VENTILASI
NRP 0520040112
Kelas K3 2D
TAHUN 2020-2021
BAB 1
PENDAHULUAN
2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan pergantian udara perjam berdasarkan hasil
pengukuran yang didapatkan.
2. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan waktu setiap pergantian udara berdasarkan
hasil pengukuran yang didapatkan.
3. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan volume udara per unit luas area berdasarkan
hasil pengukuran yang didapatkan.
4. Mahasiswa mampu memberikan solusi terkait data yang didapatkan jika tidak sesuai
standar.
Sistem ventilasi mekanis harus menyala terus menerus selama ruangan tersebut
digunakan berkegiatan. Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai
fungsi ruangan harus seuai ketentuan yang berlaku
Selain 2 jenis ventilasi di atas, ventilasi juga dapat diklsifikasikan menurut
jenisnya, yaitu:
1. Ventilasi Umum (general ventilation).
Ventilasi umum dapat diartikan sebagai pengenceran, yaitu penurunan
konsentrasi kontaminan udara dalam ruang sampai pada tingkat yang aman
bagi kesehatan (NAB) dan keselamatan tenaga kerja. Ventilasi umum dapat
berlangsung dengan baik bila:
- Kadar kontaminan udara dalam ruang tidak terlalu tinggi agar volume
udara pengencer tidak terlalu besar.
- Pekerja berada cukup jauh dari sumber pengencer agar tidak terpengaruh
pencemaran, kadar kontaminan udara masih dibawah nilai ambang batas.
- Toksisitas kontaminan masih rendah.
- Pencemaran terjadi merata.
2. Ventilasi Dilusi (dilution ventilation).
Biasanya dapat dicapai dengan mengencerkan udara yang
terkontaminasi gas yang mudah terbakar dengan meniupkan udara ke tempat
kerja dan mengeluarkan kembali lewat saluran buang.
3. Ventilasi Lokal Setempat (local exhaust ventilation).
Ventilasi jenis ini merupakan sistem yang menggunakan ventilasi khusus
untuk mencegah atau mengurangi tingginya tingkat zat-zat berbahaya di
lingkungan tempat kerja.
…. Kali/jam…………………………………………………,,……..(2.1)
Waktu setiap pergantian udara
…. jam…………………………………………,,,,,,,,,,……………..(2.2)
Aliran udara per unit area (air floor per unit floor area)
…. cmm/jam………………………………………………………..(2.3)
Volume udara setiap orang (air volume per person)
…. cmm/orang………………………………………………..(2.4)
2.6 Penyakit Akibat Ventilasi
Kualitas udara dalam ruang dapat tercemar oleh chemical yg berasal dari dalam maupun
luar ruangan, tercemar oleh mikroba ataupun disebabkan karena ventilasi udara yg kurang
baik. Kualitas udara yang buruk akan membawa dampak negatif terhadap pekerja/karyawan
berupa keluhan gangguan kesehatan. Contoh polutan yang bisa mencemari ruangan
misalnya asap rokok, ozon yg berasal dari mesin foto copy dan printer; volatile organics
compounds yg berasal dari carpets, furniture, cat, cleaning agents dan sebagainya, debu,
carbon monoxide, formaldehyde, dan lainlain.
Keluhan yang ditimbulkan dari pencemar udara dalam ruangan itu bisa berupa
(Vidyautami dkk, 2015):
Iritasi (mata berair dan gatal tenggorokan)
Sesak napas
Sakit kepala
Kelelahan
Gejala seperti flu (bersin dan hidung tersumbat)
Bronkitis.
Menurut Prof. dr. Juli Soemirat, Ph. D & Team dalam Vidyautami dkk (2015) gangguan
yang dapat muncul dari kualitas udara yang buruk berupa timbulnya penyakit yang berasal
dari kondisi bangunan
Kanker
Asma
hypersensitivety pneumonitis
iritasi selaput lender
humidifier fever
legionnaire
alergi dan lain-lain
Gangguan-gangguan yang ditimbulkan dapat mengganggu dan bahkan mengakibatkan
menurunnya produktivitas kerja para pekerja.
