Anda di halaman 1dari 72

Pedoman

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA


DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2016 a
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

TIM PENYUSUN

drg. Kartini Rustandi, MKes


Jelsi Natalia Marampa, SKM, MKKK
Mila Tejamaya, SSi, MOHS, PhD
Ike Pujiriani, SKM, MKKK
Elsye As Safira, SKM, MKKK, MSc, CIH
Audrey Adhisty Balzar, SKM

b
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala


rahmat dan bimbingan-Nya, buku Pedoman Manajemen Risiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan ini dapat tersusun dengan baik. Fasilitas pelayanan
kesehatan adalah tempat yang memiliki risiko Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) lebih tinggi serta karakteristik yang
berbeda dengan tempat kerja lain. Salah satua spek penting
dalam pelaksanaan K3 adalah manajemen Risiko yang bertujuan
agar risiko yang mungkin timbul dan pekerjaan dan lingkungan
kerja dapat dikelola, diminimalisasi sehingga mengurangi angka
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerja yang ada
di tempat kerja tersebut.
Pedoman manajemen Risiko di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
disusun agar dapat menjadi acuan melakukan langkah-langkah
manajemen risiko mulai dari identifikasi bahaya, evaluasi risiko
dan pengendalian risiko di fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini
dikarenakan pekerja di fasilitas peIayanan kesehatan tidak hanya
dituntut memberikan pelayanan kepada pasien namun saat
bersamaan juga terpajan berbagai macam bahaya yang dapat
menyebabkan terjadi penyakit dan kecelakaan yang disebabkan
atau berhubungan dengan pekerjaan.
Terimakasih kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam penyusunan
Pedoman Manajemen Risiko di Fasilitas Pelayanan Kesehatan ini.

i
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Semoga apa yang telah dicurahkan baik moril maupun material


mendapatkan balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan
buku ini sangat kami harapkan. Semoga buku Pedoman ini dapat
dipahami, diaplikasikan dan bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta. November 2016


Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga

drg. Kartini Rustandi, M.Kes


NIP 196304071987122001

ii
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................... vi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................ vii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................. 1
B. Tujuan .............................................................. 4
C. Sasaran ............................................................ 5
D. Ruang Lingkup ................................................. 5
E. Dasar Hukum ................................................... 6
F. Pengertian ........................................................ 6

BAB II. KONSEP MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN ..................................... 8
A. Bahaya K3 ........................................................ 8
B. Risiko K3 ........................................................... 13
C. Manajemen Risiko ........................................... 14
1. Persiapan .................................................. 14
2. Identifikasi risiko ........................................ 14
3. Analisis risiko ............................................ 15

iii
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

4. Evaluasi risiko ........................................... 16


5. Pengendalian risiko .................................. 16
6. Komunikasi dan konsultasi ....................... 17
7. Pemantauan dan telaah ulang ................. 17

BAB III. LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN RISIKO K3


DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN .............. 18
A. Persiapan Pelaksanaan Manajemen Risiko ..... 18
B. Identifikasi Risiko .............................................. 18
C. Analisis Risiko ................................................... 20
D. Evaluasi Risiko ................................................ 23
E. Pengendalian Risiko ........................................ 26
F. Komunikasi dan Konsultasi .............................. 31
G. Pemantauan dan Telaah Ulang ......................... 32
H. Manajemen Risiko Lain Terkait K3 ................... 32

BAB IV. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO K3 ............... 33


A. Penerapan Manajemen Risiko K3 di Fasyankes
Primer ............................................................... 33
B. Penerapan Manajemen Risiko K3 di Fasyankes
Rujukan ............................................................ 44
REFERENSI .......................................................................... 45

LAMPIRAN CONTOH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO K3 DI


INSTALASI GAWAT DARURAT

iv
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jumlah kasus PAK dan KAK di Indonesia


Tahun 2011-2014 .............................................. 2
Gambar 2. Jenis Bahaya Kesehatan di Lingkungan Kerja .. 9
Gambar 3. Proses Manajemen Risiko K3 .......................... 17
Gambar 4. Hierarki Pengendalian Risiko K3 ...................... 26
Gambar 5. Beberapa jenis Alat Pelindung Diri (APD) ......... 29
Gambar 6. Contoh APD di Ruang Operasi ......................... 29
Gambar 7. Pengendalian Risiko ......................................... 30

v
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori Dampak/Konsekuensi .......................... 20


Tabel 2. Kategori Kemungkinan/Probabilitas ................... 21
Tabel 3. Matriks Risiko ...................................................... 21
Tabel 4. Skala Tingkat Risiko ............................................. 21
Tabel 5. Kategori Dampak/Konsekuensi ............................ 22
Tabel 6. Kategori Kemungkinan/Probabilitas .................... 22
Tabel 7. Matriks Risiko ........................................................ 22
Tabel 8. Tingkat Risiko ....................................................... 23
Tabel 9. Evaluasi dan Prioritas Pengendalian Risiko
dengan Metode Analisis Risiko Semikuantitatif ... 24
Tabel 10. Evaluasi Risiko Metode Analisis Semikuantitatif .. 25
Tabel 11. Metode Pengendalian Bahaya berdasarkan
Lokasi Pengendaliannya ..................................... 30
Tabel 12. Contoh Penerapan Manajemen Risiko K3
di Fasyankes Primer Menggunakan Metode
Kualitatif ............................................................... 34

vi
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

DAFTAR SINGKATAN

APD : Alat Pelindung Diri


AS/NZS : Australian Standard/New Zealand Standard
CO : Carbon Monoxide
CO2 : Carbon Dioxide
Fasyankes : Fasilitas Pelayanan Kesehatan
GBP : Great Britain Poundsterling
GDP : Gross Domestic Product
HIV/AIDS : Human Immunodeficiency Virus/Acquired
Immunodeficiency Syndrome
IGD : Instalasi gawat Darurat
ILO : International Labour Organization
ISO : International Organization for
Standardization
K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KAK : Kecelakaan Akibat Kerja
K : Konsekuensi
NIOSH : The National Institute for Occupational
Safety and Health
NO2 : Nitrogen Dioxide
N 2O : Nitrous Oxide
OSHA : Occupational Safety and Health
Administration

vii
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

P : Probabilitas
P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PAK : Penyakit Akibat Kerja
Permenakertrans : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
SDM : Sumber Daya Manusia
TB : Tuberculosis
UU : Undang-undang
WHO : World Health Organization
WTP : Water Treatment Plant

viii
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

BAB I.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di setiap tempat kerja, selalu terdapat bahaya yang berpotensi


menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja (PAK) dan/
atau kecelakaan akibat kerja (KAK), bahkan kematian. ILO
global menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi lebih dari
2,3 juta kematian akibat PAK dan KAK. Selain itu, lebih dari
317 juta kasus insiden telah terjadi di berbagai tempat kerja
di dunia setiap tahunnya, dengan kerugian sebesar 4% dari
GDP (Gross Domestic Product) Global yang disertai dengan
tingginya angka hari kerja hilang (ILO, 2014). Di Inggris,
selama tahun 2014-2015 sebanyak 1,2 juta orang mengalami
PAK dan 142 orang yang meninggal pada saat bekerja, dengan
total kerugiaan diperkirakan mencapai GBP 14,3 milliar (HSE
UK, 2016)
Di Indonesia, data dari Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015 memperlihatkan
bahwa jumlah kasus PAK dan KAK yang dilaporkan oleh
Puskesmas pada tahun 2011-2014 masih kerap terjadi
(Gambar 1). Hal ini mengindikasikan bahwa masih perlu
ditingkatkannya usaha yang sistematis dalam pengendalian
risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat kerja.

1
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

1Gambar 1. Jumlah kasus PAK dan KAK di Indonesia


Tahun 2011
Tahun 2014
2011-2014
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015)
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015)

Menurut Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009,


fasilitas pelayanan kesehatan36 Tahun 2009, merupakan
(fasyankes) fasilitas pelayanan
alat
dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
nyelenggarakankuratif
upayamaupun
pelayanan kesehatan,
rehabilitatif yang baik promotif,
dilakukan olehpreventif, kuratif
pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
emerintah, Selaindaerah,
pemerintah memberikan
dan/atau
pelayanan kepada pasien dan pengunjung lainnya, fasyankes
juga merupakan tempat kerja bagi tenaga kesehatan, sumber
daya manusia (SDM) lainnya dan pemangku kepentingan lain
seperti mahasiswa magang, dosen, dan lain-lain.
Tidak seperti tempat kerja pada umumnya, fasyankes
memiliki keunikan dalam hal budaya kerja dan risiko K3.
Berdasarkan data statistik di Amerika Serikat pada periode
tahun 1989-2011, angka KAK dan PAK di rumah sakit
hampir 2 kali lebih tinggi dari rata-rata industri secara umum,
bahkan lebih tinggi dari yang memajan pekerjanya sehingga
ode tahun 1989 2011, angka KAK dan PAK di rumah sakit hampir 2 kali lebih
2rata industri secara umum, bahkan lebih tinggi dari

(OSHA, 2013)
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

risiko K3 di fasyankes lebih tinggi dibandingkan sektor lain


seperti konstruksi dan manufaktur (OSHA, 2013). Masalah
kesehatan kerja yang paling sering muncul pada pekerja di
fasilitas kesehatan secara berturut ialah gangguan terkait
muskuloskeletal (54%), memar (11%), sakit tanpa alasan yang
jelas (10%), patah tulang (5%), luka berulang (3%), terpotong
atau tertusuk (3%), dan luka-luka lainnya (14%) (Bureau of
Labor Statistics USA, 2011).
Dalam melakukan pekerjaannya, pekerja fasyankes
dihadapkan dengan berbagai risiko K3 seperti ergonomi
(contohnya mengangkat dan memindahkan pasien), bahaya
biologi (contohnya kontak langsung dengan pasien yang
memiliki penyakit menular seperti TB, hepatitis, HIV/AIDS;
benda tajam seperti jarum, gunting operasi; pasien dengan
gangguan kejiwaan; dan sebagainya), pekerjaan yang bersifat
dinamis dan terkadang tidak dapat diprediksi, serta terpajan
berbagai macam bahaya lainnya seperti ergonomi perkantoran,
food safety, kualitas udara dalam ruangan, penanganan beban
manual, bahaya kimia (seperti etilen oksida, glutaraldehida),
bahaya fisik (seperti kebisingan, radiasi, jatuh dari ketinggian
maupun dari ketinggian yang sama),dan sebagainya (OSHA,
2012; OSHA, 2013; WHO, 2016). Hal ini tidak sejalan dengan
budaya kerja di fasyankes yang lebih menekankan pada
keselamatan dan kesehatan pasien, sehingga aspek K3
terhadap pekerja cenderung terabaikan. Kondisi tersebut
terkadang belum disadari oleh SDM yang ada di fasyankes.
Dapat dikatakan pemahaman SDM di fasyankes terhadap
risiko K3 masih rendah dan berakibat pada tingginya angka
absen sakit, biaya asuransi, tingkat kehilangan tenaga kerja
yang handal dan gangguan kejiwaan (OSHA, 2013).

3
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,


disebutkan bahwa kesehatan adalah hak seluruh warga
Indonesia, termasuk pekerja di fasyankes. Sebagai salah satu
upaya preventif, UU Kesehatan tersebut mengamanatkan
dilakukannya upaya pengelolaan risiko (manajemen risiko).
Oleh karena itu, pedoman ini disusun sebagai panduan dalam
melakukan manajemen risiko K3 di fasyankes sehingga potensi
bahaya teridentifikasi dan dapat dikendalikan serta menjadi
dasar dalam penyusunan program K3 di fasyankes. Dengan
terlaksananya upaya manajemen risiko K3 di fasyankes maka
kondisi tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman dapat
tercapai sehingga pekerja menjadi sehat, selamat, bahagia
serta produktif.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk meminimalkan risiko K3 yang ada di fasyankes
guna mencegah terjadinya PAK dan KAK pada SDM
fasyankes dan insiden pada pasien, pendamping, dan
pengunjung.

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan dalam mempersiapkan
pelaksanaan manajemen risiko K3 di fasyankes;
b. Meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi
risiko K3 di fasyankes;
c. Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis
risiko K3 di fasyankes;
d. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan
pengendalian risiko K3 di fasyankes;

4
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

e. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan


komunikasi dan partisipasi K3 di fasyankes;
f. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan
monitoring dan evaluasi pengelolaan risiko K3 di
fasyankes;
g. Melakukan perbaikan berkesinambungan terkait
manajemen risiko;
h. Sebagai bahan perencanaan dalam menyusun
program K3 di fasyankes.

C. Sasaran

1. Pengelola program K3 di Rumah Sakit, Puskesmas,


laboratorium, dan fasyankes lainnya;
2. Pimpinan dan manajemen fasyankes;
3. Dinas kesehatan provinsi, kabupaten dan kota.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pedoman ini meliputi manajemen risiko K3


yangterdiri dari:
1. Konsep manajemen risiko K3 di fasyankes;
2. Langkah-langkah penerapan manajemen risiko di
fasyankes;
3. Penerapan manajemen risiko di fasyankes;
4. Indikator keberhasilan manajemen risiko di
fasyankes.

5
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

E. Dasar Hukum

1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja;
2. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan;
3. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Peraturan pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
5. Keppres RI No. 22 tahun 1993, tentang Penyakit Yang
Timbul Karena Hubungan Kerja;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan
dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.

F. Pengertian

Fasilitas pelayanan kesehatan: Suatu alat dan/atau tempat


yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat (UU No. 36 tahun 2009).

6
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Bahaya (hazard): Apapun (peralatan, mesin, metode kerja,


material, kondisi) yang mempunyai potensi untuk menimbulkan
kerugian baik pada keselamatan maupun kesehatan.
Risiko: Kemungkinan/peluang untuk terjadinya dampak pada
keselamatan dan kesehatan sebagai akibat adanya pajanan
bahaya.
Probabilitas: Kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya
sesuatu.
Konsekuensi: Dampak yang ditimbulkan akibat pajanan
bahaya seperti penyakit akibat kerja, kecelakaan akibat kerja,
bahkan kematian.
Manajemen Risiko: Upaya yang logis dan sistematis dalam
mengendalikan risiko, dan terdiri dari tahapan: persiapan/
penetapan konteks, identifikasi, analisis, evaluasi dan
pengendalian risiko, komunikasi dan partisipasi, serta
pemantauan dan telaah ulang.

