3
• Amanat Pasal 5 dan Pasal 6 Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional
Nomor 120 yang telah di ratifikasi melalui UU No 3 tahun 1969 tentang
Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No 120 Mengenai
Higiene Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor;
• Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3 ayat (1) huruf huruf i, j, k, l dan m Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
• Pengaturan dalam PMP No 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan
dan Penerangan dalam Tempat Kerja yang sudah berusia lebih dari 54 tahun
sudah tidak sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini;
• Pasal 17 Permenaker No 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, mengamanatkan perlunya peninjauan kembali
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali sejak diterbitkan;
• Penegakan hukum terhadap PMP No 7 Tahun 1964 sulit dilakukan karena tidak
mengacu pada sanksi hukum baik dalam UU No 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja ataupun UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan;
• Pandemi COVID 19
4
5
• Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan
Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia;
• Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan
Internasional Nomor 120 Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan Dan Kantor–Kantor;
• Undang–Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
• Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja;
• Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan;
• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Tata Cara Mempersiapkan
Pembentukan Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan
Peraturan Presiden Serta Pembentukan Rancangan Peraturan Menteri di Kementerian
Ketenagakerjaan;
• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengawasan
Ketenagakerjaan
6
§ Kualitas Udara Dalam Ruangan yang selanjutnya disingkat
KUDR adalah kualitas udara di ruangan tempat kerja, yang dalam
kondisi buruk yang disebabkan oleh pencemaran udara atau
kontaminasi udara tempat kerja, dapat menimbulkan gangguan
kenyamanan kerja sampai pada gangguan Kesehatan tenaga
kerja
7
IV Ruang Lingkup dan Tujuan
Pengusaha/Pengurus
Tempat Kerja WAJIB (Ps 2)
Tujuan (Ps. 4)
Syarat K3 Lingkungan Kerja (Ps.3)
Terdapat Sumber • Pengendalian Faktor Fisika • Lingkungan
Bahaya dan Faktor Kimia agar
berada di bawah NAB;
Kerja yang
Lingkungan Kerja • Pengendalian Faktor Biologi, aman, sehat,
Faktor Ergonomi, dan
Berupa, FAKTOR: Faktor Psikologi Kerja agar dan nyaman
• FISIKA; memenuhi standar; dalam rangka
• Penyediaan fasilitas
• KIMIA; Kebersihan dan sarana mencegah
Higiene di Tempat Kerja yang
kecelakaan kerja
• BIOLOGI; bersih dan sehat; dan
• Penyediaan personil K3 yang dan penyakit
• ERGONOMI; memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 di bidang akibat kerja.
• PSIKOLOGI Lingkungan Kerja
8
V. Pengukuran Dan Pengendalian Lingkungan Kerja (Ps.6-7)
1. Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan untuk mengetahui tingkat pajanan:
Faktor Fisika,
Faktor Kimia,
Faktor Biologi,
Faktor Psikologi
10
Pengukuran Dan Pengendalian Faktor Kimia (Ps.20-21)
Pengukuran dan pengendalian Faktor Kimia dilakukan pada Tempat Kerja
yang memiliki potensi bahaya bahan kimia.
Dilakukan terhadap pajanannya dan terhadap pekerja yang terpajan.
Pengukuran terhadap pajanan yang hasilnya untuk dibandingkan dengan
NAB harus dilakukan paling singkat selama 6 (enam) jam.
Pengukuran yang hasilnya untuk dibandingkan dengan PSD, harus
dilakukan paling singkat selama 15 (lima belas) menit
sebanyak 4 (empat) kali dalam durasi 8 (delapan) jam kerja.
Pengukuran yang hasilnya untuk dibandingkan dengan KTD harus dilakukan
menggunakan alat pembacaan langsung untuk memastikan tidak terlampaui.
Pengukuran Faktor Kimia terhadap pekerja yang mengalami pajanan
dilakukan melalui Pemeriksaan kesehatan khusus pada spesimen
tubuh Tenaga Kerja dan dibandingkan dengan IPB.
11
NAB Faktor Kimia IPB
12
13
Pengukuran Dan Pengendalian Faktor Biologi (Ps. 22)
berbahaya lainnya.
14
Pengukuran Dan Pengendalian Faktor Ergonomi (Ps. 23)
melakukan pekerjaan;
desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan
konflik peran;
16
VI. Penerapan Higiene Dan Sanitasi (Ps. 26 – Ps. 44)
Meliputi:
1. Bangunan Tempat Kerja
2. Fasilitas Kebersihan;
3. Kebutuhan udara; dan
4. Tata laksana kerumahtanggaan.
17
KEBUTUHAN UDARA
Kebutuhan atas udara yang bersih dan sehat harus dipenuhi pada setiap
Tempat Kerja.
Pemenuhan kebutuhan udara di Tempat Kerja dilakukan melalui:
ruang udara.
Tempat Kerja untuk melakukan jenis pekerjaan administratif, pelayanan umum dan
fungsi manajerial harus memenuhi KUDR yang sehat dan bersih.
KUDR ditentukan oleh suhu, kelembaban, kadar oksigen dan kadar
kontaminan udara
18
Kualitas Udara Dalam Ruang (Ps. 39-40)
Suhu ruangan yang nyaman
harus dipertahankan dengan
ketentuan:
Suhu Kering 230C– 260C dengan
kelembaban 40% – 60%.
19
Sistem Ventilasi Udara (Ps. 31)
20
VII. PERSONIL K3 (Ps. 45 – 57)
21
Pola Pembinaan dan Penerbitan Lisensi Ahli K3 Lingkungan Kerja
22
VIII. Pemeriksaan Dan Pengujian (Ps.58-68)
Setiap Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Lingkungan Kerja wajib
dilakukan Pemeriksaan dan/atau Pengujian.
Pemeriksaan mer upakan kegiatan mengamati, menganalisis,
membandingkan, dan mengevaluasi kondisi Lingkungan Kerja untuk
memastikan terpenuhinya persyaratan
Pengujian merupakan kegiatan pengetesan dan pengukuran kondisi
Lingkungan Kerja yang bersumber dari alat, bahan, dan proses kerja untuk
mengetahui tingkat konsentrasi dan pajanan terhadap Tenaga Kerja untuk
memastikan terpenuhinya persyaratan
23
Dilakukan secara:
internal untuk mengukur besaran pajanan sesuai dengan risiko Lingkungan Kerja dan
tidak menggugurkan kewajiban Tempat Kerja untuk melakukan pengukuran dengan
pihak eksternal
dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja.
eksternal :
1. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan (Pengawas Ketenagakerjaan
Spesialis K3 Lingkungan Kerja)
2. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Unit Pelaksana Teknis
Bidang K3 (Penguji K3)
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang membidangi pelayanan Pengujian
K3(Penguji K3)
4. lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri (Ahli K3 Lingkungan
Kerja)
24
Jenis Pemeriksaan dan/atau Pengujian :
1. Pertama untuk mengidentifikasi potensi bahaya Lingkungan Kerja di Tempat Kerja
meliputi:
area kerja dengan pajanan Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor Biologi, Faktor Ergonomi,
dan Faktor Psikologi;
KUDR; dan
2. Berkala dilakukan secara eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sesuai
dengan penilaian risiko atau ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi sda.
3. Ulang dilakukan apabila hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebelumnya baik secara
internal maupun eksternal terdapat keraguan.
4. Khusus dilakukan setelah kecelakaan kerja atau laporan dugaan tingkat pajanan di atas
NAB
25
Surat Keterangan (Ps. 65)
a. Hasil Riksa Uji wajib dituangkan dalam Surat Keterangan Memenuhi/Tidak
Memenuhi Persyaratan K3 yang diterbitkan oleh Unit Kerja Pengawasan
Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan’
b. Surat Keterangan dilengkapi dengan hasil Riksa Uji pada lembar terpisah;
c. Surat Keterangan dibuat dalam 3 (tiga) rangkap dengan rincian:
a. Untuk pengurus tempat kerja;
b. Untuk unit pengawasan ketenagakerjaan setempat;
c. Untuk pengawasan ketenagakerjaan pusat
26
Mekanisme Tata Kerja Riksa Uji
Lingkungan Kerja
Laporan Riksa Uji
Perusahaan yang
meminta
Ditjen PPK
dan K3 c.q Dit Bina
Riksa KK
27
Formulir Riksa Uji
28
Surat Keterangan
29
Stiker
30
Terima kasih
31