Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM HYGIENE INDUSTRI

GETARAN

Nama Rahma Dinda Melati

NRP 0520040112

Kelas K3 2D

Tanggal Percobaan 23 April 2021

Tanggal Penyelesaian 30 April 2021

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

TAHUN 2020-2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja atau biasa disebut K3 adalah semua prosedur yang
dilakukan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja yang beraktivitas di
lingkungan kerja.
Di lingkungan kerja di setiap bidang pekerjaan selalu memiliki potensi bahaya (hazard)
yang dapat mengakibatkan timbulnya penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja
(Dwiyanti dkk, 2018). Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan pada tahun 2018 angka
kecelakaan kerja mencapai 173.105 kasus. Potensi bahaya di lingkungan kerja bisa
disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor fisika yaitu getaran.
Pada suatu kegiatan industry tempat pekerja beraktivitas harus diatur sedemikian rupa
agar temperatur dan kelembapan sesuai dengan kebutuhan pekerja. Hal ini dapat
memberikan kenyamanan thermal kepada pekerja dan meminimalisir penyakit akibat kerja
yang timbul karena temperatur dan kelembapan yang tidak sesuai.
Pada penggunaan mesin dan peralatan yang menimbulkan getaran akan mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan apabila pekerja terpapar getaran melebihi ambang batas.
Getaran yang dirasakan melalui lengan pekerja akan mengakibatkan gangguan sirkulasi,
gangguan persendian, gangguan syaraf dan lain lain (Goenka, dkk, 2013; dalam Pramuditta
dan Kunaefi, 2016).
Adanya getaran yang melebihi standar pada suatu area khususnya tempat kerja yang
didalamnya terdapat banyak pekerja dengan berbagai aktivas akan berdampak pada proses
produksi. Kualitas dan kuantitas pada hasil produksi tidak sesuai target yang sudah
ditentukan perusahaan sebelumnya. Getaran pada tempat kerja harus diatur sedemikian rupa
agar dapat meminimalisir angka timbulnya penyakit akibat kerja, selain itu juga dapat
memberikan kenyamanan pada pekerja agar hasil dari proses produksi memenuhi target.
Oleh karena itu, dilakukan praktikum pengukuran tingkat getaran yang disebabkan
sebuah alat atau mesin pada Bengkel Las Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui tingkat getaran yang disebabkan
sebuah alat atau mesin pada bengkel tersebut sesuai dengan standar atau tidak dan
mengetahui cara penanggulangannya untuk meminimalisir timbulnya penyakit akibat kerja
yang ditimbulkan oleh getaran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing mahasiswa/pekerja beserta
alat yang digunakan?
2. Bagaimana getaran pada Bengkel Las/Konstruksi apakah aman sesuai dengan peraturan
yang berlaku?
3. Bagaimana rekomendasi perbaikan jika kondisi getaran pada Bengkel Las/Konstruksi
tidak aman sesuai dengan hirarki pengendalian bahaya?

2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menganalisa pekerjan yang dilakukan oleh masing-masing
mahasiswa/pekerja beserta alat yang digunakan.
2. Mahasiswa mampu menentukan apakah getaran pada Bengkel Las/Konstruksi aman
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Mahasiswa memberikan rekomendasi perbaikan jika kondisi getaran pada Bengkel
Las/Konstruksi tidak aman sesuai dengan hirarki pengendalian bahaya.

2.1 Ruang Lingkup


Nama ruang/bengkel : Bengkel Las/Konstruksi
Hari dan tanggal : Jumat, 23 April 2021
Waktu : 08.00 – selesai
Alat yang dipakai : Human Vibration Meter
Parameter : Kecepatan getaran (velocity), percepatan (acceleration), dan
perubahan vector (displacement).
Anggota kelompok :
1. Hasim Achmad Arsabil (0520040098)
2. Muhammad Irfan (0520040099)
3. Rahma Dinda Melati (0520040112)
4. Amelia Fajarini (0520040115)
5. Dwi Lathifa N. Z. (0520040127)
BAB 2
DASAR TEORI

2.1. Pengertian Getaran


Berdasarkan PERMENAKER No. 5 Tahun 2018 getaran adalah gerakan yang teratur
dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan seimbangnya. Sedangkan
menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam surat keputusannya menjelaskan
definisi getaran adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui keadaan setimbang
terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang dimaksud dengan getaran mekanik adalah
getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia (Kep.MENLH No:
KEP-49/MENLH/11/1996; dalam Sadiana, 2018).
Menurut Suma’mur tahun 2019 dalam bukunya yang berjudul Keselamatan Kerja
dan Pencegahan Kecelakaan mengatakan bahwa getaran yang bersumber dari mesin dan
melebihi NAB jika terpapar oleh pekerja dapat menimbulkan gangguan Kesehatan yag
disebabkan oleh getaran (Suma’mur, 2009; dalam Yantri, 2017).
Berdasarkan beberapa pengertian getaran tersebut dapat disimpulkan bahwa getaran
adalah Gerakan bolak balik terhadap kedudukan setimbangnya dan jika suatu getaran
melebihi ambang batas paparan oleh manusia makan akan menimbulkan penyakit akibat
kerja yang disebabkan oleh getaran. Contoh getaran yang paling sederhana adalah senar
gitar yang dipetik (Rohman, 2015).
Selain itu ada beberpa ahli yang mengutarakan pendapatnya mengenai definisi
getaran seperti kutipan Nastiti tahun 2014, yaitu:
a) Menurut J.M Harrington getaran merupakan gerak ossilasi yang terjadi di sekitar
sebuah titik
b) J.F Gabriel mengemukakan bahwa getaran disebabkan oleh getaran udara atau
mekanis, contohnya mesin atau alat alat mekanis.
(Nastiti, 2014; dalam Ahmad, 2018).