7
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

BAB II.
KONSEP MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJADI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

Fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) merupakan tempat


kerja yang memiliki risiko keselamatan dan kesehatan (K3) yang
tinggi sehingga diperlukan pelaksanaan K3 agar pekerja selamat
dan sehat. Inti dalam melaksanakan upaya K3 ialah manajemen
risiko K3. Manajemen risiko merupakan aktivitas yang sistematis,
terkoordinasi, dan tepat waktu dalam rangka mengendalikan
risiko.Tujuan dari manajemen risiko K3 adalah untuk mengurangi
dampak negatif dari suatu risiko dari bahaya K3 di tempat kerja.
Untuk melaksanakan manajemen risiko di fasyankes maka perlu
dipahami tentang bahaya dan risiko K3 yang ada.

A. Bahaya K3

Bahaya K3 adalah bahaya yang dapat menimbulkan


ketidaknyamanan, menurunkan derajat kesehatan,
menyebabkan sakit/cedera bahkan kematian. Secara umum,
bahaya K3 dapat diklasifikasikan menjadi 5 kategori yaitu
bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya biologi, ergonomi dan
bahaya psikososial (Gambar 2).

8
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Bahaya
Fisik

Bahaya Bahaya
Psikososial Kimia

Bahaya

Bahaya Bahaya
Ergonomi Biologi

2
Gambar 2. Jenis Bahaya Kesehatan di Lingkungan Kerja

Kelima bahaya tersebut di atas, dapat menimbulkan


dampak, baik terhadap kesehatan maupun terhadap
keselamatan. Penjelasan mengenai kelima bahaya tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Bahaya Fisik
Bahaya fisik umumnya berasal dari energi yang dilepaskan
dari alat dan proses kerja, serta berasal dari lingkungan.
Beberapa contoh bahaya
, α, β, γ fisik adalah getaran, kebisingan,
iluminasi atau pencahayaan, iklim kerja, radiasi pengion
(sinar X, α, β, γ), dan radiasi non pengion (medan magnet
dan medan listrik, sinar UV, sinar infra merah, dll).
Bahaya gravitasi (seperti jatuh dari ketinggian, terpeleset,
tersandung), mekanik (seperti benda bergerak, mesin 17
potong), listrik, radiasi nuklir, dan gas bertekanan pun
dapat dikategorikan kedalam bahaya fisik.

9
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

2. Bahaya Kimia
Bahaya kimia berasal dari sifat alami/ kandungan yang
terdapat dalam bahan kimia. Umumnya bahaya kimia
bersumber dari bahan yang dipakai dalam proses kerja,
udara ambien di area proses kerja, dan katalis proses
kimia di tempat kerja. Contoh bahaya kimia adalah
gas (CO, CO2, NOx, N2O, dll), uap (formaldehida, uap
merkuri, alkohol, benzene, toluen, xylene, dan cairan
kimia yang mudah menguap lainnya), serta partikulat
(asap, debu, fiber, fume, mist, fog). Dampak kesehatan
akibat bahan kimia dapat sangat luas spektrumnya dari
iritasi, sensitisasi, asfiksia, hingga mutasi gen (mutagen)
(Kurniawidjaja 2012). Dampak terhadap keselamatan dari
pajanan bahan kimia dapat menyebabkan kebakaran,
ledakan, korosi, dll. Pekerja dapat terpajan bahaya
kimia melalui inhalasi (jalur pernapasan), ingesti (jalur
pencernaan), injeksi, kontak mata, dan kontak melalui
kulit.

3. Bahaya Biologi
Bahaya biologi adalah bahaya yang bersumber dari
organisme dan mikroorganisme, seperti bakteri, jamur,
algae, virus, tanaman, dan binatang (insect, lebah, ular,
dll). Bahaya biologi menyebabkan penyakit yang dapat
menular dari satu orang ke orang yang lain baik melalui
kontak langsung ataupun tidak langsung. Pajanan bahaya
biologi di lingkungan kerja juga dapat terjadi ketika pekerja
kontak dengan cell cultures, tanah, tanam-tanaman,
debu organik, makanan dan sampah serta limbah.
Faktor yang dapat mempengaruhi rendah tingginya risiko
bahaya biologi ialah sistem pengaturan udara (ventilasi),

10
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

kelembaban, suhu, iluminasi alami dari cahaya matahari,


housekeeping, dan juga kekebalan tubuh manusia.

4. Bahaya Ergonomi
Bahaya Ergonomi adalah bahaya yang disebabkan karena
ketidaksesuaian interaksi antara pekerja, peralatan,
lingkungan dan organisasi kerja (esain peralatan,
tempat, prosedur, dan postur kerja). Ilmu Ergonomi
sendiri mempelajari interaksi antara manusia, pekerjaan,
lingkungan, dan organisasi kerja yang memiliki fokus
ilmu untuk menyesuaikan pekerjaan serta alat kerja
dengan karakteristik dan keterbatasan fisik manusia.
Ilmu ergonomi bertujuan untuk mencegah cedera dan
gangguan kesehatan akibat penggunaan otot berlebih
(beban kerja berlebih), postur janggal, maupun pekerjaan
yang berulang (NIOSH, 2014). Hal ini dilakukan melalui
mendesain pekerjaan, ruang kerja, kontrol, tampilan alat
atau mesin, pencahayaan, dan peralatan kerja sesuai
dengan kemampuan dan keterbatasan fisik pekerja
(NIOSH, 2014). Dampak kesehatan yang paling sering
ditimbulkan akibat bahaya ergonomi adalah Gangguan
Otot Tulang Rangka Akibat Kerja (GOTRAK).
Faktorrisiko GOTRAK terkait ergonomi antara lain:
• Postur dan pergerakan tubuh
o Postur statis (duduk/berdiri lama dengan posisi
netral tanpa membawa beban lebih dari empat
jam)
o Postur janggal (membungkuk, memutar, miring)
• Penanganan beban manual (mengangkat,
membawa, menarik, dan mendorong)

11
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

• Pekerjaan repetitif (dilakukan berulang-ulang dalam


sekali kerja)
• Durasi kerja
• Berat beban objek

5. Bahaya Psikososial
Menurut ILO (1986) bahaya psikososial adalah hasil
interaksi antara aspek desain kerja, organisasi dan
pengelolaan pekerjaan, kondisi sosial serta lingkungan
yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja melalui
persepsi dan pengalamannya (Leka & Jain, 2010).
Pajanan bahaya psikososial dapat mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan pekerja serta kesehatan
organisasi seperti produktivitas perusahaan, kualitas
produk dan jasa, dan iklim kerja organisasi. Bahaya
psikososial secara umum berkaitan erat dengan konteks
kerja (contohnya gaji dan fasilitas kerja kurang, hubungan
keluarga tidak harmonis sehingga mempengaruhi
pekerjaan, hubungan interpersonal yang tidak baik,
komunikasi atasan-bawahan tidak baik, dan lainnya)
dan konten pekerjaan (beban kerja berlebih, pekerjaan
tidak sesuai dengan kemampuan pekerja, kerja lembur,
dan lainnya) (Kurniawidjaja, 2012). Gejala dari dampak
kesehatan karena bahaya psikososial beragam seperti
perubahan perilaku (gangguan tidur, kecenderungan
konsumsi rokok dan minuman beralkohol, isolasi diri),
perubahan fisiologia (sakit maag, diare, mudah sakit
kepala dan lemas, gangguan organ seksual, dan lainnya),
perubahan mental (sulit konsentrasi, mudah lupa, dan
lainnya), serta perubahan psikologis (mudah marah,
tidak terarah, merasa kosong, dan lain-lain). Dampak

12
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

kesehatan yang paling sering muncul umumnya terkait


gangguan kardiovaskuler dan syaraf.

6. Bahaya Lain Terkait K3


Selain kelima jenis bahaya di atas, terdapat jenis bahaya
lain yang berisiko menimbulkan dampak negatif terhadap
fasilitas, pelayanan, citra fasyankes, dan lain-lain. Berikut
beberapa contoh bahaya lain terkait K3 :
- Bencana alam: angin kencang, gempa bumi, tsunami,
banjir, gunung meletus, pergeseran tanah, kemarau
- Bahaya teknologi: kegagalan listrik, kegagalan
genset, kegagalan IPAL, terhentinya pasokan air
bersih, kegagalan sistem sirkulasi udara, kegagalan
gas medik, kegagalan pembuangan limbah padat,
kegagalan fire detection, kegagalan fire protection,
kerusakan sistem informasi, kegagalan sistem
komunikasi, kelangkaan bahan bakar, kelangkaan
logistik bahan makanan, kegagalan WTP, korsleting
- Keamanan: penculikan anak, pencurian, perkelahian,
ancaman orang bersenjata, demonstrasi, ancaman
bom, penyalahgunaan limbah
- Dan lain-lain

B. Risiko K3

Risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya suatu dampak


atau konsekuensi terhadap keselamatan dan kesehatan yang
diakibatkan oleh pajanan bahaya di tempat kerja. Risiko K3
merupakan peluang terjadinya PAK atau KAK. Menilai tingkat
risiko merupakan aktivitas yang penting untuk memutuskan

13
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

apakah risiko dari suatu bahaya dapat diterima (acceptable)


atau tidak dapat diterima (unacceptable) sehingga perlu
dilakukan pengendalian.
Dalam menilai risiko, metode kualitatif, semi kuantitatif atau
kuantitatif dapat digunakan, tergantung pada sumber daya
yang tersedia di fasyankes. Ketiga metode tersebut akan
dijelaskan pada sub-bab 2.C.3. Output dari penilaian risiko
adalah keputusan tentang prioritas penerapan pengendalian
dan pengembangan program K3 di fasyankes.

C. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah metode yang logis dan sistematis
dari suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menurunkan
konsekuensi, baik PAK maupun KAK. Manajemen risiko terdiri
dari beberapa tahapan, yaitu persiapan, identifikasi, analisis,
evaluasi dan pengendalian risiko, komunikasi dan partisipasi,
serta monitoring risiko.
Mengacu kepada AS/NZS 4360 tahun 2004 yang diadopsi
ke dalam ISO 31000, proses implementasi manajemen risiko
terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:

1. Persiapan
Merupakan sebuah tahapan di mana fasyankes
menentukan tujuan, sumber daya manusia, sumber daya
finansial, ruang lingkup, metode yang akan digunakan,
dan waktu pelaksanaan manajemen risiko.

2. Identifikasi risiko
Merupakan upaya untuk menemukan atau mengidentifikasi
bahaya yang ada di tempat kerja, populasi berisiko,
rute pajanan bahaya, serta konsekuensi yang mungkin

14
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

timbul akibat pajanan bahaya tersebut. Identifikasi risiko


umumnya dilakukan berdasarkan uraian detail dari
masing-masing tahapan pekerjaan.

3. Analisis risiko
Merupakan proses menilai apakah risiko dapat diterima
atau tidak. Terdapat 3 jenis metode dalam analisis risiko:
a. Metode kualitatif
Tingkat risiko dinilai dengan menggunakan skala
deskriptif dengan menggunakan sebuah formulir
analisis risiko yang sederhana namun komprehensif.
b. Metode Semikuantitatif
Menggunakan skala dalam bentuk angka untuk
menilai tingkat risiko. Risiko digambarkan sebagai
fungsi dari probabilitas/kemungkinan terjadinya
dampak (P) dan konsekuensi/dampak (K),
sehingga secara matematis risiko dinyatakan dalam
persamaan 1. Semakin tinggi P/K, maka risiko akan
semakin tinggi, dan semakin rendah P/K maka risiko
pun akan semakin rendah.

Risiko = f (P, K) (persamaan 1)

Dimana,
P : Probabilitas atau kemungkinan terjadinya dampak
C : konsekuensi atau dampak
c. Metode Kuantitatif
Melakukan uji yang lebih detail untuk menentukan
tingkat probabilitas/kemungkinan dan konsekuensi.

15
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Dalam toksikologi, konsekuensi disajikan dalam


bentuk hubungan dosis-respon (dose-response).
Dalam analisis pajanan bahaya kimia, pengukuran
konsentrasi bahaya kimia di udara kerja dilakukan
dengan pendekatan higiene industri. Modeling juga
seringkali digunakan untuk memprediksi kejadian
yang akan datang dari beberapa kejadian yang
pernah terjadi, dan dapat digunakan untuk analisa
risiko kuantitatif. Analisis kuantitatif umumnya
memerlukan sumber daya (manusia dan finansial)
yang lebih besar, namun hasil analisisnya lebih
akurat. Oleh karena itu umumnya analisis kuantitatif
dilakukan sebagai analisis lanjutan bila diperlukan
analisis risiko yang lebih detail.

4. Evaluasi risiko
Merupakan proses membandingkan antara hasil analisis
risiko dengan pengendalian yang telah diimplementasikan.
Dalam tahapan ini diputuskan apakah pengendalian yang
ada telah mencukupi atau perlu dilakukan pengendalian
tambahan. Rekomendasi pengendalian tambahan
merupakan output dari tahapan ini.

5. Pengendalian risiko
Merupakan proses implementasi dan pengembangan
strategi untuk mereduksi risiko yang muncul, sesuai
dengan rekomendasi yang telah dibuat pada tahapan
evaluasi risiko. Dalam penerapan pengendalian risiko
harus diperhatikan hierarki pengendalian risiko (subbab
3.E) serta efektivitasnya.

16
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

6. Komunikasi dan konsultasi


Merupakan proses yang menopang manajemen risiko.
Proses ini dijalankan dengan melakukan komunikasi
dan konsultasi, baik kepada pihak eksternal dan internal
fasyankes demi jalannya tahapan manajemen risiko
yang lebih baik secara keseluruhan. Studi banding
terhadap pelaksanaan manajemen risiko di fasyankes
lain merupakan salah satu upaya dalam melaksanakan
konsultasi.

7. Pemantauan dan telaah ulang


ktivitas keseluruhan
Merupakan proses untuk melakukan penilaian efektivitas
keseluruhan tahapan manajemen risiko agar dapat
melakukan pengembangan. Tahapan ini juga berfungsi
untuk membuat proses manajemen risiko sesuai dengan
kondisi dan keadaan yang aktual.

