Oleh:
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
Asal usul dari setiap tingkatannya gambaran system adalah pada lubang yang
berjejer-jejer setelah pemotongan tipis pada keju. Keju Swiss merupakan berbagai
jenis keju yang serupa dengan keju Emmental, keju kuning, keju keras sedang yang
berasal dari negara Swiss. Beberapa jenis keju dari Swiss mempunyai tampilan
yang khas, karena balok atau bulatan keju berlubang yang disebut dengan
"mata"bulatan ini berasal dari gas gelembung udara karbondioksida yang
dihasilkan oleh bakteri yang memfermentasikan susu untuk menjadi keju. Keju
Swiss tanpa mata dikenal sebagai "buta" atau blind yang dimaksud buta adalah
seringnya keadaan yang bersifat laten pada tingkatannya.
Swiss Cheese Model Swiss Cheese merupakan model dari Human Error yang
terbagi ke dalam empat tingkat dari kesalahan atau kelalaian manusia yang setiap
tingkatannya saling mempengaruhi satu dengan lainnya.
a. Organizational Influences. Organizational Influences Adalah tingkatan paling
atas dari Swiss Cheese Model yang dapat mempengaruhi semua level
dibawahnya. Kesalahan yang termasuk kategori ini adalah adanya kebijakan
perusahaan yang kurang baik sehingga menimbulkan potensi kecelakaan,
kebijakan yang di maksud adalah cara dari pada perusahaan dalam mengatur
sistem manajemen, proses, organisasi, Sumber daya, iklim organisasi. Sifat dari
kesalahan tingkat ini adalah laten.
b. Unsafe supervision. Adalah sebab terjadinya precondition for unsafe act. Hal
ini diakibatkan buruknya pengelolaan sumber daya. Untuk contoh dari unsafe
supervision seperti saat seorang operator yang kurang pengalaman ditugaskan
untuk menjalankan alat atau mesin baru yang beda jenis dari biasanya saat
bekerja. Keadaan tersebut akan menimbulkan potensi kecelakaan. Unsafe
supervision adalah kesalahan yang sifatnya laten yang berarti sifatnya sulit
keadaannya untuk cepat disadari dan diketahui secara langsung dikarenakan
jarang terlihat.
c. Precondition for unsafe act. Merujuk pada kata “Pre-“ Precondition for unsafe
act adalah sebuah kondisi yang dapat lebih mudah memacu terjadinya unsafe
act seperti buruknya komunikasi antar operator pada sebuah sistem atau
kelelahan mental dan fisik ( kesehatan tubuh pekerja). Precondition for unsafe
act merupakan kesalahan yang sifatnya laten dengan artiannya disini adalah
kasat mata, sulit atau tak terlihat, samar keadaannya untuk dilihat.
d. Unsafe act atau unsafe action.Unsafe act adalah kesalahan yang disebabkan
oleh operator mesin atau alat karena lalai saat bekerja melakukan sebuah
tindakan yang tidak semestinya dan tak memenuhi Standart Operational
Procedure. Unsafe act merupakan kesalahan yang sifatnya aktif yang berarti
sifat tersebut bisa langsung menyebabkan kegagalan sistem dan fungsi kerja
lalu menjadi kecelakaan.
2.2 Isi dan Tingkatan HFACS
a. Pengaruh Organisasi ;
1. Manajemen / Sumber Daya Manusia : SumberDaya Manusia,
Keuangan atau monetasi, serta Fasilitas Peralatan dan Permesinan.
2. Iklim Organisasi : Strukturisasi, Kebudayaan, dan Kebijakan
perusahaan.
3. Proses Organisasi : Operasional, Prosedur, dan Pengawasan.
b. Pengawasan yang tak aman ;
1. Pengawasan yang tak memadahi : Gagal (Supervisor)dalam
memberikan doktrin operasional, bimbingan, dan pengawasan lainnya.
2. Gagal menyelesaikan masalah yang sudah diketahui : Gagal
memperbaiki kesalahan dokumen, identifikasi pekerja yang berisiko,
dan melaporkan pelanggaran.
c. Persyaratan untuk Tindakan tak aman ;
1. Keadaan Pekerja : Kondisi kesehatan tubuh untuk Jiwa dan raga.
2. Kemampuan Karyawan : tingkat pengalaman, ilmu serta wawasan pada
pekerja, sertifikasi pelatihan.
d. Tindakan tak aman ;
1. Pelanggaran : Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja, tidah patuh
pada aturan dan instruksi, melakukan kerja diluar kemampuan,
2. Kesalahan : Kurangnya pengetahuan teknis, salahnya persepsi, dan
salah mengambil keputusan, serta tahapan-tahapan prosedur yang tak
dilakukan sepenuhnya,
2.3 Failure atau Kegagalan
1. Active Failure : kegagalan atau kesalahan yang disebabkan oleh
komunikasi, kerusakan fisik, factor psikologis, dan interaksi dengan alat
mesin.
2. Latent Failure : Kegagalan atau kesalahan oleh organisasi atau lembaga
perusahaan, sistem manajemen, prosedur, tujuan, sasaran, peraturan dan
hokum.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Studi Kasus
Kecelakaan Kerja 3 Pegawai Pabrik Tertimpa Bongkahan Es di Medan,
1 Tewas | Yudha Bahar - Kamis, 19 November 2020 - 14:41 WIB
MEDAN, iNews.id - Kecelakaan kerja terjadi di pabrik es krim yang berlokasi
di Medan Deli, Kota Medan, Sumatera Utara, Kamis (19/11/2020) siang. Dalam
kejadian ini, satu orang tewas dan dua terluka. Informasi dirangkum iNews,
identitas korban luka yakni Diki (25) dan Agus (30). Keduanya masih menjalani
perawatan intensif di salah satu rumah sakit di Medan. Sementara korban tewas
bernama Gunawan (43) warga yang tinggal di Jalan Alfaka Raya, Kelurahan
Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli.