2.2. Karakteristik Getaran


Pengukuran karakteristik getaran pada suatu alat atau mesin dilakukan untum
mengetahui kondisi dan masalah masalah mekanik pada alat atau mesin. Karakteristik
yang harus diukur yaitu:
a) Frekuensi getaran,
b) Perpindahan getaran (vibration displacement),
c) Kecepatan getaran (vibration velocity),
d) Kercepatan getaran (vibration acceleration),
e) Phase getaran.
(Okti, 2012; dalam Ahmad, 2018)
2.3 Macam-Macam Getaran
Getaran dapat dibagi menjadi 2 yaitu getaran mekanis dan getaran non mekanis.
Getaran non mekanis merupakan getaran yang melibatkan perubahan besaran fisika.
Contoh getaran non mekanis adalah medan magnet dan medan listrik.
Sedangkan getaran mekanis adalah getaran yang terjadi akibat beroperasinya
peralatan mekanis (Sujoso, 2012; dalam Yantri, 2015). Dengan penertian tersebut dapat
diketahui bahwa getaran mekanis adalah getaran yang timbul dari pengoperasian alat
alat mekanis dan Ketika seseorang terpapar melebihi ambang batas akan mengakibatkan
timbulnya penyakit akibat kerja. Getaran mekanis dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Getaran seluruh tubuh (Whole Body Vibration)
Getaran seluruh tubuh umumnya dialami oleh pengendara bus, traktor, dan truk.
Getaran pada mesin mengalir melalui getaran pada lantai dan merambat melalui
kaki ke seluruh badan pekerja. Getaran mekanis dapat durasakan di seluruh tubuh
dengan frekuensi antara 0,1 – 1000 Hz.
b) Getaran pada lengan tangan (Hand Arm Vibration)
Getaran ini merambat melalui tangan pekerja dikarenakan alat yang dipegang
bergetar. Biasanya getaran mekanis mempunyai frekuensi sebesar 5-20 Hz.
(Anies, 2014; dalam Octavia, 2017)

Menurut Gabriel tahun 1996, berdasarkan penyebabnya getaran dapat dibagi


menjadi dua jenis yaitu:
a) Getaran karena getaran udara pengaruhnya terutama pada akustik
Getaran udara yang dikarenakan benda yang bergetar dan dilanjutkan udara akan
ditangkap telinga.frekuensi getaran 1-20 Hz tidak akan menyebabkan gangguan,
namun jika intensitas melebihi 140 dB akan menyebabkan gangguan turbuler
yaitu gangguan resonansi.
b) Getaran karena getaran mekanis yang mengakibatkan ikut bergetarnya alat alat
tubuh yang sifatnya mekanis pula
Penjalaran getaran mekanik melalui sentuhan atau kontak dengan permukaan
benda yang mengalami getaran. Efek yang timbul akibat getaran jenis ini
tergantung besar frekuensi yang diterima oleh tubuh. (Gabriel, 1996; dalam
Yantri, 2017)
Sedangkan menurut Tunggal Bhimadi Karyasa tahun 2011, getaran dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu:
a) Getaran Bebas
Getaran bebas adalah getaran yang terjadi pada suatu sistem tanpa pengaruh
gaya dari luar sistem. Getaran Paksa
b) Getaran Paksa
Getaran paksa dapat disebut sebagai kebalikan dari getaran bebas. Getaran
paksa adalah getaran yang terjadi pada suatu sistem disertai pengaruh gata dari
luar. Contohnya motor diesel.
c) Getaran Tak Teredam
Getaran tak teredam merupakan getaran yang tidak mengalami kehilangan
energi yang diakibatkan tahanan pada saat osilasi.
d) Getaran Linier
Getara linier merupakan getaran yang terjadi pada keseluruhan komponen pada
sistem, baik pegas, massa, dan peredam bersifat linier.
e) Getaran Non-linier
Getara non-linier merupakan getaran yang terjadi pada keseluruhan komponen
pada sistem, baik pegas, massa, dan peredam bersifat non- linier.
f) Getaran Deterministik
Getaran deterministic merupakan getaran dengan besar eksitasi yang bekerja
pada sistem tersebut dapat diketahui setiap saat.
g) Getaran Random atau Getaran Acak
Getaran random merupakan kebalikan dari getaran deterministic. Pada getaran
jenis ini besar eksitasi yang bekerja pada sistem tidak dapat diketahui. Contoh
getaran random adalah gempa bumi. (Karyasa, 2011; dalam Yanottama, 2017)

2.4 Sumber Getaran


Pada kegiatan industri berbagai alat yang digunakan sebagian besar menimbulkan
getaran baik getaran seluruh tubuh (whole body vibration) ataupun getaran lengan tangan
(hand arm vibration). Berikut tabel alat yang menghasilkan getaran.
Tabel 1. NAB Iklim Kerja ISBB

2.5 Parameter Pengukuran Getaran


Getaran memiliki 3 parameter utama yaitu,
a) Kecepatan (Velocity)
Velocity merupakan gerakan suatu mesin atau alat setiap satuan panjang per waktu
(detik). Untuk parameter kecepatan (Velocity )sensor yang digunakan adalah sensor
swing coil velocity.
b) Percepatan (Acceleration)
Acceleration merupakan percepatan gerak secara bolak balik pada suatu periode waktu
tertentu. Acceleration dapat juga didefinisikan dengan Gerakan suatu mesin (getaran)
setiap satuan Panjang per detik kuadrat. Untuk parameter percepatan (Acceleration)
sensor yang digunakan adalah sensor piezoelectric accelerometer.
c) Perpindahan (Displacement)
Displacement merupakan perpindahan atau jarak yang mesin atau alat yang diakibatkan
karena adanya getaran pada alat tersebut tiap satuan panjang. Untuk parameter
perpindahan (Displacement) sensor yang digunakan adalah sensor eddy-current.