Persiapan
Pemantauan dan Telaah Ulang
Komunikasi dan Konsultasi

Identifikasi Risiko

Analisis Risiko

Evaluasi Risiko

Pengkajian Risiko

Pengendalian Risiko

Gambar 3. Proses Manajemen Risiko K3


(Berdasarkan AS/NZS 4360 Tahun 2004, Diadopsi dalam ISO 31000)

(Berdasarkan AS/NZS 4360 Tahun 2004, Diadopsi dalam ISO


31000)

17
25
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

BAB III.
LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN RISIKOK3 DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN

Proses manajemen risiko harus dilakukan secara menyeluruh dan


sistematis seperti yang digambarkan pada Gambar 3. Penerapan
manajemen risiko K3 di fasyankes dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

A. Persiapan Pelaksanaan Manajemen Risiko

Langkah persiapan pelaksanaan manajemen risiko di


fasyankes adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan pelaksana manajemen risiko beserta uraian
tugasnya. Pelaksanaan manajemen risiko dilakukan
dengan melibatkan setiap unit atau instalasi.
2. Menetapkan anggaran pelaksanaan manajemen risiko
3. Menetapkan ruang lingkup, metode, dan instrumen
penilaian risiko. Dalam menetapkan pelaksanaan
manajemen risiko K3 meliputi kegiatan rutin, non-rutin,
dan kedaruratan.
4. Melatih pelaksana tentang langkah-langkah manajemen
risiko, termasuk cara mengisi formulir yang digunakan
dalam manajemen risiko.
5. Menentukan waktu pelaksanaan

B. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko adalah upaya untuk mengenali keberadaan


suatu bahaya, pekerja yang terpajan serta karakteristik bahaya
yang berpotensi menimbulkan risiko terhadap kesehatan dan

18
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

keselamatan di fasilitas pelayanan kesehatan secara detil.


Pada umumnya, risiko dapat disebabkan karena aspek-aspek
berikut dan interaksi antar aspek tersebut, seperti:
• Lingkungan kerja fisik
• Peralatan dan material/bahan yang digunakan
• Proses kerja dan bagaimana proses kerja tersebut
dilaksanakan
• Desain pekerjaan dan manajemen

Dalam langkah identifikasi risiko ini, juga perlu dilakukan


identifikasi terhadap populasi yang berisiko yakni:
• Populasi yang terpajan bahaya dan berpotensi terkena
dampak akibat pajanan bahaya tersebut
• Pihak lain yang mungkin terpajan bahaya, seperti pasien,
pengunjung, orang yang mengantarkan barang ke
fasyankes, klien, dan masyarakat lainnya yang memiliki
potensi terkena dampak akibat aktivitas pekerjaan
fasyankes (contohnya, masyarakat yang melewati
fasyankes yang sedang dibangun/ direnovasi)

Untuk memudahkan, identifikasi risiko dilakukan berdasarkan


unit kerja dan proses kerja. Identifikasi harus dilakukan
terhadap semua risiko, baik risiko terhadap keselamatan
maupun kesehatan di tempat kerja. Cara mengidentifikasi
dapat melalui:
• Observasi terhadap unit-unit yang ada di fasilitas
pelayanan kesehatan dengan melakukan survey
jalan selintas (walkthrough survey) untuk melakukan
pengamatan terhadap jenis kegiatan, alur kerja, Lembar
Data Keselamatan (LDK), jenis bahaya, metode atau
prosedur kerja, peralatan dan material/bahan yang

19
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

digunakan, serta kondisi lingkungan kerja di masing-


masing unit kerja.
• Analisis terhadap data insiden, PAK, dan KAK yang ada
di fasyankes.
• Konsultasi dan diskusi dengan pekerja tentang bahaya
yang ada di unit kerjanya

C. Analisis Risiko
Setelah identifikasi risiko, langkah selanjutnya yang dilakukan
adalah analisis risiko.Tujuan dari analisis risiko adalah untuk
menilai tingkat risiko K3 (rendah/ sedang / tinggi) baik sebelum
maupun setelah adanya pengendalian. Berikut adalah metode
analisis risiko :

1. Metode Kualitatif
Dalam analisis kualitatif, tingkat risiko dinilai dengan
menggunakan skala deskriptif saja, dengan menggunakan
sebuah formulir analisis risiko yang sederhana namun
komprehensif. Baik bahaya dan dampak dikategorikan
berdasarkan pengetahuan, kemampuan, dan kesepakatan
dari tim K3. Pengkategorian dampak (konsekuensi) dan
kemungkinan (probabilitas) disajikan pada Tabel 1dan 2.

Tabel 1. Kategori Dampak/Konsekuensi


1 Kategori Dampak/K
Dampak/Konsekuensi Efek pada Pekerja
Ringan Sakit atau cedera yang hanya membutuhkan P3K dan
tidak terlalu mengganggu proses kerja
Sedang Gangguan kesehatan dan keselamatan yang lebih
serius dan membutuhkan penanganan medis, seperti
alergi, dermatitis, Low Back Pain, dan menyebabkan
pekerja absen dari pekerjaannya untuk beberapa hari
Berat Gangguan kesehatan dan keselamatan yang sangat
serius dan kemungkinan terjadinya cacat permanen
hingga kematian, contohnya amputasi, kehilangan
pendengaran, pneumonia, keracunan bahan kimia,
kanker

20
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Tabel 2. Kategori
2
Kemungkinan/Probabilitas
2
Kemungkinan/probabilitas Deskripsi
Tidak mungkin 2 Tidak terjadi dampak buruk terhadap kesehatan dan
keselamatan
Mungkin Ada kemungkinan bahwa dampak buruk terhadap
kesehatan dan keselamatan tersebut terjadi saat ini
Sangat Mungkin Sangat besar kemungkinan bahwa dampak buruk
terhadap kesehatan dan keselamatan terjadi saat ini

Tabel 3. Matriks Risiko


Dampak/keparahan
Matriks Risiko Ringan Sedang Berat
Tidak mungkin Risiko rendah Risiko rendah Risiko sedang
Kemungkinan
(Probabilitas)

Mungkin
Risiko rendah Risiko sedang Risiko tinggi

Sangat
mungkin Risiko sedang Risiko tinggi Risiko tinggi
Sumber: ILO, 2013
Sumber: ILO, 2013
Sumber: ILO, 2013
4
Tabel 4. Skala
4 Tingkat Risiko
4 ing
Tingkat
Risiko cedera atau Deskripsi
gangguan kesehatan Pengendalian
cedera atau gangguan
Ada kemungkinan kesehatan
rendah bahwa
Risiko cedera atau gangguan kesehatan
Prioritas 3
rendah minor terjadi saat ini, dengan dampak
cedera dan
kesehatan yanggangguan kesehatan
ringan hingga sedang Prioritas 2
cedera dan gangguan
Konsekuensi kesehatan
atau keparahan dari
Prioritas 2
Risiko cedera dan gangguan kesehatan
Prioritas 2
sedang tergolong kategori serius meskipun
kesehatan dan kejadiannya
probabilitas cedera rendah Prioritas 1
kesehatan
Kemungkinan danbesar
cederaterjadi gangguan Prioritas 1
Risiko
kesehatan dan cedera yang moderate Prioritas 1
tinggi
atau serius atau bahkan kematian.

2. Metode Semikuantitatif
Dalam analisis semikuantitatif, setiap kategori diberi nilai
dengan angka numerik. Nilai tiap kategori perlu disepakati
dalam tim K3 sebelumnya. Sebagai contoh, konsekuensi,29
29
kemungkinan dan tingkat risiko di kategorikan ke dalam29
skala numerik seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5 –
Tabel 8.

21
Pedoman Sebagai contoh, konsekuensi, kemungkinan dan tingkat risiko di kategorikan
Sebagai contoh, konsekuensi, kemungkinan dan tingkat risiko di kategorikan
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 5
5 Tabel
Tabel 8.
8.

Tabel 5.55 Kategori Dampak/Konsekuensi


/K
/K
Kategori Dampak/Keparahan
1
1 Tidak ada dampak
2
2 Membutuhkan P3K
3 Membutuhkan perawatan medis
4
4 Menyebabkan
Menyebabkan cacat
cacat permanen
permanen
5
5 Menyebabkan kematian

Tabel 6. Kategori Kemungkinan/Probabilitas


6
6 /Probabilitas
/Probabilitas
Kategori Kemungkinan/Probabilitas
1
1 – sangat jarang Terjadi sekali dalam lima tahun
2
2 – jarang Terjadi
Terjadi sekali
sekali dalam
dalam 2
25
2-5 tahun
5 tahun
3 – mungkin Terjadi sekali dalam 1 2
Terjadi sekali dalam 1-2 tahun
1 2 tahun
4
4 – sering Terjadi beberapa kali dalam setahun
5
5 – sangat sering Terjadi dalam hitungan minggu atau bulan

Tabel 7. Matriks Risiko


7
7
Dampak/Konsekuensi

X 1 2 3 4 5

1
1 1 2 3 4 5
5
1 2 4
10
Kemungkinan/

2
2 2
2 4
4 6
6 8
8 10
Probabilitas

3 3 6
6 9
9 12
12 15
15
4
4 4
4 8
8 12
12 16
16 20
20

5
5 5
5 10
10 15
15 20
20 25
25

30
30

22
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Tabel
8 8.
ingTingkat Risiko
Dampak x
Tingkat risiko Keterangan warna
Kemungkinan

1–3 Rendah

4–6 Sedang

8 – 12 Bermakna

15 – 25 Tinggi

3. Metode Kuantitatif
Dalam analisis kuantitatif, dilakukan pengukuran pajanan
bahaya dengan menggunakan berbagai macam instrumen
menggunakan berbagai macam instrumen
dan dibandingkan dengan nilai standar yang sesuai
dengan ketentuan berlaku. Sebagai . Sebagai
contohcontoh
pengukuran
iklim kerja, pencahayaan (iluminasi), radiasi pengion dan
pencahayaan (
nonpengion, bahan kimia, dan mikroorganisme. Apabila
hasil pengukuran tidak sesuai dengan standar, maka
diperlukan tindakan pengendalian.

D. Evaluasi Risiko
Evaluasi r
Evaluasi risiko dilakukan dalam rangka membandingkan
tingkat risiko yang telah dihitung dengan upaya pengendalian
yang telah dilakukan. Bila masih ada sisa risiko maka perlu
untuk diterapkan
menilai efektivit Hasil evaluasi
pengendalian lanjutan. Tahaprisiko
ini diantaranya adalah:
juga digunakan
 untuk menilai efektivitas pengendalian. Hasil evaluasi risiko
 diantaranya adalah:

 Masukan/
Gambaran tentang sisa risiko yang ada.
• Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
Tahapan
• evaluasi juga meli
Masukan/informasi untuk pertimbangan penerapan
pengendalian lanjutan.
31
23
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES

24
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Tahapan evaluasi juga meliputi penentuan kategori tingkat


risiko K3, apakah termasuk dalam kategori Dapat Diterima,
Moderat, atau Penting. Kategori tingkat risiko ini penting untuk
menentukan prioritas pengendalian risiko dan jangka waktu
pengendaliannya. Di bawah ini merupakan contoh kategori
tingkat risiko beserta jangka waktu pengendalian (Tabel 9)
serta contoh tabel evaluasi risiko (Tabel
contoh 10).
kategori Setiap
tingkat risiko tim K3
beserta
9) serta contoh tabel evaluasi
perlu menentukan pengkategorian risiko serta jangka wakturisiko (Tabel 10).
pengendalian sesuai dengan sumber daya dan kemampuan
tim serta fasyankes. Hal ini dilakukan agar risiko terkendali
dengan lebih sistematis dan terarah.

Tabel 9. Evaluasi
9 Evaluasi dan dan Prioritas Pengendalian Risiko dengan
Metode Analisis Risiko Semikuantitatif
Nilai Kategori Nilai Kategori Tingkat Prioritas
Jangka Waktu Pengendalian
Risiko Risiko Risiko Pengendalian
Membutuhkan pengendalian
1–3 Rendah Dapat Diterima Prioritas 4
dalam waktu 1 tahun
Membutuhkan pengendalian
4–6 Sedang Prioritas 3
dalam waktu 6 bulan
Moderat
Membutuhkan pengendalian
8 – 12 Bermakna Prioritas 2
dalam waktu 3 bulan
Membutuhkan pengendalian
15 – 25 Tinggi Penting Prioritas 1 segera (maksimal dalam waktu
1 bulan)

24
32
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

10. Evaluasi Risiko


Tabel 10. Evaluasi Risiko Metode Analisis Semikuantitatif
Bahaya Risiko Tindakan Risiko
Pekerja Nilai Level
Potensial Deskripsi Bahaya Nilai Level Pengendalian
No Proses Kerja yang Konsekuensi Risiko Risiko
yang Potensial P C Risiko Risiko yang Sudah P C
Terpajan Sisa Sisa
Teridentifikasi Diterapkan
1 Penerimaan Ergonomi Saat mengangkat Perawat Gangguan otot, 4 3 12 Bermakna Penggunaan 2 3 6 Sedang
pasien dan memindahkan tulang dan rangka tempat
pasien (pekerjaan tidur/brankar yang
yang dilakukan adjustable
secara manual Prosedur kerja
dan postur yang mencakup
janggal) teknik
pengangkatan dan
pemindahan
pasien yang baik
dan benar serta
memenuhi kaidah
ergonomi
Pemberian
pelatihan
mengenai
ergonomi bagi
perawat
Pengangkatan
pasien dilakukan
oleh 2 – 3 orang
Pelaksanaan
pengukuran faktor
risiko ergonomi
untuk menilai risiko
ergonomi

33

25
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

E. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko merupakan tahapan terakhir dalam
manajemen risiko. Bila tingkat risiko belum dapat diterima,
maka risiko harus dikendalikan sampai kepada tingkat risiko
yang dapat diterima (tidak memiliki dampak kesehatan dan
keselamatan pada pekerja yang berarti). Metode pengendalian
dapat diterapkan berdasarkan hierarki dan lokasi pengendalian.
Hierarki pengendalian merupakan upaya pengendalian mulai dari efektivitas ya
Hierarki pengendalian merupakan upaya pengendalian mulai
dari efektivitas yang paling tinggi hingga rendah.

