Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM STUDI KASUS HFACS

ANALISA DAN INVESTIGASI KECELAKAAN

Oleh:

Fiqih Kurniasandy , 0520040022

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Metode HFACS
Human Factor Analysis and Classification System Mining Industry
(HFACS-MI) secara spesifik dibangun untuk mendefinisikan kegagalan
laten dan aktif, model ini merupakan sebuah kerangka yang telah
dikembangkan dari kerangka HFACS yang dijelaskan oleh Wiegmann dan
Shappell (2003). Risiko kecelakaan kerja dapat dikaitkan dengan dua
penyebab utama. Pertama adalah karakteristik yang berhubungan dengan
lingkungan kerja dan praktek bekerja (aktual). Penyebab kedua, melibatkan
karakteristik individu. Faktor individu adalah berhubungan dengan
kepribadian dan keadaan psikologis, sedangkan faktor situasional
tergantung pada lingkungan fisik, tugas lingkungan, lingkungan organisasi
dan budaya,dan langsung lingkungan psikologis. Kombinasi situasional
faktor, ditambah dengan ciri-ciri kepribadian dan kondisi psikologis
melemahkan pekerja untuk bertindak atas tindakan tidak pantas atau
perilaku yang salah, yang menghasilkan kesalahan manusia. Dalam
identifikasi ini faktor dapat memainkan peran penting dalam terjadinya
kecelakaan. Disini peneliti mengamati jalur dari pemberontakan, efektifitas
yang negatif dan kebosanan kerja untuk pengambilan risiko dan
ketidakpuasan kerja serta kemudian kecelakaan dalam bekerja
menggunakan pemodelan persamaan struktural (Paul,2013).
Metode Human Factor Analysis and Classification System (HFACS)
merupakan metode yang digunakan untuk menentukan penyebab utama
kecelakaan industri. Cara menggunakan metode HFACS yaitu untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja dengan
cara meneliti setiap kejadian. Setelah menyelesaikan daftar periksa, hitung
rasio odds dan gunakan untuk mengetahui seberapa berharganya peristiwa
tersebut kemungkinan terjadi berulang kali. Setelah rasio odds diperoleh,
perhitungan interval kepercayaan akan dilakukan, yang membantu
menunjukkan interval kepercayaan antara tautan data yang dibandingkan.
Metode Human Factors Analysis and Classification System (HFACS)
adalah suatu alat analisa kecelakaan yang digunakan untuk menganalisa
pada Human Factors. Metode ini dikembangkan oleh Wiegmann dan
Shappell pada tahun 2003 untuk analisis kecelakaan penerbangan militer
dan sipil. Metode ini didasarkan oleh model Swiss Cheese. (Ratriwardhani,
R. A. , 2020)
Seperti namanya “swiss cheese”, model ini merepresentasikan lubang
pada sebuah keju. Lubang tersebut terdiri dari 4 (empat) tingkatan dimana
masing-masing layer/tingkatan memiliki lubang kekeliruan atau kesalahan
pada posisi yang acak, banyak dan besarnya ukuran lubang menunjukkan
jumlah kemungkinan terjadinya kecelakaan. Meskipun metode ini awalnya
dikembangkan untuk menganalisa kecelakaan pada penerbangan militer
dan sipil, namun kelebihan dari metode ini adalah sifatnya yang general,
sehingga dapat diterapkan di industri manapun (Human Factors guideline).
Metode HFACS ini mencakup aspek individu dan organisasi, metode
HFACS juga mudah dipelajari dan outputnya mudah ditafsirkan sehingga
memudahkan peneliti untuk menganalisa kecelakaan yang terjadi.
(Ratriwardhani, R. A. , 2020). HFACS itu sendiri tampak semakin luas
penerapannya dan tak mustahil pada saatnya akan digunakan pula di negara
berkembang seperti Indonesia (Paletz, 2009).
Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia saat ini sedang giat
mengembangkan pembangunan infrastruktur, peningkatan sumber daya
manusia (SDM) dan perusahaan lain yang dapat mendukung pembangunan
negara. Penggunaan teknologi canggih memang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun jika tidak ada
pengendalian yang tepat maka akan merugikan manusia itu sendiri.
Penggunaan teknologi maju tidak dapat dihindari, terutama di era industri
yang ditandai dengan mekanisasi, elektrifikasi, modernisasi dan globalisasi.
Dalam hal ini, penggunaan mesin, pesawat terbang, fasilitas dan bahan
berbahaya akan terus meningkat sesuai kebutuhan industrialisasi. Selain
memberikan kemudahan dalam proses produksi, tentunya efek samping
yang tak terhindarkan adalah pengguna teknologi itu sendiri menghadapi
sumber bahaya yang semakin banyak. Selain itu, faktor lingkungan kerja
yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja (K3),
proses kerja yang tidak aman, serta sistem kerja yang semakin kompleks
dan modern semuanya dapat menjadi ancaman tersendiri bagi kesehatan
dan keselamatan pekerja.
Tujuan dari metode HFACS adalah untuk mengetahui penyebab dasar
dari suatu kejadian. Berkat dari keunggulan ini HFACS banyak
diaplikasikan untuk analisis dan klarifikasi penyebab kecelakaan pesawat
terbang. Namun, seiring berkembangnya pengetahuan HFACS tidak hanya
digunakan untuk analisis pesawat terbang namun juga digunakan untuk
menganalisis dan membantu proses investigasi dari penyebab kecelakaan di
industri / perusahaan (Girsang, Yaspis Bintang Timur, 2018)
1.1.2 Kronologi Kejadian
Kecelakaan Kerja 3 Pegawai Pabrik Tertimpa Bongkahan Es di Medan,
1 Tewas. Kecelakaan kerja terjadi di pabrik es krim yang berlokasi di
Medan Deli, Kota Medan, Sumatera Utara, Kamis (19/11/2020) siang.
Dalam kejadian ini, satu orang tewas dan dua terluka. identitas korban luka
yakni Diki (25) dan Agus (30). Keduanya masih menjalani perawatan
intensif di salah satu rumah sakit di Medan. Sementara korban tewas
bernama Gunawan (43) warga yang tinggal di Jalan Alfaka Raya,
Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli. Keterangan saksi,
kronologi kecelakaan kerja ini bermula saat para pegawai ini sedang
membersihkan salah satu lemari yang penuh dengan bongkahan es dan
hanya ditahan menggunakan kayu. Namun tiba-tiba bongkahan tersebut
menimpa korban bersama dua rekannya. Kayu penyangga patah hingga
bongkahan itu menimpa ketiga pekerja. Korban tewas luka serius di bagian
kepala dan lengan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dari metode HFACS?
2. Bagaimana hasil analisis kecelakaan kerja dan factor-faktor penyebab
kecelakaan dengan metode HFACS yang telah diperoleh?
3. Bagaimana rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan kasus kecelakaan
yang terjadi?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui definisi dari metode HFACS.
2. Mengetahui hasil analisis kecelakaan kerja dan factor-faktor penyebab
kecelakaan dengan metode HFACS yang telah diperoleh.
3. Mengetahui rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan kasus kecelakaan
yang terjadi.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 HFACS