2.6 Nilai Ambang Batas Getaran


Untuk mengetahui apakah pada suatu tempat khususnya tempat kerja yang didalamnya
terdapat alat alat yang menghasilkan getaran mekanis dapat menimbulkan penyakit akibat
kerja, maka harus diperhatikan nilai ambang batas getaran pada area tersebut. Nilai ambang
batas adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata
tertimbang waktu (time weight average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari – hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (PERMENAKER No 5, 2018).
Berdasarkan PERMENAKER No. 5 Tahun 2018 terdapat Nilai Ambang Batas Getaran
yang diperkenankan, yaitu:
Jumlah waktu pajanan per hari kerja Resultan percepatan di Sb. X, Sb. Y, dan SB. Z
(jam) (𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 )
6 jam sampai dengan 8 jam 5
4 jam dan kurang dari 6 jam 6
2 jam dan kurang dari 4 jam 7
1 jam dan kurang dari 2 jam 10
0,5 jam dan kurang dari 1 jam 14
Kurang dari 0,5 jam 20
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Untuk Pemaparan Lengan dan Tangan
Sumber: PERMENAKER No. 5 Tahun 2018

Jumlah waktu pajanan per hari kerja (jam) Nilai ambang batas (𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 )
0,5 3,4644
1 2,4497
2 1,7322
4 1,2249
8 0,8661
Tabel 2. Nilai Ambang Batas Untuk Pemaparan Seluruh Tubuh
Sumber: Permenaker No. 5 tahun 2018
Selain PERMENAKER No. 5 Tahun 2018, nilai ambang batas getaran juga terdapat
dalam SNI 16-7063-2004 tentang nilai ambang batas iklim kerja (panas), kebisingan,
getaran lengan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja.
Berdasarkan SNI 16-7063-2004 nilai ambang batas untuk pajanan getaran tangan-
lengan di tempat kerja dengan parameter percepatan pada sumbu yang dominan adalah
4 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 atau 0,40 Grav. Pengendalian getaran tangan – lengan dapat dilakukan dengan
mengatur waktu kerja sehubungan dengan tingkat pajanan getaran tangan - lengan. Berikut
tabel nilai ambang batas getaran tangan –lengan:

Jumlah waktu Nilai percepatan pada sumbu yang dominan


pemaparan per hari Meter per detik kuadrat Grav (𝒎/𝒅𝒆𝒕𝟐 )
kerja (𝒎/𝒅𝒆𝒕𝟐 )
2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61
1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81
Kurang dari 1 jam 12 1,22
CATATAN 1 grav = 9,81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2
Tabel 3. Pengendalian Getaran Tangan-lengan
Sumber: SNI 16-7063-2004

Berdasarkan ISO 10816 Vibration Severity tenaga mesin dapat diklasifikasikan menjadi
empat klas, yaitu:
a) Klas I
Mesin yang termasuk dalam jenis ini adalah mesin kecil dengan tenaga mencapai
15kW.
b) Klas II
Mesin yang termasuk dalam jenis ini adalah mesin menengah dengantenaga
mencapai 15kW hingga 75kW.
c) Klas III
Mesin yang termasuk dalam jenis ini adalah mesin besar dengan penggerak utama
besar dengan massa berputar yang dipasang di atas fondasi yang kaku dan berat.
d) Klas IV
Mesin yang termasuk jenis ini adalah mesin dengan penggerak utama besar dengan
massa berputar yang dipasang di atas fondasi. (Budiawan dkk, 2019)
2.7 Dampak Getaran Melebihi NAB
Dalam dunia industri potensi timbulnya keadaan yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan tidak dapat dihindari, salah satu penyebabnya adalah getaran. Jika keadaan
tersebut tidak diketahui atau bahkan terjadi kegagalan dalam pengendalian potensi bahaya,
maka hal tersebut akan berdampak buruk bagi kesehatan pekerja yang beraktivitas di
sekitarnya (Wijaya, 2018).
Berdasarkan survey nasional oleh Badan Pusat Statistik Norwegia tahun 2019
menyatakan bahwa sebesar 5% populasi tenga kerja terpapar oleh getaran lengan tangan
dan 25% didalamnya mengalami pajanan etaran setiap hari (Pramuditta dan Kunaefi,
2016). Tenaga kerja yang sering terpapar getaran tersebut adalah tukang kayu, pekerja
konstruksi, dan lain lain.
Gangguan Kesehatan yang timbul akibat pajanan getaran secara terus menerus dengan
kontak tangan kepada permukaan alat atau mesin yang menimbulkan getaran akan
mengakibatkan Hand Arn Vibration Syndrome (HAVS). Hand Arm Vibration Syndrome
(HAVS) adalah sindrom yang diakibatkan oleh penggunaan alat yang bergetar terus
menerus yang dapat menimbulkan gejala vaskuler, musculoskeletal, dan neurologik,
HAVS biasanya menyerang jari tangan, tangan, dan lengan (Octavia, 2017).
Gejala timbulnya Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS) yaitu:
a) Vaskular
Ditandai dengan pemucatan jari menjadi dingin dan berubah menjadi kebiruan akibat
kurangnya suplai oksigen kemudia jari tesebut memerah.
b) Sensorineural
Timbul rasa baal dan/atau kesemutan ppada satu atau lebih jari lebih dari satu jam.

