Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTIKUM

RADIASI

KELOMPOK IV
NUR IKHSAN K011201028
NURHASTI OKTAVIANI K011201033
ST. MUTIA FARADIBA K011201072
TRISMAYANI K011201074
YESI SALEMBOK K011201101
IRAYANTI RANDA LINGGI K011201124
KRIS ADI NUGRAHA K011201141
WINDA BEDRIANTI K011201186
FRENSI ARYNANTI TANGKI’ K011201202
ANDI RIFKAH KIFAYAH R K011201244

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan praktikum dan
laporan praktikum ini dengan judul “Radiasi” dengan tepat waktu sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini disusun sebagai pelengkap mata kuliah Praktikum Dasar
Kesehatan Masyarakat. Dalam kesempatan ini, penulis tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
penulis dalam proses penyusunan laporan praktikum sehingga laporan ini dapat
terselesaikan.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan memberikan penambahan yang lebih luas bagi pembacanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini terdapat banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
dari pembaca agar penulis dapat memperbaikinya menjadi lebih baik.

Makassar, April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan Praktikum ............................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 10
A. Tinjauan Umum Tentang Radiasi .................................................... 10
B. Tinjauan Umum Tentang Jenis-Jenis Radiasi ................................. 11
C. Tinjauan Umum Tentang Sumber Radiasi ...................................... 13
D. Tinjauan Umum Tentang Nilai Ambang Batas Radiasi .................. 15
E. Tinjauan Umum Tentang Dampak Radiasi ..................................... 19
F. Tinjauan Umum Tentang Pengendalian Radiasi ............................. 22
BAB III METODE PRAKTIKUM ............................................................... 27
A. Metode Praktikum ........................................................................... 27
B. Lokasi dan Waktu Praktikum .......................................................... 27
C. Instrumen Praktikum ....................................................................... 27
D. Prinsip Kerja .................................................................................... 29
E. Prosedur Kerja ................................................................................. 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 31
A. Gambaran Umum Lokasi Praktikum ............................................... 31
B. Hasil ................................................................................................. 31
C. Pembahasan ..................................................................................... 32
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 36
A. Kesimpulan ...................................................................................... 36
B. Saran ................................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Apron ............................................................................................ 24
Gambar 2. Sarung Tangan Pb......................................................................... 25
Gambar 3. Kaca mata Pb ................................................................................ 26
Gambar 4. Tabir Pb ........................................................................................ 26
Gambar 5 . Electromagnetic Field Radiation Tester (Lutron EMF-827)....... 27
Gambar 6. Stopwatch..................................................................................... 28
Gambar 7. Penggaris ..................................................................................... 28
Gambar 8. Laptop ACER N20C4 2021 .......................................................... 28
Gambar 9. Komputer AOC ............................................................................ 29
Gambar 10. Handphone Oppo F9 ................................................................. 29

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Radiasi Frekuensi Radio dan Gelombang
Mikro……….. ................................................................................. 17
Tabel 2. Waktu Pemaparan Radiasi Sinar Ultra Ungu yang
Diperkenankan…......... .................................................................... 17
Tabel 3. Nilai Ambang Batas Pemaparan Medan Magnit Statis Yang
Diperkenankan ................................................................................. 18
Tabel 4. Nilai Ambang Batas Radiasi Medan Magnit Untuk Frekuensi 1-30
Kilo Hertz ........................................................................................ 19
Tabel 5. Pengukuran Radiasi dengan Electromagnetic Field Radiation Tester
di Laboratorium Terpadu Kimia Biofisik FKM UNHAS Pada Tahun
2022 ................................................................................................. 31

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah kesehatan dan keselamatan kerja adalah bidang yang berkaitan

dengan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan orang yang bekerja di suatu

fasilitas atau lokasi proyek. Secara khusus, pengertian K3 (Keselamatan, dan

Kesehatan Kerja) dapat dibagi menjadi dua bagian berikut, yaitu definisi secara

Ilmiah dan definisi secara filosofis. K3 berdasarkan pandangan keilmuan

adalah ilmu dan merupakan penerapan dari untuk mencegah kecelakaan dan

penyakit akibat kerja. Sedangkan pemahaman K3 berdasarkan filosofis, yaitu

menjamin keutuhan dan keutuhan jasmani dan rohani tenaga kerja, khususnya

tenaga kerja, dan masyarakat pada umumnya, sebagai karya dan budaya bagi

masyarakat adil dan Makmur (Hasibuan, 2020).

Berdasarkan International Labour Organization (ILO) (1998),

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu usaha promosi kesehatan,

perlindungan kesehatan dan upaya peningkatan derajat kesehatan yang setinggi

mungkin yang mencakup segala aspek fisik, mental, dan sosial pekerja untuk

menciptakan kesejahteraan pada seluruh pekerja di semua tempat kerja.

Pelaksanaan K3 merupakan suatu upaya yang menciptakan lingkungan tempat

kerja yang aman maupun bebas dari penyakit akibat kerja. Hal tersebut adalah

salah satu upaya dalam mencegah lingkungan kerja dari pencemaran

lingkungan, sehingga dapat menekan angka kecelakaan kerja yang pada

1
2

akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Arifuddin,

2019).

Menurut Juliana (dalam Anwar, dkk. 2019) pada jurnalnya mengatakan,

The Hazard and Operability Study (HAZOP) merupakan suatu standar teknik

untuk menganalisis adanya bahaya yang digunakan dalam mempersiapkan dan

menetapkan keamanan dalam suatu sistem atau modifikasi untuk suatu

keberadaan potensi bahaya atau masalah operability nya. HAZOP adalah cara

untuk mengetahui adanya bahaya secara teliti, sistematis, dan terstruktur untuk

mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dapat menganggu proses kerja

dan risiko yang disebabkan oleh suatu peralatan yang dapat menimbulkan

kerugian bagi manusia ataupun fasilitas yang digunakan. Metode ini dapat

diartikan juga sebagai usaha untuk mencegah atau preventif sehingga proses

yang terjadi sistem tersebut dapat berlangsung dengan lancar dan aman.

HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) atau

penilaian risiko spesifik bahaya dan manajemen risiko adalah upaya untuk

mengidentifikasi suatu kejadian terhadap tingkat bahaya. Menentukan nilai

risiko bahaya yang digunakan dan menetapkannya ke dalam kategori tingkat

risiko yang ada di tempat kerja dan menentukan manajemen risiko yang

digunakan dalam setiap aktivitas saat di lingkungan kerja. Metode HIRARC

dapat membantu dalam mengidenfikasi risiko dari suatu bahaya (Muthia, dkk.

2020).

Secara umum Kesehatan dan keselamatan kerja sudah menjadi upaya

dalam memberikan perlindungan diri dari segala potensi bahaya yang mungkin
3

terjadi di lingkungan kerja. Tujuan dari K3 itu sendiri adalah agar terciptanya

lingkungan kerja yang sehat, dan juga aman bagi para pekerja. Hal tersebut

dapat menghasilkan tenaga kerja yang sehat dan terhindar dari kecelakaan

bekerja, sehingga produktivitas pekerja akan mengalami peningkatan serta

efisiensi perusahaan. Suatu upaya terhadap penerapan K3 yaitu memberikan

perlindungan kepada pekerja agar selalu terjamin keselamatannya dari bahan

dan peralatan produksi yang dapat membahayakan, dan memberikan

perlindungan kepada masyarakat sekitar yang berada disekitar lingkungan kerja

agar senantiasa sehat (Arsyid, dkk. 2022).

Isu K3 pada saat ini tidak hanya menjadi kewajiban yang harus

diperhatikan oleh para pekerja, tetapi juga harus dijalankan dengan penuh oleh

sebuah sistem pekerjaan tanpa terkecuali. Saat ini K3 bukan hanya sebagai

kewajiban, tetapi menjadi kebutuhan terhadap setiap pekerja dan apapun

bentuk kegiatan pekerjaan yang dilakukannya. Penerapan K3 dalam dunia

usaha dan industri, menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Hal tersebut

dilakukan agar menghindari berbagai pemicu kecelakaan kerja yang berisiko

pada level produktivitas pekerja hingga berdampak pada kualitas produksi

(Farid, dkk. 2021).

Keselamatan kerja di kalangan pemerintah dan bisnis telah menjadi

perhatian sejak lama. Salah satu alasan keselamatan kerja menjadi faktor yang

sangat penting karena sangat berhubungan dengan bagaimana kinerja karyawan

dan pastinya akan berdampak juga pada kinerja perusahaan. Kecelakaan kerja

akan memiliki kemungkinan kecil terjadi jika semakin lengkapnya fasilitas


4

dalam menunjang keselamatan kerja. Di Indonesia belum memiliki rekapan

data yang baik untuk Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat

Kerja (KAK) di kalangan tenaga kerja (Hendrawan, 2020).

Penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan maupun lingkungan kerja itu

sendiri biasa dikenal sebagai sebutan Penyakit Akibat Kerja. Penyakit akibat

kerja memiliki faktor risiko yang terdiri dari golongan psikososial, kimiawi,

fisik, hingga biologis yang terdapat di sekitar lingkungan kerja. Faktor tersebut

menjadi penyebab utama dan dapat memicu terjadinya penyakit akibat kerja di

lingkungan kerja. Faktor pendukung lain seperti kerentanan individual yang

dapat berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja (Widyawati,

2020).

Menurut Buntarto (dalam Petra, 2018) menyatakan bahwa kecelakaan

kerja dapat memberikan dampak yang ditimbulkan yaitu dampak langsung

maupun dampak tidak langsung. Dampak yang dapat dialami secara langsung

adalah saat pekerja akibat kecelakaan kerja yaitu meninggal dunia, cacat

permanen total, yaitu cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen

tidak mampu lagi untuk melakukan pekerjaan secara produktif karena

kehilangan salah satu bagian tubuh, cacat permanen sebagian yaitu cacat yang

mengakibatkan salah satu bagian tubuh hilang atau terpaksa diamputasi atau

sama sekali tidak berfungsi serta tidak mampu bekerja lagi ataupun saat

sementara ketika dalam masa pemulihan atau pengobatan karena diharuskan

beristirahat demi kesembuhannya. Kecelakaan kerja juga dapat memberikan

dampak secara tidak langsung kepada pekerja contohnya yaitu dapat berupa
5

serangan psikologi dan psikososial yang dialami oleh pekerja seperti rasa takut

maupun kegelisahan.

Bird dan Germain (dalam Wijayanti, 2019) menyebutkan bahwa terdapat

tiga jenis klasifikasi kecelakaan kerja yaitu Accident, Incident, dan Near miss.

Accident adalah suatu peristiwa yang tidak dikehendaki oleh pelaku pembuat

kerugian untuk manusia dan harta benda. Incident adalah suatu periswita yang

tidak dikehendaki yang belum sampai menyebabkan suatu kerugian. Near miss

adalah peristiwa dimana pelaku hampir celaka dengan kejadian yang hampir

membuat incident maupun accident.

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan

Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian membahas tentang

Jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian diatur lebih jauh dalam

Ketentuan Pasal 1 Angka (1) dan (2) Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005

menjelaskan mengenai manfaat dari ketersediaan jaminan kecelakaan kerja dan

kematian, Jaminan Kecelakaan Kerja kemudian mengalami penyingkatan

penyebutan menjadi JKK. “JJK adalah manfaat berupa uang tunai dan/atau

pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat pekerja mengalami kecelakaan

kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Jaminan Kematian

yang selanjutnya disingkat JKM adalah manfaat uang tunai yang diberikan

kepada ahli waris ketika pekerja telah meninggal dunia bukan akibat

kecelakaan kerja. Manfaat jaminan Kecelakaan dijelaskan dalam Pasal 25

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005” (Soplantila R, 2019).


6

Kemajuan perindustrian di Indonesia yang semakin cepat yang merupakan

perwujudan dari era industrialisasi, yang ditandai dengan banyaknya pabrik-

pabrik besar di Indonesia, penggunaan mesin, peralatan ataupun instalasi yang

lebih canggih. Perusahaan mulai meninggalkan peralatan kuno/lama dan

memilih untuk menggunakan mesin-mesin baru yang lebih canggih yang

bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat dan

dapat bersaing dengan perusahaan lain. Terjadinya peningkatan terhadap

penggunaan peralatan mutakhir oleh perusahaan sehingga mampu

meningkatkan potensi bahaya dan faktor bahaya di lokasi kerja (Primasanti,

2019).

Tenaga kerja memegang peranan penting dalam pelaksanaan

pembangunan nasional dan menempati posisi penting sebagai aktor dalam

mencapai tujuan pembangunan. Karyawan adalah milik perusahaan dan sangat

penting dan harus dilindungi oleh perusahaan dengan asas Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3). Ancaman demi ancaman akan senantiasa menghantui

keselamatan dan kesehatan para pekerja (Darmayanti, 2018).

Gelombang elektromagnetik adalah suatu gelombang yang mampu

merambat tanpa media perantara. Energi elektromagnetik melakukan rambatan

pada gelombang dengan beberapa karakteristik terukur seperti panjang

gelombang, frekuensi, amplitudo, dan kecepatan. Radiasi adalah semua jenis

energi yang dipancarkan tanpa media perantara. Energi radiasi umumnya

dalam bentuk gelombang dengan bentuk yang lumrah yaitu berupa gelombang

sinusoidal (Seniari, 2021).


7

Radiasi adalah suatu energi yang merambat dalam bentuk gelombang dan

partikel berkecepatan tinggi. Radiasi dapat dibagi menjadi dua jenis yakni

partikel radioaktif alfa dan partikel radioaktif beta yang dihasilkan dari

gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik membawa energi

berupa medan listrik dan magnet (Iqlima, 2020).

Radiasi adalah perambatan partikel elementer dan energi radiasi dari asal

radiasi ke media penghantar atau target yang ada di sekitarnya. Ponsel

memancarkan intensitas radiasi berupa gelombang elektromagnetik, yang dapat

melewati ruang hampa. Menururt Badan Kesehatan World Health

Organization menyatakan bahwa nilai ambang batas paparan kuat medan

listrik dan kuat medan magnet adalah 50/60 Hz untuk kelompok umum adalah

5kV/m dan 100 μT, untuk kelompok pekerja 10kV/m dan 500 μT (Pratama,

2021).

Radiasi elektromagnetik dikelompokkan menjadi dua yaitu radiasi pengion

(ionizing) dan radiasi non-pengion (non-ionizing). Radiasi pengion adalah

radiasi dengan frekuensi dan energi yang sangat tinggi sehingga mampu

menghancurkan elektron yang terikat. Radiasi non-pengion adalah radiasi

frekuensi rendah dan memiliki energi yang tidak dapat menghancurkan

elektron. Ada perbedaan antara kedua kelompok gelombang radiasi dalam

kemampuan mereka untuk mengionisasi molekul gelombang elektromagnetik

(Hermawan, 2021).

Cahaya tampak menjadi salah satu contoh bentuk dari radiasi

elektromagnetik. Studi teoritis radiasi elektromagnetik disebut elektromekanika


8

dengan sub bidang elektromagnetisme. Berdasarkan jenis muatannya, radiasi

dapat dibagi menjadi radiasi pengion dan non-pengion. Radiasi pengion

meliputi sinar-X, partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), dan

partikel neutron. Radiasi non-pengion meliputi gelombang radio, sedangkan

meliputi gelombang mikro, sinar inframerah, sinar tampak, dan sinar ultraviolet

(Wijaya, 2019).

Secara tidak langsung tingkat kesehatan manusia dipengaruhi oleh alat-alat

rumah tangga yang dapat menyebabkan tersimpannya sejumlah elektron dalam

tubuh manusia dan akan menyebabkan ketidak normalan. Kelebihan elektron

dalam tubuh dapat menganggu susunan kerja syaraf tubuh manusia sehingga

komunikasi antar sel tubuh menjadi terganggu. Elektron akan tersimpan

didalam tubuh manusia karena tubuh manusia tidak mampu mengalirkan

elektron yang berlebih tadi ke bumi karena terjadi isolasi terhadap bumi. Hal

tersebut biasanya menyebabkan orang mengeluh tentang kesehatan mereka

seperti kesulitan untuk tidur dan mengalami stress akibat penggunaan alat-alat

elektronik seperti komputer, televisi, radio dan oven listrik (microwave)

(Furqon, 2018).