HFACS atau Human Factors Analysis an Classification system. model yang


digunakan dalam analisis risiko dan manajemen risiko Model ini berasal dari
turunan atau kebangan swiss cheese model yang dikembangkan oleh James T.
Reason di tahun 1990. Metode ini awalnya digunakan untuk sistem klasifikasi dan
analisis dari factor-faktor human error pada bidang industry penerbangan, Teknik,
pelayanan kesehatan emergency, kemudian berkembang ke industri serta kasus
kecelakaan lainnya. Proses-proses terjadinya kecelakaan diserupakan oleh lapisan
potongan keju, sedangankan lubangnya merupakan kekurangan dari sistem yang
ada atau kelalaian dan kesalahan manusia yang terus-menerus.

Asal usul dari setiap tingkatannya gambaran system adalah pada lubang yang
berjejer-jejer setelah pemotongan tipis pada keju. Keju Swiss merupakan berbagai
jenis keju yang serupa dengan keju Emmental, keju kuning, keju keras sedang yang
berasal dari negara Swiss. Beberapa jenis keju dari Swiss mempunyai tampilan
yang khas, karena balok atau bulatan keju berlubang yang disebut dengan
"mata"bulatan ini berasal dari gas gelembung udara karbondioksida yang
dihasilkan oleh bakteri yang memfermentasikan susu untuk menjadi keju. Keju
Swiss tanpa mata dikenal sebagai "buta" atau blind yang dimaksud buta adalah
seringnya keadaan yang bersifat laten pada tingkatannya.

