Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM HYGIENE INDUSTRI

VENTILASI

Nama Rahma Dinda Melati

NRP 0520040112

Kelas K3 2D

Tanggal Percobaan 9 April 2021

Tanggal Penyelesaian 16 April 2021

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

TAHUN 2020-2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja atau biasa disebut K3 adalah semua prosedur yang
dilakukan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja yang beraktivitas di
lingkungan kerja.
Di lingkungan kerja di setiap bidang pekerjaan selalu memiliki potensi bahaya (hazard)
yang dapat mengakibatkan timbulnya penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja
(Dwiyanti dkk, 2018). Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan pada tahun 2018 angka
kecelakaan kerja mencapai 173.105 kasus. Potensi bahaya di lingkungan kerja bisa
disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya ialah sirkulasi udara yang kurang baik.
Sirkulasi udara dalam suatu ruangan dapat diatur dengan pemasangan ventilasi sesuai
standar, baik ventilasi alam ataupun ventilasi mekanikal. Fungsi dari pemasangan ventilasi
ini pun beragaram, salah satunya dapat digunakan untuk mengatur temperatur, kelembapan
dan pertukaran angin di dalam ruang atau lingkungan.
Hubungan antara sirkulasi udara yang kurang baik dengan kemungkinan timbulnya
gangguan terhadap kesehatan sangat mempengaruhi kinerja/aktivitas dan kenyamanan
thermal pekerja maupun mahasiswa. Sirkulasi udara yang kurang baik dapat menimbulkan
tingginya kelembaban dikarenakan terjadinya proses penguapan. Tuberkulosis (TB) adalah
salah satu contoh penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh pemasangan ventilasi kurang
tepat. Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri penyebab tuberkusis (TB) penyakit
menular yang sebagian besar menyerang paru paru (Iwan, 2018).
Bakteri bakteri pantogen termasuk mycobacterium tuberculosis dapat tumbuh dan
berkembang biak pada lingkungan atau ruangan yang memiliki kelembaban tinggi
(Notoatmodjo, 2017; dalam Dina 2017). Selain tuberculosis masih banyak lagi penyakit
akibat kerja yang disebabkan oleh kelembaban yang tinggi.
Sirkulasi udara yang kurang baik dapat diatasi dengan pengendalian sesuai prosedur,
dengan langkah awal yang harus dilakukan adalah pengukuran ventilasi di ligkungan kerja.
Setelah itu dilakukan pengolahan data sebelum menerapkan pengendalian untuk keamanan
pekerja atau orang yang beraktivitas di lingkungan kerja.
Oleh karena itu pada praktikum Hygiene Industri kali ini, mahasiswa akan melakukan
praktikum ventilasi agar memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai bagaimana
aturan dalam pemasangan ventilasi pada suatu gedung atau ruangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perhitungan pergantian udara perjam berdasarkan hasil pengukuran?
2. Bagaimana perhitungan waktu setiap pergantian udara berdasarkan hasil pengukuran?
3. Bagaimana perhitungan aliran udara per unit luas area berdasarkan hasil pengukuran?
4. Bagaimana solusi terkait data yang didapatkan jika tidak sesuai standar?

2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan pergantian udara perjam berdasarkan hasil
pengukuran yang didapatkan.
2. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan waktu setiap pergantian udara berdasarkan
hasil pengukuran yang didapatkan.
3. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan volume udara per unit luas area berdasarkan
hasil pengukuran yang didapatkan.
4. Mahasiswa mampu memberikan solusi terkait data yang didapatkan jika tidak sesuai
standar.

2.1 Ruang Lingkup


Nama ruang/bengkel : Bengkel Las
Hari dan tanggal : Jumat, 9 April 2021
Waktu : 08.00 – selesai
Alat Ukur : Anemometer
Parameter : Ventilasi, pergantian udara per jam, waktu setiap pergantian
udara, aliran udara per unit luas area, dan volume udara tiap
orang.

Standar : SNI 03-6572-2001.


BAB 2
DASAR TEORI

2.1. Pengertian Ventilasi


Dalam SNI 03-6572-2001 tertera bahwa ventilasi merupakan proses untuk mencatu
udara segar ke dalam bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Pengertian
lain dari ventilasi yaitu proses keluarnya udara yang terkontaminasi dari dalam ruang atau
gedung dan masuknya udara bersih dari luar ke dalam ruang atau gedung.
Dengan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ventilasi adalah proses
pertukaran udara yang sudah terkontaminasi di dalam ruang dengan udara segar dari luar
untuk mempertahankan suhu dan kelembaban ruang atau gedung.

2.2. Tujuan Pemasangan Ventilasi


Penggunaan ventilasi secara umum bertujuan untuk mendapatkan udara yang segar
pada ruang atau gedung, namun hal ini juga bergantung pada desain ruangan dan
penataan jendela (Geetha dan verlaj, 2012; dalam Baharudin dkk, 2017). Tujuan yang
lebih detail terdapat dalam SNI 03-6572-2001, yaitu:

a) menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh keringat


dan sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh pernafasan
dan proses-proses pembakaran.
b) menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan sebagainya.
c) menghilangkan kalor yang berlebihan.
d) membantu mendapatkan kenyamanan termal.