Terdapat sebuah studi oleh Dr. Gerald Draper dalam studi yang dilakukan

bersama dengan temannya dari Chilhood Cancer Research Group di

Universitas Oxford dan Dr. John Swanson, penasehat sains di National Grid

Transco. Saat bayi dilahirkan memiliki resiko menderita leukimia sebesar 70

persen karena tinggal dilokasi kurang dar 200meter jarak aman. Anak-anak

dengan tempat tinggal sejauh 600meter atau lebih dari jalur tegangan tinggi
9

lebih aman dibandingkan anak sebelumnya. 70% dari anak-anak yang tingga

dalam radius 200meter terpapar leukimia dan yang hidup yakni anak-anak

dalam radius 200-600 meter sekitar 20 persen dibandingkan dengan yang

tinggal lebih dari 600 meter (Nawawi, 2018).

Terdapat dampak subjektif lain yang sering dialami oleh masyarakat

terkait penggunaan gadget yakni sakit kepala. Terjadinya sakit kepala yang

disebabkan karena kelainan mata atau lainnya. Contoh lainnya adalah migrain

ditambah dengan keadaan posisi tubuh tidak benar diduga juga menyebabkan

terjadinya ketegangan otot pada beberapa bagian tubuh seperti otot leher yang

menghubungkan langsung ke bagian kepala sehingga ketegangan yang dirasa

akan terjadi semakin lama dan kemudian dapat memicu migrain. Saat

menggunakan gadget dengan waktu yang lama dapat mengganggu sinyal pada

otak dan dapat menimbulkan stress hingga insomnia, hal ini disebabkan karena

otak seolah-olah di paksa untuk tetap aktif (Berlianti, 2021).

B. Tujuan Praktikum

1. Agar mahasiswa mampu mengoperasikan alat ukur Radiasi yaitu

Electromagnetic Field Radiation Tester.

2. Agar mahasiswa mampu mengetahui radiasi yang dihasilkan bahan

praktikum yang digunakan dan dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas

(NAB).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Radiasi

Radiasi adalah salah satu cara perambatan energi yang tidak membutuhkan

perantara. Salah satu contoh perpindahan energi dapat dilihat pada sinar cahaya

matahari. Radiasi yang diperoleh dalam jumlah yang besar mengakibatkan

terlepasnya ion dari orbit atom yang disebut dengan radiasi pengion. Radiasi

ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti kanker bahkan kematian

(Yoshandi, dkk. 2020).

Menurut Wahyuni (dalam Qolik, dkk. 2018) para pekerja memiliki risiko

tinggi terkena berbagai gangguan akibat radiasi. Proses kegiatan manufacturing

pada saat pengelasan misalnya, merupakan salah satu kegiatan yang dapat

memberikan efek radiasi bagi para pekerjanya. Hal tersebut disebabkan karena

pekerja akan terpapar radiasi sinar las. Sebagian besar pekerja bahkan pemilik

perusahaan tidak memperhatikan hal tersebut. Sehingga terjadi banyak masalah

penyakit yang diderita oleh para pekerja yang terjadi akibat adanya radiasi.

Perkembangan alat-alat elektronik yang yang semakin maju seperti laptop,

handphone, TV, dan computer juga dapat memberikan radiasi yang tinggi bagi

para pengguananya termasuk pekerja yang bekerja di kantor. Perkembangan

teknologi pencahayaan pada alat-alat elektronik saat ini misalnya TV dapat

mempengaruhi peningkatan pengaruhnya kepada kesehatan. Duduk terlalu

dekat ke TV menimbulkan tegangan dan kelelahan pada mata karena

10
11

pencahayaan yang salah sehingga dapat merusak mata penonton. (Canadian

Association of Optometrists (CAO) dalam Aristo, dkk. 2020)

Radiasi adalah penyebaran partikel elementer dan energi dari suatu sumber

ke medium ataupun tujuan sekitarnya. Handphone merupakan salah satu

sumber radiasi buatan yang jika terpapar dalam waktu yang lama akan

mengakbatkan dampak buruk bagi manusia. Radiasi yang ditimbulkan

handphone akan memunculkan berbagai macam penyakit seperti tumor otak,

alzheimer, fatigue, dan kanker otak (Pratama, dkk. 2021).

Radiasi merupakan salah satu cara penyebaran energi ke lingkungan tanpa

memerlukan perantara atau medium. Radiasi adalah energi yang bergerak

dalam bentuk gelombang atau partikel dengan kecepatan merambat yang

tinggi. Radiasi yang sering diterima disekitar kita adalah radiasi matahari,

bintang, petir, dan lainnya. Radiasi juga ada yang dibuat oleh manusia seperti

gelombang radio dan sinar televisi (Hermawan, 2021).

B. Tinjauan Umum Tentang Jenis-Jenis Radiasi

Berdasarkan massanya, radiasi dibedakan menjadi dua, yaitu radiasi

elektromagnetik dan radiasi partikel. Adapun berdasarkan muatannya, radiasi

dibagi menjadi dua yaitu radiasi pengion dan radiasi non-pengion. Radiasi

elektromagnetik adalah radiasi yang tidak memiliki massa. Adapun radiasi

partikel adalah radiasi kebalikan dari radiasi elektromagnetik, dimana radiasi

pratikel adalah radiasi yang memiliki massa (Heriansyah, dkk. 2018). Radiasi

elektromagnetik adalah kombinasi antara medan magnet dan medan listrik


12

yang kemudian akan merambat melewati ruangan serta membawa energi dari

satu tempat ke tempat yang lain (Prasetia, dkk. 2020).

Menurut Swamardika (dalam Putra, 2020) radiasi elektromagnetik

memberikan efek negatife berupa gangguan yang disebut electrical sensitivity.

Electrical sensitivity adalah gangguan fisiologis dengan tanda dan gejala

neurologis dan juga kepekaan. Gejala tersebut seperti gangguan pada organ-

organ tubuh manusia seperti kanker otak dan pendengaran, tumor, perubahan

pada jaringan mata, gangguan reproduksi, hilangnya ingatan dan pusing. Selain

efek fisiologis, terdapat pula gangguan psikologis yaitu gangguan kejiwaan

seperti stress dan ketidaknyamanan karena penyinaran radiasi berulang-ulang.

Berdasarkan muatannya, radiasi dibedakan menjadi dua yaitu radiasi

pengion dan radiasi non-pengion. Radiasi pengion adalah radiasi yang dapat

menghantarkan ion atau listrik jika berinteraksi dengan materi lainnya.

Sedangkan radiasi non-pengion adalah radiasi yang tidak dapat menghasilkan

ion atau tidak memberikan efek ionisasi jika berinteraksi dengan materi.

Contoh radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma,

sinar-X dan neutron sedangkan contoh radiasi non-pengion antara lain

gelombang radio, gelombang mikro, dan sinar inframerah (Suharmono, dkk.

2020).

Radiasi pengion dapat digunakan sebagai pengobatan penyakit. Penyakit

kanker baik pada bagian kepala dan leher, dapat dilakukan terapi radiasi

dengan menggunakan radiasi pengion. Radiasi pengion digunakan dalam

proses terapi radiasi karena radiasi pengion dapat membentuk ion dan
13

menyimpan energi sel jaringan yang di lewatinya. Selain itu, radiasi pengion

digunakan karena memiliki energi yang tinggi dan mampu melepaskan

electron sehingga terjadi ionisasi (Aulia,dkk. 2021)

C. Tinjauan Umum Tentang Sumber Radiasi

Radiasi merupakan energi yang dihasilkan oleh sumber radioaktif yang

berbentuk partikel ataupun berbentuk gelombang. Sebagai penduduk dunia

disadari atau tidak kita selalu terkena paparan radiasi. Radiasi yang memapar

kita terdiri dari dua sumber yaitu sumber radiasi alam dan radiasi buatan

(Haryanto & Sidik, 2019). United Nations Scientific Committee on Effects of

Atomic Radiation (UNSCEAR) pada tahun 2000 mengatakan bahwa radiasi

yang bersumber dari alam mencapai 85% sedang 15 % berasal dari radiasi

buatan (Irsal, dkk 2022).

1. Radiasi Alam

Dalam Das, N R (2019) dijelaskan bahwa sumber radiasi alami

terdiri dari radiasi kosmik dan radiasi dari bahan teresterial.:

a. Radionuklida Kosmogenik (Luar Angkasa)

Sumber radiasi alami terdiri dari radiasi kosmik dan radiasi

dari bahan teresterial. Radiasi yang berasal dari luar angkasa.