Swiss Cheese Model Swiss Cheese merupakan model dari Human Error yang
terbagi ke dalam empat tingkat dari kesalahan atau kelalaian manusia yang setiap
tingkatannya saling mempengaruhi satu dengan lainnya.
a. Organizational Influences. Organizational Influences Adalah tingkatan paling
atas dari Swiss Cheese Model yang dapat mempengaruhi semua level
dibawahnya. Kesalahan yang termasuk kategori ini adalah adanya kebijakan
perusahaan yang kurang baik sehingga menimbulkan potensi kecelakaan,
kebijakan yang di maksud adalah cara dari pada perusahaan dalam mengatur
sistem manajemen, proses, organisasi, Sumber daya, iklim organisasi. Sifat dari
kesalahan tingkat ini adalah laten.
b. Unsafe supervision. Adalah sebab terjadinya precondition for unsafe act. Hal
ini diakibatkan buruknya pengelolaan sumber daya. Untuk contoh dari unsafe
supervision seperti saat seorang operator yang kurang pengalaman ditugaskan
untuk menjalankan alat atau mesin baru yang beda jenis dari biasanya saat
bekerja. Keadaan tersebut akan menimbulkan potensi kecelakaan. Unsafe
supervision adalah kesalahan yang sifatnya laten yang berarti sifatnya sulit
keadaannya untuk cepat disadari dan diketahui secara langsung dikarenakan
jarang terlihat.
c. Precondition for unsafe act. Merujuk pada kata “Pre-“ Precondition for unsafe
act adalah sebuah kondisi yang dapat lebih mudah memacu terjadinya unsafe
act seperti buruknya komunikasi antar operator pada sebuah sistem atau
kelelahan mental dan fisik ( kesehatan tubuh pekerja). Precondition for unsafe
act merupakan kesalahan yang sifatnya laten dengan artiannya disini adalah
kasat mata, sulit atau tak terlihat, samar keadaannya untuk dilihat.
d. Unsafe act atau unsafe action.Unsafe act adalah kesalahan yang disebabkan
oleh operator mesin atau alat karena lalai saat bekerja melakukan sebuah
tindakan yang tidak semestinya dan tak memenuhi Standart Operational
Procedure. Unsafe act merupakan kesalahan yang sifatnya aktif yang berarti
sifat tersebut bisa langsung menyebabkan kegagalan sistem dan fungsi kerja
lalu menjadi kecelakaan.
2.2 Isi dan Tingkatan HFACS
a. Pengaruh Organisasi ;
1. Manajemen / Sumber Daya Manusia : SumberDaya Manusia,
Keuangan atau monetasi, serta Fasilitas Peralatan dan Permesinan.
2. Iklim Organisasi : Strukturisasi, Kebudayaan, dan Kebijakan
perusahaan.
3. Proses Organisasi : Operasional, Prosedur, dan Pengawasan.
b. Pengawasan yang tak aman ;
1. Pengawasan yang tak memadahi : Gagal (Supervisor)dalam
memberikan doktrin operasional, bimbingan, dan pengawasan lainnya.
2. Gagal menyelesaikan masalah yang sudah diketahui : Gagal
memperbaiki kesalahan dokumen, identifikasi pekerja yang berisiko,
dan melaporkan pelanggaran.
c. Persyaratan untuk Tindakan tak aman ;
1. Keadaan Pekerja : Kondisi kesehatan tubuh untuk Jiwa dan raga.
2. Kemampuan Karyawan : tingkat pengalaman, ilmu serta wawasan pada
pekerja, sertifikasi pelatihan.
d. Tindakan tak aman ;
1. Pelanggaran : Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja, tidah patuh
pada aturan dan instruksi, melakukan kerja diluar kemampuan,
2. Kesalahan : Kurangnya pengetahuan teknis, salahnya persepsi, dan
