Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM LAB K3

PENGUKURAN GETARAN MEKANIS

Disusun oleh :

Nama : Diandra Arisnawati

NIM : J410130073

Semester/shift : 6/A

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak menggunakan peralatan


untuk beraktivitas. Begitu juga dengan menggunakan peralatan
bermotor. Dalam penggunaannya pasti menimbulkan getaran-getaran
yang dirasakan oleh tubuh kita. Intensitas getaran mekanis adalah
bentuk dari energy mekanis yang dihasilkan oleh mesin atau alat-alat
mekanis yang digerakkan oleh motor dan getaran mekanis adalah
merupakan salah satu faktor bahaya di tempat kerja yang disebabkan
oleh peralatan atau mesin yang sedang dioperasikan. Getaran yang
ditimbulkan oleh peralatan mesin apabila menghantar ke tubuh
manusia melalui tangan, lengan, kaki, atau anggota tubuh lainnya yang
akan menimbulkan gangguan kenyamanan sampai gangguan
kesehatan. Sehingga perlu dilakukan pengukuran intensitas getaran
untuk mengetahui sampai sejauh mana mengganggu kenyamanan atau
kesehatan tenaga kerja.
Seperti telah diketahui bersama peralatan atau mesin pada saat
dioperasikan akan menimbulkan getaran, disamping timbulnya
kebisingan. Getaran tidak hanya ditimbukan peralatan atau mesin yang
tidak bergerak seperti dalam suatu industri, tetapi terjadi juga pada
peralatan berat. Ergonomi merupakan salah satu segi yang juga
memuat aspek-aspek perlindungan tenaga kerja. Satu diantaranya
adalah adanya norma-norma yang mengatur kesesuaian ukuran alat
kerja dengan manusianya. Dalam peningkatan produksi, digunakan
mesin-mesin dan alat kerja modern. Penggunaan alat kerja modern
selain meningkatkan produksi juga mempunyai efek samping dapat
menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan tenaga kerja. Untuk
menghindarinya maka perlu diupayakan teknologi pengendaliannya
(Aditama,Tj.Y, 2006).
Oleh karena itu, perlu dilaksanakannya praktikum pengukuran
getaran agar dapat diketahui besarnya getaran yang ditimbulkan oleh
sepeda motor agar dapat terhindar dari faktor bahaya yang ada seperti,
kecelakaan, gangguan kesehatan, dan sebagainya.
b. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengukur getaran mekanis yang ditimbulkan
oleh sepeda motor.
2. Mahasiswa mampu memahami efek getaran yang dapat terjadi
terhadap tenaga kerja.
3. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengukuran getaran
mekanis.

II. TINJAUAN PUSTAKA


a. Pengertian Getaran
Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam surat keputusannya
mencantumkan bahwa getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa
melalui keadaan setimbang terhadap suatu titik acuan, sedangkan
yang dimaksud dengan getaran mekanik adalah getaran yang
ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia (Kep.MENLH
No: KEP-49/MENLH/11/1996). Pendapat tersebut ditegaskan dalam
buku saku Kesehatan dan Keselamatan Kerja dari Sucofindo (2002)
yang menyatakan bahwa getaran ialah gerakan ossillatory/bolak-
balik suatu massa melalui keadaan setimbang terhadap suatu titik
tertentu.
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media
dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran
terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga
pengaruhnya bersifat mekanis (Sumamur, 2009).
b. Jenis Getaran

1. Getaran Umum (Whole body vibration )

Getaran ini berpengaruh terhadap seluruh tubuh, dihantarkan


melalui bagian tubuh tenaga kerja yang menopang seluruh tubuh.
Misalnya : kaki saat berdiri, pantat pada saat duduk, punggung
saat bersandar, lengan saat bersandar. Getaran ini mempunyai
frekwensi 5 20 Hz.