Eliminasi

E
f Subtitusi
e
k
t Pengendalian
i Teknik
v
i Administratif
t
a
s APD

Gambar 4. Hierarki
4
Pengendalian Risiko K3

26
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Berikut penjelasan dari hierarki pengendalian terdiri dari:


• Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah pengendalian yang paling
baik untuk mengendalikan pajanan karena menghilangkan
bahaya dari tempat kerja. Namun, beberapa bahaya sulit
untuk benar-benar dihilangkan dari tempat kerja.
• Substitusi
Subtitusi merupakan upaya penggantian bahan, alat atau
cara kerja dengan alternatif lain dengan tingkat bahaya
yang lebih rendah sehingga dapat menekan kemungkinan
terjadinya dampak yang serius. Contohnya mengganti
pelarut benzena menjadi toluen.
• Pengendalian Teknik
Pengendalian teknik merupakan pengendalian rekayasa
desain alat dan/atau tempat kerja ataupun dengan
mengganti alat dengan teknologi yang lebih baik.
Pengendalian risiko ini memberikan perlindungan
terhadap tempat kerja bukan hanya perlindungan individu
saja. Contohnya dengan melakukan penyekatan pada
ruang dengan tingkat bising yang tinggi.
• Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif berfungsi untuk membatasi
pajanan pada pekerja. Pengendalian administratif
diimplementasikan bersamaan dengan pengendalian
yang lain sebagai pendukung. Efektivitas pengendalian ini
tidak setinggi eliminasi, subtitusi, dan teknik dikarenakan
pengendalian administratif tidak membatasi jumlah
pajanan namun hanya mengurangi frekuensi pajanan
saja. Contoh pengendalian administratif ialah pelatihan

27
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

pada pekerja, penyusunan prosedur kerja bagi pekerja,


pemberian izin kerja, pengaturan terkait pemeliharaan
alat. Di fasyankes contoh pengendalian administratif yang
dapat dilakukan adalah pengaturan pembagian waktu
kerja bagi perawat, rotasi kerja petugas administrasi
rumah sakit, rotasi kerja bagi pekerja radiologi, pemakaian
label pada setiap bahan kimia, pengaturan peletakkan
bahan kimia di laboratorium, dan lainnya.
• Alat Pelindung Diri
Menurut Permenakertrans No 08/MEN/VII/2010, Alat
Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai
kemapuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja. Alat pelindung diri tidak mengurangi
pajanan dari sumbernya hanya saja mengurangi jumlah
pajanan yang masuk ke dalam tubuh pekerja. Sifat dari alat
pelindung diri ialah eksklusif (hanya melindungi individu)
dan spesifik (setiap alat memiliki spesifikasi bahaya yang
dapat dikendalikan). Alat pelindung diri memerlukan
pemeliharaan yang tepat dan ada beberapa yang bersifat
sekali pakai. Implementasi alat pelindung diri seringkali
menjadi komplementer dari upaya pengendalian di
atasnya dan/atau apabila pengendalian di atasnya
belum cukup efektif. Di bawah ini terdapat gambar yang
menunjukkan jenis-jenis alat pelindung diri yang umum.

28
komplementer dari upaya pengendalian di atasnya dan/atau apabila
Pedoman
pengendalian
MANAJEMEN di RISIKO
atasnya belum cukup
KESELAMATAN efektif.
DAN Di bawah
KESEHATAN KERJAini
DI terdapat
FASYANKES gambar
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

1 2 KETERANGAN GAMBAR
1. Alat Pelindung Kepala
2. Alat Pelindung Mata
3 3. Alat Pelindung Mata
4
dan Muka
4. Alat pelindung Telinga
5 6 5. Pakaian Pelindung
6. Alat Pelindung Tangan
7. Alat Pelindung Kaki
7

Gambar diambil dari Website PT. Mandiri Karya Teknindo

Gambar 5. Beberapa
5 jenis Alat Pelindung Diri (APD)

36

Gambar 6. Contoh
6. Contoh APD
APD didi Ruang
Ruang Operasi
Operasi

Berdasarkan lokasinya, pengendalian risiko dapat dilakukan


di sumber, di media antara sumber dan pekerja, ataupun
dilakukan pada pekerja.

29
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Gambar 7.7 Pengendalian Risiko

Metode yang dapat 7 diterapkan berdasarkan lokasi


pada Tabel 11
pengendaliannya dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:

11
pada Tabel 11
Tabel 11. Metode Pengendalian Bahaya berdasarkan Lokasi
Pengendaliannya
11
Eliminasi
Isolasi/containment/enclosure
Substitusi sumber bahaya
Local exhaust
Modifikasi ventilation
sumber atau proses
Sumber Ventilasi general/penghawaan dengan jendela
Automatisasi
Isolasi/containment/enclosure sumber bahaya
Local exhaust ventilation
Cara kerja
Ventilasi aman
general/penghawaan dengan jendela
Media Menjauhi sumber
Jadwal kerja
Cara kerja aman
Pekerja Prosedur kerja
Alat pelindung diri
38

38

30
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

F. Komunikasi dan Konsultasi


Komunikasi dan konsultasi merupakan hal yang penting
pada setiap langkah atau tahapan dalam proses manejemen
risiko. Rencana komunikasi perlu dikembangkan baik kepada
pimpinan maupun kepada karyawan sejak tahapan awal
proses pengelolaan risiko. Hal ini diperlukan karena persepsi
risiko dapat bervariasi pada setiap orang, karena perbedaan
asumsi, konsep, isu-isu, dan kepentingan tiap orang dalam
tim.
Komunikasi dan konsultasi yang perlu menjadi perhatian
termasuk:
1. Komunikasi pengelolaan risiko (pengelola K3 fasyankes)
dengan pekerja yang ada di fasyankes
Komunikasi ini diperlukan untuk menyamakan persepsi
tentang bahaya dan risiko yang ada, matriks risiko,
pengendalian, dan sebagainya. Semua proses komunikasi
ini harus tercatat, seperti daftar hadir rapat K3, daftar
training K3, dan sebagainya.
2. Komunikasi pekerja yang ada di fasyankes dengan pihak
pengelola K3.
Hal ini bertujuan memastikan adanya temuan ataupun
masalah K3 di lapangan dapat segera diketahui oleh
pengelola untuk ditindaklanjuti serta memastikan pekerja
dapat melakukan upaya K3 dengan nyaman.
3. Komunikasi internal tim K3
Hal ini bertujuan agar tercipta keharmonisan dalam tim
sehingga terhindar dari perbedaan-perbedaan persepsi
terkait manajemen risiko.

31
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

4. Komunikasi dan konsultasi dengan pihak eksternal.


Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya studi banding
(benchmark) dengan fasyankes lain yang telah
menerapkan K3, atau dengan ahli di bidang K3. Hal ini
untuk memastikan bahwa manajemen risiko yang sedang
dijalankan tidak menyimpang dari peraturan/ketetapan/
standar yang ada serta adanya penilaian yang objektif
sesuai dengan sistem yang ideal.

G. Pemantauan dan Telaah Ulang


Pemantauan selama pengendalian risiko berlangsung perlu
dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang
bisa terjadi. Perubahan-perubahan tersebut kemudian
perlu ditelaah ulang untuk selanjutnya dilakukan perbaikan-
perbaikan. Pada prinsipnya pemantauan dan telaah ulang
perlu untuk dilakukan untuk menjamin terlaksananya seluruh
proses pengelolaan risiko dengan optimal.

H. Manajemen Risiko Lain Terkait K3


Seperti halnya manajemen risiko K3, risiko lain yang terkait
K3 seperti bencana alam, kebakaran, keamanan, gangguan
terhadap citra fasyankes, dan lainnya perlu diidentifikasi,
dianalisis, dievaluasi, dan dikendalikan dengan menggunakan
formulir kerentanan bahaya (Hazard Vulnerability Assessment).
Komunikasi dan konsultasi serta pemantauan dan telaah ulang
pun harus dilakukan pada manajemen risiko lain ini.

32
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

BAB IV.
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO K3

A. Penerapan Manajemen Risiko K3 di Fasyankes Primer

Penerapan Manajemen Risiko K3 di Fasyankes primer


mengikuti langkah-langkah di bab 3 yaitu :
1. Persiapan
2. Identifikasi Risiko
3. Analisis Risiko
4. Evaluasi Risiko
5. Pengendalian Risiko
Berikut merupakan contoh penerapan manajamen risiko
dengan metode kualitatif.

33
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Tabel 12. Contoh Penerapan


12 Contoh PenerapanManajemen Risiko
Manajemen Risiko K3 diK3 di Fasyankes
Fasyankes Primer Menggunakan
Primer Menggunakan Metode Metode
Kualitatif
Unit : Puskesmas X
Waktu Pelaksanaan : Selasa, 19 Juli 2016
Pelaksana : Tim K3 Puskesmas X

Keterangan Warna Pada Header Tabel


Warna Langkah-Langkah Manajemen Risiko K3
Identifikasi Risiko
Analisis Risiko (menggunakan Metode Kualitatif)
Evaluasi Risiko
Pengendalian Risiko

Risiko Level Rekomendasi


Pekerja
Proses Bahaya yang Deskripsi Risiko Tindakan Penanggung Tanggal
No yang Konsekuensi Pelaksana
Kerja Teridentifikasi Bahaya P C Pengendalian Jawab Penyelesaian
Terpajan
Tambahan
1 Pendaftaran Pencahayaan Tingkat Petugas Kelelahan Mungkin Rendah Rendah o Pemasangan lampu Pimpinan Tim K3 19 Januari
pasien dan (bahaya fisik) pencahayaan pendaftaran mata dengan intensitas Puskesmas Puskesmas 2017
rekam medis kurang dan rekam minimal 300 lux
medis o Pemilihan lampu jenis
TL, bukan downlight
o Perbaikan/penggantian
lampu yang rusak
o Pengukuran tingkat
pencahayaan secara
berkala
Suhu dan Suhu ruangan Petugas Ketidaknyama Mungkin Ringan Rendah o Membuka jendela Pimpinan Tim K3 19 Januari
kelembaban terlalu dingin pendaftaran nan, o Pengaturan suhu Puskesmas Puskesmas 2017
udara (bahaya atau terlalu dan rekam dehidrasi dan ruangan pada
fisik) panas medis kelelahan (jika temperatur yang

42

34
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Level Rekomendasi


Pekerja
Proses Bahaya yang Deskripsi Risiko Tindakan Penanggung Tanggal
No yang Konsekuensi Pelaksana
Kerja Teridentifikasi Bahaya P C Pengendalian Jawab Penyelesaian
Terpajan
Tambahan
ruangan nyaman (18 – 24oC)
panas) o Memperhatikan
sirkulasi udara di
dalam ruangan
Debu (bahaya Debu yang Petugas Gangguan Mungkin Ringan Rendah o Pembersihan ruangan Pimpinan Tim K3 19 Januari
kimia) berasal dari pendaftaran saluran secara berkala Puskesmas Puskesmas 2017
lingkungan dan rekam pernapasan
medis
Mikroorganisme Berasal dari Petugas Penyakit Mungkin Sedang Sedang o Pembersihan ruangan Pimpinan Tim K3 19 Oktober
seperti virus, udara pendaftaran infeksi/ secara berkala Puskesmas Puskesmas 2017
bakteri, jamur (airborne) dan dan rekam menular menggunakan
dan parasit dari pasien medis desinfektan
(bahaya biologi) o Pengukuran parameter
biologi
(mikroorganisme)
secara berkala
Postur janggal Postur janggal Petugas Gangguan Mungkin Sedang Sedang o Penyesuaian tinggi Pimpinan Tim K3 19 Januari
(bahaya karena meja pendaftaran otot, tulang kursi dengan meja Puskesmas Puskesmas 2017
ergonomi) pendaftaran dan rekam dan rangka pendaftaran
atau rak status medis o Penggunaan
terlalu rendah/ tambahan pijakan kaki
terlalu tinggi pada saat mengambil
atau dokumen pada rak
status yang terlalu
tinggi
o Pelaksanaan
pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk
menilai risiko ergonomi
o Stretching/peregangan
Beban kerja Jumlah pasien Petugas Kelelahan, Mungkin Sedang Sedang o Penyesuaian jumlah Pimpinan Tim K3 19 Oktober
yang tinggi terlalu banyak pendaftaran stres kerja petugas loket dengan Puskesmas Puskesmas 2017
(bahaya dan rekam perkiraan jumlah
psikososial) medis pasien

43

35
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Level Rekomendasi


Pekerja
Proses Bahaya yang Deskripsi Risiko Tindakan Penanggung Tanggal
No yang Konsekuensi Pelaksana
Kerja Teridentifikasi Bahaya P C Pengendalian Jawab Penyelesaian
Terpajan
Tambahan
o Pengaturan waktu
kerja dan istirahat
o Prosedur penanganan
pasien
2 Poli Umum Pencahayaan Tingkat Dokter Kelelahan Mungkin Rendah Rendah o Pemasangan lampu Pimpinan Tim K3 19 Januari
(bahaya fisik) pencahayaan umum, mata dengan intensitas Puskesmas Puskesmas 2017
kurang perawat minimal 300 lux
o Perbaikan/penggantian
lampu yang rusak
o Pemilihan lampu jenis
TL, bukan downlight
o Pengukuran tingkat
pencahayaan secara
berkala
Suhu dan Suhu ruangan Dokter Ketidaknyama Mungkin Ringan Rendah o Pengaturan suhu Pimpinan Tim K3 19 Januari
kelembaban terlalu dingin umum, nan, ruangan pada Puskesmas Puskesmas 2017
udara (bahaya atau terlalu perawat dehidrasi dan temperatur yang
fisik) panas kelelahan (jika nyaman (18 – 24oC)
ruangan o Memperhatikan
panas) sirkulasi udara di
dalam ruangan
Debu (bahaya Debu yang Dokter Gangguan Mungkin Ringan Rendah Pembersihan ruangan Pimpinan Tim K3 19 Januari
kimia) berasal dari umum, saluran secara berkala Puskesmas Puskesmas 2017
lingkungan perawat pernapasan
Mikroorganisme Berasal dari Dokter Penyakit Mungkin Sedang Sedang o Pembersihan ruangan Pimpinan Tim K3 19 Oktober
seperti virus, udara umum, infeksi/ secara berkala Puskesmas Puskesmas 2017
bakteri, jamur (airborne) dan perawat menular menggunakan
dan parasit dari pasien desinfektan
(bahaya biologi) o Pengukuran parameter
biologi
(mikroorganisme)
secara berkala
o Penggunaan APD
berupa masker saat