salah mengambil keputusan, serta tahapan-tahapan prosedur yang tak
dilakukan sepenuhnya,
2.3 Failure atau Kegagalan
1. Active Failure : kegagalan atau kesalahan yang disebabkan oleh
komunikasi, kerusakan fisik, factor psikologis, dan interaksi dengan alat
mesin.
2. Latent Failure : Kegagalan atau kesalahan oleh organisasi atau lembaga
perusahaan, sistem manajemen, prosedur, tujuan, sasaran, peraturan dan
hokum.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Studi Kasus
 Kecelakaan Kerja 3 Pegawai Pabrik Tertimpa Bongkahan Es di Medan,
1 Tewas | Yudha Bahar - Kamis, 19 November 2020 - 14:41 WIB
MEDAN, iNews.id - Kecelakaan kerja terjadi di pabrik es krim yang berlokasi
di Medan Deli, Kota Medan, Sumatera Utara, Kamis (19/11/2020) siang. Dalam
kejadian ini, satu orang tewas dan dua terluka. Informasi dirangkum iNews,
identitas korban luka yakni Diki (25) dan Agus (30). Keduanya masih menjalani
perawatan intensif di salah satu rumah sakit di Medan. Sementara korban tewas
bernama Gunawan (43) warga yang tinggal di Jalan Alfaka Raya, Kelurahan
Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli.
Pantauan di lokasi, suasana duka tampak menyelimuti rumah duka. Keluarga
terpukul dan menangis sedih di samping jenazah yang masih diperiksa tim inafis
Polrestabes Medan. Keterangan saksi, kronologi kecelakaan kerja ini bermula saat
para pegawai ini sedang membersihkan salah satu lemari yang penuh dengan
bongkahan es dan hanya ditahan menggunakan kayu. Namun tiba-tiba bongkahan
tersebut menimpa korban bersama dua rekannya.
"Soal persisnya seperti apa kami tidak tahu. Kami hanya dengar suara jeritan
dan ketika itu melihat para korban sudah tertimpa. Ada tiga korban, satu orang
meninggal dunia," ujar Juriati,warga di sekitar lokasi pabrik es tersebut.
Dugaan sementara, kayu penyangga patah hingga bongkahan itu menimpa
ketiga pekerja. Korban tewas luka serius di bagian kepala dan lengan. Saat ini,
petugas Polsek Medan Labuhan telah memasang garis polisi di lokasi pabrik es
tersebut. Kasus ini masih diselidiki untuk mengungkap memastikan murni
kecelakaan kerja atau ada faktor lain.
3.2 Langkah Analisis
1. Asumsi
A. Manajemen
- Manajemen tidak memberikan APD yang sesuai standar
- Manajemen kurang teliti dalam melakukan inspeksi keadaan lingkungan
kerja
- Tidak adanya prosedur penggunaan alat kerja untuk melakukan
pembersihan sesuai dengan Standar Operasional prosedur (SOP)
-
B. Pekerja Keseluruhan
- Kurangnya kesadaran para pekerja terhadap keselamatan dalam bekerja
- Tidak memakai APD yang lengkap sudah menjadi budaya.
- Pekerja merasa ngantuk dan lelah karena lembur.
- Pekerja yang mengabaikan saat terjadi kerusakan
C. Korban
- Korban bekerja dalam keadaan yang tidak fokus dan mengantuk
- Korban tidak menggunakan APD yang sesuai dengan standar dan
ketentuan.
D. Supervisor
- Saat pekerja melakukan pekerjaan, supervisor tidak ada di tempat kerja
- Supervisor tidak memantau pekerjaan pekerjanya dan lingkungan tempat
kerja.
E. Teman Pekerja
- Teman pekerja tidak saling mengingatkan untuk menggunakan APD yang
sesuai dan juga tidak saling fokus dan berhati-hari dalam bekerja.
2. Urutan Peristiwa Pekerja masih dalam kondisi
mengantuk
a. Urutan Kejadian