2.7 Pengendalian Ventilasi
Dari banyak permasalahan dan gangguan yang disebabkan oleh ventilasi yang tidak
sesuai oleh standar, maka perlu adanya upaya pengendalian ventilasi agar mampu mencegah
atau meminimalisir terjadinya gangguan gangguan akibat ventilasi yang tidak sesuai dengan
lingkungan kerja. Berikut merupakan hirarki pengendalian ventilasi yang tidak sesuai
standar pada tempat kerja:
a. Eliminasi
Menghilangkan bahaya dilakukan pada saat mendesain rancangan ventilasi, yang
bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan
sistem karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya adalah metode
yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan perilaku pekerja dalam
menghindari resiko, namun demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak
selalu praktis dan ekonomis.
b. Substitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti alat atau mesin, proses atau operasi
dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini
menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui desain sistem ataupun desain ulang.
Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem otomatisasi pada mesin untuk
mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan
pembersih kimia yang kurang berbahaya.
c. Rekayasa Teknis
Metode pengendalian secara teknis adalah pengendalian yang ditujukan terhadap
sumber bahaya atau lingkungan. Pengendalian ini bertujuan untuk memisahkan bahaya
dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini
tepasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan. Contoh-contoh implementasi
metode ini misal adalah adanya penutup machine guard, circuit breaker interlock
system, start-up alarm, ventilation system, sensor sound enclosure, ventilasi
pengenceran, ventilasi pembuangan, dan isolasi atau penutupan.
d. Rekayasa Administrasi
Metode pengendalian ini dilakukan dengan merubah cara kerja yang dilakukan pekerja
dengan upaya untuk membatasi resiko pemajanan dan membuat shift kerja untuk para
pekerja sesuai dengan standar waktu pekerja terpapar oleh ventilasi yang tidak sesuai.
e. APD
Metode Pengendalian ini dilakukan oleh tiap individu. Untuk tekanan panas,
pengendaliannya berupa memakai pakaian yang dingin atau yang menyerap keringat,
namun juga dapat termasuk pakaian yang dapat memantulkan panas radiasi yang tinggi
dalam lingkungan tempat kerja panas. Menggunakan masker, safety googles dan safety
gloves agar mencegah dan meminimalisir pekerja terpapar debu dan terkena virus.
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
4. Menyalakan Anemometer
8. Menentukan
belum
hasil perhitungan
9. Memberikan rekomendasi apakah sudah
memenuhi
standar
5. sudah
END
BAB 4
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
4.2 Perhitungan
Perhitungan
Berdasarkan data Hasil percobaan tersebut, data harus dilakukan perhitungan karena hasil yang
muncul pada alat tidak satuan cfm. Berikut ini perhitungan ventilasi berdasarkan ruangan :
Perhitungan Ventilasi Umum pada Bengkel Las
Diketahui : P = 16 m
L = 14 m
T=6m
GVR = 3163 cfm
= 89,57 m3/menit
= 5374,2 m3/jam
Jumlah orang : 35
Jenis ventilasi : - 7 jendela terbuka lebar ( v = 0,2 m/s, A = 2m x 2m )
- 1 pintu ( v = 1 m/s, A = 30 cm x 1 m )
Luas Ruangan = p x l = 16 x 14 = 224 m2
Volume Ruangan = p x l x t = 16 x 14 x 6 = 1.344 m3
Perhitungan
a. Pergantian udara per jam (air change per hour)
𝐺𝑉𝑅 5.374,1 𝑚3/𝑗𝑎𝑚