2. Getaran Setempat ( Hand arm vibration )


Getaran yang merambat melalui tangan atau lengan dari operator
atal yang bergetar. Getaran ini mempunyai frekwensi 20 500
Hz.

Vibrasi atau getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran
mekanis misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya, oleh sebab itu
dapat dibedakan dalam 2 bentuk:

1. Vibrasi karena getaran udara yang pengaruh utamanya pada


akustik.
2. Vibrasi karena getaran mekanis mengakibatkan timbulnya
resonansi/turut bergetarnya alat-alat tubuh dan berpengaruh
terhadap alat-alat tubuh yang sifatnya mekanis pula (Sumamur,
2009).

Penjalaran vibrasi mekanik melalui sentuhan/kontak dengan


permukaan benda yang bergerak, sentuhan ini melalui daerah yang
terlokasi (tool hand vibration) atau seluruh tubuh (whole body
vibration). Bentuk tool hand vibration merupakan bentuk yang
terlazim di dalam pekerjaan.

Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan
arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran terjadi
saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya
bersifat mekanis. Getaran mekanis dibedakan berdasarkan jenis
pajanannya. Terdapat 2 bentuk yaitu:

1. Getaran seluruh badan (whole body vibration) Akibat goncangan


dari mesin, kendaraan atau traktor.
2. Getaran alat-lengan (tool-hand vibration) atau getaran pada tangan
dan lengan (hand and arm vibration).
c. Alat Ukur Getaran

Vibration meter biasanya bentuknya kecil dan ringan sehingga


mudah dibawa dan dioperasikan dengan battery serta dapat mengambil
data getaran pada suatu mesin dengan cepat. Pada umumnya terdiri
dari sebuah probe, kabel dan meter untuk menampilkan harga getaran.
Alat ini juga dilengkapi dengan switch selector untuk memilih
parameter getaran yang akan diukur.
Vibration meter ini hanya membaca harga overall (besarnya level
getaran) tanpa memberikan informasi mengenai frekuensi dari getaran
tersebut. Pemakaian alat ini cukup mudah sehingga tidak diperlukan
seorang operator yang harus ahli dalam bidang getaran. Pada
umumnya alat ini digunakan untuk memonitor trend getaran dari
suatu mesin. Jika trend getaran suatu mesin menunjukkan kenaikan
melebihi level getaran yang diperbolehkan, maka akan dilakukan
analisa lebih lanjut dengan menggunakan alat yang lebih lengkap.
d. Pengaruh Getaran Terhadap Tenaga Kerja
Gangguan kesehatan yang ditimbulkan, yaitu (Anies, 2005) :

1. Gangguan aliran darah


2. Gangguan syaraf pusat menyebabkan kelemahan degeneratif
syaraf.
3. Gangguan metabolisme/ pencernaan / pertukaran oxygen dalam
paru-paru
4. Gangguan pada otot atau persendian

Gejala yang timbul yaitu pusing, ngantuk, sakit perut, mual, pegal-
pegal, kaki kesemutan. Mesin-mesin yang menghasilkan biasanya
berkisar antara 1 20 Hz Efek terhadap gangguan kesehatan
berlangsung jangka panjang.

1. Pada Stadium I
a) Terjadi gangguan perut : kembung, mual, kolik usus
b) gangguan penglihatan : mata berkunang kunang
c) gangguan syaraf : insomnia, gangguan keseimbangan
2. Pada Stadium II terjadi gangguan : pada otot / sendi

Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang


mengenai tubuh:
1. 3-9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.
2. 6-10Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut
jantung, pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah.
Pada intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan sistem
peredaran darah.
3. 10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang
akan beresonansi.
4. 13-15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.
5. < 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis
ini otot menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.
e. Pengendalian Getaran
1. Pengendalian secara teknis
a) Menggunakan peralatan kerja yang rendah intensitasnya
(dilengkapi dengan damping/peredam).
b) Menambah/menyisipkan damping diantara tangan dan alat,
misalnya membalut pegangan alat dengan karet.
c) Memelihara/merawat peralatan dengan baik, dengan mengganti
bagian-bagian yang aus atau memberi pelumasan.
d) Meletakkan peralatan dengan teratur, alat yang diletakkan di
atas meja yang tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan
getaran di sekelilingnya.
e) Menggunakan remote control, tenaga kerja tidak terkena
paparan getaran, karena dikendalikan dari jauh.
2. Pengendalian Secara Administrative
Yaitu dengan Cara mengatur waktu kerja, misalnya:
a) Merotasi pekerjaan. Apabila terdapat suatu pekerjaan yang
dilakukan oleh 3 orang, maka dengan mengacu pada NAB yang
ada, paparan getaran tidak sepenuhnya mengenai salah seorang,
tetapi bergantian.
b) Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang
berlaku.

3. Pengendalian Secara Medis


Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5 tahun
sekali. Sedangakan untuk kasus yang berlanjut, maka interval yang
diambil adalah 2-3 tahun sekali.
4. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan menggunakan
sarung tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa)
(Harrington & F.S Gill. 2005).

III. ALAT DAN BAHAN


1. Vibration Meter
2. Sepeda Motor
3. Stopwatch
4. Lembar Kerja

IV. CARA KERJA


a. Cara kerja alat
1. Cek baterai dengan menekan tombol MEAS, bila muncul titik
double pada display berarti baterai tersebut harus diganti.
2. Tekan MEAS agak lama atau power ON kurang lebih 10 detik,
pilih skala pengukuran dan alat siap digunakan untuk pengukuran.
3. Selama pengukuran berlangsung, tombol MEAS ditekan dan
ditahan. Pada ujung alat ditempelkan pada objek yang diukur
dengan posisi tegak lurus, nilai getaran mekanis ditunjukkan pada
display.
4. Setelah itu alat dapat dilepas dari sumber pengukuran dan catat
angka yang muncul pada display.
5. Tekan tombol MEAS kembali untuk pengukuran selanjutnya, satu
menit setelah tombol MEAS dilepas maka alat itu akan mati secara
otomatis.
b. Prosedur pengukuran
1. Memeriksa dan menyiapkan alat ukur siap pakai
2. Menentukan titik pengukuran
3. Mengukur dengan menempelkan sensor ke sumber getaran
4. Mencatat spesifikasi sumber getar dan hasil pengukuran
5. Lakukan perulangan dalam pembacaan hasil pengukuran (1 menit
dengan 3 pembacaan masing-masing setelah 20 detik)
6. Lakukan pengulangan pengukuran ditempat yang sama sesuai lama
paparan dalam sehari untuk memperoleh data yang akurat.

V. HASIL PENGUKURAN

Sumber Kec. Getaran Kategori getaran Ket.


getaran
Stang Motor 20 ke : Masih tidak
1 = 04,2 mm/s
diperkenankan membahayakan
2 = 03,9 mm/s
tenaga kerja dan
3 = 03,9 mm/s
masih
Rata-rata = 4 mm/s
diperkenankan
menurut NAB
Jok Motor 20 ke : Baik tidak
1 = 01,4 mm/s
membahayakan
2 = 0,02 mm/s
3 = 00,2 mm/s tenaga kerja dan
Rata-rata = 0,6 mm/s
baik menurut
NAB
Pijakan kaki 20 ke : Masih tidak
1 = 02,9 mm/s
diperkenankan membahayakan
2 = 02,9 mm/s
3 = 02,9 mm/s tenaga kerja dan
Rata-rata = 02,9
diperkenankan
mm/s
menurut NAB
Ket: Frekuensi 1000 Hz