Para pekerja Pekerja Diki, Agus, Gunawan, dan pekerja


datang di tempat lain memasuki area kerja dan melakukan
kerja briefing dengan berdoa bersama saja

Ketiga pekerja memasuki


dan mulai membersihkan Pekerja Diki, Agus,dan Gunawan
lemari penyimpanan es melakukan pekerjaannya

Ketiga pekerja mengalami


Tiba-tiba sanggahan kayu kecelakaan kerja, Gunawan dan
yang menyangga balok es yang lain tertimpa bongkahan
patah dan bongkahan es es. Dan sebagian lemari
terjatuh penyimpanan mengalami
kerusakan
Dilaporkan bahwa Gunawan
sudah tidak bernyawa, serta
Diki dan Agus mengalami Pekerja lain melaporkan adanya
luka yang parah. kecelakaan kerja dan memanggil
ambulance

Keduanya masih menjalani Keluarga Gunawan terpukul dan


perawatan intensif di salah menangis sedih di samping
satu rumah sakit di Medan. jenazah yang masih diperiksa
tim inafis Polrestabes Medan.
Korban tewas luka serius di
bagian kepala dan lengan.
b. Jumlah Kerusakan
Manusia : Satu orang tewas dan dua orang terluka.
Alat : Lemari penyimpanan dan Kayu penyangga.
c. Tipe Kecelakaan
 Kecelakaan diatas termasuk dalam kecelakaan Fatality
d. Apakah ada Barang-Barang yang Berbahaya
- Bongkahan es yang keras dan ada beberapa bagian yang tajam dan runcing.
3. Faktor Pemicu Langsung
1) Hazard Equipment
 Terdapat bagian dari kayu yang dapat membahayakan, seperti bagian yang
runcing dan keras.
4. Faktor Pemicu Tidak Langsung
1) Unsafe Action
 Pekerja bekerja dalam keadaan yang tidak focus dan kurang konsentrasi.
 Pekerja tidak menggunakan APD yang sesuai dan kurang lengkap
2) Unsafe Condition
 Tidak dilakukan pengecekan keadaan lingkungan kerja sebelum
melakukan pekerjaan.
 Pekerja yang bekerja lembur sehingga menyebabkan beberapa pekerja
mengalami kelelahan dan mengantuk.
5. Basic Cause
1) Manajemen
 Manajemen tidak menyediakan APD yang sesuai dan kurang lengkap
 Manajemen kurang teliti dalam melakukan inspeksi keadaan
lingkungan kerja
2) Personal
 Supervisor tidak melakukan pengawasan saat pekerja sedang
melakukan pekerjaannya dan lingkungan kerja kurang diperhatikan.
 Supervisor tidak memberikan safety induction atau safety briefing
secara lengkap dan jelas.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1 Organizational Influences


Organizational Influences

Resource Organizational Operational


Management Climate Process

Equipment Policies Procedures


- Kayu Penyangga -Manajemen tidak -Tidak adanya
tidak dilakukan melakukan prosedur
perawatan secara pemeriksaan penggunaan alat
berkala terlebih dahulu kerja untuk
terhadap fasilitas melakukan
Budget
alat kerja, material, pembersihan
-Anggaran dan alat pelindung ruangan sesuai
perawatan alat- diri (APD) yang dengan SOP.
alat dan kebutuhan akan digunakan
Operations
kemanan yang atau dioperasikan
kurang oleh pekerja, -Para pekerja
tidak aman dalam
Human Culture
pembersihan
- Pekerja tikda -Manajemen yang ruangan karena
fokus dan tidak mewajibkan minimnya
mengantuk saat para pekerja pengetahuan
bekerja, dan menggunakan APD tengtang potensi
kurang sadar akan secara lengkap. Dan bahaya di ruangan
pentingnya tidak memakai apd tersebut.
budaya K3. lengkap sudah
Oversights
dianggap biasa
-Pekerja memiliki
Structure
beban kerja yang
Tidak ada tinggi karena
bekerja lembur
4.1.2 Unsafe Supervision
4.1.3 Preconditions for Unsafe Acts
4.1.4 Unsafe Acts
4.2 Pembahasan