2.8 Pengendalian Getaran


Berdasarkan PERMENAKER No. 5 Tahun 2018 jika pengukuran getaran pada tempat
kerja melebihi NAB atau standar, maka harus dilakukan pengendalian sebagai berikut:
a. Eliminasi
Pada tahap ini pengendalian bisa dilakukan dengan menghilangkan sumber getaran dari
tempat kerja. Sumber getaran dapat berupa komponen pada alat hingga satu sistem
mesin.
b. Substitusi
Pada tahap substitusi pengendalian bisa dilakukan dengan cara mengganti alat, bahan,
maupun proses kerja yang menimbulkan getaran.
c. Rekayasa Teknik
Rekayasa teknis untuk pengendalian getaran bisa dilakukan dengan menambah peredam
diantara alat dengan bagian bagian tubuh pekerja yang mengalami kontak dengan alat
yang menimbulkan getaran.
d. Rekayasa Administrasi
Pada tahap ini pengendalian bisa dilakukan dengan melakukan pembatasan pajanan
getaran terhadap pekerja dengan pengaturan waktu kerja atau pembagian shift kerja.
e. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Tahap terakhir yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan alat pelindung diri
yang sesuai. Contohnya yaitu sarung tangan dengan bahan yang dapat meredam paparan
getaran akibat tangan pekerja yang kontak langsung dengan permukaan alat atau mesin.
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


1. Human Vibration Meter
2. Meteran
3. Alat tulis

3.2 Prosedur Penggunaan Alat

Gambar 2. Human Vibration Meter


Keterangan:
1. Tombol Navigasi Panah : Menggerakan kursor dan memilih pilihan fungsi dan menu
2. Tombol Checklist (OK) : Konfirmasi pilihan menu dan fungsi yang dipilih
3. Tombol On/off : Menyalakan dan mematikan
4. Tombol Setup : Masuk ke menu pengaturan untuk mengatur berbagai fungsi
dan fitur alat
5. Tombol Store : Menyimpanan data pengukuran dan menyimpan pengaturan
dalam menu setup
6. Tombol History : Melihat kembali data yang sudah tersimpan
7. Tombol Data : Melihat keseluruhan data pengukuran
8. Tombol Run : Menjalankan pengukuran
9. Tombol Recall : Membuka data, pengaturan, hasil pengukuran yang
tersimpan
10. Tombol Print : Menjalankan fungsi mencetak (print)
11. Tombol Reset : Menghapus data atau pengaturan
12. Tombol Range : Mengatur sinyal input pengukuran
13. Tombol Tools : Mengatur berbagai fungsi lainnya.
Prosedur penggunaan Wet Bulb Globe Temperature Instrument adalah sebagai berikut :
1. Mengubah power on/off pada posisi “ON”.
2. Menekan tombol setup untuk masuk ke menu pengaturan.
3. Memilih menu Operating Mode.
4. Memilih mode yang sesuai aplikasi pengukuran.
5. Menyambungkan sensor vibration pada alat dibagian input connector.
6. Lalu, memastikan arah dan pin nya sesuai dengan konektor. Memasang dengan
perlahan-lahan.
7. Memasangkan sensor pada subjek yang ingin diukur dampak getarannya, misalnya
pekerja alat berat.
8. Menekan tombol Run untuk menjalankan pengukuran, layar akan menampilkan nilai
pengukuran getaran yang dibaca oleh sensor.
9. Dalam sesi pengukuran terdapat beberapa simbol yang muncul pada layar.
Simbol Keterangan
pada layar
 Indikator pengukuran sedang berlangsung. Juga menjadi indikator
sinyal sinyal yang dibaca oleh alat
? Indikator under range, menandakan nilai pengukuran berada
dibawah dibawah rentang ukur
│ Indikator stop, menandakan pengukuran sedang tidak berjalan
* Indikator over range,menandakan nilai pengukuran berada
melebihi rentang ukur
! Indikator ketika terdapat masalah teknis/error pada pengukuran

10. Melihat hasil/ data pengukuran


Arms 0:00:01
.01900 m/s2 FaZ
Keterangan:
- Huruf A, menunjukan integrase yang diterapkan dalam pengukuran. A =
acceleration
- rms,menunjukkan tampilan jenis pengukuran yang digunakan (rms/ peak)
- 0:00:01, menunujukkan durasi waktu lamanya pengukuran getaran yang dibaca
oleh sensor getaran
- m/s2,menunjukkan satuan pengukuran getaran
- Huruf F,menunjukkan satuan pengukuran frekuensi
- Huruf aZ,menunjukkan channel
11. Menggunakan tombol navigasi panah untuk melihat data histori pengukuran lainnya.
12. Tombol data digunakan untuk melihat secara keseluruhan data dan direkam oleh alat.

