BIDANG KEGIATAN:
PKM-P
Diusulkan oleh:
Windy Andriati Lubis 20130350083 Angkatan 2013
Nazariah Putri 20140350067 Angkatan 2014
Erfan Abdissalam 20150350062 Angkatan 2015
Mia Claudya 20150350033 Angkatan 2015
Nuariska Laila Ramadhani 20160350031 Angkatan 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang akan
dibahas adalah sebagai berikut :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode DPPH merupakan metode yang mudah, cepat dan sensitif untuk
pengujian aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman (Koleva,
2002). Karena adanya elektron yang tidak berpasangan, DPPH memberikan
serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm. Ketika elektronnya menjadi
berpasangan oleh keberadaan penangkap radikal bebas, maka absorbansinya
menurun sesuai stokiometri sesuai jumlah elektron yang diambil. Keberadaan
senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi
kuning (Dehpour et al, 2009). Untuk penentuan nilai IC50 suatu sampel untuk
mengoptimasi metode yang digunakan. Optimasi metode berupa penentuan OT
(Operating Time) dan panjang maksimum. Tingkat kekuatan antioksidan senyawa
uji menggunakan metode DPPH dapat digolongkan menurut nilai IC50 (Armala,
2009).
G. Docking Molekuler
Docking molekuler adalah metode komputasi yang bertujuan untuk meniru
peristiwa interaksi ligan dan protein target (Motiejunas dan Wade, 2006). Di
dalam penambatan molekul, molekul ligan ditambatkan pada situs aktif atau situs
tambat dari suatu protein yang sedang diam (statik), dengan menyertakan molekul
ko-faktor dan H2O di dalamnya atau tidak. Dari sini, diperoleh data mengenai
posisi dan orientasi ligan-ligan itu di dalam situs aktif atau situs tambat tersebut.
Dari data ini, dapat disimpulkan gugus-gugus fungsional ligan yang penting untuk
interaksinya, sehingga tidak boleh dihilangkan dan gugus-gugus fungsionalnya
yang dapat ditingkatkan kekuatan interaksinya. Informasi ini menjadi petunjuk
untuk modifikasi ligan tersebut. Dengan adanya petunjuk tersebut, modifikasi
ligan dan uji In Vitro turunan-turunannya dapat berlangsung secara efisien.
10
Interaksi ligan dengan protein di atas terjadi hanya apabila terdapat kecocokan
(fit) bentuk dan volume di antara molekul ligan dan situs aktif atau situs tambat
protein tersebut (Motiejunas dan Wade, 2006). Selain itu, gugus-gugus fungsional
pada molekul ligan itu harus berada pada posisi yang memadai dari asam-asam
amino yang menjadi pasangannya pada situs aktif atau situs tambat tersebut
(Schneider dan Baringhaus, 2008). kecocokan di antara molekul ligan dan situs
aktif atau situs tambat proteinnya adalah demikian spesifik, bagaikan kecocokan
lubang kunci dengan anak kuncinya (lock-and-key) (Motiejunas dan Wade, 2006).
Untuk menuju kecocokan ini, situs aktif atau situs tambat mendesak
(menginduksi) pengubahan konformasi ligan (Foloppe dan Chen, 2009;
Motiejunas dan Wade, 2006). Pada saat kecocokan tercapai, maka konformasi
yang dianut oleh molekul ligan dinamakan konformasi bioaktif (Schneider dan
Baringhaus, 2008). Untuk rangkaian posisi gugus fungsional yang penting dari
ligan pada konformasi bioaktif itu dinamakan farmakofor (Alvarez dan Shoichet,
2005).
11
BAB III
METODE PENELITIAN
yang baru dengan co-solvent DMSO dan diinkubasi pada 37oC dalam inkubator
CO2 5% selama 48 jam. Pada akhir inkubasi, media dan ekstrak dibuang
kemuadian sel dicuci dengan PBS. Pada masing-masing sumuran, ditambahkan
100 µL media kultur dan 10 µL MTT 5 mg/mL. Sel diinkubasi kembali selama 4-
6 jam dalam ink ubator CO2 5% 37oC. Reaksi MTT dihentikan dengan HCL 4N-
isopropanol (1:100), digoyang diatas shaker selama 10 menit. Serapan dibaca
dengan ELISA reader (Bencmark Bio Rad) pada panjang gelombang 595 nm.