Radiasi biasanya berasal dari matahari bintang dan peristiwa-

peristiwa langit dialam semesta. Pada radiasi kosmik terdiri dari

ion yang bermuatan positif dari proton ke besi dan inti yang lebih

besar yang bersumber dari tata surya.


14

b. Radionuklida Terestrial

Bahan Radioaktif terestrial atau yang terjadi secara alami,

yang dikenal dengan akronim 'NORM', sebagian besar telah

diproduksi selama pembentukan tata surya dan NORM yang terjadi

di kerak bumi kini telah menjadi sumber utama radiasi terestrial.

Radionuklida yang ada selama pembentukan Bumi disebut

radionuklida primordial. Nuklida primordial terbentuk dalam Big

Bang oleh nukleosintesis di bintang dan supernova di alam.

2. Radiasi Buatan

Sesuai dengan namanya, radiasi buatan adalah radiasi yang terjadi

akibat adanya campur tangan atau intervensi dari manusia yang dibuat

dengan tujuan untuk kepentingan hidupnya misalnya reaktor nuklir

yang dibuat dari senyawa plutonoim (Pu), sinar-x untuk kepentingan

diagnosis penyakit (rontgen), dan Co sebagai sumber sumber iradiasi

untuk radioterapi dan kebutuhan industri (Syaifuddin, 2017). Radiasi

yang dibuat manusia ditujukan untuk maksud tertentu untuk membantu

keperluan manusia. Radiasi buatan adalah radiasi yang timbul karena

atau berhubungan dengan kegiatan manusia, seperti teknologi nuklir

oleh manusia (Malaka, 2019).

Radiasi buatan berasal dari aktivitas manusia berupa penggunaan

instalasi nuklir atau fasilitas radiasi yang digunakan oleh manusia.

(Cecep, 2020) Aplikasi tenaga nuklir banyak digunakan di kehidupan


15

manusia. Salah satu dibidang kesehatan atau medik. Radiasi yang

berasal dari kegiatan medik disebut sumber buatan misalnya sinar-x

untuk penggabaran diagnostik (Yunus dan Bandu 2019).

D. Tinjauan Umum Tentang Nilai Ambang Batas Radiasi

Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia nomor 5

Tahun 2018 tentang tentang Keselamatn dan Kesehatan Kerja Lingkungan

Kerja “Nilai ambang batas adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai

kadar /intensitas rata-rata tertimbang waktu yang dapat diterima oleh tenaga

kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan

sehari-hari untuk waktutidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu”.

Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Nuklir No. 8 tahun 2011 tentang

Keselamatan Radiasi dalam penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi

Intervensional nilai batas dosis (NBD) radiasi yang diterima oleh pekerja harus

dipantau secara rutin agar ditidak melampaui batas yang telah ditentukan oleh

BAPETEN. NBD sendiri adalah dosis maksimal radiasi yang bisa diterima

oleh pekerja radiasi dan masyarakat dalam periode waktu tertentu dan tidak

mengakibatkan adanya gangguan atau efek somatik maupun somatik (Putri,

2018).

Standar yang digunakan ada dua yaitu standar internasional dan Nasional,

sebagai berikut:

1. Standar Internasional

Secara tegas semua negara telah mengatur paparan radiasi tenorm

terhadap tenaga kerja di tempat kerja. Batas paparan yang disepakati


16

secara internasional untuk para pekerja radiasi yaitu pada saat ini yaitu 20

mSv/year. Nilai ini ditetapkan berdasarkan rekomendasi dari International

Commission on Radiological Protection (ICRP) dan International Atomic

Energy Agency, (IAEA). Jika selama setahun melebihi NAB yang telah

ditetapkan per tahunnya dalam dalam periode lima tahun, tidak boleh lebih

dari 100 mSv (Rimadianny dan Ridwan 2018).

2. Standar Nasional

Paparan radiasi di Indonesia diatur dalam Peraturan Mentri Tenaga

Kerja Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2018. Terdapat 4 nilai ambang

batas (NAB) yang diatur dalam Permenaker yaitu nilai ambang batas

radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro, waktu paparan radiasi ultra

ungu yang diperkenankan, NAB pemaparan medan magnit statis yang

diperkenankan dan NAB medan magnit untuk frekuensi 1-30 Kilo Hertz.

Untuk nilai yang yang ditentukan oleh Kemenaker RI dapat dilihat pada

tabel berikut :
17

Tabel 1.
Nilai Ambang Batas Radiasi Frekuensi Radio dan Gelombang Mikro
Berdasarkan Peraturan Mentri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja
Kekuatan Kekuatan
Power Waktu
Medan medan
Frekuensi Density pemaparan
Listrik magnit
(mW/cm2) (menit)
(V/m) (A/m)
30 kHz-100 kHz 1842 163 6
100 kHz-1Mhz 1842 16,3/ f 6
1 MHz-30MHz 1842/f 16,3/ f 6
30 MHz 61,4 16,3 /f 6
100 MHz-300
10 6
MHz
300 MHz – 3 GHz f/30 6
3 GHz -30 GHz 100 34000/f1,079
30 GHz – 300
100 68/f0,476
GHz
Sumber: Permenaker No. 5 tahun 2018

Keterangan:
KHz : Kilo Hertz
MHz : Mega Hertz
GHz : Giga Hertz
f : Frekuensi dalam Hertz
mW/cm2 : Mili Watt Senti meter persegi
V/m : Volt per meter
A/m : Amper per meter
18

Tabel 2.
Waktu Pemaparan Radiasi Sinar Ultra Ungu Berdasarkan Peraturan
Mentri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja
Masa Pemaparan Per Hari Iradiasi Efetif (Ieff) mW/ cm2
8 jam 0,0001
4 jam 0,0002
2 jam 0,0004
1 jam 0,0008
30 menit 0,0017
15 menit 0,0033
10 menit 0,005
5 menit 0,01
1 menit 0,05
30 detik 0,1
10 detik 0,3
1 detik 3
0,5 detik 6
0, 1 detik 30
Sumber: Permenaker No. 5 tahun 2018

Tabel 3.
Nilai Ambang Batas Pemaparan Medan Magnit Statis Berdasarkan
Peraturan Mentri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja
Kadar Tertinggi
No. Bagian Tubuh
Diperkenankan (Ceiling)
1 Seluruh Tubuh (tempat kerja 2T
umum)
2 Seluruh tubuh (Pekerja khusus dan 8T
lingkungan kerja yang terkendali)
3 Anggota gerak (Limbs) 20 T
4 Pengguna peralatan medis 0,5 T
elektronik
Keterangan : mT (mili Tesla)
Sumber: Permenaker No. 5 tahun 2018
19

Tabel 4.
Nilai Ambang Batas Radiasi Medan Magnit Untuk Frekuensi 1-30
Kilo Hertz yang diperkenankan dalam Dalam Peraturan Mentri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
Rentang
No. Bagian Tubuh NAB (TWA)
Frekuensi
1. Seluruh tubuh 60/f mT 1-300 Hz
2. Lengan dan paha 300/f mT 1-300 Hz
3. Tangan dan Kaki 600/f mT 1-300 Hz
4. Anggota tubuh dan seluruh 0,2 mT 300 Hz- 30 KHz
tubuh 300Hz-30KHz
Keterangan f adalah frekuensi dalam Hz
Sumber: Permenaker No. 5 tahun 2018

E. Tinjauan Umum Tentang Dampak Radiasi

Radiasi elektromagnetik merupakan suatu kombinasi yang terjadi dan

saling merambat antara medan listrik dan medan magnet melewati ruang dan

membawa energi dari satu tempat ke tempat yang lain. Jika ditinjau dari

muatan listrik, radiasi terbagi menjadi 2 bagian yaitu radiasi pengion yang

berupa sinar-X, partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), dan partikel

neutron. Dan radiasi non-pengion dapat berupa gelombang radio, gelombang

mikro, inframerah, cahaya tampak dan ultraviolet (Wijaya, dkk. 2019).

1. Gelombang Elektromagnetik

Pada zaman sekarang ini banyak tehnologi baru yang telah

diluncurkan yang tentunya tehnologi tersebut akan memanfaatkan

gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik merupakan

suatu gelombang yang mampu memancar tanpa memerlukan media rambat

dan membawa energi listrik dan magnet (elektromagnetik). Sebagaimana

yang telah dijelaskan bahwa gelombang elektromagnetik tidak


20

memerlukan media rambat maka gelombang elektromagnetik sering pula

disebut sebagai radiasi eletromagnetik (Salsabillah, dkk. 2018)

Menurut Sylvia (dalam Sudirman, 2020) menyatakan bahwa setiap

radiasi gelombang elektromagnetik tentu akan memberikan pengaruh

terhadap tubuh manusia dan khususnya pada bagian sel-sel tubuh manusia

yang mudah membelah dan bagian tubuh yang sebagian besar berupa

molekul air akan mudah dipengaruhi oleh radiasi gelombang

elektromagnetik. Adapun dampak yang ditimbulkan akibat pajanan medan

elektromagnetik dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada berbagai

sistem tubuh manusia, beberapa di ataranya yaitu pada bagian sistem

darah, sistem reproduksi, sistem saraf, sistem kardiovaskular, sistem

endokrin, psikologis, dan hipersensitivitas. Adapun menurut Crumpton

(dalam Sudirman, 2020) menyatakan bahwa perubahan keseimbangan

kadar radikal bebas dalam sistem biologik tersebut yang memberikan

pengaruh timbulnya gangguan kesehatan akibat gelombang

elektromagnetik karena radikal bebas sangat reaktif dan mutagenik dalam

sel hidup.

2. Radiasi Pengion dan Non Pengion

Radiasi pengion mampu memecah ikatan kimia dari molekul dan

kerusakan DNA oleh produksi radikal bebas dan sel-sel sehingga

proliferasi dapat mengalami apoptosis, itulah mengapa radiasi pengion

dikatakan dapat mengganggu kesehatan manusia. Radiografer harus

memperoleh perlindungan yang baik agar kesehatan dan keselamatan kerja


21

dapat terjamin, perlindungan sebelum mulai bekerja, saat bekerja maupun

setelah selesai bekerja. Karena pekerjaan seorang radiografer berhubungan

dengan sinar–X yang merupakan salah satu radiasi pengion yang dapat

menimbulkan efek deterministik (kerusakan jaringan) maupun genetik.

Beberapa gangguan kesehatan lainnya yang di akibatkan oleh radiasi

pengion berupa kerusakan sistem hemopoitik dan jaringan limfatik serta

akan menyebabkan gangguan pada sel darah yang ditandai dengan

menurunnya produksi sel-sel darah akibat terhambatnya mitosis pada sel

induk dalam sumsum dan system limfoid (Rahardjo, dkk. 2018).

Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi dengan frekuensi yang

tergolong rendah dan tidak memiliki cukup energi untuk memecahkan

elektron yang saling berkaitan. Misal sinar ultraviolet, cahaya infra merah,

gelombang mikro, dan gelombang radio. Radiofrekuensi yang dipancarkan

oleh telepon seluler berupa bentuk radiasi non-pengion, dengan begitu

tidak dapat menghasilkan elektron bebas di dalam tubuh. Pada radiasi

non-pengion, untuk mentransfer energinya tidak melalui pembentukan

radikal bebas, melainkan melalui perantara konversi suhu. Salah satu efek

yang akan ditimbulkan yaitu kerusakan sel pada tubuh. Gangguan

kesehatan yang terjadi berupa kerusakan sel yang dipengaruhi oleh radiasi

berupa kerusakan dan disfungsi mitokondria, akumulasi radikal bebas

(stres oksidatif), defek pada permeabilitas membran, serta kerusakan DNA

dan juga protein (Iqlima, 2020).


22

F. Tinjauan Umum Tentang Pengendalian Radiasi

Pengendalian risiko atau risk control dilakukan dengan tujuan agar dapat

meminimalkan tingkat risiko dari potensi bahaya yang ada. Hirarki

pengendalian merupakan suatu hirarki atau metode yang dilakukan berurutan

sampai dengan tingkat risiko atau bahaya berkurang dan menuju pada titik

yang aman. Hirarki pengendalian tersebut antara lain ialah eliminasi, substitusi,

rekayasa teknik, rekayasa administrasi, dan alat pelindung diri (APD)

(Widiastuti, dkk. 2019).

1. Eliminasi

Hal ini berarti eliminasi atau meniadakan. Eliminasi dilakukan

dengan upaya menghentikan atau meniadakan peralatan ataupun sumber-

sumber yang dapat menimbulkan bahaya (Helga, 2020). Tujuan

pengendalian eliminasi yaitu agar dapat menghilangkan kemungkinan

terjadinya kesalahan manusia dalam menjalankan suatu sistem atau

pekerjaan. Penghapusan atau mengulangkan potensi bahaya bukan hanya

dapat mengandalkan perilaku pekerja dalam menghindari risiko, tetapi

juga dapat menghilangkan kerugian yang nyata (Putra, dkk. 2019).

2. Subtitusi

Subtitusi berarti menggantikan. Tahapan subtitusi ini dilakukan

dengan menggantikan sumber risiko atau sumber radiasi dengan sarana

atau peralatan lain yang lebih aman dan tentunya lebih rendah tingkat

risikonya (Ramadanti, dkk. 2021). Salah satu contoh pengendalian

subtitusi yaitu pada penelitian yang dilakukan di seksi febrikasi PT XYZ


23

pada tahapan pekerjaan mempersiapkan alat cutting, dilakukan metode

subtitusi dengan penggantian alat pemotong (cutting) dengan mesin

plasma agar resiko bahaya yang ditimbulkan menjadi lebih rendah serta

mewajibkan pengecekan rutin mengenai masa berlaku tabung yang

digunakan (Afifuddin, dkk. 2020).

3. Rekayasa Teknik

Rekayasa teknik disebut juga tahap Perencanaan, yaitu dengan

melakukan modifikasi pada peralatan kerja, mesin atau lingkungan kerja

yang menimbulkan bahaya (Aruan & Singgih, 2021). Rekayasa teknik

melindungi pekerja dari situasi berbahaya dengan menciptakan

penghalang dari bahaya yang akan timbul dengan melalui modifikasi fisik

pada suatu proses atau peralatan dan pemasangan peralatan untuk

mencegah situasi berbahaya (Wahab, dkk. 2021).

4. Rekayasa Administrasi

Pengendalian secara rekayasa administrasi bertujuan untuk

mengurangi risiko atau bahaya yang memungkinkan akan timbulnya

kecelakaan kerja. Upaya pengendalian secara rekayasa administrasi dapat

dilakukan melalui upaya pengontrolan yang berkaitan dengan prosedur,

instruksi kerja dan panduan-panduan termasuk pelatihan dan pendidikan

(Imanda, 2020).

5. APD

Menurut Cahyono (dalam Permadi, 2018), Alat Pelindung Diri (APD)

merupakan alat keselamatan yang harus digunakan oleh tenaga kerja


24

apabila berada dalam lingkungan kerja yang berbahaya. Dengan melihat

kondisi tempat atau melihat tempat kerja yang di tempati, maka setiap

tempat kerja pasti mempunyai potensi bahaya yang berbeda-beda sesuai

dengan jenis, bahan, dan proses produksi yang digunakan sehingga

diperlukan adanya inventarisasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja

masing-masing sebelum menetapkan alat pelindung diri yang akan dipakai

oleh tenaga kerja. Menurut Permadi (2018), beberapa contoh APD yang

dapat digunakan sebagai pelindung radiasi yaitu :

1. Apron

Apron merupakan salah satu dari alat pelindung diri yang

digunakan oleh petugas radiologi yang menutup dada sampai lutut,

berbahan dasar logam yang setara dengan timah hitam (Pb). Apron

memiliki ukuran yang setara dengan 0,2 Pb atau

0,25 mm Pb digunakan untuk pemeriksaan radiodiagnostik secara

umum. Sedangkan untuk ketebalan apron memiliki ukuran yang setara

dengan 0,35 mm Pb atau 0,5 mm Pb digunakan untuk pemeriksaan

radiografi intervensional.