=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1.344 𝑚3
= 3.99 kali/jam
= 4 Kali/ jam
b. Waktu setiap pergantian udara
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1.344 𝑚3
= 89,57 𝑚3/𝑗𝑎𝑚
𝐺𝑉𝑅
= 15 menit
c. Aliran udara per unit luas area (air floor per unit floor area)
𝐺𝑉𝑅 89,57 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 224 𝑚2
3
= 0,399 cmm/m
= 0,4 cmm/m3
d. Volume udara setiap orang (air volume per person)
𝐺𝑉𝑅 89,57 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔 35
= 2,559 cmm/orang
= 2,56 cmm/orang
Perhitungan Ventilasi Umum Ruang Kalab dan Teknisi
Diketahui : P=4m
L=4m
T=3m
GVR = 141 cfm
= 3,99 m3/menit
= 239,4 m3/jam
Jumlah orang : 3
Jenis Ventilasi : AC ( v = 1 m/s, A=30 cm x 1 m )
Luas Ruangan = p x l = 4 x 4 = 16 m2
Volume Ruangan = p x l x t = 4 x 4 x 3 = 48 m3
Perhitungan
a. Pergantian udara per jam (air change per hour)
𝐺𝑉𝑅 239,4 𝑚3/𝑗𝑎𝑚
=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 48 𝑚3
= 4,9875 kali/jam
Jumlah orang : 1
Jenis ventilasi : - 1 jendela terbuka lebar ( v = 0,2 m/s, A = 1m x 0,5m )
- 1 pintu ( v = 0,5 m/s, A = 0,4 cm x 1 m )
Luas Ruangan = p x l = 3 x 3 = 9 m2
Volume Ruangan = p x l x t = 3 x 3 x 6 = 54 m3
Perhitungan
a. Pergantian udara per jam (air change per hour)
𝐺𝑉𝑅 540 𝑚3/𝑗𝑎𝑚
=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 54 𝑚3
= 10 kali/jam
= 6 m3/menit
= 360 m3/jam
Jumlah orang :1
Jenis Ventilasi = 1 Pintu ( v = 0,5 m/s, A=0,4 cm x 1 m )
Luas Ruangan = p x l = 6 x 4 = 24 m2
Volume Ruangan = p x l x t = 6 x 4 x 3 = 72 m3
Perhitungan
a. Pergantian udara per jam (air change per hour)
𝐺𝑉𝑅 360 𝑚3/𝑗𝑎𝑚
=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 72 𝑚3
= 5 kali/jam
Penambahan 1 buah AC
Q = Cv x A x v x jumlah jendela yang ditambahkan
Q = 0,2 x ( 0,3 x 1 ) x 1 x 1
Q = 0,2 x 0,3 x 1
Q = 0,06 m3/detik x 60 = 3,6 m3/menit x 60 = 216 m3/jam
Berdasarkan Tabel Dapat diketahui bahwa urutan material kain yang memiliki
kelajuan serap air paling tinggi adalah flannel, katun, jersey, crepe, satin. Flannel
memiliki kelajuan serap air paling tinggi namun bahan ini tidak dianjurkan untuk
digunakan sebagai bahan pakaian bengkel karena material ini terbuat dari serat wol
yang mudah sobek ketika tertarik dan juga bahan ini memberikan efek padas di
tubuh. Bahan pakaian yang dianjurkan adalah kain katun, meskipun memiliki
kelajuan serap air di bawah flannel namun kelajuan serap air material katun masih
cukup tinggi, bahan ini juga cukup tebal sehingga cocok digunakan sebagai bahan
pakaian saat bekerja atau beraktivitas di bengkel
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pengukuran ventilasi yang sudah dilakukan di Bengkel Las,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Perhitungan pergantian udara perjam menggunakan data hasil pengukuran yaitu
GVR (m3 /jam) dan volume. Didapatkan hasil perhitungan pada bengkel las sebesar
3,99 kali/jam, ruang kalab dan teknisi sebesar 4,99 kali/jam, tool store sebesar10
kali/jam, serta gudang sebesar 5 kali/jam. Kemudin data dibandingkan dengan
standar SNI 03-6572-2001 didapatkan kesimpulan bahwa tool store yang memenuhi
standar, tetapi di ruang yang lain tidak memenuhi.
3. Perhitungan aliran udara per unit luas area menggunakan data hasil pengukuran
yaitu GVR dan luas. Didapatkan hasil perhitungan pada bengkel las sebesar 0,4
cmm/m2, ruang kalab dan teknisi sebesar 0,25 cmm/m2, tool store sebesar 1
cmm/m2, serta gudang sebesar 0,25 cmm/m2.