3.3 Flow Chart Praktikum


START

1. Menyiapkan alat yang dibutuhkan

2. Mengukur luas area

3. Menentukan lokasi/titik pengukuran

5. Melakukan pengukuran pada titik yang sudah ditentukan

6. Mencatat dan menghitung hasil pengukuran

7. Melakukan analisis perhitungan

8. Menentukan
belum hasil perhitungan
9. Memberikan rekomendasi apakah sudah
memenuhi
standar

4. sudah

10. Memberikan kesimpulan

END
BAB 4
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

4.1 Data Pengukuran


A. Gambaran Umum
Nama ruang : Bengkel Las
Hari dan tanggal : Jumat, 23 April 2021
Waktu : 08.00 – selesai
Alat yang dipakai : Human Vibration Meter
Team Pengukur :
1. Hasim Achmad Arsabil (0520040098)
2. Muhammad Irfan (0520040099)
3. Rahma Dinda Melati (0520040112)
4. Amelia Fajarini (0520040115)
5. Dwi Lathifa N. Z. (0520040127)

Nama pekerja/mahasiswa yang diukur (beserta kegiatan/alat yang digunakan):


1. Amir (Gerinda tangan)
2. Bejo (Pemotongan plat dengan mesin cutting)
3. Catur (Las SMAW)
4. Dadang (Mengebor Material)

B. Karakteristik Kegiatan Kerja


Identifikasi Mahasiswa/Pekerja 1 Identifikasi Mahasiswa/Pekerja 2
 Nama : Amir  Nama : Bejo
 Jenis Kelamin : Laki-laki  Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 19 tahun  Umur : 19 tahun
 Berat Badan : 75 kg  Berat Badan : 70 kg
Identifikasi Mahasiswa/Pekerja 3 Identifikasi Mahasiswa/Pekerja 4
 Nama : Catur  Nama : Dadang
 Jenis Kelamin : Laki-laki  Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 20 tahun  Umur : 20 tahun
 Berat Badan : 70 kg  Berat Badan : 75 kg
Gambaran Kegiatan Kerja
No. Kegiatan Kerja Peralatan yang Durasi Kerja (menit)
digunakan
1. Menggerinda benda kerja posisi duduk Gerinda Tangan 300
2. Pemotongan plat dengan mesin cutting Mesin Cutting 270
3. Mengelas SMAW posisi jongkok Las SMAW 240
4. Mengebor Material Bor 300

C. Informasi Penting Lainnya


1. Apakah alat dalam keadaan baik/rusak? Baik
2. Apakah paparan getaran yang diterima tubuh hanya meliputi tangan/lengan atau
seluruh tubuh? Hanya pada tangan/lengan
3. Apakah mahasiswa/pekerja yang diukur telah makan sebelumnya? Belum, kondisi
puasa
D. Data hasil pengukuran
No. Subjek Pengukuran Pengukuran Pengukuran Rata-
Pengukuran 1 (m/s2) 2 (m/s2) 3 (m/s2) rata
(m/s2)
1 Amir 5,2 5 5,3 5,16
2 Bejo 5 5 5,5 5,16
3 Catur 6,1 6,8 6,6 6,5
4. Dadang 7 6,5 6,7 6,73

E. Gambar Plot/ Denah Ruangan Praktikum:


4.2 Analisa, memuat AREP
Berdasarkan data hasil pengukuran paparan getaran serta identifikasi kepada tiga
pekerja dengan aktivitas yang berbeda, selanjutanya data tersebut dapat dibandingkan
dengan standar. Pada kasus ini standar yang digunakan adalah PERMENAKER No. 5
Tahun 2018. Data yang digunakan dalam membandingkan dengan standar adalah paparan
Getaran rata rata dari empat kali pengukuran di setiap titik yang diterima masing masing
pekerja. Berikut perbandingan antara getaran dan durasi penggunaan alat dalam jam per
hari dengan NAB di setiap titik.
Getaran
Alat yang
Pekerja Durasi (Jam) Pengukuran Standar Keterangan
digunakan
(m/s2) (m/s2)
Gerinda
Amir 5 5,16 6 Memenuhi
Tangan
Mesin
Bejo 4,5 5,16 6 Memenuhi
Cutting
Tidak
Catur Las SMAW 4 6,5 6
Memenuhi
Tidak
Dadang Bor 5 6,73 6
Memenuhi
Tabel 5. Perbandingan Getaran dengan PERMENAKER No. 5 Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 5. Didapatkan hasil bahwa paparan getaran yang diterima Amir
dengan mengoperasikan Gerinda Tangan dalam waktu 5 jam dalam satu hari masih
termasuk dalam kategori memenuhi atau tidak melebihi batas aman paparan maksimal,
paparan getaran yang diterima Bejo dengan mengoperasikan Mesin Cutting dalam waktu
4,5 jam dalam satu hari termasuk dalam kategori tid memenuhi atau tidak melebihi batas
aman paparan maksimal, paparan getaran yang diterima Catur dengan mengoperasikan Las
SMAW dalam waktu 4 jam dalam satu hari masih termasuk dalam kategori tidak
memenuhi atau melebihi batas aman paparan maksimal, dan paparan getaran yang diterima
Dadang dengan mengoperasikan Bor dalam waktu 5 jam dalam satu hari masih termasuk
dalam kategori tidak memenuhi atau melebihi batas aman paparan maksimal.
Untuk mengatasi paparan getaran yang tidak memenuhi standar atau tidak aman di
dalam Bengkel Konstruksi, perlu dilakukan pengendalian bahaya sesuai hirarki
pengendalian bahaya. Pengendalian dilakukan dengan tujuan paparan getaran yang
diterima perkerja turun hingga sesuai dengan batas paparan aman maksimal. Berikut
rekomendasi pengendalian bahaya yang sesuai dengan hirarki pengendalian bahaya.

