 m/s, 0.803 m/s,
0.723 m/s, dan 0.69 m/s.
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa volume udara tiap
orang dan laju pergerakan udara telah sesuai menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No.48 tahun 2016, tentang persyaratan pertukaran udara untuk ruang
kerja adalah 0.57 m3/menit/orang dan laju pergerakan udara yang disyaratkan
adalah berkisar antara 0.15 – 0.5 m/s.
Nilai yang telah diperoleh sesuai dengan literatur bahkan melebihi batas
nilainya. Dapat dilihat bahwa sirkulasi udara lancar dan setiap orang mendapatkan
pasokan udara sesuai kebutuhan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah orang yang
berada di dalam ruangan berjumlah sedikit dibandingkan dengan volume ruangan.
Apabila jumlah orang bertambah, maka harus memperhatikan ventilasi yang ada
pada ruangan, seperti pintu, jendela, dan AC sebagai pendingin ruangan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai volume udara tiap orang yang berada dalam Ruang Kelas Depan Lab.
Mikro adalah sebesar 22.27 m3/menit/orang.
2. Laju pergerakan udara yang berada dalam Ruang Kelas Depan Lab. Mikro
berturut-turut dari titik ke-1 hingga ke-4 adalah 0.933 m/s, 0.803 m/s, 0.723
m/s, dan 0.69 m/s.’
3. Dari dua parameter tersebut diperoleh bahwa nilai volume udara tiap orang
dan laju pergerakan udara telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
no.48 tahun 2016.

5.2 Saran
Untuk menjadikan praktikum selanjutnya dilaksanakan lebih baik lagi,
mahasiswa seharusnya mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pemahaman langkah untuk praktikum menggunakan anemometer dengan
mengetahui cara penggunaan alat dengan baik dan tepat.
2. Mempersiapkan materi-materi apa saja yang berkaitan dengan praktikum ini.
3. Mengetahui cara menghitung yang ada dalam materi ini dan menghitung data
dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai