GETARAN
NRP 0520040112
Kelas K3 2D
TAHUN 2020-2021
BAB 1
PENDAHULUAN
2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menganalisa pekerjan yang dilakukan oleh masing-masing
mahasiswa/pekerja beserta alat yang digunakan.
2. Mahasiswa mampu menentukan apakah getaran pada Bengkel Las/Konstruksi aman
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Mahasiswa memberikan rekomendasi perbaikan jika kondisi getaran pada Bengkel
Las/Konstruksi tidak aman sesuai dengan hirarki pengendalian bahaya.
Jumlah waktu pajanan per hari kerja (jam) Nilai ambang batas (𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 )
0,5 3,4644
1 2,4497
2 1,7322
4 1,2249
8 0,8661
Tabel 2. Nilai Ambang Batas Untuk Pemaparan Seluruh Tubuh
Sumber: Permenaker No. 5 tahun 2018
Selain PERMENAKER No. 5 Tahun 2018, nilai ambang batas getaran juga terdapat
dalam SNI 16-7063-2004 tentang nilai ambang batas iklim kerja (panas), kebisingan,
getaran lengan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja.
Berdasarkan SNI 16-7063-2004 nilai ambang batas untuk pajanan getaran tangan-
lengan di tempat kerja dengan parameter percepatan pada sumbu yang dominan adalah
4 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2 atau 0,40 Grav. Pengendalian getaran tangan – lengan dapat dilakukan dengan
mengatur waktu kerja sehubungan dengan tingkat pajanan getaran tangan - lengan. Berikut
tabel nilai ambang batas getaran tangan –lengan:
Berdasarkan ISO 10816 Vibration Severity tenaga mesin dapat diklasifikasikan menjadi
empat klas, yaitu:
a) Klas I
Mesin yang termasuk dalam jenis ini adalah mesin kecil dengan tenaga mencapai
15kW.
b) Klas II
Mesin yang termasuk dalam jenis ini adalah mesin menengah dengantenaga
mencapai 15kW hingga 75kW.
c) Klas III
Mesin yang termasuk dalam jenis ini adalah mesin besar dengan penggerak utama
besar dengan massa berputar yang dipasang di atas fondasi yang kaku dan berat.
d) Klas IV
Mesin yang termasuk jenis ini adalah mesin dengan penggerak utama besar dengan
massa berputar yang dipasang di atas fondasi. (Budiawan dkk, 2019)
2.7 Dampak Getaran Melebihi NAB
Dalam dunia industri potensi timbulnya keadaan yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan tidak dapat dihindari, salah satu penyebabnya adalah getaran. Jika keadaan
tersebut tidak diketahui atau bahkan terjadi kegagalan dalam pengendalian potensi bahaya,
maka hal tersebut akan berdampak buruk bagi kesehatan pekerja yang beraktivitas di
sekitarnya (Wijaya, 2018).
Berdasarkan survey nasional oleh Badan Pusat Statistik Norwegia tahun 2019
menyatakan bahwa sebesar 5% populasi tenga kerja terpapar oleh getaran lengan tangan
dan 25% didalamnya mengalami pajanan etaran setiap hari (Pramuditta dan Kunaefi,
2016). Tenaga kerja yang sering terpapar getaran tersebut adalah tukang kayu, pekerja
konstruksi, dan lain lain.
Gangguan Kesehatan yang timbul akibat pajanan getaran secara terus menerus dengan
kontak tangan kepada permukaan alat atau mesin yang menimbulkan getaran akan
mengakibatkan Hand Arn Vibration Syndrome (HAVS). Hand Arm Vibration Syndrome
(HAVS) adalah sindrom yang diakibatkan oleh penggunaan alat yang bergetar terus
menerus yang dapat menimbulkan gejala vaskuler, musculoskeletal, dan neurologik,
HAVS biasanya menyerang jari tangan, tangan, dan lengan (Octavia, 2017).
Gejala timbulnya Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS) yaitu:
a) Vaskular
Ditandai dengan pemucatan jari menjadi dingin dan berubah menjadi kebiruan akibat
kurangnya suplai oksigen kemudia jari tesebut memerah.
b) Sensorineural
Timbul rasa baal dan/atau kesemutan ppada satu atau lebih jari lebih dari satu jam.
8. Menentukan
belum hasil perhitungan
9. Memberikan rekomendasi apakah sudah
memenuhi
standar
4. sudah
END
BAB 4
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
1. Antisipasi
Antisipasi dapat dilakukan dengan memprediksi potensi bahaya serta resiko yang akan
ditimbulkan di Bengkel Las yang diakibatkan oleh getaran yang tidak sesuai NAB.
Antisipasi ada tiga tahap, yaitu:
I. Pengumpulan informasi, informasi bisa didapatkan dengan beberapa cara yaitu
dengan melakukan studi literatur, survey lokasi tempat mahasiswa atau
perkerja beraktivitas di Bengkel Konstruksi, serta dengan menaati peraturan
yang sudah ditetapkan oleh pihak terkait (dosen, kepala bengkel, ataupun
direksi).
II. Analisis dan diskusi ke pihak yang kompeten, hal ini dilakukan agar lebih
memahami mengenai struktur bengkel serta mengetahui tata cara melakukan
aktivitas di dalam bengkel dengan benar dan aman.
III. Membuat hasil antisipasi yang berupa list potensi bahaya apa saja yang dapat
terjadi saat melakukan aktivitas di dalam Bengkel Las dengan penggunaan
ventilasi yang tidak sesuai standar.
2. Rekognisi
Rekognisi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik bahaya yang
disebabkan oleh getaran yang tidak sesuai standar pada Bengkel Las. Rekognisi dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan menyelidiki laporan kecelakaan akibat
iklim kerja yang pernah terjadi di Bengkel Las/Konstruksi, melakukan konsultasi
kepada pihak uang berkompeten (ahli K3), melakukan inspeksi K3, Membuat
Preliminary Hazard Analysis (PHA) ketika ada sistem atau alat yang baru serta
membuat Job Safety Analysis (JSA) saat ada pekerjaan atau proses kerja yang baru.
Dengan PHA dan JSA, dapat dianalisis seberapa besar tingkat bahaya yang akan
ditimbulkan oleh sistem dan proses yang masih baru secara rinci dan detail.
3. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan melakukan mengukur getaran di Bengkel
Las/Konstruksi menggunakan Human Vibration Meter serta identifikasi kepada
beberapa pekerja dengan berbagai aktivitas yang dilakukan di dalam Bengkel
Las/Konstruksi. Kemudian data hasil pengukuran dibandingan dengan standar.
Standar yang digunakan dalam pengukuran Getaran ini adalah PERMENAKER No. 5
Tahun 2018 Nilai Ambang Batas getaran untuk pemaparan lengan dan tangan.
4. Pengendalian:
Berdasarkan hasil dari evaluasi dapat dilakukan pengendalian dikarenakan paparan
yang diterima mahasiswa atau pekerja melebihi batas aman paparan. Berikut
pengendalian bahaya akibat getaran yang tidak sesuai NAB berdasarkan hirarki
pengendalian bahaya.
a. Eliminasi
Tidak dapat dilakukan tindakan eliminasi karena dapat menghambat atau
mengganggu pekerjaan atau ativitas yang dilakukan di dalam Bengkel
Las/Konstruksi.
b. Substitusi
Tidak dapat dilakukan tindakan substitusi karena dalam mengganti komponen
mesin hingga mesin. Memerlukan biaya yang cukup mahal serta dapat menghambat
atau mengganggu pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan di dalam Bengkel
Las/Konstruksi saat dilakukan penggantian atau substitusi tersebut.
c. Rekayasa Teknik
Rekayasa teknis dapat dilakukan dengan menambah lapisan peredam getaran di
permukaan alat pada bagian yang tersentuh lengan dan tangan sehingga paparan
getaran yang diterima pekerja turun. Material peredam getaran ada berbagai jenis
seperti:
Neofade
Berikut spesifikasi material neofade:
Gabus Karet
Berikut spesifikasi material gabus karet:
Biasa digunakan untuk kebisingan dan getaran kontrol dengan ketahanan yang
sangat baik untuk minyak dan bahan bakar. Kontrol Getaran digunakan dalam
banyak aplikasi seperti kamar peralatan teknis, juga digunakan untuk isolasi getaran
untuk mesin termasuk Pompa, Presses, tenun & Motors, Landas pacu, rel &
bantalan isolasi kereta bawah tanah. Kegunaan lain seperti membangun elemen
suspensi akustik dan sistem untuk dinding, langit-langit, piping dll. Kontrol Getaran
dan isolasi. Excellent control kebisingan-Resistensi yang sangat baik untuk minyak
dan bahan bakar.
d. Pengendalian Adminsitratif
Rekayasa administrasi dapat dilakukan dengan pembagian waktu kerja atau shift
kerja pada pekerja yang mengoperasikan Las SMAW dan Bor. Hal ini dilakukan
agar waktu paparan getaran terhadap mahasiswa atau pekerja berkurang dan tidak
melebihi batas aman paparan.
e. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Penggunaan alat pelindung diri tidak hanya pada pekerja yang mengoperasikan Las
SMAW dan Bor tetapi seluruh pekerja yang beraktivitas didalam Bengkel Las.