2.3 Klasifikasi Ventilasi


Ventilasi terbagi menjadi dua menurut asal diperolehnya, yaitu ventilasi alami dan
mekanis, berikut penjelasan tentang dua jenis ventilasi yang ada:
1. Ventilasi Alami
Ventilasi alami atau natural ialah lubang sirkulasi udara tanpa bantuan alat
mekanis, contohnya ialah jendela dan pintu. Ventilasi alami ini tidak dapat
menanggulangi panas radiasi yang tinggi dan biasanya tidak berfungsi sesuai keinginan
terutama jika keadaan udara bersih dan sejuk di luar ruangan kurang memadai.
Ventilasi alami terjadi akibat adanya perbedaan tekanan di luar suatu bangunan
dan di dalam suatu bangunan yang disebabkan oleh angin dan perbedaan temperatur,
sehingga gas-gas panas yang ada di gedung atau ruangan naik dalam saluran ventilasi.
Ventilasi alami yang harus disediakan berupa bukaan permanen, jendela, pintu, atau
sarana lain yang dapat dibuka, dengan persyaratan teknis sebagi berikut:
1. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan dan luas
lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas
lantai, dengan tinggi lubang ventilasi minimal 80 cm dari langit-langit
(Sanitarian, 2020).
2. Tinggi jendela yang dapat dibuka dan ditutup minimal 80 cm dari lantai dan
jarak dari langit-langit sampai jendela minimal 30 cm (Sanitarian, 2020).
3. Udara yang masuk harud udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap dari
pembakaran sampah, knaolpot kendaraan, debu dan lainlain(Sanitarian,
2020).
4. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang hawa
berhadapan antara dua dinding ruangan.Aliran udara ini diusahakan tidak
terhalang oleh barang-barang seperti almari, dinding, sekat-sekat, dan lain-
lain (Sanitarian, 2020).
5. Arah gedung atau ruangan harus menghadap ke halaman berdinding dengan
ukuran yang sesuai atau daerah yang terbuka ke atas seperti teras terbuka,
pelataran parkir atau yang sejenis, serta ruang yang bersebelahan (Badan
Standarisasi Nasional, 2001).
2. Ventilasi Mekanis (Buatan)
Ventilasi Buatan atau Mekanis adalah lubang sirkulasi udara dengan bantuan
alat mekanis, seperti kipas angin, exhaust fan, air conditioner, dan lain-lain.
Seperti halnya Exhaust fan yang memiliki tujuan untuk mengendalikan panas
konveksi dengan cara menghisap keluar udara yang panas melalui canopy hood yang
dipasang di atas sumber panas dengan bantuan alat mekanis (fan) kemudian melalui
canopy hood udara panas tersebut akan terhisap ke luar.
Pendinginan setempat (spot cooling) juga dapat dillakukan sebagai salah satu
cara memaksimalkan ventilasi yaitu dengan mengalirkan udara yang sejuk ke sekitar
pekerja dengan tujuan menggantikan udara yang panas dengan udara yang sejuk dengan
kecepatan yang tinggi (>1 m/s), sehingga pekerja di tempat tersebut merasa nyaman.
Jika di tempat kerja tersebut terdapat sumber panas radiasi yang tinggi, maka udara yang
dialirkan harus cukup rendah suhunya.
Berikut persyaratan teknis pada ventilasi mekasnis menurut SNI 03- 6572-2001:
1. Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang
memenuhi syarat tidak memadai.
2. Penempatan Fan harus memungkinkan pelepasan udara secara maksimal
dan juga memungkinkan masuknya udara segar atau sebaliknya.
3. Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut
dihuni.
4. Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi
mekanis untuk membuang udara kotor dari dalam dan minimal 2/3 volume
udara ruang harus terdapat pada ketinggian maksimal 0.6 meter dari lantai.
5. Ruang parkir pada ruang bawah tanah (besmen) yang terdiri dari lebih satu
lantai, gas buang mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu udara
bersih pada lantai lainnya.

Sistem ventilasi mekanis harus menyala terus menerus selama ruangan tersebut
digunakan berkegiatan. Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai
fungsi ruangan harus seuai ketentuan yang berlaku
Selain 2 jenis ventilasi di atas, ventilasi juga dapat diklsifikasikan menurut
jenisnya, yaitu:
1. Ventilasi Umum (general ventilation).
Ventilasi umum dapat diartikan sebagai pengenceran, yaitu penurunan
konsentrasi kontaminan udara dalam ruang sampai pada tingkat yang aman
bagi kesehatan (NAB) dan keselamatan tenaga kerja. Ventilasi umum dapat
berlangsung dengan baik bila:
- Kadar kontaminan udara dalam ruang tidak terlalu tinggi agar volume
udara pengencer tidak terlalu besar.
- Pekerja berada cukup jauh dari sumber pengencer agar tidak terpengaruh
pencemaran, kadar kontaminan udara masih dibawah nilai ambang batas.
- Toksisitas kontaminan masih rendah.
- Pencemaran terjadi merata.
2. Ventilasi Dilusi (dilution ventilation).
Biasanya dapat dicapai dengan mengencerkan udara yang
terkontaminasi gas yang mudah terbakar dengan meniupkan udara ke tempat
kerja dan mengeluarkan kembali lewat saluran buang.
3. Ventilasi Lokal Setempat (local exhaust ventilation).
Ventilasi jenis ini merupakan sistem yang menggunakan ventilasi khusus
untuk mencegah atau mengurangi tingginya tingkat zat-zat berbahaya di
lingkungan tempat kerja.

2.4 Standart dan Peraturan Tentang Ventilasi


Berikut merupakan beberapa peraturan yang memuat tentang Ventilasi
 SNI 03-6572-2001 Tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi Dan
Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung.
 OSHA 1910.94 Tentang Ventilation
 OSHA 1918.94 Tentang Ventilation and Atmospheric Conditions.