1. Antisipasi
Antisipasi dapat dilakukan dengan memprediksi potensi bahaya serta resiko yang akan
ditimbulkan di Bengkel Las yang diakibatkan oleh getaran yang tidak sesuai NAB.
Antisipasi ada tiga tahap, yaitu:
I. Pengumpulan informasi, informasi bisa didapatkan dengan beberapa cara yaitu
dengan melakukan studi literatur, survey lokasi tempat mahasiswa atau
perkerja beraktivitas di Bengkel Konstruksi, serta dengan menaati peraturan
yang sudah ditetapkan oleh pihak terkait (dosen, kepala bengkel, ataupun
direksi).
II. Analisis dan diskusi ke pihak yang kompeten, hal ini dilakukan agar lebih
memahami mengenai struktur bengkel serta mengetahui tata cara melakukan
aktivitas di dalam bengkel dengan benar dan aman.
III. Membuat hasil antisipasi yang berupa list potensi bahaya apa saja yang dapat
terjadi saat melakukan aktivitas di dalam Bengkel Las dengan penggunaan
ventilasi yang tidak sesuai standar.
2. Rekognisi
Rekognisi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik bahaya yang
disebabkan oleh getaran yang tidak sesuai standar pada Bengkel Las. Rekognisi dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan menyelidiki laporan kecelakaan akibat
iklim kerja yang pernah terjadi di Bengkel Las/Konstruksi, melakukan konsultasi
kepada pihak uang berkompeten (ahli K3), melakukan inspeksi K3, Membuat
Preliminary Hazard Analysis (PHA) ketika ada sistem atau alat yang baru serta
membuat Job Safety Analysis (JSA) saat ada pekerjaan atau proses kerja yang baru.
Dengan PHA dan JSA, dapat dianalisis seberapa besar tingkat bahaya yang akan
ditimbulkan oleh sistem dan proses yang masih baru secara rinci dan detail.
3. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan melakukan mengukur getaran di Bengkel
Las/Konstruksi menggunakan Human Vibration Meter serta identifikasi kepada
beberapa pekerja dengan berbagai aktivitas yang dilakukan di dalam Bengkel
Las/Konstruksi. Kemudian data hasil pengukuran dibandingan dengan standar.
Standar yang digunakan dalam pengukuran Getaran ini adalah PERMENAKER No. 5
Tahun 2018 Nilai Ambang Batas getaran untuk pemaparan lengan dan tangan.
4. Pengendalian:
Berdasarkan hasil dari evaluasi dapat dilakukan pengendalian dikarenakan paparan
yang diterima mahasiswa atau pekerja melebihi batas aman paparan. Berikut
pengendalian bahaya akibat getaran yang tidak sesuai NAB berdasarkan hirarki
pengendalian bahaya.
a. Eliminasi
Tidak dapat dilakukan tindakan eliminasi karena dapat menghambat atau
mengganggu pekerjaan atau ativitas yang dilakukan di dalam Bengkel
Las/Konstruksi.
b. Substitusi
Tidak dapat dilakukan tindakan substitusi karena dalam mengganti komponen
mesin hingga mesin. Memerlukan biaya yang cukup mahal serta dapat menghambat
atau mengganggu pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan di dalam Bengkel
Las/Konstruksi saat dilakukan penggantian atau substitusi tersebut.
c. Rekayasa Teknik
Rekayasa teknis dapat dilakukan dengan menambah lapisan peredam getaran di
permukaan alat pada bagian yang tersentuh lengan dan tangan sehingga paparan
getaran yang diterima pekerja turun. Material peredam getaran ada berbagai jenis
seperti:
Neofade
Berikut spesifikasi material neofade:
Gabus Karet
Berikut spesifikasi material gabus karet:
Biasa digunakan untuk kebisingan dan getaran kontrol dengan ketahanan yang
sangat baik untuk minyak dan bahan bakar. Kontrol Getaran digunakan dalam
banyak aplikasi seperti kamar peralatan teknis, juga digunakan untuk isolasi getaran
untuk mesin termasuk Pompa, Presses, tenun & Motors, Landas pacu, rel &
bantalan isolasi kereta bawah tanah. Kegunaan lain seperti membangun elemen
suspensi akustik dan sistem untuk dinding, langit-langit, piping dll. Kontrol Getaran
dan isolasi. Excellent control kebisingan-Resistensi yang sangat baik untuk minyak
dan bahan bakar.
d. Pengendalian Adminsitratif
Rekayasa administrasi dapat dilakukan dengan pembagian waktu kerja atau shift
kerja pada pekerja yang mengoperasikan Las SMAW dan Bor. Hal ini dilakukan
agar waktu paparan getaran terhadap mahasiswa atau pekerja berkurang dan tidak
melebihi batas aman paparan.
e. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Penggunaan alat pelindung diri tidak hanya pada pekerja yang mengoperasikan Las
SMAW dan Bor tetapi seluruh pekerja yang beraktivitas didalam Bengkel Las.
Dalam kasus ini dapat digunakan sarung tangan yang sudah dilengkapi dengan
peredam getaran. Material peredam dapat berupa busa, kulit hewan, dan karet.
Berikut beberapa merk sarung tangan dengan material yang berbeda.
MARUGO BM800GRFREE

Berikut spesifikasinya
Nomor model : BM800GRFREE
Unit : 1 pasang
Warna : hijau
Ukuran : All Size
Ketebalan (mm) : 2.0, Bagian Yang Menonjol: 6.3
Material : All-Cotton (10 gauge)
Bahan Pencegahan Slip : Karet alam
Bahan Sel Getaran-Bukti : Karet alam
Kode : 8142477
Dengan spons karet pada telapak tangan, getaran dari alat dapat berkurang.