Dalam kasus ini dapat digunakan sarung tangan yang sudah dilengkapi dengan
peredam getaran. Material peredam dapat berupa busa, kulit hewan, dan karet.
Berikut beberapa merk sarung tangan dengan material yang berbeda.
MARUGO BM800GRFREE
Berikut spesifikasinya
Nomor model : BM800GRFREE
Unit : 1 pasang
Warna : hijau
Ukuran : All Size
Ketebalan (mm) : 2.0, Bagian Yang Menonjol: 6.3
Material : All-Cotton (10 gauge)
Bahan Pencegahan Slip : Karet alam
Bahan Sel Getaran-Bukti : Karet alam
Kode : 8142477
Dengan spons karet pada telapak tangan, getaran dari alat dapat berkurang.
Berikut spesifikasinya:
Tipe produk : Sarung tangan kulit
Ketebalan (mm) : 4
Material : Kulit alami
Warna : Hitam
Fitur
a) Bahan penyerapan getaran khusus dimasukkan sebagai lapisan tengah di
bagian telapak tangan, dan bentuknya yang tipis tidak mengganggu pas, yang
membantu mempertahankan tingkat kinerja isolasi getarannya yang tinggi.
b) Permukaan terbuat dari kulit alami "Wet Guard" yang telah diberi perlakuan
khusus yang meningkatkan daya cengkeram saat basah dengan air atau
keringat.
Aplikasi
a) Untuk pekerjaan getaran yang terutama membutuhkan kecocokan yang baik.
b) Pekerjaan ringan yang melibatkan penggiling, mesin pemotong rumput, gergaji
mesin, gerinda tangan dll.
Dari kedua rekomendasi sarung tangan tersebut dapat dipilih salah satu dengan
menyesuaikan kondisi sehingga paparan getaran yang diterima pekerja dapat
berkurang hingga sesuai standar batas paparan aman maksimal.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum iklim kerja yang sudah dilakukan di Bengkel Las, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Dari pengukuran serta identifikasi kepada tiga pekerja dengan aktivitas yang berbeda
diapatkan hasil bahwa Amir (pekerja 1) melakukan aktivitasnya selama 5 jam berupa
Menggerinda dengan paparan getaran rata rata 5,16 m/s2 , Bejo (pekerja 2) melakukan
aktivitasnya selama 4,5 jam berupa Memotong dengan Mesin Cutting dengan paparan
getaran rata rata 5,16 m/s2 , Catur (pekerja 3) melakukan aktivitasnya selama 4 jam
berupa Mengelas SMAW dengan paparan getaran rata rata 6,5 m/s2, dan Dadang (pekerja
4) melakukan aktivitasnya selama 5 jam berupa Mengebor dengan paparan getaran rata
rata 6,73 m/s2.
2. Data hasil pengukuran dan identifikasi terhadap pekerja dibandingkan dengan standar
pada PERMENAKER No. 5 Tahun 2018. Dapat disimpulkan bahwa paparan getaran
yang diterima oleh Catur (pekerja 3) tidak memenuhi standar karena durasi maksimal
paparan getaran sebesar 6,5 m/s2 adalah selama 4 jam dan kurang dari 6 jam dalam satu
hari serta paparan getaran yang diterima oleh Dadang (pekerja 4) tidak memenuhi standar
karena durasi maksimal paparan getaran sebesar 6,73 m/s2 adalah selama 4 jam dan
kurang dari 6 jam dalam satu hari.
3. Pada kasus yang ada pada Bengkel Las/Konstruksi tidak semua pengendalian bahaya
dapat dilakukan karena beberapa faktor. Pengendalian yang dapat dilakukan di dalam
Bengkel Las/Konstruksi adalah rekayasa teknis yang dapat dilakukan dengan menambah
lapisan peredam getaran di permukaan alat pada bagian yang tersentuh lengan dan tangan
dengan opsi material neofade atau gabus karet. Dalam pemasangannya dapat diatur
sedemikian rupa sehingga paparan yang dihasilkan oleh Las SMAW dan Mengebor turum
menjadi 6 m/s2 . Selain itu juga dapat dilakukan rekayasa administrasi dengan membagi
Shift kerja pada pekerja yang mengoperasikan Las SMAW dan Mengebor. Dalam kasus
ini shift kerja dapat diatur sedemikian rupa sehingga durasi maksimal setiap mahasiswa
atau pekerja saat mengoperasikan Las SMAW turun menjadi 2 jam dan kurang dari 4 jam
dalam satu hari dan durasi maksimal setiap mahasiswa atau pekerja saat mengoperasikan
Gerinda Tangan turun menjadi 1 jam dan kurang dari 2 jam dalam satu hari. Langkah
terakhir yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan alat pelindung diri saat
beraktivitas didalam Bengkel Las/Konstruksi. Dalam kasus ini dapat digunakan sarung
tangan yang sudah dilengkapi dengan peredam getaran. Material peredam dapat berupa
busa, kulit hewan, dan karet.