2.5 Rumus Penentuan Ventilasi Umum


Beberapa rumus dan perhitungan yang sering dipakai untuk pengukuran ventilasi umum
adalah:
 Pergantian udara per jam (air change per hour)

…. Kali/jam…………………………………………………,,……..(2.1)
 Waktu setiap pergantian udara

…. jam…………………………………………,,,,,,,,,,……………..(2.2)
 Aliran udara per unit area (air floor per unit floor area)

…. cmm/jam………………………………………………………..(2.3)
 Volume udara setiap orang (air volume per person)

…. cmm/orang………………………………………………..(2.4)
2.6 Penyakit Akibat Ventilasi
Kualitas udara dalam ruang dapat tercemar oleh chemical yg berasal dari dalam maupun
luar ruangan, tercemar oleh mikroba ataupun disebabkan karena ventilasi udara yg kurang
baik. Kualitas udara yang buruk akan membawa dampak negatif terhadap pekerja/karyawan
berupa keluhan gangguan kesehatan. Contoh polutan yang bisa mencemari ruangan
misalnya asap rokok, ozon yg berasal dari mesin foto copy dan printer; volatile organics
compounds yg berasal dari carpets, furniture, cat, cleaning agents dan sebagainya, debu,
carbon monoxide, formaldehyde, dan lainlain.
Keluhan yang ditimbulkan dari pencemar udara dalam ruangan itu bisa berupa
(Vidyautami dkk, 2015):
 Iritasi (mata berair dan gatal tenggorokan)
 Sesak napas
 Sakit kepala
 Kelelahan
 Gejala seperti flu (bersin dan hidung tersumbat)
 Bronkitis.
Menurut Prof. dr. Juli Soemirat, Ph. D & Team dalam Vidyautami dkk (2015) gangguan
yang dapat muncul dari kualitas udara yang buruk berupa timbulnya penyakit yang berasal
dari kondisi bangunan
 Kanker
 Asma
 hypersensitivety pneumonitis
 iritasi selaput lender
 humidifier fever
 legionnaire
 alergi dan lain-lain
Gangguan-gangguan yang ditimbulkan dapat mengganggu dan bahkan mengakibatkan
menurunnya produktivitas kerja para pekerja.
2.7 Pengendalian Ventilasi
Dari banyak permasalahan dan gangguan yang disebabkan oleh ventilasi yang tidak
sesuai oleh standar, maka perlu adanya upaya pengendalian ventilasi agar mampu mencegah
atau meminimalisir terjadinya gangguan gangguan akibat ventilasi yang tidak sesuai dengan
lingkungan kerja. Berikut merupakan hirarki pengendalian ventilasi yang tidak sesuai
standar pada tempat kerja:
a. Eliminasi
Menghilangkan bahaya dilakukan pada saat mendesain rancangan ventilasi, yang
bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan
sistem karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya adalah metode
yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan perilaku pekerja dalam
menghindari resiko, namun demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak
selalu praktis dan ekonomis.
b. Substitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti alat atau mesin, proses atau operasi
dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini
menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui desain sistem ataupun desain ulang.
Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem otomatisasi pada mesin untuk
mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan
pembersih kimia yang kurang berbahaya.
c. Rekayasa Teknis
Metode pengendalian secara teknis adalah pengendalian yang ditujukan terhadap
sumber bahaya atau lingkungan. Pengendalian ini bertujuan untuk memisahkan bahaya
dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini
tepasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan. Contoh-contoh implementasi
metode ini misal adalah adanya penutup machine guard, circuit breaker interlock
system, start-up alarm, ventilation system, sensor sound enclosure, ventilasi
pengenceran, ventilasi pembuangan, dan isolasi atau penutupan.
d. Rekayasa Administrasi
Metode pengendalian ini dilakukan dengan merubah cara kerja yang dilakukan pekerja
dengan upaya untuk membatasi resiko pemajanan dan membuat shift kerja untuk para
pekerja sesuai dengan standar waktu pekerja terpapar oleh ventilasi yang tidak sesuai.
e. APD
Metode Pengendalian ini dilakukan oleh tiap individu. Untuk tekanan panas,
pengendaliannya berupa memakai pakaian yang dingin atau yang menyerap keringat,
namun juga dapat termasuk pakaian yang dapat memantulkan panas radiasi yang tinggi
dalam lingkungan tempat kerja panas. Menggunakan masker, safety googles dan safety
gloves agar mencegah dan meminimalisir pekerja terpapar debu dan terkena virus.
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Prosedur Penggunaan Alat

Gambar 3. Anemometer Digital


(sumber: https://www.kucari.com)

1. Masukan battery dan nyalakan anemometer dengan menekan tombol On/Off


2. Pilih unit velocity (satuan kecepatan angin) dengan menekan tombol UNITS
3. Pilih unit temperatur (Celcius atau Farenheit) dengan menekan tombol °C/°F
4. Masukkan luasan area / ruang (cm2 , m2 atau ft2 ), tekan UNITS hingga pilihan yang
diinginkan tampil di LCD. Untuk menaikan besaran data tekan MAX/MIN, dan untuk
menurunkan besaran data tekan UNITS. Air Volume akan tampil x100, artinya data
yang tampil dikali 100.