Trusco Nakayama Anti-vibration, anti-slip gloves (full-finger)

Berikut spesifikasinya:
Tipe produk : Sarung tangan kulit
Ketebalan (mm) : 4
Material : Kulit alami
Warna : Hitam
Fitur
a) Bahan penyerapan getaran khusus dimasukkan sebagai lapisan tengah di
bagian telapak tangan, dan bentuknya yang tipis tidak mengganggu pas, yang
membantu mempertahankan tingkat kinerja isolasi getarannya yang tinggi.
b) Permukaan terbuat dari kulit alami "Wet Guard" yang telah diberi perlakuan
khusus yang meningkatkan daya cengkeram saat basah dengan air atau
keringat.
Aplikasi
a) Untuk pekerjaan getaran yang terutama membutuhkan kecocokan yang baik.
b) Pekerjaan ringan yang melibatkan penggiling, mesin pemotong rumput, gergaji
mesin, gerinda tangan dll.

Dari kedua rekomendasi sarung tangan tersebut dapat dipilih salah satu dengan
menyesuaikan kondisi sehingga paparan getaran yang diterima pekerja dapat
berkurang hingga sesuai standar batas paparan aman maksimal.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum iklim kerja yang sudah dilakukan di Bengkel Las, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Dari pengukuran serta identifikasi kepada tiga pekerja dengan aktivitas yang berbeda
diapatkan hasil bahwa Amir (pekerja 1) melakukan aktivitasnya selama 5 jam berupa
Menggerinda dengan paparan getaran rata rata 5,16 m/s2 , Bejo (pekerja 2) melakukan
aktivitasnya selama 4,5 jam berupa Memotong dengan Mesin Cutting dengan paparan
getaran rata rata 5,16 m/s2 , Catur (pekerja 3) melakukan aktivitasnya selama 4 jam
berupa Mengelas SMAW dengan paparan getaran rata rata 6,5 m/s2, dan Dadang (pekerja
4) melakukan aktivitasnya selama 5 jam berupa Mengebor dengan paparan getaran rata
rata 6,73 m/s2.
2. Data hasil pengukuran dan identifikasi terhadap pekerja dibandingkan dengan standar
pada PERMENAKER No. 5 Tahun 2018. Dapat disimpulkan bahwa paparan getaran
yang diterima oleh Catur (pekerja 3) tidak memenuhi standar karena durasi maksimal
paparan getaran sebesar 6,5 m/s2 adalah selama 4 jam dan kurang dari 6 jam dalam satu
hari serta paparan getaran yang diterima oleh Dadang (pekerja 4) tidak memenuhi standar
karena durasi maksimal paparan getaran sebesar 6,73 m/s2 adalah selama 4 jam dan
kurang dari 6 jam dalam satu hari.
3. Pada kasus yang ada pada Bengkel Las/Konstruksi tidak semua pengendalian bahaya
dapat dilakukan karena beberapa faktor. Pengendalian yang dapat dilakukan di dalam
Bengkel Las/Konstruksi adalah rekayasa teknis yang dapat dilakukan dengan menambah
lapisan peredam getaran di permukaan alat pada bagian yang tersentuh lengan dan tangan
dengan opsi material neofade atau gabus karet. Dalam pemasangannya dapat diatur
sedemikian rupa sehingga paparan yang dihasilkan oleh Las SMAW dan Mengebor turum
menjadi 6 m/s2 . Selain itu juga dapat dilakukan rekayasa administrasi dengan membagi
Shift kerja pada pekerja yang mengoperasikan Las SMAW dan Mengebor. Dalam kasus
ini shift kerja dapat diatur sedemikian rupa sehingga durasi maksimal setiap mahasiswa
atau pekerja saat mengoperasikan Las SMAW turun menjadi 2 jam dan kurang dari 4 jam
dalam satu hari dan durasi maksimal setiap mahasiswa atau pekerja saat mengoperasikan
Gerinda Tangan turun menjadi 1 jam dan kurang dari 2 jam dalam satu hari. Langkah
terakhir yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan alat pelindung diri saat
beraktivitas didalam Bengkel Las/Konstruksi. Dalam kasus ini dapat digunakan sarung
tangan yang sudah dilengkapi dengan peredam getaran. Material peredam dapat berupa
busa, kulit hewan, dan karet.
5.2 Saran
Berikut saran yang dapat diberikan agar praktikum iklim kerja selanjutnya berjalan
dengan lancar dan mendapatkan hasil yang maksimal:
1. Pada saat melakukan pengukuran atau pengambilan data, agar dilakukan pembacaan hasil
yang muncul pada alat dengan teliti agar mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Pada saat melakukan perhitungan data agar dilakukan dengan teliti serta menjaga nafas
agar tidak terlalu keras, hal ini dilakukan agar hasil pengukuran yang didapatkan valid.
Tugas Pendahuluan

1. Berikan contoh kecelakaan/ penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh getaran mekanis
pada alat (hand arm vibration and whole body vibration)!
Jawab:
Salah satu penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh getaran adalah Hand-Arm Vibration
Syndrome. Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS) adalah sindrom yang diakibatkan oleh
penggunaan alat yang bergetar terus menerus yang dapat menimbulkan gejala vaskuler,
musculoskeletal, dan neurologik, HAVS biasanya menyerang jari tangan, tangan, dan
lengan (Octavia, 2017).
Gejala timbulnya Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS) yaitu:
c) Vaskular
Ditandai dengan pemucatan jari menjadi dingin dan berubah menjadi kebiruan akibat
kurangnya suplai oksigen kemudia jari tesebut memerah.
d) Sensorineural
Timbul rasa baal dan/atau kesemutan ppada satu atau lebih jari lebih dari satu jam.