44

36
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Level Rekomendasi


Pekerja
Proses Bahaya yang Deskripsi Risiko Tindakan Penanggung Tanggal
No yang Konsekuensi Pelaksana
Kerja Teridentifikasi Bahaya P C Pengendalian Jawab Penyelesaian
Terpajan
Tambahan
melakukan
pemeriksaan pasien
Postur janggal Postur janggal Dokter Gangguan Mungkin Sedang Sedang o Penyesuaian posisi Pimpinan Tim K3 19 Oktober
(bahaya karena posisi umum, otot, tulang pemeriksa dengan Puskesmas Puskesmas 2017
ergonomi) pemeriksa perawat dan rangka pasien
tidak o Pelaksanaan
berhadapan pengukuran faktor
dengan pasien risiko ergonomi untuk
menilai risiko ergonomi
o Stretching/peregangan
Beban kerja Jumlah pasien Dokter Kelelahan, Mungkin Sedang Sedang o Penyesuaian jumlah Pimpinan Tim K3 19 Oktober
yang tinggi terlalu banyak umum, stres kerja petugas dengan Puskesmas Puskesmas 2017
(bahaya perawat perkiraan jumlah
psikososial) pasien
o Pengaturan waktu
kerja dan istirahat
o Prosedur penanganan
pasien
3 Poli Gigi Bising (bahaya Bising dari Dokter gigi, Gangguan / Mungkin Sedang Sedang o Prosedur pemeriksaan Pimpinan Tim K3 19 Oktober
fisik) mesin bor gigi perawat penurunan pasien yang memenuhi Puskesmas Puskesmas 2017
pendengaran aspek K3
sementara o Pengukuran pajanan
atau bising secara berkala
permanen
Getaran Getaran dari Dokter gigi, Kebas, Mungkin Sedang Sedang o Prosedur pemeriksaan Pimpinan Tim K3 19 Oktober
(bahaya fisik) mesin bor gigi perawat gangguan pasien yang memenuhi Puskesmas Puskesmas 2017
sistem aspek K3
peredaran o Pengukuran pajanan
darah bising secara berkala
Amalgam Cairan atau Dokter gigi, Gangguan Mungkin Berat Tinggi o Mengurangi Pimpinan Tim K3 19 Agustus
(bahaya kimia) uap campuran perawat sistem syaraf penggunaan amalgam Puskesmas Puskesmas 2017
logam sebagai bahan
(merkuri, penambal gigi
peral, o Substitusi amalgam

45

37
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Level Rekomendasi


Pekerja
Proses Bahaya yang Deskripsi Risiko Tindakan Penanggung Tanggal
No yang Konsekuensi Pelaksana
Kerja Teridentifikasi Bahaya P C Pengendalian Jawab Penyelesaian
Terpajan
Tambahan
tembaga, dengan bahan
timah) yang penambal gigi lain
digunakan yang lebih tidak
untuk berbahaya (misalnya
menambal gigi keramik/komposit)
o Pembuatan prosedur
penambalan gigi yang
memenuhi aspek K3
o Perhatikan ventilasi
ruangan saat
melakukan
penambalan gigi
o Penggunaan alat
pelindung diri seperti
masker dan sarung
tangan saat melakukan
penambalan gigi
Debu (bahaya Debu yang Dokter gigi, Gangguan Mungkin Ringan Rendah Pembersihan ruangan Pimpinan Tim K3 19 Januari
kimia) berasal dari perawat saluran secara berkala Puskesmas Puskesmas 2017
lingkungan pernapasan
Mikroorganisme Berasal dari Dokter gigi, Penyakit Mungkin Sedang Sedang o Pembersihan ruangan Pimpinan Tim K3 19 Oktober
seperti virus, udara perawat infeksi/ secara berkala Puskesmas Puskesmas 2017
bakteri, jamur (airborne) dan menular menggunakan
dan parasit dari pasien desinfektan
(bahaya biologi) o Pengukuran parameter
biologi
(mikroorganisme)
secara berkala
o Penggunaan APD
berupa masker saat
melakukan
pemeriksaan pasien
Postur janggal Postur janggal Dokter gigi, Gangguan Mungkin Sedang Sedang o Penyesuaian tinggi Pimpinan Tim K3 19 Oktober
(bahaya karena perawat otot, tulang kursi pemeriksa Puskesmas Puskesmas 2017

46

38
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Level Rekomendasi


Pekerja
Proses Bahaya yang Deskripsi Risiko Tindakan Penanggung Tanggal
No yang Konsekuensi Pelaksana
Kerja Teridentifikasi Bahaya P C Pengendalian Jawab Penyelesaian
Terpajan
Tambahan
ergonomi) pemeriksaan dan rangka dengan pasien
dilakukan o Pengaturan waktu
dengan posisi kerja dan waktu
berdiri dan istirahat
menunduk o Pelaksanaan
pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk
menilai risiko ergonomi
o Stretching/peregangan
Beban kerja Jumlah pasien Dokter gigi, Kelelahan, Mungkin Sedang Sedang o Penyesuaian jumlah Pimpinan Tim K3 19 Oktober
yang tinggi terlalu banyak perawat stres kerja petugas dengan Puskesmas Puskesmas 2017
(bahaya perkiraan jumlah
psikososial) pasien
o Pengaturan waktu
kerja dan istirahat
o Prosedur penanganan
pasien
4 Laboratorium Suhu dan Suhu ruangan Petugas Ketidaknyama Mungkin Ringan Rendah o Pengaturan suhu Pimpinan Tim K3 19 Januari
kelembaban terlalu dingin laboratorium nan, ruangan pada Puskesmas Puskesmas 2017
udara (bahaya atau terlalu dehidrasi dan temperatur yang
fisik) panas kelelahan (jika nyaman (18 – 24oC)
ruangan o Memperhatikan
panas) sirkulasi udara di
dalam ruangan
Mikroorganisme Berasal dari Petugas Penyakit Mungkin Sedang Sedang o Pembersihan ruangan Pimpinan Tim K3 19 Oktober
seperti virus, udara laboratorium infeksi/ secara berkala Puskesmas Puskesmas 2017
bakteri, jamur (airborne) dan menular menggunakan
dan protein dari spesimen desinfektan
alergen (bahaya yang sedang o Pengukuran parameter
biologi) dianalisis biologi
(mikroorganisme)
secara berkala
Penggunaan APD
berupa masker saat

47

39
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Level Rekomendasi


Pekerja
Proses Bahaya yang Deskripsi Risiko Tindakan Penanggung Tanggal
No yang Konsekuensi Pelaksana
Kerja Teridentifikasi Bahaya P C Pengendalian Jawab Penyelesaian
Terpajan
Tambahan
melakukan pemeriksaan
pasien
Debu (bahaya Debu yang Petugas Gangguan Mungkin Ringan Rendah Prosedur pembersihan Pimpinan Tim K3 19 Januari
kimia) berasal dari laboratorium saluran ruangan yang Puskesmas Puskesmas 2017
lingkungan pernapasan memenuhi aspek K3
Alkohol (bahaya Pada saat Petugas Iritasi kulit Mungkin Ringan Rendah Penggunaan alat Pimpinan Tim K3 19 Januari
kimia) analisis laboratorium pelindung diri misalnya Puskesmas Puskesmas 2017
spesimen di sarung tangan
laboratorium
Postur janggal Postur janggal Petugas Kelelahan, Mungkin Sedang Sedang o Penyesuaian posisi Pimpinan Tim K3 19 Oktober
(bahaya karena laboratorium Gangguan pemeriksa dengan Puskesmas Puskesmas 2017
ergonomi) pemeriksaan otot, tulang pasien
dilakukan dan rangka o Pelaksanaan
tanpa pengukuran faktor
bertumpu risiko ergonomi untuk
pada alas. menilai risiko ergonomi
Kursi kerja o Stretching/peregangan
tidak memiliki
sandaran
Beban kerja Jumlah Petugas Kelelahan, Mungkin Sedang Sedang o Penyesuaian jumlah Pimpinan Tim K3 19 Oktober
yang tinggi spesimen laboratorium stres kerja petugas dengan Puskesmas Puskesmas 2017
(bahaya yang dianalisis perkiraan jumlah
psikososial) terlalu banyak pasien
o Pengaturan waktu
kerja dan istirahat
5 Apotek Pencahayaan Tingkat Apoteker Kelelahan Mungkin Rendah Rendah o Pemasangan lampu Pimpinan Tim K3 19 Januari
(bahaya fisik) pencahayaan mata dengan intensitas Puskesmas Puskesmas 2017
kurang minimal 300 lux
o Perbaikan/penggantian
lampu yang rusak
o Pemilihan lampu jenis
TL, bukan downlight
o Pengukuran tingkat
pencahayaan secara

48

40
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Level Rekomendasi


Pekerja
Proses Bahaya yang Deskripsi Risiko Tindakan Penanggung Tanggal
No yang Konsekuensi Pelaksana
Kerja Teridentifikasi Bahaya P C Pengendalian Jawab Penyelesaian
Terpajan
Tambahan
berkala
Suhu dan Suhu ruangan Apoteker Ketidaknyama Mungkin Ringan Rendah o Pengaturan suhu Pimpinan Tim K3 19 Januari
kelembaban terlalu dingin nan, ruangan pada Puskesmas Puskesmas 2017
udara (bahaya atau terlalu dehidrasi dan temperatur yang
fisik) panas kelelahan (jika nyaman (18 – 24oC)
ruangan o Memperhatikan
panas) sirkulasi udara di
dalam ruangan
Obat-obatan Serbuk atau Apoteker Iritasi saluran Mungkin Ringan Rendah Penggunaan alat Pimpinan Tim K3 19 Januari
(bahaya kimia) debu yang pernapasan pelindung diri misalnya Puskesmas Puskesmas 2017
berasal dari masker pada saat
obat-obatan melakukan peracikan
yang diracik obat
Debu (bahaya Debu yang Apoteker Gangguan Mungkin Ringan Rendah Pembersihan ruangan Pimpinan Tim K3 19 Januari
kimia) berasal dari saluran secara berkala Puskesmas Puskesmas 2017
lingkungan pernapasan
Mikroorganisme Berasal dari Apoteker Penyakit Mungkin Sedang Sedang o Pembersihan ruangan Pimpinan Tim K3 19 Oktober
seperti virus, udara infeksi/ secara berkala Puskesmas Puskesmas 2017
bakteri dan (airborne) menular menggunakan
jamur (bahaya desinfektan
biologi) o Pengukuran parameter
biologi
(mikroorganisme)
secara berkala
o Penggunaan APD
berupa masker saat
melakukan peracikan
obat
Postur janggal Postur janggal Apoteker Gangguan Mungkin Sedang Sedang o Penyesuaian tinggi Pimpinan Tim K3 19 Oktober
(bahaya karena meja otot, tulang kursi dengan meja Puskesmas Puskesmas 2017
ergonomi) kerja tidak dan rangka kerja
sejajar dengan o Modifikasi kursi kerja
bahu dan dengan sandaran kursi
posisi (jika memungkinkan)

49

41
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Level Rekomendasi


Pekerja
Proses Bahaya yang Deskripsi Risiko Tindakan Penanggung Tanggal
No yang Konsekuensi Pelaksana
Kerja Teridentifikasi Bahaya P C Pengendalian Jawab Penyelesaian
Terpajan
Tambahan
menggerus o Pengaturan waktu
obat kurang kerja dan waktu
ergonomis istirahat
o Pelaksanaan
pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk
menilai risiko ergonomi
o Stretching/peregangan
Beban kerja Jumlah obat Apoteker Kelelahan, Mungkin Sedang Sedang o Penyesuaian jumlah Pimpinan Tim K3 19 Oktober
yang tinggi yang diracik stres kerja apoteker dengan Puskesmas Puskesmas 2017
(bahaya terlalu banyak perkiraan obat yang
psikososial) terlalu banyak diracik
o Pengaturan waktu
kerja dan istirahat
6 Ruang Tata Pencahayaan Tingkat Petugas tata Kelelahan Mungkin Rendah Rendah o Pemasangan lampu Pimpinan Tim K3 19 Januari
Usaha (bahaya fisik) pencahayaan usaha mata dengan intensitas Puskesmas Puskesmas 2017
kurang minimal 300 lux
o Pemilihan lampu jenis
TL, bukan downlight
o Perbaikan/penggantian
lampu yang rusak
o Pengukuran tingkat
pencahayaan secara
berkala
Suhu dan Suhu ruangan Petugas tata Ketidaknyama Mungkin Ringan Rendah o Pengaturan suhu Pimpinan Tim K3 19 Januari
kelembaban terlalu dingin usaha nan, ruangan pada Puskesmas Puskesmas 2017
udara (bahaya atau terlalu dehidrasi dan temperatur yang
fisik) panas kelelahan (jika nyaman (18 – 24oC)
ruangan Memperhatikan sirkulasi
panas) udara di dalam ruangan
Radiasi (bahaya Radiasi sinar Petugas tata Kelelahan Mungkin Ringan Rendah o Penambahan Pimpinan Tim K3 19 Januari
fisik) pada layar usaha mata pelindung pada layar Puskesmas Puskesmas 2017
komputer komputer
o Pengaturan waktu

50

42
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Level Rekomendasi


Pekerja
Proses Bahaya yang Deskripsi Risiko Tindakan Penanggung Tanggal
No yang Konsekuensi Pelaksana
Kerja Teridentifikasi Bahaya P C Pengendalian Jawab Penyelesaian
Terpajan
Tambahan
kerja dan waktu
istirahat
Debu (bahaya Debu yang Petugas tata Gangguan Mungkin Ringan Rendah Pembersihan ruangan Pimpinan Tim K3 19 Januari
kimia) berasal dari usaha saluran secara berkala Puskesmas Puskesmas 2017
lingkungan pernapasan
Mikroorganisme Berasal dari Petugas tata Penyakit Mungkin Sedang Sedang o Pembersihan ruangan Pimpinan Tim K3 19 Oktober
seperti virus, udara usaha infeksi/ secara berkala Puskesmas Puskesmas 2017
bakteri, jamur (airborne) menular menggunakan
dan parasit desinfektan
(bahaya biologi) o Pengukuran parameter
biologi
(mikroorganisme)
secara berkala
Postur janggal Postur janggal Petugas tata Gangguan Mungkin Sedang Sedang o Penggunaan Pimpinan Tim K3 19 Januari
(bahaya karena meja usaha otot, tulang tambahan pijakan kaki Puskesmas Puskesmas 2017
ergonomi) kerja lebih dan rangka pada saat mengambil
rendah dari dokumen pada rak
petugas, kursi status yang terlalu
kerja tidak tinggi
ergonomis o Pelaksanaan
pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk
menilai risiko ergonomi
o Stretching/peregangan
Beban kerja Pembuatan Petugas tata Kelelahan, Mungkin Sedang Sedang o Penyesuaian jumlah Pimpinan Tim K3 19 Oktober
yang tinggi SPJ, SPPD, usaha stres kerja petugas loket dengan Puskesmas Puskesmas 2017
(bahaya laporan perkiraan jumlah
psikososial) bulanan dan pasien
laporan o Pengaturan waktu
kegiatan kerja dan istirahat
terlalu banyak o Prosedur penanganan
pasien

51

43
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

B. Penerapan Manajemen Risiko K3 di Fasyankes Rujukan


Penerapan Manajemen Risiko K3 di Fasyankes rujukan
mengikuti langkah-langkah di bab 3 yaitu :
1. Persiapan
2. Identifikasi Risiko
3. Analisis Risiko
4. Evaluasi Risiko
5. Pengendalian Risiko
Contoh penerapan manajamen risiko di fasyankes rujukan
dilakukan dengan metode semikuantatif pada salah satu unit
di rumah sakit yaitu Instalasi Gawat Darurat dengan analisa
risiko dapat dilihat pada Lampiran.

44
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

REFERENSI

HSE UK. 2016. Health and Safety Statistics. Available at: http://
www.hse.gov.uk/statistics/.
ILO. 2014. Safety and Health at Work. Available at: http://www.
ilo.org/global/topics/safety-and-health-at-work/lang--en/
index.htm.
Kurniawidjaja, L.M. 2012. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja.
Jakarta.
Leka, Stavroula and Aditya Jain. 2010. Health Impact of Psychosocial
Hazards at Work. Geneva.
NIOSH. 2014. No title
OSHA. 2012. Worker Safety in Your Hospital: Know the Facts.
Available at: https://www.osha.gov/dsg/hospitals/
documents/1.1_Data_highlights_508.pdf [Accessed July
24, 2016].
OSHA. 2013. Lessons from High Performing Hospital, Integrating
Patient and Workplace Safety Program.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2015. Data Jumlah Kasus PAK dan KAK yang
Dilaporkan oleh Puskesmas Tahun 2011-2014.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
WHO. 2016. Health Workers. Available at: http://www.who.int/
occupational_health/topics/hcworkers/en/.

45
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

LAMPIRAN
CONTOH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO K3 DI INSTALASI GAWAT DARURAT

Unit : Instalasi Gawat Darurat


Waktu Pelaksanaan : Selasa, 19 Juli 2016
Pelaksana : Tim K3 IGD

Keterangan Warna Pada Kepala (Header) Tabel


Warna Langkah-Langkah Manajemen Risiko K3
Identifikasi Risiko
Analisis Risiko (menggunakan Metode Semikuantitatif)
Evaluasi Risiko
Pengendalian Risiko

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

1 Penerimaan Ergonomi Saat mengangkat Perawat Gangguan otot, 4 3 12 Bermakna Penggunaan tempat 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penggunaan tempat Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
pasien dan memindahkan tulang dan rangka tidur/brankar yang pengendalian tidur/brankar yang dibantu 2017
pasien (pekerjaan adjustable dalam waktu 6 adjustable oleh Tim K3
yang dilakukan bulan Fasilitas
secara manual dan Prosedur kerja yang Prosedur kerja yang Pelayanan
postur janggal) mencakup teknik mencakup teknik Kesehatan
pengangkatan dan pengangkatan dan
pemindahan pasien pemindahan pasien
yang baik dan benar yang baik dan benar
serta memenuhi serta memenuhi
kaidah ergonomi kaidah ergonomi

Pemberian pelatihan Pemberian pelatihan


mengenai ergonomi mengenai ergonomi
bagi perawat bagi perawat

Pengangkatan pasien Pengangkatan


dilakukan oleh 2 – 3 pasien dilakukan
orang oleh 2 – 3 orang

Pelaksanaan Pelaksanaan
pengukuran faktor pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk risiko ergonomi
menilai risiko untuk menilai risiko
ergonomi ergonomi

Biologi Mikroorganisme Penyakit infeksi/ 4 3 12 Bermakna Pembersihan 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Pembersihan Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
yang berasal dari menular ruangan secara pengendalian ruangan secara dibantu 2017
udara (airborne), berkala dalam waktu 6 berkala oleh Tim K3
kontak dengan menggunakan bulan menggunakan Fasilitas
pasien (termasuk desinfektan desinfektan Pelayanan
kontak dengan darah Kesehatan
atau cairan tubuh Pengukuran Pengukuran
lainnya) parameter biologi parameter biologi
(mikroorganisme) (mikroorganisme)

46
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

secara berkala secara berkala

Penggunaan APD Penggunaan APD


berupa masker berupa masker

Pertimbangkan Pertimbangkan
penggunaan air penggunaan air
purifier purifier

Psikososial Sering kontak Stres kerja, cedera 4 3 12 Bermakna Pengaturan waktu 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
dengan pasien, kerja kerja dan istirahat pengendalian kerja dan istirahat dibantu 2017
bergilir (shift), beban dalam waktu 6 oleh Tim K3
kerja berlebih, Pengaturan shift bulan Pengaturan shift Fasilitas
ancaman secara fisik kerja kerja Pelayanan
Kesehatan
Pengaturan beban Pengaturan beban
kerja kerja

Prosedur Prosedur
penanganan pasien penanganan pasien

2 Pemeriksaan

Anamnesis, Pencahayaan Tingkat Dokter Kelelahan mata 5 1 5 Sedang Pemasangan lampu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pemasangan lampu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
pemeriksaan pencahayaan dengan intensitas pengendalian dengan intensitas
fisik, penentuan ruangan kurang atau Perawat minimal 300 lux dalam waktu 1 minimal 300 lux
diagnosis terlalu silau tahun
Petugas Penambahan lampu Penambahan lampu
pembersihan tambahan saat tambahan saat
peralatan dan melakukan melakukan
ruangan pemeriksaan pasien pemeriksaan pasien
(jika diperlukan) (jika diperlukan)

Pemilihan lampu Pemilihan lampu


jenis TL, bukan jenis TL, bukan
downlight downlight

Perbaikan/pengganti Perbaikan/pengganti
an lampu yang rusak an lampu yang
rusak
Pengukuran
intensitas Pengukuran
pencahayaan secara intensitas
berkala pencahayaan
secara berkala

Suhu dan Suhu ruangan terlalu Ketidaknyamanan, 5 1 5 Sedang Pengaturan suhu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pengaturan suhu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
kelembaban dingin atau terlalu ruangan pada pengendalian ruangan pada
udara panas dehidrasi dan temperatur yang dalam waktu 1 temperatur yang
kelelahan (jika nyaman (18 – 24oC) tahun nyaman (18 – 24oC)
ruangan panas)
Memperhatikan Memperhatikan
sirkulasi udara di sirkulasi udara di
dalam ruangan dalam ruangan

Listrik Instalasi atau Tersengat listrik, 3 5 15 Tinggi Pemeriksaan 3 3 9 Bermakna Prioritas 2 Membutuhkan Pemeriksaan Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Oktober
penggunaan Kebakaran instalasi listrik secara pengendalian instalasi listrik dibantu 2016
peralatan listrik yang berkala dalam waktu 3 secara berkala oleh Tim K3

47
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

tidak standar SNI Penggunaan bulan Penggunaan Fasilitas


peralatan peralatan Pelayanan
listrik/elektronik yang listrik/elektronik yang Kesehatan
sesuai dengan sesuai dengan
Standar Nasional Standar Nasional
Indonesia (SNI) Indonesia (SNI)

Peletakan Peletakan
saklar/kabel/colokan saklar/kabel/colokan
listrik pada tempat listrik pada tempat
yang jauh dari yang jauh dari
kemungkinan terkena kemungkinan
cairan terkena cairan

Penggunaan 1 Penggunaan 1
colokan listrik hanya colokan listrik hanya
untuk 1 peralatan untuk 1 peralatan
elektronik elektronik

Tidak menggunakan Tidak menggunakan


peralatan listrik pada peralatan listrik pada
kondisi tangan yang kondisi tangan yang
basah basah

Benda tajam Jarum suntik atau Tertusuk benda 4 3 12 Bermakna Penerapan teknik 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penerapan teknik Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
benda tajam lain tajam penggunaan jarum pengendalian penggunaan jarum dibantu 2017
yang digunakan suntik yang baik dan dalam waktu 6 suntik yang baik dan oleh Tim K3
untuk menunjang Penularan penyakit benar bulan benar Fasilitas
pemeriksaan melalui benda tajam Pelayanan
yang kontak Tidak menggunakan Tidak menggunakan Kesehatan
langsung dengan 2 tangan saat 2 tangan saat
pasien menutup jarum suntik menutup jarum
yang telah digunakan suntik yang telah
digunakan
Prosedur kerja
penggunaan benda Prosedur kerja
tajam yang telah penggunaan benda
memasukkan aspek tajam yang telah
K3 memasukkan aspek
K3
Penggunaan sarung
tangan saat Penggunaan sarung
menggunakan benda tangan saat
tajam seperti jarum menggunakan
suntik benda tajam seperti
jarum suntik
Pembuangan jarum
suntik yang telah Pembuangan jarum
terpakai dalam suntik yang telah
wadah pembuangan terpakai dalam
yang telah diberi wadah pembuangan
tanda “infeksius” yang telah diberi
tanda “infeksius”

Kimia Desinfektan yang Gangguan saluran 3 3 9 Bermakna Prosedur 2 2 4 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
digunakan untuk pernapasan, iritasi pembersihan pengendalian pembersihan dibantu 2017
membersihkan kulit ruangan yang dalam waktu 6 ruangan yang oleh Tim K3
peralatan Fasilitas

48
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

pemeriksaan dan memenuhi aspek K3 bulan memenuhi aspek K3 Pelayanan


ruangan Kesehatan
Pengukuran pajanan Pengukuran pajanan
bahan kimia bahan kimia

Surveilans kesehatan Surveilans


pekerja yang terpajan kesehatan pekerja
bahan kimia yang terpajan bahan
kimia
Penggunaan alat
pelindung diri seperti Penggunaan alat
masker dan sarung pelindung diri seperti
tangan pada saat masker dan sarung
menggunakan tangan pada saat
desinfektan menggunakan
desinfektan

Biologi Mikroorganisme Penyakit infeksi/ 4 3 12 Bermakna Prosedur 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
yang berasal dari menular pemeriksaan pasien pengendalian pemeriksaan pasien dibantu 2017
udara (airborne), yang sudah dalam waktu 6 yang sudah oleh Tim K3
kontak dengan mempertimbangkan bulan mempertimbangkan Fasilitas
pasien (termasuk aspek K3 aspek K3 Pelayanan
kontak dengan darah Kesehatan
atau cairan tubuh Pembersihan Pembersihan
lainnya) ruangan secara ruangan secara
berkala berkala
menggunakan menggunakan
desinfektan desinfektan

Pengukuran Pengukuran
parameter biologi parameter biologi
(mikroorganisme) (mikroorganisme)
secara berkala secara berkala

Penggunaan APD Penggunaan APD


berupa masker berupa masker

Pertimbangkan Pertimbangkan
penggunaan air penggunaan air
purifier purifier

Ergonomi Postur tubuh yang Gangguan otot, 4 3 12 Bermakna Penggunaan tempat 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penggunaan tempat Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
janggal pada pada tulang dan rangka tidur/brankar yang pengendalian tidur/brankar yang dibantu 2017
saat memeriksa adjustable dalam waktu 6 adjustable oleh Tim K3
pasien, mengangkat bulan Fasilitas
dan memindahkan Prosedur kerja yang Prosedur kerja yang Pelayanan
pasien, mendorong mencakup teknik mencakup teknik Kesehatan
atau menarik tempat pengangkatan dan pengangkatan dan
tidur pasien, pemindahan pasien pemindahan pasien
keterbatasan ruang yang baik dan benar yang baik dan benar
kerja, penempatan serta memenuhi serta memenuhi
peralatan kerja yang kaidah ergonomi kaidah ergonomi
kurang ergonomis
Pemberian pelatihan Pemberian pelatihan
mengenai ergonomi mengenai ergonomi
bagi perawat bagi perawat

Pengangkatan pasien Pengangkatan

49
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

dilakukan oleh 2 – 3 pasien dilakukan


orang oleh 2 – 3 orang

Pelaksanaan Pelaksanaan
pengukuran faktor pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk risiko ergonomi
menilai risiko untuk menilai risiko
ergonomi ergonomi

Psikososial Sering kontak Stres kerja, cedera 4 3 12 Bermakna Pengaturan waktu 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
dengan pasien, kerja kerja dan istirahat pengendalian kerja dan istirahat dibantu 2017
bergilir (shift), beban dalam waktu 6 oleh Tim K3
kerja berlebih, Pengaturan shift bulan Pengaturan shift Fasilitas
ancaman secara fisik kerja kerja Pelayanan
Kesehatan
Pengaturan beban Pengaturan beban
kerja kerja

Prosedur Prosedur
penanganan pasien penanganan pasien

Bedah cito Pencahayaan Tingkat Tim dokter Kelelahan mata 5 1 5 Sedang Pemasangan lampu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pemasangan lampu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
pencahayaan bedah dengan intensitas pengendalian dengan intensitas
ruangan kurang atau minimal 300 lux dalam waktu 1 minimal 300 lux
terlalu silau Perawat tahun
bedah Penambahan lampu Penambahan lampu
tambahan saat tambahan saat
Perawat umum melakukan melakukan
pemeriksaan pasien pemeriksaan pasien
Petugas (jika diperlukan) (jika diperlukan)
pembersihan
peralatan dan Pemilihan lampu Pemilihan lampu
ruangan jenis TL, bukan jenis TL, bukan
downlight downlight

Perbaikan/pengganti Perbaikan/pengganti
an lampu yang rusak an lampu yang
rusak
Pengukuran
intensitas Pengukuran
pencahayaan secara intensitas
berkala pencahayaan
secara berkala

Suhu dan Suhu ruangan terlalu Ketidaknyamanan, 5 1 5 Sedang Pengaturan suhu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pengaturan suhu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
kelembaban dingin atau terlalu ruangan pada pengendalian ruangan pada
udara panas dehidrasi dan temperatur yang dalam waktu 1 temperatur yang
kelelahan (jika nyaman (18 – 24oC) tahun nyaman (18 – 24oC)
ruangan panas)
Memperhatikan Memperhatikan
sirkulasi udara di sirkulasi udara di
dalam ruangan dalam ruangan

Listrik Instalasi atau Tersengat listrik, 3 5 15 Tinggi Pemeriksaan 3 3 9 Bermakna Prioritas 2 Membutuhkan Pemeriksaan Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Oktober
penggunaan Kebakaran instalasi listrik secara pengendalian instalasi listrik dibantu 2016
peralatan listrik yang berkala dalam waktu 3 secara berkala oleh Tim K3
tidak standar SNI bulan Fasilitas
Penggunaan Penggunaan Pelayanan

50
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

peralatan peralatan Kesehatan


listrik/elektronik yang listrik/elektronik yang
sesuai dengan sesuai dengan
Standar Nasional Standar Nasional
Indonesia (SNI) Indonesia (SNI)

Peletakan Peletakan
saklar/kabel/colokan saklar/kabel/colokan
listrik pada tempat listrik pada tempat
yang jauh dari yang jauh dari
kemungkinan terkena kemungkinan
cairan terkena cairan

Penggunaan 1 Penggunaan 1
colokan listrik hanya colokan listrik hanya
untuk 1 peralatan untuk 1 peralatan
elektronik elektronik

Tidak menggunakan Tidak menggunakan


peralatan listrik pada peralatan listrik pada
kondisi tangan yang kondisi tangan yang
basah basah

Benda tajam Pisau bedah, jarum Tertusuk benda 4 3 12 Bermakna Penerapan teknik 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penerapan teknik Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
atau benda tajam tajam penggunaan jarum pengendalian penggunaan jarum dibantu 2017
lain yang digunakan suntik yang baik dan dalam waktu 6 suntik yang baik dan oleh Tim K3
untuk operasi Penularan penyakit benar bulan benar Fasilitas
melalui benda tajam Pelayanan
yang kontak Tidak menggunakan Tidak menggunakan Kesehatan
langsung dengan 2 tangan saat 2 tangan saat
pasien menutup jarum suntik menutup jarum
yang telah digunakan suntik yang telah
digunakan
Prosedur kerja
penggunaan benda Prosedur kerja
tajam yang telah penggunaan benda
memasukkan aspek tajam yang telah
K3 memasukkan aspek
K3
Penggunaan sarung
tangan saat Penggunaan sarung
menggunakan benda tangan saat
tajam seperti jarum menggunakan
suntik benda tajam seperti
jarum suntik
Pembuangan jarum
suntik yang telah Pembuangan jarum
terpakai dalam suntik yang telah
wadah pembuangan terpakai dalam
yang telah diberi wadah pembuangan
tanda “infeksius” yang telah diberi
tanda “infeksius”

Kimia Bahan kimia, Gangguan saluran 3 5 15 Tinggi Prosedur 2 4 8 Bermakna Prioritas 2 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Oktober
misalnya gas pernapasan, iritasi pembersihan pengendalian pembersihan dibantu 2016
anestesi, kulit, kanker ruangan yang dalam waktu 3 ruangan yang oleh Tim K3
desinfektan, ethylene (ethylene oksida) memenuhi aspek K3 bulan memenuhi aspek K3 Fasilitas
oksida, atau bahan Pelayanan

51
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

kimia lain yang Pengukuran pajanan Pengukuran pajanan Kesehatan


digunakan pada saat bahan kimia bahan kimia
proses persiapan
operasi hingga Surveilans kesehatan Surveilans
pembersihan pekerja yang terpajan kesehatan pekerja
ruangan operasi bahan kimia yang terpajan bahan
kimia
Penggunaan alat
pelindung diri seperti Penggunaan alat
masker dan sarung pelindung diri seperti
tangan pada saat masker dan sarung
menggunakan tangan pada saat
desinfektan menggunakan
desinfektan

Biologi Mikroorganisme Penyakit infeksi/ 4 3 12 Bermakna Prosedur 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
yang berasal dari menular pemeriksaan pasien pengendalian pemeriksaan pasien dibantu 2017
udara (airborne), yang sudah dalam waktu 6 yang sudah oleh Tim K3
kontak dengan mempertimbangkan bulan mempertimbangkan Fasilitas
pasien (termasuk aspek K3 aspek K3 Pelayanan
kontak dengan darah Kesehatan
atau cairan tubuh Pembersihan Pembersihan
lainnya) ruangan secara ruangan secara
berkala berkala
menggunakan menggunakan
desinfektan desinfektan

Pengukuran Pengukuran
parameter biologi parameter biologi
(mikroorganisme) (mikroorganisme)
secara berkala secara berkala

Penggunaan APD Penggunaan APD


berupa masker berupa masker

Pertimbangkan Pertimbangkan
penggunaan air penggunaan air
purifier purifier

Ergonomi Postur tubuh yang Gangguan otot, 4 3 12 Bermakna Penggunaan tempat 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penggunaan tempat Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
janggal pada pada tulang dan rangka tidur/brankar yang pengendalian tidur/brankar yang dibantu 2017
saat melakukan adjustable dalam waktu 6 adjustable oleh Tim K3
operasi mengangkat bulan Fasilitas
dan memindahkan Prosedur kerja yang Prosedur kerja yang Pelayanan
pasien, mendorong mencakup teknik mencakup teknik Kesehatan
atau menarik tempat pengangkatan dan pengangkatan dan
tidur pasien, pemindahan pasien pemindahan pasien
keterbatasan ruang yang baik dan benar yang baik dan benar
kerja, penempatan serta memenuhi serta memenuhi
peralatan kerja yang kaidah ergonomi kaidah ergonomi
kurang ergonomis
Pemberian pelatihan Pemberian pelatihan
mengenai ergonomi mengenai ergonomi
bagi perawat bagi perawat

Pengangkatan pasien Pengangkatan


dilakukan oleh 2 – 3 pasien dilakukan

52
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

orang oleh 2 – 3 orang

Pelaksanaan Pelaksanaan
pengukuran faktor pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk risiko ergonomi
menilai risiko untuk menilai risiko
ergonomi ergonomi

Psikososial Sering kontak Stres kerja, cedera 4 3 12 Bermakna Pengaturan waktu 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
dengan pasien, kerja kerja dan istirahat pengendalian kerja dan istirahat dibantu 2017
bergilir (shift), beban dalam waktu 6 oleh Tim K3
kerja berlebih, Pengaturan shift bulan Pengaturan shift Fasilitas
ancaman secara fisik kerja kerja Pelayanan
Kesehatan
Pengaturan beban Pengaturan beban
kerja kerja

Prosedur Prosedur
penanganan pasien penanganan pasien

3 Pemeriksaan
Penunjang

Laboratorium Pencahayaan Tingkat Petugas Kelelahan mata 5 1 5 Sedang Pemasangan lampu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pemasangan lampu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
pencahayaan pengambil dengan intensitas pengendalian dengan intensitas
ruangan kurang atau sampel minimal 300 lux dalam waktu 1 minimal 300 lux
terlalu silau tahun
Petugas Penambahan lampu Penambahan lampu
analisis tambahan saat tambahan saat
sampel melakukan melakukan
pemeriksaan pasien pemeriksaan pasien
Petugas (jika diperlukan) (jika diperlukan)
pembersihan
peralatan dan Pemilihan lampu Pemilihan lampu
ruangan jenis TL, bukan jenis TL, bukan
downlight downlight

Perbaikan/pengganti Perbaikan/pengganti
an lampu yang rusak an lampu yang
rusak
Pengukuran
intensitas Pengukuran
pencahayaan secara intensitas
berkala pencahayaan
secara berkala

Suhu dan Suhu ruangan terlalu Ketidaknyamanan, 5 1 5 Sedang Pengaturan suhu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pengaturan suhu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
kelembaban dingin atau terlalu ruangan pada pengendalian ruangan pada
udara panas dehidrasi dan temperatur yang dalam waktu 1 temperatur yang
kelelahan (jika nyaman (18 – 24oC) tahun nyaman (18 – 24oC)
ruangan panas)
Memperhatikan Memperhatikan
sirkulasi udara di sirkulasi udara di
dalam ruangan dalam ruangan

Listrik Instalasi atau Tersengat listrik, 3 5 15 Tinggi Pemeriksaan 3 3 9 Bermakna Prioritas 2 Membutuhkan Pemeriksaan Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Oktober
penggunaan Kebakaran instalasi listrik secara pengendalian instalasi listrik dibantu 2016
peralatan listrik yang dalam waktu 3 oleh Tim K3

53
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

tidak standar SNI berkala bulan secara berkala Fasilitas


Pelayanan
Penggunaan Penggunaan Kesehatan
peralatan peralatan
listrik/elektronik yang listrik/elektronik yang
sesuai dengan sesuai dengan
Standar Nasional Standar Nasional
Indonesia (SNI) Indonesia (SNI)

Peletakan Peletakan
saklar/kabel/colokan saklar/kabel/colokan
listrik pada tempat listrik pada tempat
yang jauh dari yang jauh dari
kemungkinan terkena kemungkinan
cairan terkena cairan

Penggunaan 1 Penggunaan 1
colokan listrik hanya colokan listrik hanya
untuk 1 peralatan untuk 1 peralatan
elektronik elektronik

Tidak menggunakan Tidak menggunakan


peralatan listrik pada peralatan listrik pada
kondisi tangan yang kondisi tangan yang
basah basah

Radiasi Radiasi sinar pada Kelelahan mata 5 1 5 Sedang Pengaturan waktu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
komputer layar komputer kerja menggunakn pengendalian kerja menggunakn
komputer dalam waktu 1 komputer
tahun
Penggunaan screen Penggunaan screen
protector untuk protector untuk
mengurangi radiasi mengurangi radiasi
(jika diperlukan) (jika diperlukan)

Benda tajam Jarum suntik atau Tertusuk benda 4 3 12 Bermakna Penerapan teknik 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penerapan teknik Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
benda tajam lain tajam penggunaan jarum pengendalian penggunaan jarum dibantu 2017
yang digunakan suntik yang baik dan dalam waktu 6 suntik yang baik dan oleh Tim K3
untuk pengambilan Penularan penyakit benar bulan benar Fasilitas
sampel spesimen melalui benda tajam Pelayanan
tubuh pasien yang kontak Tidak menggunakan Tidak menggunakan Kesehatan
langsung dengan 2 tangan saat 2 tangan saat
pasien menutup jarum suntik menutup jarum
yang telah digunakan suntik yang telah
digunakan
Prosedur kerja
penggunaan benda Prosedur kerja
tajam yang telah penggunaan benda
memasukkan aspek tajam yang telah
K3 memasukkan aspek
K3
Penggunaan sarung
tangan saat Penggunaan sarung
menggunakan benda tangan saat
tajam seperti jarum menggunakan
suntik benda tajam seperti
jarum suntik
Pembuangan jarum

54
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

suntik yang telah Pembuangan jarum


terpakai dalam suntik yang telah
wadah pembuangan terpakai dalam
yang telah diberi wadah pembuangan
tanda “infeksius” yang telah diberi
tanda “infeksius”

Kimia Bahan kimia yang Gangguan saluran 3 3 9 Bermakna Prosedur 2 2 4 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
digunakan untuk pernapasan, iritasi pembersihan pengendalian pembersihan dibantu 2017
analisis sampel kulit ruangan yang dalam waktu 6 ruangan yang oleh Tim K3
spesimen tubuh memenuhi aspek K3 bulan memenuhi aspek K3 Fasilitas
pasien seperti Pelayanan
pelarut dan Pengukuran pajanan Pengukuran pajanan Kesehatan
formaldehid, serta bahan kimia bahan kimia
desinfektan untuk
membersihkan Surveilans kesehatan Surveilans
ruangan. pekerja yang terpajan kesehatan pekerja
bahan kimia yang terpajan bahan
Toner mesin fotokopi kimia
atau tinta printer Penggunaan alat
pelindung diri seperti Penggunaan alat
masker dan sarung pelindung diri seperti
tangan pada saat masker dan sarung
menggunakan tangan pada saat
desinfektan menggunakan
desinfektan

Biologi Mikroorganisme Penyakit infeksi/ 4 3 12 Bermakna Prosedur 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
yang berasal dari menular pemeriksaan pasien pengendalian pemeriksaan pasien dibantu 2017
udara (airborne), yang sudah dalam waktu 6 yang sudah oleh Tim K3
kontak dengan mempertimbangkan bulan mempertimbangkan Fasilitas
pasien (termasuk aspek K3 aspek K3 Pelayanan
kontak dengan darah Kesehatan
atau cairan tubuh Pembersihan Pembersihan
lainnya) ruangan secara ruangan secara
berkala berkala
menggunakan menggunakan
desinfektan desinfektan

Pengukuran Pengukuran
parameter biologi parameter biologi
(mikroorganisme) (mikroorganisme)
secara berkala secara berkala

Penggunaan APD Penggunaan APD


berupa masker berupa masker

Pertimbangkan Pertimbangkan
penggunaan air penggunaan air
purifier purifier

Ergonomi Postur tubuh yang Gangguan otot, 4 3 12 Bermakna Penggunaan tempat 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penggunaan tempat Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
janggal pada tulang dan rangka tidur/brankar yang pengendalian tidur/brankar yang dibantu 2017
mengambil sampel adjustable dalam waktu 6 adjustable oleh Tim K3
spesimen tubuh bulan Fasilitas
pasien, terlalu Prosedur kerja yang Prosedur kerja yang Pelayanan
lama/sering bekerja mencakup teknik mencakup teknik Kesehatan
dalam posisi duduk, pengangkatan dan pengangkatan dan

55
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

terlalu lama/sering pemindahan pasien pemindahan pasien


mengetik yang baik dan benar yang baik dan benar
menggunakan serta memenuhi serta memenuhi
komputer, kaidah ergonomi kaidah ergonomi
keterbatasan ruang
kerja, penempatan Pemberian pelatihan Pemberian pelatihan
peralatan kerja yang mengenai ergonomi mengenai ergonomi
kurang ergonomis bagi perawat bagi perawat

Pengangkatan pasien Pengangkatan


dilakukan oleh 2 – 3 pasien dilakukan
orang oleh 2 – 3 orang

Pelaksanaan Pelaksanaan
pengukuran faktor pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk risiko ergonomi
menilai risiko untuk menilai risiko
ergonomi ergonomi

Psikososial Sering kontak Stres kerja, cedera 4 3 12 Bermakna Pengaturan waktu 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
dengan pasien, kerja kerja dan istirahat pengendalian kerja dan istirahat dibantu 2017
bergilir (shift), beban dalam waktu 6 oleh Tim K3
kerja berlebih, Pengaturan shift bulan Pengaturan shift Fasilitas
ancaman secara fisik kerja kerja Pelayanan
Kesehatan
Pengaturan beban Pengaturan beban
kerja kerja

Prosedur Prosedur
penanganan pasien penanganan pasien

Radiologi Radiasi Radiasi sinar-X dari Ahli radiologi Kemandulan, 3 5 15 Tinggi Prosedur kerja 3 4 12 Bermakna Prioritas 2 Membutuhkan Prosedur kerja Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Oktober
peralatan kanker darah radiasi yang pengendalian radiasi yang dibantu 2016
pemeriksaan Radioterapist (leukemia) memenuhi aspek K3 dalam waktu 3 memenuhi aspek K3 oleh Tim K3
radiologi bulan Fasilitas
Radiografer Pengaturan jarak dan Pengaturan jarak Pelayanan
waktu kerja bagi dan waktu kerja bagi Kesehatan
Perawat radioterapist dan radioterapist dan
radiografer radiografer
Petugas
kebersihan Pengukuran pajanan Pengukuran pajanan
radiasi di lingkungan radiasi di lingkungan
dan dosis radiasi dan dosis radiasi
pada pekerja pada pekerja

Penggunaan film Penggunaan film


badge bagi badge bagi
radiografer atau radiografer atau
radiologist radiologist

Penggunaan alat Penggunaan alat


proteksi radiasi proteksi radiasi

Pemeriksaan Pemeriksaan
kesehatan khusus kesehatan khusus
bagi pekerja yang bagi pekerja yang
terpajan radiasi terpajan radiasi

56
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

Pencahayaan Tingkat Kelelahan mata 5 1 5 Sedang Pemasangan lampu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pemasangan lampu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
pencahayaan dengan intensitas pengendalian dengan intensitas
ruangan kurang atau minimal 300 lux dalam waktu 1 minimal 300 lux
terlalu silau tahun
Penambahan lampu Penambahan lampu
tambahan saat tambahan saat
melakukan melakukan
pemeriksaan pasien pemeriksaan pasien
(jika diperlukan) (jika diperlukan)

Pemilihan lampu Pemilihan lampu


jenis TL, bukan jenis TL, bukan
downlight downlight

Perbaikan/pengganti Perbaikan/pengganti
an lampu yang rusak an lampu yang
rusak
Pengukuran
intensitas Pengukuran
pencahayaan secara intensitas
berkala pencahayaan
secara berkala

Suhu dan Suhu ruangan terlalu Ketidaknyamanan, 5 1 5 Sedang Pengaturan suhu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pengaturan suhu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
kelembaban dingin atau terlalu ruangan pada pengendalian ruangan pada
udara panas dehidrasi dan temperatur yang dalam waktu 1 temperatur yang
kelelahan (jika nyaman (18 – 24oC) tahun nyaman (18 – 24oC)
ruangan panas)
Memperhatikan Memperhatikan
sirkulasi udara di sirkulasi udara di
dalam ruangan dalam ruangan

Listrik Instalasi atau Tersengat listrik, 3 5 15 Tinggi Pemeriksaan 3 3 9 Bermakna Prioritas 2 Membutuhkan Pemeriksaan Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Oktober
penggunaan Kebakaran instalasi listrik secara pengendalian instalasi listrik dibantu 2016
peralatan listrik yang berkala dalam waktu 3 secara berkala oleh Tim K3
kurang baik bulan Fasilitas
Penggunaan Penggunaan Pelayanan
peralatan peralatan Kesehatan
listrik/elektronik yang listrik/elektronik yang
sesuai dengan sesuai dengan
Standar Nasional Standar Nasional
Indonesia (SNI) Indonesia (SNI)

Peletakan Peletakan
saklar/kabel/colokan saklar/kabel/colokan
listrik pada tempat listrik pada tempat
yang jauh dari yang jauh dari
kemungkinan terkena kemungkinan
cairan terkena cairan

Penggunaan 1 Penggunaan 1
colokan listrik hanya colokan listrik hanya
untuk 1 peralatan untuk 1 peralatan
elektronik elektronik

Tidak menggunakan Tidak menggunakan


peralatan listrik pada peralatan listrik pada
kondisi tangan yang kondisi tangan yang

57
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

basah basah

Kimia Desinfektan yang Gangguan saluran 3 3 9 Bermakna Prosedur 2 2 4 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
digunakan untuk pernapasan, iritasi pembersihan pengendalian pembersihan dibantu 2017
membersihkan kulit ruangan yang dalam waktu 6 ruangan yang oleh Tim K3
ruangan memenuhi aspek K3 bulan memenuhi aspek K3 Fasilitas
Pelayanan
Pengukuran pajanan Pengukuran pajanan Kesehatan
bahan kimia bahan kimia

Surveilans kesehatan Surveilans


pekerja yang terpajan kesehatan pekerja
bahan kimia yang terpajan bahan
kimia
Penggunaan alat
pelindung diri seperti Penggunaan alat
masker dan sarung pelindung diri seperti
tangan pada saat masker dan sarung
menggunakan tangan pada saat
desinfektan menggunakan
desinfektan

Biologi Mikroorganisme Penyakit infeksi/ 4 3 12 Bermakna Prosedur 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
yang berasal dari menular pemeriksaan pasien pengendalian pemeriksaan pasien dibantu 2017
udara (airborne), yang sudah dalam waktu 6 yang sudah oleh Tim K3
kontak dengan mempertimbangkan bulan mempertimbangkan Fasilitas
pasien (termasuk aspek K3 aspek K3 Pelayanan
kontak dengan darah Kesehatan
atau cairan tubuh Pembersihan Pembersihan
lainnya) ruangan secara ruangan secara
berkala berkala
menggunakan menggunakan
desinfektan desinfektan

Pengukuran Pengukuran
parameter biologi parameter biologi
(mikroorganisme) (mikroorganisme)
secara berkala secara berkala

Penggunaan APD Penggunaan APD


berupa masker berupa masker

Pertimbangkan Pertimbangkan
penggunaan air penggunaan air
purifier purifier

Ergonomi Postur tubuh yang Gangguan otot, 4 3 12 Bermakna Penggunaan tempat 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penggunaan tempat Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
janggal pada saat tulang dan rangka tidur/brankar yang pengendalian tidur/brankar yang dibantu 2017
bekerja, mengangkat adjustable dalam waktu 6 adjustable oleh Tim K3
dan memindahkan bulan Fasilitas
pasien, Prosedur kerja yang Prosedur kerja yang Pelayanan
mendorong/menarik mencakup teknik mencakup teknik Kesehatan
pasien/peralatan pengangkatan dan pengangkatan dan
pemeriksaan, pemindahan pasien pemindahan pasien
penempatan yang baik dan benar yang baik dan benar
peralatan kerja yang serta memenuhi serta memenuhi
kurang ergonomis kaidah ergonomi kaidah ergonomi

58
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

Pemberian pelatihan Pemberian pelatihan


mengenai ergonomi mengenai ergonomi
bagi perawat bagi perawat

Pengangkatan pasien Pengangkatan


dilakukan oleh 2 – 3 pasien dilakukan
orang oleh 2 – 3 orang

Pelaksanaan Pelaksanaan
pengukuran faktor pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk risiko ergonomi
menilai risiko untuk menilai risiko
ergonomi ergonomi

Psikososial Sering kontak Stres kerja, cedera 4 3 12 Bermakna Pengaturan waktu 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
dengan pasien, kerja kerja dan istirahat pengendalian kerja dan istirahat dibantu 2017
bergilir (shift), beban dalam waktu 6 oleh Tim K3
kerja berlebih, Pengaturan shift bulan Pengaturan shift Fasilitas
ancaman secara fisik kerja kerja Pelayanan
Kesehatan
Pengaturan beban Pengaturan beban
kerja kerja

Prosedur Prosedur
penanganan pasien penanganan pasien

4 Administrasi Pencahayaan Tingkat Petugas Kelelahan mata 5 1 5 Sedang Pemasangan lampu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pemasangan lampu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
pasien pencahayaan administrasi dengan intensitas pengendalian dengan intensitas
ruangan kurang atau minimal 300 lux dalam waktu 1 minimal 300 lux
terlalu silau tahun
Penambahan lampu Penambahan lampu
tambahan saat tambahan saat
melakukan melakukan
pemeriksaan pasien pemeriksaan pasien
(jika diperlukan) (jika diperlukan)

Pemilihan lampu Pemilihan lampu


jenis TL, bukan jenis TL, bukan
downlight downlight

Perbaikan/pengganti Perbaikan/pengganti
an lampu yang rusak an lampu yang
rusak
Pengukuran
intensitas Pengukuran
pencahayaan secara intensitas
berkala pencahayaan
secara berkala

Suhu dan Suhu ruangan terlalu Ketidaknyamanan, 5 1 5 Sedang Pengaturan suhu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pengaturan suhu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
kelembaban panas atau terlalu ruangan pada pengendalian ruangan pada
udara dingin dehidrasi dan temperatur yang dalam waktu 1 temperatur yang
kelelahan (jika nyaman (18 – 24oC) tahun nyaman (18 – 24oC)
ruangan panas)
Memperhatikan Memperhatikan
sirkulasi udara di sirkulasi udara di
dalam ruangan dalam ruangan

59
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

Radiasi Radiasi sinar pada Kelelahan mata 5 1 5 Sedang Pengaturan waktu 3 1 3 Rendah Prioritas 4 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Juli 2017
komputer layar komputer kerja menggunakn pengendalian kerja menggunakn
komputer dalam waktu 1 komputer
tahun
Penggunaan screen Penggunaan screen
protector untuk protector untuk
mengurangi radiasi mengurangi radiasi
(jika diperlukan) (jika diperlukan)

Listrik Instalasi atau Tersengat listrik, 3 5 15 Tinggi Pemeriksaan 3 3 9 Bermakna Prioritas 2 Membutuhkan Pemeriksaan Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Oktober
penggunaan Kebakaran instalasi listrik secara pengendalian instalasi listrik dibantu 2016
peralatan listrik yang berkala dalam waktu 3 secara berkala oleh Tim K3
kurang baik bulan Fasilitas
Penggunaan Penggunaan Pelayanan
peralatan peralatan Kesehatan
listrik/elektronik yang listrik/elektronik yang
sesuai dengan sesuai dengan
Standar Nasional Standar Nasional
Indonesia (SNI) Indonesia (SNI)

Peletakan Peletakan
saklar/kabel/colokan saklar/kabel/colokan
listrik pada tempat listrik pada tempat
yang jauh dari yang jauh dari
kemungkinan terkena kemungkinan
cairan terkena cairan

Penggunaan 1 Penggunaan 1
colokan listrik hanya colokan listrik hanya
untuk 1 peralatan untuk 1 peralatan
elektronik elektronik

Tidak menggunakan Tidak menggunakan


peralatan listrik pada peralatan listrik pada
kondisi tangan yang kondisi tangan yang
basah basah

Kimia Desinfektan yang Gangguan saluran 3 3 9 Bermakna Prosedur 2 2 4 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
digunakan untk pernapasan, iritasi pembersihan pengendalian pembersihan dibantu 2017
membersihkan kulit ruangan yang dalam waktu 6 ruangan yang oleh Tim K3
ruangan memenuhi aspek K3 bulan memenuhi aspek K3 Fasilitas
Pelayanan
Debu Pengukuran pajanan Pengukuran pajanan Kesehatan
bahan kimia bahan kimia
Toner mesin fotokopi
atau tinta printer Surveilans kesehatan Surveilans
pekerja yang terpajan kesehatan pekerja
bahan kimia yang terpajan bahan
kimia
Penggunaan alat
pelindung diri seperti Penggunaan alat
masker dan sarung pelindung diri seperti
tangan pada saat masker dan sarung
menggunakan tangan pada saat
desinfektan menggunakan
desinfektan

60
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

Biologi Mikroorganisme Penyakit infeksi/ 4 3 12 Bermakna Prosedur 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Prosedur Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
yang berasal dari menular pemeriksaan pasien pengendalian pemeriksaan pasien dibantu 2017
udara (airborne) yang sudah dalam waktu 6 yang sudah oleh Tim K3
mempertimbangkan bulan mempertimbangkan Fasilitas
aspek K3 aspek K3 Pelayanan
Kesehatan
Pembersihan Pembersihan
ruangan secara ruangan secara
berkala berkala
menggunakan menggunakan
desinfektan desinfektan

Pengukuran Pengukuran
parameter biologi parameter biologi
(mikroorganisme) (mikroorganisme)
secara berkala secara berkala

Penggunaan APD Penggunaan APD


berupa masker berupa masker

Pertimbangkan Pertimbangkan
penggunaan air penggunaan air
purifier purifier

Ergonomi Postur tubuh yang Gangguan otot, 4 3 12 Bermakna Penggunaan tempat 2 3 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Penggunaan tempat Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
janggal pada saat tulang dan rangka tidur/brankar yang pengendalian tidur/brankar yang dibantu 2017
bekerja, terlalu adjustable dalam waktu 6 adjustable oleh Tim K3
lama/sering bekerja bulan Fasilitas
dalam posisi duduk, Prosedur kerja yang Prosedur kerja yang Pelayanan
terlalu lama/sering mencakup teknik mencakup teknik Kesehatan
mengetik pengangkatan dan pengangkatan dan
menggunakan pemindahan pasien pemindahan pasien
komputer, yang baik dan benar yang baik dan benar
keterbatasan ruang serta memenuhi serta memenuhi
kerja, penempatan kaidah ergonomi kaidah ergonomi
peralatan kerja yang
kurang ergonomis Pemberian pelatihan Pemberian pelatihan
mengenai ergonomi mengenai ergonomi
bagi perawat bagi perawat

Pengangkatan pasien Pengangkatan


dilakukan oleh 2 – 3 pasien dilakukan
orang oleh 2 – 3 orang

Pelaksanaan Pelaksanaan
pengukuran faktor pengukuran faktor
risiko ergonomi untuk risiko ergonomi
menilai risiko untuk menilai risiko
ergonomi ergonomi

Psikososial Sering kontak Stres kerja, cedera 4 3 12 Bermakna Pengaturan waktu 3 2 6 Sedang Prioritas 3 Membutuhkan Pengaturan waktu Pimpinan IGD Tim K3 IGD 19 Januari
dengan pasien, kerja kerja dan istirahat pengendalian kerja dan istirahat dibantu 2017
bergilir (shift), beban dalam waktu 6 oleh Tim K3
kerja berlebih, Pengaturan shift bulan Pengaturan shift Fasilitas
ancaman secara fisik kerja kerja Pelayanan
Kesehatan
Pengaturan beban Pengaturan beban
kerja kerja

61
Pedoman
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Risiko Tindakan Risiko Nilai Jangka


Bahaya yang Pekerja yang Nilai Level Level Prioritas Penanggung Tanggal
No Proses Kerja Deskripsi Bahaya Konsekuensi Pengendalian yang Risiko Waktu Pengendalian Pelaksana
Teridentifikasi Terpajan Risiko Risiko Risiko Sisa Pengendalian Jawab Penyelesaian
P C Sudah Diterapkan P C Sisa Pengendalian

Prosedur Prosedur
penanganan pasien penanganan pasien

62

Anda mungkin juga menyukai