3.2 Prosedur Pengukuran


1. Menentukan lokasi dan waktu pengukuran serta membuat laporan pendahuluan dan
mengerjakan tugas pendahuluan.
2. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
3. Menggambar denah ruangan dan denah titik pengukuran.
4. Melakukan pengukuran ventilasi umum pada titik pengukuran menggunakan
anemometer.
5. Mencatat data yang diperlukan untuk pengukuran.
6. Melakukan perhitungan ventilasi umum dari data hasil pengukuran.
3.3 Flow Chart Praktikum
START

1. Menyiapkan alat yang dibutuhkan

2. Melakukan pengukuran area meliputi P, L, T

3. Menentukan lokasi/titik pengukuran

4. Menyalakan Anemometer

5. Melakukan pengukuran pada titik yang sudah ditentukan

6. Mencatat dan menghitung hasil pengukuran

7. Melakukan analisis perhitungan

8. Menentukan
belum
hasil perhitungan
9. Memberikan rekomendasi apakah sudah
memenuhi
standar

5. sudah

10. Memberikan kesimpulan

END
BAB 4
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

4.1 Data Pengukuran


Gambaran Umum
Tanggal : 9 April 2021
Team Pengukur : Rahma Dinda Melati
Alat Yang Dipakai : Anemometer

Informasi Penting Lainnya


1. Apakah alat dalam keadaan baik/rusak? Tidak
2. Apakah semua ventilasi pada ruangan dalam keadaan baik ? Ya, tidak ada ventilasi
yang rusak
3. Apakah semua ventilasi alami (pintu dan jendela) serta ventilasi buatan (AC)
mengalirkan udara secara maksimal? Ya, pintu dan jendela terbuka lebar, serta AC
menghembus maksimal

Gambar Plot/ Denah Ruangan Praktikum:


Data hasil pengukuran
Percobaan dilakukan di Bengkel Las PPNS menggunakan alat Anemometer. Berikut ini
data Hasil Percobaan :
Ruangan P L T Jumlah General Jenis Ventilasi
(m) (m) (m) Orang Ventilation
Rate (cfm)
Bengkel 16 14 6 35 3163 7 jendela terbuka lebar ( v = 0,2 m/s,
Las A = 2m x 2m ) dan 1 pintu ( v = 1 m/s,
A = 30 cm x 1 m )
Ruang 4 4 3 3 141 AC ( v = 1 m/s, A=30 cm x 1 m )
Kolab &
Teknisi
Tools 3 3 6 1 318 1 jendela terbuka lebar ( v = 0,2 m/s,
Store A = ( 1m x 0,5m ) dan 1 pintu ( v = 0,5
m/s, A = 0,4 cm x 1 m )
Gudang 6 4 3 1 212 1 Pintu ( v = 0,5 m/s, A=0,4 cm x 1 m )

4.2 Perhitungan
Perhitungan
Berdasarkan data Hasil percobaan tersebut, data harus dilakukan perhitungan karena hasil yang
muncul pada alat tidak satuan cfm. Berikut ini perhitungan ventilasi berdasarkan ruangan :
Perhitungan Ventilasi Umum pada Bengkel Las
Diketahui : P = 16 m
L = 14 m
T=6m
GVR = 3163 cfm
= 89,57 m3/menit
= 5374,2 m3/jam
Jumlah orang : 35
Jenis ventilasi : - 7 jendela terbuka lebar ( v = 0,2 m/s, A = 2m x 2m )
- 1 pintu ( v = 1 m/s, A = 30 cm x 1 m )
Luas Ruangan = p x l = 16 x 14 = 224 m2
Volume Ruangan = p x l x t = 16 x 14 x 6 = 1.344 m3
Perhitungan
a. Pergantian udara per jam (air change per hour)
𝐺𝑉𝑅 5.374,1 𝑚3/𝑗𝑎𝑚
=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1.344 𝑚3

= 3.99 kali/jam

= 4 Kali/ jam
b. Waktu setiap pergantian udara
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1.344 𝑚3
= 89,57 𝑚3/𝑗𝑎𝑚
𝐺𝑉𝑅
= 15 menit

c. Aliran udara per unit luas area (air floor per unit floor area)
𝐺𝑉𝑅 89,57 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 224 𝑚2
3
= 0,399 cmm/m
= 0,4 cmm/m3
d. Volume udara setiap orang (air volume per person)
𝐺𝑉𝑅 89,57 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔 35
= 2,559 cmm/orang
= 2,56 cmm/orang
Perhitungan Ventilasi Umum Ruang Kalab dan Teknisi
Diketahui : P=4m
L=4m
T=3m
GVR = 141 cfm
= 3,99 m3/menit
= 239,4 m3/jam
Jumlah orang : 3
Jenis Ventilasi : AC ( v = 1 m/s, A=30 cm x 1 m )
Luas Ruangan = p x l = 4 x 4 = 16 m2
Volume Ruangan = p x l x t = 4 x 4 x 3 = 48 m3
Perhitungan
a. Pergantian udara per jam (air change per hour)
𝐺𝑉𝑅 239,4 𝑚3/𝑗𝑎𝑚
=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 48 𝑚3

= 4,9875 kali/jam

= 4,99 Kali/ jam


b. Waktu setiap pergantian udara
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 48 𝑚3
= 399 𝑚3/𝑗𝑎𝑚
𝐺𝑉𝑅
= 12,03 menit
c. Aliran udara per unit luas area (air floor per unit floor area)
𝐺𝑉𝑅 3,99 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 16 𝑚2
3
= 0,249 cmm/m
= 0,25 cmm/m3
d. Volume udara setiap orang (air volume per person)
𝐺𝑉𝑅 3,99 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔 3
= 1,33 cmm/orang
Perhitungan Ventilasi Umum Tools Store
Diketahui : P=3m
L=3m
T=6m
GVR = 318 cfm
= 9 m3/menit
= 540 m3/jam

Jumlah orang : 1
Jenis ventilasi : - 1 jendela terbuka lebar ( v = 0,2 m/s, A = 1m x 0,5m )
- 1 pintu ( v = 0,5 m/s, A = 0,4 cm x 1 m )
Luas Ruangan = p x l = 3 x 3 = 9 m2
Volume Ruangan = p x l x t = 3 x 3 x 6 = 54 m3
Perhitungan
a. Pergantian udara per jam (air change per hour)
𝐺𝑉𝑅 540 𝑚3/𝑗𝑎𝑚
=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 54 𝑚3