2. Apa yang menyebabkan timbulnya getaran mekanis berlebihan pada mesin/alat?


Jawab:
Berikut beberapa penyebab timbulnya getaran yang berlebihan dari suatu alat atau mesin
yaitu :
a) Kurangnya perawatan atau pemeliharaan terhadap mesin/alat
b) Mesin atau alat tidak ditempatkan dengan seharusnya dan teratur
c) Ada komponen yang tidak seimbang dalam pergerakan mesin
d) Tidak adanya alat peredam getaran

3. Jika seseorang bekerja menggunakan gerinda tangan dan paparan getaran yang diterima
selama 4 jam bekerja adalah 8 m/s2. Apakah keadaan tersebut aman berdasarkan standar
yang berlaku? Rekomendasi apa yang dapat anda berikan?
Jawab:
Berdasarkan SNI 16-7063-2004 bekerja dengan paparan getaran 8 m/s2 selama 4 jam
termasuk keadaan tidak aman dikarenakan batas waktu paparan getaran sebesar 8 m/s2
adalah selama 1 jam dan kurang dari 2 jam. Selain itu dalam PERMENAKER No. 5 Tahun
2018 juga mengatur bahwa Ketika seseorang bekerja dengan paparan getaran selama 4 jam
maka batas paparan aman paling tinggi adalah sebesar 6 m/s2.

Rekomendasi yang dapat diberikan sesuai hirarki pengendalian bahaya sebagai berikut:
a) Eliminasi
Pada tahap eliminasi, pengendalian getaran dapat dilakukan dengan menghilangkan
sumber getaran pada suatu tempat kerja. Sumber getaran dapat berupa komponen pada
alat hingga satu sistem mesin.
b) Substitusi
Pada tahap substitusi, pengendalian getaran dapat dilakukan dengan mengganti
komponen alat, alat, bahan, dan proses yang dapat menimbulkan getaran.
c) Rekayasa Teknik
Pada tahap ini, pengendalian getaran dapat dilakukan dengan menambah peredam
diantara alat dengan bagian tubuh pekerja yang mengalami kontak dengan alat yang
menimbulkan getaran.
d) Rekayasa Administrasi
Pada tahap ini, pengendalian getaran dapat dilakukan dengan melakukan pembatasan
pajanan getaran terhadap pekerja dengan pengaturan waktu kerja atau pembagian shift
kerja.
e) Penggunaan Alat Pelindung Diri
Pada tahap ini, pengendalian getaran dapat dilakukan dengan menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai. APD yang bisa digunakan adalah sarung tangan dengan
bahan yang dapat meredam paparan getaran akibat tangan pekerja yang kontak dengan
permukaan alat atau mesin sehingga paparan getaran yang diterima pekerja turun
menjadi 6 m/s2 sehingga paparan tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan pada
pekerja
DAFTAR PUSTAKA

Anizar, 2009. TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI INDUSTRI.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

BSN, 2004. SNI 16-7063-2004 Tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan,
Getaran Tangan-Lengan dan Radiasi Sinar Ultra Ungu di Tempat Kerja.

Budiawan, Raharjo & Prasetyo, 2019. INSPEKSI GETARAN PADA TURBIN UAP
PENGGERAK POMPA DI INDUSTRI PUPUK. Jurnal Rekayasa Mesin, Volume 14,
pp. 7-14.

Dwiyanti, E., Marji & Fanani, E., 2018. PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN
TERHADAP TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI PADA MAHASISWA
PESERTA PRAKTIKUM PENGELASAN II DI UNIVERSITAS NEGERI MALANG.
Preventia: The Indonesian Journal of Public Health, Volume 3, pp. 1-11.

MENAKER, 2018. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK


INDONESIA NO. 5 TAHUN 2018 TENTANG KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA LINGKUNGAN KERJA.

Pramuditta, L. & Kunaefi, T. D., 2016. PENGARUH PAPARAN GETARAN MESIN


TERHADAP KELELAHAN DAN HAND ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)
PADA PEKERJA DI INDUSTRI BETON PRACETAK (Studi Kasus PT SCG Pipe
And Precast Indonesia). Jurnal Teknik Lingkungan, Volume 22, pp. 42-51.

Sadiana, R., 2018. ANALISIS KEBISINGAN DAN GETARAN MEKANIS PADAMESIN


SEPEDA MOTOR INJEKSI 150 CC TIPE X. In: PROSIDING SEMINAR
NASIONAL ENERGI \& TEKNOLOGI (SINERGI). Bekasi: s.n., pp. 213-220.

Wijaya, A., 2018. PEMETAAN DAN PENGUKURAN ASPEK KESEHATAN DAN


KESELAMATAN KERJA DI LINGKUNGAN PERTAMINA REFINERY UNIT.
Jurnal Kesehatan Mega Buana, Volume 4, pp. 1-7.
LAMPIRAN

Layout Ruangan

Anda mungkin juga menyukai