5.2 Saran
Berikut saran yang dapat diberikan agar praktikum iklim kerja selanjutnya berjalan
dengan lancar dan mendapatkan hasil yang maksimal:
1. Pada saat melakukan pengukuran atau pengambilan data, agar dilakukan pembacaan hasil
yang muncul pada alat dengan teliti agar mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Pada saat melakukan perhitungan data agar dilakukan dengan teliti serta menjaga nafas
agar tidak terlalu keras, hal ini dilakukan agar hasil pengukuran yang didapatkan valid.
Tugas Pendahuluan
1. Berikan contoh kecelakaan/ penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh getaran mekanis
pada alat (hand arm vibration and whole body vibration)!
Jawab:
Salah satu penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh getaran adalah Hand-Arm Vibration
Syndrome. Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS) adalah sindrom yang diakibatkan oleh
penggunaan alat yang bergetar terus menerus yang dapat menimbulkan gejala vaskuler,
musculoskeletal, dan neurologik, HAVS biasanya menyerang jari tangan, tangan, dan
lengan (Octavia, 2017).
Gejala timbulnya Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS) yaitu:
c) Vaskular
Ditandai dengan pemucatan jari menjadi dingin dan berubah menjadi kebiruan akibat
kurangnya suplai oksigen kemudia jari tesebut memerah.
d) Sensorineural
Timbul rasa baal dan/atau kesemutan ppada satu atau lebih jari lebih dari satu jam.
3. Jika seseorang bekerja menggunakan gerinda tangan dan paparan getaran yang diterima
selama 4 jam bekerja adalah 8 m/s2. Apakah keadaan tersebut aman berdasarkan standar
yang berlaku? Rekomendasi apa yang dapat anda berikan?
Jawab:
Berdasarkan SNI 16-7063-2004 bekerja dengan paparan getaran 8 m/s2 selama 4 jam
termasuk keadaan tidak aman dikarenakan batas waktu paparan getaran sebesar 8 m/s2
adalah selama 1 jam dan kurang dari 2 jam. Selain itu dalam PERMENAKER No. 5 Tahun
2018 juga mengatur bahwa Ketika seseorang bekerja dengan paparan getaran selama 4 jam
maka batas paparan aman paling tinggi adalah sebesar 6 m/s2.
Rekomendasi yang dapat diberikan sesuai hirarki pengendalian bahaya sebagai berikut:
a) Eliminasi
Pada tahap eliminasi, pengendalian getaran dapat dilakukan dengan menghilangkan
sumber getaran pada suatu tempat kerja. Sumber getaran dapat berupa komponen pada
alat hingga satu sistem mesin.
b) Substitusi
Pada tahap substitusi, pengendalian getaran dapat dilakukan dengan mengganti
komponen alat, alat, bahan, dan proses yang dapat menimbulkan getaran.
c) Rekayasa Teknik
Pada tahap ini, pengendalian getaran dapat dilakukan dengan menambah peredam
diantara alat dengan bagian tubuh pekerja yang mengalami kontak dengan alat yang
menimbulkan getaran.
d) Rekayasa Administrasi
Pada tahap ini, pengendalian getaran dapat dilakukan dengan melakukan pembatasan
pajanan getaran terhadap pekerja dengan pengaturan waktu kerja atau pembagian shift
kerja.
e) Penggunaan Alat Pelindung Diri
Pada tahap ini, pengendalian getaran dapat dilakukan dengan menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai. APD yang bisa digunakan adalah sarung tangan dengan
bahan yang dapat meredam paparan getaran akibat tangan pekerja yang kontak dengan
permukaan alat atau mesin sehingga paparan getaran yang diterima pekerja turun
menjadi 6 m/s2 sehingga paparan tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan pada
pekerja
DAFTAR PUSTAKA
BSN, 2004. SNI 16-7063-2004 Tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan,
Getaran Tangan-Lengan dan Radiasi Sinar Ultra Ungu di Tempat Kerja.
Budiawan, Raharjo & Prasetyo, 2019. INSPEKSI GETARAN PADA TURBIN UAP
PENGGERAK POMPA DI INDUSTRI PUPUK. Jurnal Rekayasa Mesin, Volume 14,
pp. 7-14.
Dwiyanti, E., Marji & Fanani, E., 2018. PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN
TERHADAP TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI PADA MAHASISWA
PESERTA PRAKTIKUM PENGELASAN II DI UNIVERSITAS NEGERI MALANG.
Preventia: The Indonesian Journal of Public Health, Volume 3, pp. 1-11.
Layout Ruangan