= 10 kali/jam

b. Waktu setiap pergantian udara


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 54 𝑚3
= 9 𝑚3/𝑗𝑎𝑚
𝐺𝑉𝑅
= 6 menit
c. Aliran udara per unit luas area (air floor per unit floor area)
𝐺𝑉𝑅 9 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 9 𝑚2
= 1 cmm/m3
d. Volume udara setiap orang (air volume per person)
𝐺𝑉𝑅 9 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔 1
= 9 cmm/orang
Perhitungan Ventilasi Umum Gudang
Diketahui : P=6m
L=4m
T=3m
GVR = 212 cfm

= 6 m3/menit

= 360 m3/jam

Jumlah orang :1
Jenis Ventilasi = 1 Pintu ( v = 0,5 m/s, A=0,4 cm x 1 m )
Luas Ruangan = p x l = 6 x 4 = 24 m2
Volume Ruangan = p x l x t = 6 x 4 x 3 = 72 m3
Perhitungan
a. Pergantian udara per jam (air change per hour)
𝐺𝑉𝑅 360 𝑚3/𝑗𝑎𝑚
=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 72 𝑚3

= 5 kali/jam

b. Waktu setiap pergantian udara


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 72 𝑚3
= 6 𝑚3/𝑗𝑎𝑚
𝐺𝑉𝑅
= 12 menit
c. Aliran udara per unit luas area (air floor per unit floor area)
𝐺𝑉𝑅 6 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 24 𝑚2
= 0,25 cmm/m3
d. Volume udara setiap orang (air volume per person)
𝐺𝑉𝑅 6 𝑚3/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔 1
= 6 cmm/orang

4.3 Analisa, memuat AREP


Pengukuran ventilasi dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama Anemometer.
Pengukuran dilakukan pada Bengkel Las Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya pada
tanggal 9 April 2021. Pengukuran dilakukan pada empat ruangan yang berbeda di dalam
bengkel las, yang kemudian didapatkan data P, L, T, jumlah orang, GVR, serta jenis
ventilasi pada masing masing ruangan. Kemudian dari data tersebut dapat dimasukkan
perhitungan untuk mencari pergantian udara perjam, waktu setiap pergantian udara,aliran
udara per unit luas area dan volume udara tiap orang berdasarkan hasil pengukuran.
Untuk mengatasi penggunaan ventilasi yang tidak memenuhi standar didalam Bengkel
Las, perlu dilakukan pengendalian bahaya sesuai hirarki pengendalian bahaya. Berikut
rekomendasi pengendalian bahaya akibat penggunaan ventilasi yang tidak sesuai standar
sesuai hirarki pengendalian bahaya.
1. Antisipasi
Antisipasi dapat dilakukan dengan memprediksi potensi bahaya serta resiko yang akan
ditimbulkan di Bengkel Las yang diakibatkan oleh penngunaan ventilasi yang tidak
sesuai NAB. Antisipasi ada tiga tahap, yaitu :
I. Pengumpulan informasi, informasi bisa didapatkan dengan beberapa cara yaitu
dengan melakukan studi literatur, survey lokasi tempat mahasiswa atau
perkerja beraktivitas di Bengkel Las, serta dengan menaati peraturan yang
sudah ditetapkan oleh pihak terkait (dosen, kepala bengkel, ataupun direksi).
II. Analisis dan diskusi ke pihak yang kompeten, hal ini dilakukan agar lebih
memahami mengenai struktur bengkel serta mengetahui tata cara melakukan
aktivitas di dalam bengkel dengan benar dan aman.
III. Membuat hasil antisipasi yang berupa list potensi bahaya apa saja yang dapat
terjadi saat melakukan aktivitas di dalam Bengkel Las dengan penggunaan
ventilasi yang tidak sesuai standar.
2. Rekognisi
Rekognisi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik bahaya yang
disebabkan oleh penggunaan ventilasi yang tidak sesuai standar pada Bengkel Las.
Rekognisi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan menyelidiki laporan
kecelakaan akibat penggunaan ventilasi yang tidak sesuai standar yang pernah terjadi
di Bengkel Las, melakukan konsultasi kepada pihak uang berkompeten (ahli K3),
melakukan inspeksi K3, Membuat Preliminary Hazard Analysis (PHA) ketika ada
sistem atau alat yang baru serta membuat Job Safety Analysis (JSA) saat ada pekerjaan
atau proses kerja yang baru. Dengan PHA dan JSA, dapat dianalisis seberapa besar
tingkat bahaya yang akan ditimbulkan oleh sistem dan proses yang masih baru secara
rinci dan detail.
3. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran ventilasi umum di Bengkel
Las menggunakan Anemometer serta pengukuran luas pada ruang serta ventilasi yang
ada pada ruang. Kemudian hasil pengukuran tersebut digunakan untuk melakukan
perhitungan pergantian udara perjam, waktu setiap pergantian udara,aliran udara per
unit luas area dan volume udara tiap orang berdasarkan hasil pengukuran. Serta
melakukan penilaian bahaya yang timbul akibat penggunaan ventilasi yang tidak
memenuhi standar terhadap pekerja dengan membandingkan hasil pengukuran dengan
standar. Standar yang digunakan dalam pengukuran ventilasi ini adalah SNI 03-6572-
2001.
4. Pengendalian:
Berdasarkan hasil dari evaluasi dapat dilakukan pengendalian dikarenakan
pergantian udara perjam dibawah catu udara segar minimum pada standar. Berikut
pengendalian bahaya akibat penggunaan ventilasi yang tidak sesuai NAB
berdasarkan hirarki pengendalian bahaya.
a. Eliminasi
Tidak dapat dilakukan tindakan eliminasi karena dapat menghambat atau
mengganggu pekerjaan atau ativitas yang dilakukan di dalam Bengkel Las.
b. Substitusi
Tidak dapat dilakukan tindakan substitusi karena dalam mengganti komponen
mesin hingga mesin. Memerlukan biaya yang cukup mahal serta dapat menghambat
atau mengganggu pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan di dalam Bengkel Las
saat dilakukan penggantian atau substitusi tersebut.
c. Rekayasa Teknik
Rekayasa teknis dapat dilakukan dengan menambah ventilasi baik alami maupun
mekanis di dalam Bengkel Las. Penambahan ventilasi dilakukan agar pergantian
udara perjam didalam Bengkel Las tidak kurang dari catu udara segar minimum
sesuai dengan SNI 03-6572-2001. Berikut pertambahan ventilasi pada masing
masing ruang pada bengkel las:
a. Ruang Bengkel
Berrikut ini cara perhitungan untuk mendaptkan ventilasi tambahan:
GVRstandar = Standar pergantian udara per jam x volume bengkel las
GVRstandar = 6 x 1.344 m3 = 8.064 cmh = 134,4 cmh
 Jendela terbuka dengan lebar ( v = 0,2 m/s, A = 1 m x 0,5 m, Cv = 0.4 )
Penambahan 4 buah Jendela
Q = Cv x A x v x jumlah jendela yang ditambahkan
Q = 0,5 x ( 1 x 0,5 ) x 0,2 x 4
Q = 0,5 x 0,5 x 0,8
Q = 0,2 m3/detik x 60 = 12 m3/menit x 60 =720 m3/jam
 Pintu (v = 0,5 m/s, A = 2 m x 2 m, Cv = 0,5).