Pantauan di lokasi, suasana duka tampak menyelimuti rumah duka. Keluarga
terpukul dan menangis sedih di samping jenazah yang masih diperiksa tim inafis
Polrestabes Medan. Keterangan saksi, kronologi kecelakaan kerja ini bermula saat
para pegawai ini sedang membersihkan salah satu lemari yang penuh dengan
bongkahan es dan hanya ditahan menggunakan kayu. Namun tiba-tiba bongkahan
tersebut menimpa korban bersama dua rekannya.
"Soal persisnya seperti apa kami tidak tahu. Kami hanya dengar suara jeritan
dan ketika itu melihat para korban sudah tertimpa. Ada tiga korban, satu orang
meninggal dunia," ujar Juriati,warga di sekitar lokasi pabrik es tersebut.
Dugaan sementara, kayu penyangga patah hingga bongkahan itu menimpa
ketiga pekerja. Korban tewas luka serius di bagian kepala dan lengan. Saat ini,
petugas Polsek Medan Labuhan telah memasang garis polisi di lokasi pabrik es
tersebut. Kasus ini masih diselidiki untuk mengungkap memastikan murni
kecelakaan kerja atau ada faktor lain.
3.2 Langkah Analisis
1. Asumsi
A. Manajemen
- Manajemen tidak memberikan APD yang sesuai standar
- Manajemen kurang teliti dalam melakukan inspeksi keadaan lingkungan
kerja
- Tidak adanya prosedur penggunaan alat kerja untuk melakukan
pembersihan sesuai dengan Standar Operasional prosedur (SOP)
-
B. Pekerja Keseluruhan
- Kurangnya kesadaran para pekerja terhadap keselamatan dalam bekerja
- Tidak memakai APD yang lengkap sudah menjadi budaya.
- Pekerja merasa ngantuk dan lelah karena lembur.
- Pekerja yang mengabaikan saat terjadi kerusakan
C. Korban
- Korban bekerja dalam keadaan yang tidak fokus dan mengantuk
- Korban tidak menggunakan APD yang sesuai dengan standar dan
ketentuan.
D. Supervisor
- Saat pekerja melakukan pekerjaan, supervisor tidak ada di tempat kerja
- Supervisor tidak memantau pekerjaan pekerjanya dan lingkungan tempat
kerja.
E. Teman Pekerja
- Teman pekerja tidak saling mengingatkan untuk menggunakan APD yang
sesuai dan juga tidak saling fokus dan berhati-hari dalam bekerja.
2. Urutan Peristiwa Pekerja masih dalam kondisi
mengantuk
a. Urutan Kejadian
4.1. Hasil
Pada studi kasus diatas yaitu tiga pekerja kebersihan pabrik ice cream
tertimpa kayu penyangga es dan hal itu merupakan kecelakaan kerja yang
fatal. Dimana akar masalah dari kejadian ini yaitu para supervisor yang
tidak teliti dan kurang merespon adanya kerusakan serta para pekerja yang
sengaja mengabaikan kerusakan pada kayu penyangga yang dikira tidak
akan mengakibatkan kecelakaan kerja. Selain itu, saat sebelum
dilakukannya pekerjaan supervisor tidak memberikan safety briefing secara
lengkap dan jelas sehingga para pekerja tidak mengetahui bahaya apa yang
mungkin dapat terjadi di area kerja. Kemudian supervisor juga tidak
mewajibkan pekerjanya menggunakan alat pelindung diri secara lengkap.
Sehingga para pekerja saat melakukan pekerjaannya tidak menggunakan alat
pelindung diri yang lengkap. Dari pihak manajemen tidak memberikan APD
yang sesuai standard dan tidak adanya prosedur penggunaan alat kerja untuk
melakukan pembersihan sesuai dengan Standar Operasional prosedur (SOP)
serta supervisor juga tidak melakukan pengecekan atau inspeksi secara teliti
dan rutin.
4.2.2 Rekomendasi
a. Basic Cause :
Management policy
Personal
Environment Factor
Unsafe Conditions
Hazardous Materials
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari analisis studi kasus diatas yaitu :
2. Kasus diatas dapat dicegah jika para pekerja dan supervisor mementingkan
keselamatan di tempat kerja secara maksimal serta pihak manajemen
seharusnya memberi fasilitas berupa alat pelindung diri yang lengkap untuk
pekerja dan melakukan inspeksi secara rutin.
3. Dari analisis studi kasus kecelakaan yang telah dilakukan, metode HFACS
dapat bermanfaat untuk menganalisa suatu kecelakaan dari sisi manusianya.
Jadi dengan metode ini dapat mengetahui kesalahan dari sisi pekerja,
supervisor, manajen dan lain-lain. Sehingga kecelakaan kerja yang terjadi di
suatu perusahaan itu bukan hanya salah pekerjanya saja.
DAFTAR PUSTAKA
Iftikar Z. Sutalaksana, Putra A.R. Yamin. 2017. Studi Faktor Sistem Supra pada
Human Factors Analysis and Classification System (HFACS). Bandung : Teknik
Industri Institur Teknologi Bandung
Girsang, Yaspis Bintang Timur. (2018). Analisis Kecelakaan Kerja dengan Metode
Human Factor Analysis and Classification System (HFACS) dan 5WHYS di PT
Mega Andalan Kalasan. S1 Thesis, Uajy,