Gambar 1. Apron
Sumber : www.google.com
25

2. Sarung Tangan Pb

Sarung tangan merupakan salah satu alat pelindung diri

khususnya bagian tangan yang sebaiknya di pakai oleh orang yang

sering terpapar radiasi. Salah satu contohnya yaitu sarung

tangan Pb yang merupakan alat pelindung diri petugas radiologi yang

menutupi tangan mencakup pergelangan dan jari-jari tangan. Sarung

tangan proteksi ini biasa digunakan untuk fluoroskopi yang ukurannya

juga harus memberikan kesetaraan atenuasi paling kurang 0,25

mm Pb pada tegangan modalitas 150 kVp.

Gambar 2. Sarung Tangan Pb


Sumber : www.google.com

3. Kaca mata Pb

Jenis kaca mata Pb sering ditemukan pada rumah sakit bagian

radiologi. Kacamata ini banyak digunakan oleh para petugas

kesehatan yang bekerja di bidang radiologi. Kaca mata Pb adalah alat

pelindung mata pada petugas radiografer. Kaca mata yang digunakan

ini berbentuk seperti kacamata renang. Kaca mata ini terbuat dari

bahan yang setara dengan 1 mm Pb (Timah hitam). Untuk penggunaan

kaca mata Pb ini juga cukup mudah.


26

Gambar 3. Kaca mata Pb


Sumber : www.google.com

4. Tabir Pb

Sama halnya dengan kacamata Pb, Tabir Pb juga banyak

dijumpai pada rumah sakit pada bagian radiologi. Tabir ini seperti

dinding yang membatasi agar sinar pemancar radiasi tidak menembus

kemana-mana. Tabir Pb adalah pelindung yang digunakan oleh

radiografer harus dilapisi dengan bahan yang setara dengan 1 mm Pb.

Ukuran tabir adalah sebagai berikut: tinggi 2 m, dan lebar 1 m, yang

dilengkapi dengan kaca intip Pb yang setara dengan 1 mm Pb.

Gambar 4. Tabir Pb
Sumber : www.google.com
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Metode Praktikum

Praktikum ini menggunakan metode praktikum observasional dengan

pendekatan deskriptif berupa gambaran umum, potensi-potensi bahaya, jenis-

jenis, kesesuaian dengan regulasi pemangku kebijakan terkait dengan

percobaan radiasi yang dilakukan di Laboratorium Terpadu Kimia Biofisik

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

B. Lokasi dan Waktu Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Kimia Biofisik

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin pada Hari Rabu,

Tanggal 20 April 2020, jam 10.11 WITA.

C. Instrumen Praktikum

a) Alat Praktikum

1. Electromagnetic Field Radiation Tester (Lutron EMF-827)

Gambar 5 . Electromagnetic Field Radiation Tester


(Lutron EMF-827)
Sumber: Data Primer, 2022

27
28

2. Stopwatch

Gambar 6. Stopwatch
Sumber: Data Primer, 2022
3. Penggaris

Gambar 7. Penggaris
Sumber: Data Primer, 2022
b) Bahan Praktikum

1. Laptop

Gambar 8. Laptop ACER N20C4 2021


Sumber: Data Primer, 2022
29

2. Komputer

Gambar 9. Komputer AOC


Sumber: Data Primer, 2022

3. Handphone

Gambar 10. Handphone Oppo F9


Sumber: Data Primer, 2022

D. Prinsip Kerja

Alat ini digunakan untuk mengukur intensitas paparan radiasi pada bahan

praktikum. Alat ini terdiri dari beberapa bagian yaitu Display Monitor, yang

berfungsi untuk menunjukkan hasil pengukuran paparan radiasi pada objek.

Bagian selanjutnya adalah EMF sensor, yang berfungsi untuk merekam

intensitas radiasi pada objek yang diukur. Bagian selanjutnya adalah tombol
30

ON/OFF/Range yang berfungsi untuk menyalakan dan mematikan alat.

Kemudian bagian terakhir adalah handle yang berfungsi sebagai pemegang

pada EMF sensor. Adapun prinsip kerja dari alat ini adalah ketika alat

dinyalakan dan EMF sensor diarahakan ke objek, maka sensor akan

menangkap radiasi dari objek atau sumber radiasi tersebut, kemudian besaran

radiasi yang telah diolah oleh sensor akan tertera pada display monitor yang

ada pada alat.

E. Prosedur Kerja

1. Ukur diagonal monitor bahan

2. Masukkan kedalam rumus untuk mendapatkan jarak antara EMF Sensor

dengan monitor bahan. Adapun rumus jarak yang digunakan adalah sebagai

berikut.

1
Jarak (2 𝑑𝑖𝑎𝑔𝑜𝑛𝑎𝑙 5

3. Nyalakan bahan praktikum

4. Nyalakan Electromagnetic Field Radiaton Tester Lutron EMF-827 dan set

ke 20µT

5. Arahkan EMF ke layar sejauh jarak yang didapatkan dari rumus

sebelumnya

6. Selama satu menit, perhatikan display monitor dan catat angka yang paling

sering muncul

7. Setelah selesai dilakukan pengukuran, matikan alat Electomagnetic Field

Radiation Tester Lutron EMF-827


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Praktikum

Lokasi praktikum pengukuran radiasi untuk mata kuliah praktikum

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dilaksanakan di Laboratorium Terpadu

Kimia Biofisik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Laboratorium ini terletak di lantai 3 (tiga) Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin. Sebanyak 3 (tiga) ruang operasional secara lengkap

untuk kebutuhan praktikum mahasiswa, penggunaan uji laboratorium untuk

skripsi mahasiswa, penelitian dosen, dan penelitian-penelitian pesanan.

Laboratorium Kimia Biofisik Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)

Universitas Hasanuddin memenuhi standar ISO 17025. Hal ini sesuai hasil

keputusan dari proses assesmen yang telah dilakukan oleh Komite Akreditasi

Nasional (KAN).

B. Hasil

Adapun hasil pengukuran paparan radiasi pada sumber radiasi seperti

handphone, laptop, dan komputer adalah sebagai berikut:

Tabel 5.
Hasil pengukuran Radiasi dengan Electromagnetic Field Radiation
Tester di Laboratorium Terpadu Kimia Biofisik FKM UNHAS Pada
Tahun 2022
Bahan Percobaan Hasil Pengukuran (μT)
Handphone Oppo F9 0,01
Laptop Acer N20C4 0,01
Komputer AOC 0,01
Sumber: Data Primer, 2022

31
32

Berdasarkan hasil pengamatan dengan paparan radiasi pada masing-

masing benda (handphone, laptop, komputer) yakni hasil pengukuran

menunjukkan nilai yang sama dengan nilai 0,01 μT.

C. Pembahasan

Dari pengukuran yang dilakukan pada beberapa alat di atas (handphone,

laptop, dan komputer) dapat ditentukan bahwa tingkat paparan radiasi

menunjukkan nilai yang sama.

1. Handphone

Berdasarkan dari hasil perhitungan praktikum Radiasi menggunakan

alat Electromagnetic Field Radiation Tester yang dilaksanakan di

Laboratorium Terpadu Kimia Biofisik Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin, handphone menghasilkan nilai paparan radiasi

sebesar 0,01 µT (1x10-8 T). Dengan hasil tersebut kemudian dibandingkan

dengan data yang diperkenankan oleh PERMENAKER Nomor 5 Tahun

2018, bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) Pemaparan Medan Magnit Statis

yang diperkenankan adalah 2 T. Dapat disimpulkan bahwa paparan radiasi

handphone masih menunjukkan di bawah dari nilai ambang batas yang

telah ditetapkan. Sehingga, paparan radiasi handphone tersebut masih

dalam kategori ama.. Waktu paparan radiasi handphone yang

diperbolehkan selama sehari sebagai pedoman pengendalian agar tenaga

kerja dapat terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan hanya mampu

menggunakan waktu tidak lebih dari 8 jam.


33

Radiasi merupakan penyebaran partikel elementer maupun energi

tersebut dari suatu sumber radiasi menuju medium ataupun tujuan di

sekitarnya. Intensitas radiasi yang dipancarkan oleh ponsel merupakan

bentuk gelombang elektromagnetik yang dapat menembus ruang hampa.

Penggunaan handphone oleh masyarakat sudah menjadi kebutuhan pokok

seperti makanan dan minuman tanpa disadari bahwa radiasi handphone

dapat membahayakan kesehatan. Radiasi ponsel dapat berdampak negatif

bagi tubuh manusia, dan akumulasi radiasi ponsel dapat menyebabkan

berbagai penyakit, seperti tumor otak, penyakit alzheimer, kelelahan,

kanker otak, dan yang paling ringan adalah sakit kepala. (Pratama dkk,

2021).