Penambahan 1 buah Pintu


Q = Cv x A x v x jumlah jendela yang ditambahkan
Q = 0,5 x ( 2 x 0,5 ) x 0,2 x 1
Q = 0,5 x 10 x 0,2
Q = 1 m3/detik x 60 = 60 m3/menit x 60 =3600 m3/jam
Total Keseluruhan = GVRawal + GVR 4 jendela + GVR 1 Pintu
= 5374,2 m3/jam + 720 m3/jam + 3600 m3/jam
= 9694,2 m3/jam (telah memenuhi GVRstandar)
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa pada bengkel las
pengendalian rekayasa teknik dengan menambahkan 4 buah jendela dan 1
buah pintu
b. Ruang Kalab dan Teknis
Berrikut ini cara perhitungan untuk mendaptkan ventilasi tambahan:
GVRstandar = Standar pergantian udara per jam x volume bengkel las
GVRstandar = 6 x 48 m3 = 288 cmh = 4,8 cmm
 AC ( v = 1 m/s, A = 30 cm x 1 m, Cv = 0.2 )
30 cm = 0,3 m

Penambahan 1 buah AC
Q = Cv x A x v x jumlah jendela yang ditambahkan
Q = 0,2 x ( 0,3 x 1 ) x 1 x 1
Q = 0,2 x 0,3 x 1
Q = 0,06 m3/detik x 60 = 3,6 m3/menit x 60 = 216 m3/jam

Total Keseluruhan = GVRawal + GVR 4 jendela


= 239,4 m3/jam + 216 m3/jam
= 455,4 m3/jam (telah memenuhi GVRstandar)
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa pada ruang Kalab dan
teknis pengendalian rekayasa teknik dengan menambahkan 1 buah AC
c. Ruang Gedung
Berikut ini cara perhitungan untuk mendaptkan ventilasi tambahan:
GVRstandar = Standar pergantian udara per jam x volume bengkel las
GVRstandar = 6 x 72 m3 = 432 cmh = 7,2 cmm
 Jendela terbuka dengan lebar ( v = 0,5 m/s, A = 0,4 m x 1 m, Cv = 0.5 )
Penambahan 1 buah pintu
Q = Cv x A x v x jumlah jendela yang ditambahkan
Q = 0,5 x ( 0,4 x 1 ) x 0,5 x 1
Q = 0,5 x 0,4 x 0,5
Q = 0,1 m3/detik x 60 = 6 m3/menit x 60 =360 m3/jam
Total Keseluruhan = GVRawal + GVR 1 pintu
= 360 m3/jam + 360 m3/jam
= 720 m3/jam (telah memenuhi GVRstandar)
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa pada gudang
pengendalian rekayasa teknik dengan menambahkan 1 buah pintu
d. Pengendalian Adminsitratif
Rekayasa administrasi dapat dilakukan dengan membuat aturan atau himbauan agar
seluruh ventilasi baik mekanik maupun alamidifungsikan secara maksimal, seperti
menyalakan AC sesuai suhu yang dibutuhkan serta membuka jendela yang ada pada
bengkel.
e. APD
Penggunaan alat pelindung diri harus digunakan oleh seluruh pekerja yang
beraktivitas didalam Bengkel Las. Dalam kasus ini dapatdigunakan pakaian atau
baju bengkel dengan material yang dapat menyerap keringat dengan baik. Berikut
jenis material serta kelajuan serap airnya.