4.2.1 Akar Masalah

Pada studi kasus diatas yaitu tiga pekerja kebersihan pabrik ice cream
tertimpa kayu penyangga es dan hal itu merupakan kecelakaan kerja yang
fatal. Dimana akar masalah dari kejadian ini yaitu para supervisor yang
tidak teliti dan kurang merespon adanya kerusakan serta para pekerja yang
sengaja mengabaikan kerusakan pada kayu penyangga yang dikira tidak
akan mengakibatkan kecelakaan kerja. Selain itu, saat sebelum
dilakukannya pekerjaan supervisor tidak memberikan safety briefing secara
lengkap dan jelas sehingga para pekerja tidak mengetahui bahaya apa yang
mungkin dapat terjadi di area kerja. Kemudian supervisor juga tidak
mewajibkan pekerjanya menggunakan alat pelindung diri secara lengkap.
Sehingga para pekerja saat melakukan pekerjaannya tidak menggunakan alat
pelindung diri yang lengkap. Dari pihak manajemen tidak memberikan APD
yang sesuai standard dan tidak adanya prosedur penggunaan alat kerja untuk
melakukan pembersihan sesuai dengan Standar Operasional prosedur (SOP)
serta supervisor juga tidak melakukan pengecekan atau inspeksi secara teliti
dan rutin.

4.2.2 Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat dilakukan untuk meminimalisir bahaya dan


terjadinya kecelakaan lanjutan serta mencegah agar kecelakaan ini tidak
terulang kembali, yaitu :

a. Basic Cause :

Management policy

- Manajemen memilih pekerja sesuai dengan keahlian yang dipunya,


sehingga saat melakukan pekerjaan pekerja tidak salah dalam
melakukan pekerjaannya.
- Manajemem membuat prosedur penggunaan alat kerja atau mesin
yang sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

- Manajemen harus memastikan bahwa seluruh pekerja memakai


alat pelindung diri (APD) yang lengkap dan sesuai standar.

- Manajemen memberikan pelatihan khusus kepada para pekerja


sebelum melakukan pekerjaaan, agar pekerja dapat mengetahui
bahaya apa yang akan terjadi di tempat kerja serta dapat
menghindari kecelakaan kerja terjadi.

- Manajemen secara rutin melakukan pengujian kualitas dan


ketahanan peralatan yang digunakan dan kondisi sekitar saat
melakukan pekerjaan.

- Manajemen membuat formulir checklist inspeksi dan mengadakan


safety briefing dengan jumlah pekerja yang lengkap serta safety
patrol yang dilakukan secara menyeluruh.

Personal

- Supervisor melakukan perhitungan secara teliti bahaya apa saja


yang akan terjadi saat akan melakukan pekerjaan.

- Supervisor langsung melakukan penanganan saat menemukan


bahaya di area kerja sehingga kecelakaan kerja dapat
diminimalisir.

- Supervisor melakukan koordinasi dengan para pekerja sebelum


memulai pekerjaan agar tidak terjadi komunikasi yang berantakan
saat bekerja.
- Supervisor memberitahu kepada para pekerja kondisi area kerja
saat ini agar para pekerja dapat mengetahui bahaya apa yang dapat
terjadi saat mereka melakukan pekerjaannya dan bagaimana cara
mencegah kecelakaan kerja tersebut.

- Supervisor memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada


pekerja sebelum melakukan pekerjaan.

- Pekerja wajib menggunakan alat pelindung diri yang lengkap dan


sesuai standar saat melakukan pekerjaan.

- Pekerja wajib mematuhi peraturan atau prosedur yang ditetapkan


oleh perusahaan.

- Pekerja wajib memiliki pengetahuan dan kompetensi sesuai


dengan bidang pekerjaannya.

- Pekerja wajib mengikuti safety briefing sebelum dilakukan


pekerjaan agar mengetahui bahaya yang dapat terjadi dan dapat
memahami cara mencegah terjadinya bahaya agar tidak terjadi
kecelakaan kerja dan harus paham juga tentunya tentang hal-hal
yang disampaikan.