2. Laptop

Berdasarkan dari hasil perhitungan praktikum Radiasi menggunakan

alat Electromagnetic Field Radiation Tester yang dilaksanakan di

Laboratorium Terpadu Kimia Biofisik Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin, laptop menghasilkan nilai paparan radiasi sebesar

0,01µT (1x10-8 T). Dengan hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan

data yang diperkenankan oleh PERMENAKER Nomor 5 Tahun 2018,

bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) Pemaparan Medan Magnit Statis yang

diperkenankan adalah 2 T. Dapat disimpulkan bahwa paparan radiasi

laptop masih menunjukkan dibawah dari nilai ambang batas yang telah

ditetapkan. Sehingga, paparan radiasi laptop tersebut masih dalam kategori

aman. Waktu paparan radiasi laptop yang diperbolehkan selama sehari


34

sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja dapat terhindar dari

penyakit atau gangguan kesehatan hanya mampu menggunakan waktu

tidak lebih dari 8 jam. Penggunaan laptop berlebihan atau melebihi dari

waktu tersebut yakni ≤ 8 jam/hari maka tentu akan memberikan efek yang

buruk bagi kesehatan.

Bekerja menggunakan laptop atau komputer sebenarnya tidak

menimbulkan radiasi yang berbahaya bagi mata, namun terkadang

beberapa orang tidak memperhatikan dan salah dalam mengatur cahaya

pada layar laptop, sehingga memberikan efek yang buruk pada mata

penggunanya. Sebaiknya monitor laptop diletakkan sekitar 50-60

sentimeter dari mata dan penerangan dari monitor laptop juga tidak boleh

terlalu terang dan tidak boleh terlalu redup atau dapat dikatakan dalam

keadaan yang sedang. Juga harus memperhatikan adanya penerangan di

ruangan (di atas) laptop. Pemasangan alat pengurang paparan ultraviolet

pada layar monitor juga tidak memberikan efek yang terlalu optimal.

Terpenting adalah istirahatkan mata setiap 20 menit sekali. (Suryanta,

2020)

3. Komputer

Berdasarkan dari hasil perhitungan praktikum Radiasi menggunakan

alat Electromagnetic Field Radiation Tester yang dilaksanakan di

Laboratorium Terpadu Kimia Biofisik Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin, komputer memperoleh nilai paparan radiasi

sebesar 0,01µT (1x10-8 T). Dengan melihat hasil tersebut kemudian


35

dibandingkan dengan data yang diperkenankan oleh PERMENAKER

Nomor 5 Tahun 2018, bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) Pemaparan

Medan Magnit Statis yang diperkenankan adalah 2 T. Dapat disimpulkan

bahwa paparan radiasi komputer masih menunjukkan dibawah dari nilai

ambang batas yang telah ditetapkan. Sehingga, paparan radiasi komputer

tersebut masih dalam kategori aman.Waktu paparan radiasi yang

diperbolehkan selama sehari sebagai pedoman pengendalian agar tenaga

kerja dapat terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan hanya mampu

menggunakan waktu tidak lebih dari 8 jam. Penggunaan komputer

berlebihan atau melebihi dari waktu tersebut yakni ≤ 8 jam/hari maka tentu

akan memberikan efek yang buruk bagi kesehatan.

Tingkat paparan radiasi gelombang elektromagnetik pada komputer

yang terlalu tinggi tentu dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi

kesehatan manusia berupa hipersensitivitas (electrical sensitivity).

Hipersensitivitas (electrical sensitivity) adalah kondisi dimana kesehatan

yang terganggu dan disebabkan oleh adanya pengaruh radiasi gelombang

elektromagnetik dengan gejala neurologis (gangguan otak dan sistem

saraf) dan kepekaan (sensitivitas). Gejala lain bisa saja muncul akibat

hipersensitivitas secara umum dapat dirasakan penderita seperti sakit

kepala, kelelahan yang berlebih, dan susah tidur (insomnia), jantung terasa

berdebar-debar, mual tanpa ada penyebab yang jelas, rasa sakit pada otot-

otot, telinga berdenging (tinnitus), kejang otot, gangguan kejiwaan berupa

depresi serta gangguan konsentrasi (Hermawan, dkk. 2021).


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum intensitas radiasi dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Pengoperasian alat Electromagnetic Field Radiation Tester dimulai

dengan mengukur diagonal monitor bahan dan dimasukkan ke dalam

rumus untuk mendapatkan jarak antara EMF sensor dengan monitor bahan

1
Jarak ( 2 𝑑𝑖𝑎𝑔𝑜𝑛𝑎𝑙 5 . Setelah itu, bahan praktikum dinyalakan.

Kemudian Electromagnetic Field Radiation Tester Lutron EMF-827

dinyalakan dan set ke 20 µT. Sesudah itu EMF sensor diarahkan ke layar

sejauh jarak yang didapatkan dari rumus sebelumnya. Percobaan dilakukan

selama 1 menit kemudian di catat angka yang muncul pada display

monitor dan catat nilai yang sering muncul. Setelah selesai mencatat

hasilnya, alat Electromagnetic Field Radiation Tester Lutron EMF-82

kemudian dimatikan.

2. Ada tiga alat elektronik yang diukur dengan menggunakan alat

Electromagnetic Field Radiation Tester yaitu Handphone Oppo F9,

Laptop Aser N20C4 dan Komputer AOC. Dari pengukuran tersebut

diperoleh hasil pengukuran radiasi pada HP yaitu 0,01 µT (1x10^-8 T),

laptop 0,01 µT (1x10^-8 T) dan komputer 0,01 µT (1x10^-8 T). Dari

semua hasil yang di dapat jika dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas

(NAB) Permenaker No. 5 Tahun 2018 untuk seluruh tubuh (tempat kerja

36
37

umum) yaitu 2T. Maka dapat disimpulkan bahwa radiasi ini masih berada

dalam NAB yang aman digunakan.

B. Saran

Adapun saran yang diberikan yaitu:

1. Dosen

Sebaiknya dosen yang bersangkutan juga ikut mengawasi jalannya

praktikum dan memberikan penjelasan materi agar mahasiswa lebih

mengerti tentang langkah kerja praktikum yang dilaksanakan.

2. Asisten Laboratorium

Diharapkan kepada asisten laboratorium agar tidak terlalu cepat saat

menjelaskan materi praktikum.

3. Pekerja

Kepada pekerja diharapkan selalu menggunakan alat pelindung diri saat

bekerja di tempat yang radiasinya tinggi agar tidak terjadi bahaya atau risiko

kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, M. (2019). Analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan Metode


Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control dengan Kombinasi
Ohsas 18001 di Seksi Fabrikasi PT. XYZ.
Afifuddin, M., Andesta, D., & Dahda, S. S. (2020). Pendekatan Metode Hazard
Identification Risk Assessment And Risk Control dengan Kombinasi Ohsas
18001 Di Seksi Fabrikasi PT. XYZ. JUSTI. Jurnal Sistem Dan Teknik
Industri. 1(4) ; 503-518.
Anwar, C., Tambunan, W. and Gunawan, S. (2019). Analisis Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja (K3) Dengan Metode Hazard and Operability Study
(Hazop). Journal of Mechanical Engineering and Mechatronics. 4(2) ; 61-
70.
Aristo, Johan,dkk. (2020). Analisa Besaran Radiasi Medan Elektromagnetik TV
Terhadap Lingkungan Kerja. Jurnal SEOI Fakultas Teknik Universitas
Sahid Jakarta. 2 (1) ; 68-75.
Aruan, K. M., & Singgih, M. L. (2021). Pengendalian Risiko Kecelakaan HSSE
pada Proses Pembuatan Pipa Baja. JURNAL TEKNIK ITS. 10(2) ; B52-B57.
Aulia, Nida, dkk. (2021). Pengaruh Paparan Radiasi Terhadap pH Saliva. Jurnal
Kedokteran Gigi. 5(3) ; 134 – 138
Cecep, C. H. (2020). Evaluasi Radiasi Lingkungan pada Pemanfaatan Tenaga
Nuklir di Kawasan Nuklir Serpong.
Das, N. R. (2019). Background Radiation-Natural and Artifical. Science and
Culture.
Furqon, M.F., Bahaya Medan Elektromagnetik di Kehidupan Sehari-hari. Mesin
Mesin Listrik.
Hariyanto, D., & Permana, S. (2019). Studi Intensitas Radiasi Menggunakan
Survey Meter Berbasis Tabung Geiger M4011 dan Mikrokontroler
Arduino Uno. Pros. SNIPS.