Berdasarkan Tabel Dapat diketahui bahwa urutan material kain yang memiliki
kelajuan serap air paling tinggi adalah flannel, katun, jersey, crepe, satin. Flannel
memiliki kelajuan serap air paling tinggi namun bahan ini tidak dianjurkan untuk
digunakan sebagai bahan pakaian bengkel karena material ini terbuat dari serat wol
yang mudah sobek ketika tertarik dan juga bahan ini memberikan efek padas di
tubuh. Bahan pakaian yang dianjurkan adalah kain katun, meskipun memiliki
kelajuan serap air di bawah flannel namun kelajuan serap air material katun masih
cukup tinggi, bahan ini juga cukup tebal sehingga cocok digunakan sebagai bahan
pakaian saat bekerja atau beraktivitas di bengkel
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pengukuran ventilasi yang sudah dilakukan di Bengkel Las,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Perhitungan pergantian udara perjam menggunakan data hasil pengukuran yaitu
GVR (m3 /jam) dan volume. Didapatkan hasil perhitungan pada bengkel las sebesar
3,99 kali/jam, ruang kalab dan teknisi sebesar 4,99 kali/jam, tool store sebesar10
kali/jam, serta gudang sebesar 5 kali/jam. Kemudin data dibandingkan dengan
standar SNI 03-6572-2001 didapatkan kesimpulan bahwa tool store yang memenuhi
standar, tetapi di ruang yang lain tidak memenuhi.

2. Perhitungan waktu setiap pergantian udara menggunakan data hasil pengukuran


yaitu GVR dan volume. Didapatkan hasil perhitungan pada bengkel las sebesar 15
menit, ruang kalab dan teknisi sebesar 12,03 menit, tool store sebesar 6 menit, serta
gudang sebesar 12 menit.

3. Perhitungan aliran udara per unit luas area menggunakan data hasil pengukuran
yaitu GVR dan luas. Didapatkan hasil perhitungan pada bengkel las sebesar 0,4
cmm/m2, ruang kalab dan teknisi sebesar 0,25 cmm/m2, tool store sebesar 1
cmm/m2, serta gudang sebesar 0,25 cmm/m2.

4. Pada kasus yang ada pada Bengkel Las tidak semua pengendalian bahaya dapat
dilakukan karena beberapa faktor. Pengendalian yang dapat dilakukan di dalam
Bengkel Las adalah rekayasa teknis yang dapat dilakukan dengan menambahkan
ventilasi baik alami maupun mekanis di dalam Bengkel Las. Hal ini dilakukan agar
ISBB didalam Bengkel Las tidak melebihi standar yang ada pada SNI 03-6572-2001
tentang Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada
bangunan gedung. Pada bengkel las dapat ditambahkan ventilasi alami berupa 7
jendela dan 1 pintu, pada ruang kalab dan teknisi dapat ditambahkan ventilasi
mekanik berupa 1 AC, pada tool store tidak perlu ada penambahan atau pengurangan
ventilasi, serta pada gudang dapat ditambahkan ventilasi alami berupa 1 Jendela.
Selain itu juga dapat dilakukan Rekayasa administrasi dengan membuat aturan atau
himbauan agar seluruh ventilasi baik mekanik maupun alami difungsikan secara
maksimal, seperti menyalakan AC sesuai suhu yang dibutuhkan serta membuka
jendela yang ada pada bengkel. Langkah terakhir yang dapat dilakukan adalah
dengan penggunaan alat pelindung diri berupa penggunaan pakaian yang berbahan
katun ketika beraktivitas didalam Bengkel Las. Bahan katun dipilih karena bahan
jenis ini memiliki kelajuan serap air yang cukup tinggi yaitu 0,070 cm/detik.

5.2 Saran
Berikut saran yang dapat diberikan agar praktikum pengukuran ventilasi selanjutnya
berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil yang maksimal:
1. Pada saat melakukan pengukuran atau pengambilan data, agar dilakukan pembacaan hasil
yang muncul pada alat dengan teliti agar mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Pada saat melakukan perhitungan data agar dilakukan dengan teliti serta menjaga nafas
agar tidak terlalu keras, hal ini dilakukan agar hasil pengukuran yang didapatkan valid.
LAPORAN SEMENTARA
Gambaran Umum
Tanggal : 9 April 2021
Team Pengukur : Rahma Dinda Melati
Alat Yang Dipakai : Anemometer

Informasi Penting Lainnya


1. Apakah alat dalam keadaan baik/rusak? Tidak
2. Apakah semua ventilasi pada ruangan dalam keadaan baik ? Ya, tidak ada ventilasi
yang rusak
3. Apakah semua ventilasi alami (pintu dan jendela) serta ventilasi buatan (AC)
mengalirkan udara secara maksimal? Ya, pintu dan jendela terbuka lebar, serta AC
menghembus maksimal

Gambar Plot/ Denah Ruangan Praktikum:

Data hasil pengukuran

Ruangan P L T Jumlah General Jenis Ventilasi


(m) (m) (m) Orang Ventilation
Rate (cfm)
Bengkel 16 14 6 35 3163 7 jendela terbuka lebar ( v = 0,2 m/s,
Las A = 2m x 2m ) dan 1 pintu ( v = 1 m/s,
A = 30 cm x 1 m )
Ruang 4 4 3 3 141 AC ( v = 1 m/s, A=30 cm x 1 m )
Kolab &
Teknisi
Tools 3 3 6 1 318 1 jendela terbuka lebar ( v = 0,2 m/s,
Store A = ( 1m x 0,5m ) dan 1 pintu ( v = 0,5
m/s, A = 0,4 cm x 1 m )
Gudang 6 4 3 1 212 1 Pintu ( v = 0,5 m/s, A=0,4 cm x 1 m )
Tugas Pendahuluan

1. Apa yang dimaksud dengan velocity, acceleration dan displacement?


Jawab:
Velocity dalam Bahasa Indonesia adalah kecepatan, kecepatan yaitu perbandingan
antara jarak dengan waktu. Satuan kecepatan udara adalah m/detik. Acceleration dalam
Bahasa Indonesia adalah percepatan, percepatan yaitu perubahan kecepatan dari
kecepatan mula mula hingga kecepatan tertentu. Pada pengukuran ventilasi, acceleration
adalah perubahan kecepatan udara pada posisi horizontal. Dalam sistem ventilasi,
acceleration adalah perpindahan udara dari saru tempat ke tempat yang lain. Satuan
percepatan udara adalah m/detik2. Displacement dalam Bahasa Indonesia adalah
perpindahan. Perpindahan yaitu jarak antara titik awal hingga titik terakhir suatu objek
berada.