Environment Factor

- Diberlakukannya kerja shift agar dapat mengurangi beban kerja


para pekerja.

b. Indirect Cause : Unsafe Acts

- Manajemen memberikan fasilitas berupa alat pelindung diri untuk


para pekerja dan visitor yang akan berkunjung di area pabrik serta
mewajibkan para pekerja dan visitor untuk menggunakan alat
pelindung diri secara lengkap di area kerja.
- Pekerja melakukan pekerjaannya secara teliti dan fokus hingga
pekerjaan selesai serta melakukan pelaporan jika terdapat alat kerja
maupun mesin yang rusak.

- Manajemen memilih pekerja sesuai dengan keahlian yang dipunya,


sehingga saat melakukan pekerjaan pekerja tidak salah dalam
mengoperasikan alat.

Unsafe Conditions

- Manajemen memberlakukan kerja shift agar dapat mengurangi


beban kerja para pekerja.

c. Direct Cause Energy Source

- Melakukan pengecekan ulang sebelum akan menggunakan atau


mengoperasikan alat dan mesin kerja.

Hazardous Materials

- Kayu penyangga pasti digunakan dalam menompang bongkahan


es, namun supervisor dapat melakukan analisis dan identifikasi
bahaya secara mendetail terlebih dahulu sebelum melakukan
pekerjaan. Sehingga dapat mengetahui bagian area mana yang
berbahaya dan bagian area mana yang aman. Selain itu pekerja
juga diwajibkan menggunakan alat pelindung diri secara lengkap.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari analisis studi kasus diatas yaitu :

1. Metode Human Factors Analysis and Classification System (HFACS) adalah


suatu alat analisa kecelakaan yang digunakan untuk menganalisa pada Human
Factors. Metode ini juga digunakan untuk mengetahui penyebab utama
terjadinya kecelakaan kerja.

2. Kasus diatas dapat dicegah jika para pekerja dan supervisor mementingkan
keselamatan di tempat kerja secara maksimal serta pihak manajemen
seharusnya memberi fasilitas berupa alat pelindung diri yang lengkap untuk
pekerja dan melakukan inspeksi secara rutin.

3. Dari analisis studi kasus kecelakaan yang telah dilakukan, metode HFACS
dapat bermanfaat untuk menganalisa suatu kecelakaan dari sisi manusianya.
Jadi dengan metode ini dapat mengetahui kesalahan dari sisi pekerja,
supervisor, manajen dan lain-lain. Sehingga kecelakaan kerja yang terjadi di
suatu perusahaan itu bukan hanya salah pekerjanya saja.
DAFTAR PUSTAKA

Yudha Bahar (2020). Kecelakaan Kerja 3 Pegawai Pabrik Tertimpa Bongkahan Es di


Medan, 1 Tewas.

Ratriwardhani, R. A. (2020). ANALISIS KECELAKAAN KERJA DENGAN


MENGGUNAKAN METODE HFACS PADA PT. X. Medical Technology and
Public Health Journal, 4(1), 79-90.

Asshidiqi, Abi. Puspitasari, N, B. Analisis Traffic Accident di Industri Tambang Batu


Bara dengan Metode Human Factor Analysis an Classification System – mining
Industry (HFACS - MI) (Studi Kasus di PT X Rantau Distrik KCMB). Semarang :
Universitas Diponegoro

Iftikar Z. Sutalaksana, Putra A.R. Yamin. 2017. Studi Faktor Sistem Supra pada
Human Factors Analysis and Classification System (HFACS). Bandung : Teknik
Industri Institur Teknologi Bandung

Azelia Trifiana (2020). 7 Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja yang Umum Terjadi,


Bagaimana Mengantisipasinya?

Girsang, Yaspis Bintang Timur. (2018). Analisis Kecelakaan Kerja dengan Metode
Human Factor Analysis and Classification System (HFACS) dan 5WHYS di PT
Mega Andalan Kalasan. S1 Thesis, Uajy,

Anda mungkin juga menyukai