38
39

Hasibuan, A., Purba, B., Marzuki, I., Mahyuddin, M., Sianturi, E., Armus, R.,
Gusty, S., Chaerul, M., Sitorus, E., Khariri, K. and Bachtiar, E., (2020).
Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Helga, P. D. (2020). Pentingnya Upaya Pencegahan Hazard Fisik-Radiasi Dan
Hazard Kimia. Osfpreprints.
Heriansyah, Rudi dkk. (2018). Hubungan Jam Kerja Dan Pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD) Dengan Tingkat Radiasi Sinar Ultraviolet Ke Tubuh
Para Pekerja Las Di Wilayah Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda
Tahun 2018. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Hermawan, M.A., Nurbaiti, U. and Yulianti, I., 2021. Pengaruh Jumlah Komputer
terhadap Tingkat Radiasi Elektromagnetik dan Dampak Kesehatan
Manusia dalam Lingkungan Teradiasi. Emitor: Jurnal Teknik Elektro.
21(1) ; 32-34.
Hesty, R., & Anri, A. R. (2018). Implementation of Radiation Safety Inspection
System for Intervention Based on Tenorm Safety Rules.
Iii, B. and Teori, L. (n.d.). (2018). BAB III LANDASAN TEORI.
Imanda, I. (2020). Penilaian Dan Pengendalian Resiko Hazard Fisik-Radiasi.
Osfpreprints .
Iqlima, M.N., 2020. Kerusakan Sel Hepar Akibat Paparan Radiasi
Elektromagnetik Telepon Seluler. Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara. 19(1)
; 40-45.
Irsal, M. (2022). Pemahaman terhadap Radiasi Alam dan Proteksi Radiasi pada
Warga Bumi Mas Ciseeng Blok B5/05. Jurnal Teras Kesehatan. 4(2) ; 73-
80.
Malaka, M. (2019). Dampak Radiasi Radioaktif Terhadap
Kesehatan. Foramadiahi: Jurnal Kajian Pendidikan dan Keislaman. 11(2) ;
199-211.
Muhtia, K.A., Fachrin, S.A. and Baharuddin, A. (2020). Analisis Risiko K3
dengan Metode Hirarc pada Pekerja PT. Varia Usaha Beton Makassar
Tahun 2020. Window of Public Health Journal. 1(3) ; 166-175.
40

Permadi, A. (2018). Analisis Kesesuaian Penggunaan Alat Pelindung Diri


Berdasarkan SOP. Skripsi , 24-31.
Permenaker (2018) „Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja‟, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia No 5 Tahun 2018, 5 ; 11.
Prasetya, Ahmad Rizki Dwi dan Waluyo Rudiyanto. (2020). Pengaruh
Gelombang Elektromagnetik Ponsel Terhadap Otak. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kedokteran Indonesia. 8(1) ; 89 – 95
Pratama, A., Atina, & Jumining. (2021). Pengukuran Radiasi
Elektromagnetiktelepon Seluler Berdasarkan Tipe Telepon. Jurnal
Penelitian Fisika dan Terapannya. 3(1) ; 19-20.
Pratama, Alun,dkk. (2021). Pengukuran Radiasi Elektromagnetik Telepon Seluler
Berdasarkan Tipe Telepon. Jurnal Penelitian Fisika Dan
Terapannya(JUPITER). 3 (1) ; 19-23
Putra, Carolus Byli Pandu Eka. (2020). Dampak Radiasi Elektromagnetik Telepon
genggam Pada Otak Manusia. Indonesian Journal of Nutritions and
Health Sciences. 1(1) ; 49 - 54.
Putra, R. D., Sukandari, B., Wihartono, & Saudiaz, B. (2019). Risk Management
Of Occupational Safety And Health In Kri Docking Project Using Hazard
Identification, Risk Assessment And Risk Control (Hirarc) Method Case
Study: Pt. Pal Indonesia. International Journal of ASRO. 10(2) ; 76-91.
Putri, D. F. (2018). Pengukuran Laju Paparan Radiasi pada Ruang CT-Scan. JRI
(Jurnal Radiografer Indonesia). 1(2), 94-103.
Qolik, Abdul,dkk. (2018). Bahaya Asap dan Radiasi Sinar Las Terhadap Pekerja
Las di Sektor Informal. Jurnal Teknik Mesin dan Pembelajaran. 1 (1) ; 1-4
Rahardjo, T., Surniyantoro, H. N., Sufivan, V. A., Prihatini, T., & Darlina. (2018).
Dampak Radiasi Pengion terhadap Profil Hematologi Pekerja Radiasi Di
Rumah Sakit . Prosiding Seminar Nasional APISORA ; 60-66.
Ramadanti, A., Khoirunisa, A., Riezka, A., Andini, D. P., & Yasmin, M. A.
(2021, January 31). Analisis Risiko K3 Dan Kesehatan Lingkungan pada
41

Saat Work From Home Menggunakan Metode Hirarc. Health Safety


Environment Journal ; Vol.2.
Salsabillah, S., Sudarti, & Supeno. (2018). Analisis Penguasaan Konsep – Konsep
Fisika Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik pada Siswa Kelas Xii
Sma. 3(1) ; 259-267.
Soplantila, R., 2019. Jaminan Sosial Tenaga kerja Bagi Mahasiswa Magang
Profesi pada Perguruan Tinggi Implementasi dari Undang-Undang
Ketenagakerjaan. Sasi. 25(2) ; 192-198.
Sudirman, A. W. (2020). Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Telepon
Genggam Terhadap Perkembangan Sperma. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada. 9(2) ; 708-712.
Suharmono, Bambang Haris dkk. (2020). Quality Assurance (QA) dan Quality
Control (QC) Pada Instrument Radioterapi Pesawat LINAC. Jurnal
Biosains Pascasarjana. 22 (2) ; 73-80
Suryanta, D. (2020). Pengaruh Pemakaian Lensa Blue Cut Terhadap Kenyamanan
Pemakaian Kacamata Di Optik Jaya Pasaman Barat. Ensiklopedia Social
Review. 2(1) ; 220-225.
Universitas, K. and Petra (n.d.). 2. DASAR TEORI 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1
Definisi Kecelakaan Kerja.
Wahab, N. A., Aqila, N. A., Isa, N., Husin, N. I., Zin, A. M., Mokhtar, M., et al.
(2021). A Systematic Review on Hazard Identification, Risk Assessment
and Risk Control in Academic Laboratory. Journal of Advanced Research in
Applied Sciences and Engineering Technology , Issue 1 ; 47-62.
Widiastuti, R., Prasetyo, P. E., & Erwinda, M. (2019). Identifikasi Bahaya Dan
Penilaian Risiko Untuk Mengendalikan Risiko Bahaya Di Upt Laboratorium
Terpadu Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. IEJST (Industrial
Engineering Journal of The University of Sarjanawiyata Tamansiswa). 3(2)
; 51-63
Widyawati, E. (2020). Penerapan Keselamatan Kerja dan Pencegahan Penyakit
Akibat Kerja pada Perawat di Rumah Sakit.
42

Wijaya, N. H., Kartika, W., & Utari, A. R. (2019). Deteksi Radiasi Gelombang
Elektromagnetik dari Peralatan Medis dan Elektronik di Rumah Sakit.
Jurnal ECOTIPE. 6 (2) ; 102-106.
Wijayanti, R. (2019). Evaluasi Pencegahan Kecelakaan Kerja padda Pekerjaan
Pondasi. (Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Hukum
UII).
Yoshandi, Tengku Mohammad,dkk. (2020). Pengenalan Bahaya Radiasi Dalam
Kehidupan Sehari-Hari di SMK Kesehatan AL FATH SIAK. Awal Bros
Journal of Community Development. 14-19
Yunus, B., & Bandu, K. (2019). Efek Radiasi Sinar-X pada Anak-anak. Makassar
Dental Journal, 8(2).

Anda mungkin juga menyukai