2. Mengapa ventilasi sangat penting diperhatikan?


Jawab:
Ventilasi sangat penting diperhatikan karena saat suatu ruang atau gedung memiliki
ventilasi memadahi maka kebutuhan udara segar akan tercukupi. Ruang atau gedung
yang pemasangan ventilasinya kurang memadai akan menyebabkan tingkat kelembaban
yang tinggi, hal tersebut mengakibatkan rasa yang kurang nyaman bagi orang yang
beraktivitas di dalamnya. Bakteri bakteri pantogen termasuk mycobacterium
tuberculosis dapat tumbuh dan berkembang biak pada lingkungan atau ruangan yang
memiliki kelembaban tinggi (Notoatmodjo, 2017; dalam Dina 2017). Ruang yang
didesain dengan ventilasi yang memadai akan menjaga kelembaban sesuai kebutuhan
dan akan membetikan kenyamanan thermal bagi manusia yang beraktivitas didalamnya.
Kenyamanan bagi pekerja dapat mempengaruhi hasil yang didapatkan dari proses
produksi. Hal ini dapat menyebabkan tidak tercapainya kualitas dan kuantitas hasil
produksi dari target yang harus dicapai.

3. Kapan ventilasi natural, mekanikan, dan kombinasi harus diterapkan? jelaskan!


Jawab:
Ventilasi natural atau alami dipasang jika letak ruang atau gedung berada di sekitar
udara terbuka atau ruang terbuka yang dapat menyediakan udara segar sesuai
kebutuhan. Ventilasi mekanikan atau buatan dipasang ketika ruang tidak memiliki
jendela atau bukaan permanen yang dapat memenuhi kebutuhan udara segar. Ventilasi
konmbinasi yaitu penggunaan ventilasi naturan dan ventilasi mekanikan secara
bersamaan dalam satu ruangan, hal ini dilakukan apabila ventilasi natural yang tersedia
belum memadai akan kebutuhan udara segar, dengan begitu kebutuhan udara segar
masih kurang dan bisa diatasi dengan pemasangan ventilasi mekanik dengan system
kerja yang sesuai contohnya air conditioner (AC).

4. Bagaimana penerapan ventilasi untuk ruang yang tidak ada akses ke udara bebas ?
Jawab:
Pada ruang yang tidak memiliki akses ke udara bebas penerapan ventilasi natural tidak
bisa memenuhi kebutuhan udara segar dikarenakan system ventilasi natural bekerja
dengan memanfaatkan perbedaan tekanan antara angina di dalam ruang dan di luar
ruang. Ventilasi natural juga bekerja tanpa bantuan alat. Untuk mengatasi hal tersebut
bisa dilakukan dengan pemasangan ventilasi mekanikan berupa Air conditioner (AC)
yang bekerja dengan bantuan alat dan energi listrik yang system kerjanya menarik udara
bersuhu tinggi di dalam ruang untuk dialirkan keluar ruang atau gedung dan suhu di
dalam ruang bisa diatur sesuai kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Anizar, 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Aliva, M. R. M. & Nugroho, H. A., 2017. PROTOTIPE WIND TUNNEL SEBAGAI


KALIBRATOR ANEMOMETER PROTOTYPE WIND TUNNEL AS CALIBRATOR
ANEMOMETER. Jurnal Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Volume 4, pp. 46-53.

Ardiani, S., Rahmayanti, H. D. & Akmalia, N., 2019. Analisis Kapilaritas Air pada Kain. Jurnal
Fisika, pp. 47-51.

Budi, I. S., Ardillah, Y., Sari, I. P. & Septiawati, D., 2018. Analisis Faktor Risiko Kejadian
penyakit Tuberculosis Bagi Masyarakat. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia,
Volume 17, pp. 87-94.

Carera, A. & Prianto, E., 2016. KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA


BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG. Prosiding
SNST Fakultas Teknik, Volume 1.

Hamzah, B., Rahim, M. R., Ishak, M. t. & Sahabuddin, 2017. Kinerja Sistem Ventilasi Alami
Ruang Kuliah. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, Volume 6, pp. 51-58.

Mariana, D. & Chairani, M., 2017. KEPADATAN HUNIAN, VENTILASI DAN


PENCAHAYAAN TERHADAP KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BINANGA KABUPATEN MAMUJU SULAWESI BARAT. Jurnal
Kesehatan Manarang, Volume 3, pp. 75-80.

Sugiono, Sulistyarini, D. H., Swara, S. E. & Mahadika, K. A., 2017. INVESTIGASI HEAT
STRESS PADA PEKERJA WIRING HARNESS BERDASARKAN PREDICTED
MEAN VOTE (PMV) INDEX MENGGUNAKAN CFD SIMULATION. Seminar
Nasional IENACO..
LAMPIRAN

Layout Ruangan

Anda mungkin juga menyukai