VI. PEMBAHASAN
Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan
setimbang terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang dimaksud dengan
getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan
peralatan kegiatan manusia misalnya sepeda motor.
Dalam praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 8 juni 2016
dilakukan pengukuran getaran mekanis pada sepeda motor jenis revo.
Pengukuran getaran mekanis ini menggunakan alat yang disebut vibration
meter. Pengukuran dilakukan pada tiga titik di sepeda motor yaitu pada
stang, jok dan pijakan kaki.
Pengukuran pada tiap-tiap titik dilakukan pada frekuensi 1000 Hz
selama satu menit dan dilakukan pembacaan setiap 20 detik. Pada stang
motor, 20 detik pertama di peroleh hasil pengukuran yaitu 4,2 mm/s, 20
detik kedua sebesar 3,9 mm/s dan pada 20 detik ketiga diperoleh sebesar
3,9 mm/s sehingga diperoleh rata-rata sebesar 4 mm/s. Pada jok motor
diperoleh hasil pengukuran pada 20 detik pertama sebesar 1,4 mm/s, 20
detik kedua sebesar 0,2 mm/s dan pada 20 detik ketiga sebesar 0,2 mm/s
sehingga rata-ratanya menjadi 0,6 mm/s. Pada pijakan kaki, 20 detik
pertama di peroleh hasil pengukuran yaitu 2,9 mm/s, 20 detik kedua
sebesar 2,9 mm/s dan pada 20 detik ketiga diperoleh sebesar 2,9 mm/s
sehingga diperoleh rata-rata 2,9 mm/s.
Berdasarkan Nilai Ambang Batas HAV, batas aman getaran mekanis
menurut Permenakertrans RI No.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja tabel standar
getaran mekanis grup K adalah sebagai berikut :

Kecepatan getaran Kategori getaran


(mm/det)
s/d 0,71 Baik (Good)
0,72 1,80 Dapat diterapkan (Acceptable)
1,81 4,50 Masih diperkenankan (Still permissible)
>4,50 Membahayakan (Dangerous)
Dari hasil pengukuran yang di dapatkan pada stang motor diperoleh
rata-rata hasil sebesar 4 mm/s, pada jok motor rata-ratanya sebsesar 0,6
mm/s dan pada pijakan kaki sebesar 2,9 mm/s. berdasarkan NAB getaran
mekanis diatas maka getaran mekanis pada stang motor masih
diperkenankan dan tidak melebihi NAB, pada jok motor dikategorikan
baik dan tidak membahayakan, dan pada pijakan kaki dikategorikan masih
diperkenankan dan tidak membahayakan tenaga kerja. sehingga sepeda
motor tersebut aman untuk dikendarai tanpa ada penanganan getaran
mekanis pada sepeda motor tersebut.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesmipulan
Berdasarkan Nilai Ambang Batas Permenakertrans RI
No.13/MEN/X/2011, dari hasil pengukuran yang di dapatkan pada
stang motor diperoleh rata-rata hasil sebesar 4 mm/s, pada jok motor
rata-ratanya sebsesar 0,6 mm/s dan pada pijakan kaki sebesar 2,9
mm/s. berdasarkan NAB getaran mekanis diatas maka getaran mekanis
pada stang motor masih diperkenankan dan tidak melebihi NAB, pada
jok motor dikategorikan baik dan tidak membahayakan, dan pada
pijakan kaki dikategorikan masih diperkenankan dan tidak
membahayakan tenaga kerja. sehingga sepeda motor tersebut aman
untuk dikendarai tanpa ada penanganan getaran mekanis pada sepeda
motor tersebut.
b. Saran
Pada saat melakukan pengukuran mahasiswa sebaiknya lebih
teliti dalam mengukur ataupun melakukan pembacaan hasil pada tiap-
tiap 20 detik sehingga tidak memperngaruhi hasil yang didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Aditama,Tj.Y. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : UI-Press.

Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Harrington & F.S Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja Edisi 3. Jakarta :
Penerbit EGCCetakan I.

Sucofindo. 2001. Buku Saku K3. Jakarta : PT (Persero) Sucofindo.

Sumamur, PK. 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV.
Haji Masagung.

Anda mungkin juga menyukai