4. Pada kasus yang ada pada Bengkel Las tidak semua pengendalian bahaya dapat
dilakukan karena beberapa faktor. Pengendalian yang dapat dilakukan di dalam
Bengkel Las adalah rekayasa teknis yang dapat dilakukan dengan menambahkan
ventilasi baik alami maupun mekanis di dalam Bengkel Las. Hal ini dilakukan agar
ISBB didalam Bengkel Las tidak melebihi standar yang ada pada SNI 03-6572-2001
tentang Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada
bangunan gedung. Pada bengkel las dapat ditambahkan ventilasi alami berupa 7
jendela dan 1 pintu, pada ruang kalab dan teknisi dapat ditambahkan ventilasi
mekanik berupa 1 AC, pada tool store tidak perlu ada penambahan atau pengurangan
ventilasi, serta pada gudang dapat ditambahkan ventilasi alami berupa 1 Jendela.
Selain itu juga dapat dilakukan Rekayasa administrasi dengan membuat aturan atau
himbauan agar seluruh ventilasi baik mekanik maupun alami difungsikan secara
maksimal, seperti menyalakan AC sesuai suhu yang dibutuhkan serta membuka
jendela yang ada pada bengkel. Langkah terakhir yang dapat dilakukan adalah
dengan penggunaan alat pelindung diri berupa penggunaan pakaian yang berbahan
katun ketika beraktivitas didalam Bengkel Las. Bahan katun dipilih karena bahan
jenis ini memiliki kelajuan serap air yang cukup tinggi yaitu 0,070 cm/detik.
5.2 Saran
Berikut saran yang dapat diberikan agar praktikum pengukuran ventilasi selanjutnya
berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil yang maksimal:
1. Pada saat melakukan pengukuran atau pengambilan data, agar dilakukan pembacaan hasil
yang muncul pada alat dengan teliti agar mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Pada saat melakukan perhitungan data agar dilakukan dengan teliti serta menjaga nafas
agar tidak terlalu keras, hal ini dilakukan agar hasil pengukuran yang didapatkan valid.
LAPORAN SEMENTARA
Gambaran Umum
Tanggal : 9 April 2021
Team Pengukur : Rahma Dinda Melati
Alat Yang Dipakai : Anemometer
4. Bagaimana penerapan ventilasi untuk ruang yang tidak ada akses ke udara bebas ?
Jawab:
Pada ruang yang tidak memiliki akses ke udara bebas penerapan ventilasi natural tidak
bisa memenuhi kebutuhan udara segar dikarenakan system ventilasi natural bekerja
dengan memanfaatkan perbedaan tekanan antara angina di dalam ruang dan di luar
ruang. Ventilasi natural juga bekerja tanpa bantuan alat. Untuk mengatasi hal tersebut
bisa dilakukan dengan pemasangan ventilasi mekanikan berupa Air conditioner (AC)
yang bekerja dengan bantuan alat dan energi listrik yang system kerjanya menarik udara
bersuhu tinggi di dalam ruang untuk dialirkan keluar ruang atau gedung dan suhu di
dalam ruang bisa diatur sesuai kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Anizar, 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ardiani, S., Rahmayanti, H. D. & Akmalia, N., 2019. Analisis Kapilaritas Air pada Kain. Jurnal
Fisika, pp. 47-51.
Budi, I. S., Ardillah, Y., Sari, I. P. & Septiawati, D., 2018. Analisis Faktor Risiko Kejadian
penyakit Tuberculosis Bagi Masyarakat. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia,
Volume 17, pp. 87-94.
Hamzah, B., Rahim, M. R., Ishak, M. t. & Sahabuddin, 2017. Kinerja Sistem Ventilasi Alami
Ruang Kuliah. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, Volume 6, pp. 51-58.
Sugiono, Sulistyarini, D. H., Swara, S. E. & Mahadika, K. A., 2017. INVESTIGASI HEAT
STRESS PADA PEKERJA WIRING HARNESS BERDASARKAN PREDICTED
MEAN VOTE (PMV) INDEX MENGGUNAKAN CFD SIMULATION. Seminar
Nasional IENACO..
LAMPIRAN
Layout Ruangan