Uji Antibakteri
Pembuatan media Mc. Konkey untuk bakteri Streptococcus Aureus, lalu
pembuatan kertas cakram dengan diameter 6 mm dibuat dari kertas saring
Whatman, seluruh alat dan kertas cakram di autoklaf pada suhu 121˚C selama 15
menit, lalu dilakukan suspense bakteri dengan mengembangkan bakteri pada
media NaCl 0.9% sebanyak 1 ml lalu diinkubasi selama 2 jam, selanjutnya ambil
bakteri yang sudah dikembangkan ditambahkan pada media BHI sebanyak 9 ml.
Uji bakteri dilakukan dengan mengoles dengan ose bakteri pada media Mc.
Konkey lalu kertas cakram yang sudah direndam pada FNB dengan konsentrasi
100%, 75%, 50% dan 25% serta kontrol positif berupa Ciprofloksasin Inj.
Diletakkan pada media lalu diinkubasi selama 24 jam yang selanjutnya diamati
diameter hambatnya.
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS
Sinar UV UV Sinar UV UV
tampak 254 366 tampak 254 366
Gambar 2. Profil Kromatografi Lapis Tipis FNB
Senyawa flavonoid akan berpendar pada UV 254 dengan warna kuning
atau ungu, beberapa senyawa flavonoid akan berpendar biru, sedangkan pada UV
366 fluoresensinya tergantung jenis semprot yang digunakan. Berdasarkan profil
kromatografi lapis tipis, senyawa flavonoid terdapat pada bercak nomor 4 dan 5
dengan warna pendaran ungu muda berupa flavonoid glikosida seperti quersetin
glikosida.
0
0 100 200 300 400 500 600
Konsentrasi (µg/ml)
100
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Gambar 4. Grafik Hasil Uji Sitotoksik Fraksi N-Heksan Bandotan terhadap Sel
Kanker Payudara MCF-7
18
Pada uji sitotoksik fraksi n-heksan bandotan memiliki potensi lemah untuk
menghambat sel kanker payudara MCF-7 dengan nilai IC50 sebesar 306 μg/ml.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Senyawa yang terkandung dalam fraksi n-heksan herba bandotan
(Ageratum conyzoides L.) adalah flavonoid.
b. Fraksi n-heksan herba bandotan (Ageratum conyzoides L.) memiliki
aktivitas antioksidan yang lemah terhadap DPPH dengan IC50 sebesar 694
μg/ml.
c. Aktivitas fraksi n-heksan herba bandotan (Ageratum conyzoides L.)
sebagai agen sitotoksik terhadap sel kanker payudara.MCF-7 memiliki
potensi yang lemah dengan IC50 sebesar 306 μg/ml.
d. Mengetahui fraksi n-heksan herba bandotan (Ageratum conyzoides L.)
memiliki efek antibakteri yang lemah terhadap bakteri S. Aureus dengan
nilai DZI berbanding lurus dengan konsentrasi FNB.
e. Senyawa kaempferol pada herba bandotan (Ageratum conyzoides L.)
sebagai agen kemopreventif dengan analisis docking molekuler pada
protein HER-2 memiliki potensi yang kuat dengan skor docking -6.9 dan
senyawa ageratochromen dimer pada protein Nf-Kb lebih baik disbanding
doxorubicin dengan skor docking -8.5
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adebayo, AH, Zeng, GZ, Fan, JT, Ji, CJ, He, WJ, Xu, JJ, Zhang, YM,
Akindahusni, AA, Kela, R & Tan, NH. 2010. Biochemical,
Haematological and Histophatological Studies of Extract of Ageratum
conyzoides L. in Sparague Dawley Rats. J Med Plant Res, Vol 4, no 21,
pp. 2264, 2265.
Alvarez, J., & Shoichet, B. (Eds.). 2005. Virtual Screening in Drug Discovery.
Taylor and Francis.
Anonim. 2009. Kromatografi Lapis Tipis. http/www.chem
istry.org/materi_kimia/instrument_analisis/kromatografi1/kromatografi_la
pis_tipis/.
Anonim. 2012. www.p1999.com/english/newsinfor.php?id=382&newclass=1
diakses pada 9 Mei 2016.
Apak, R, Guclu, Demirata, Celik & Berker. 2007. Comparative evaluation of
various total antioxidant capacity assay applied to phenolic compounds
with the CUPPRAC assay. Molecules 12, pp.1496-1547.
Armala, M. 2009. Daya Antioksidan Fraksi Air Ekstrak Herba Kenikir (Cosmos
caudatus H.B.K.) dan Profil KLT. Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Farmasi
Universitas Islam Indonesia.
Boyle, N., Banck, M., James, C., Morley, C., van der Meersch, T., & Hutchison,
G. R. 2011. Open Babel: An Open Chemical Toolbox. Journal of
Cheminformatics.
Brasseur, T and Angenot L. 1986. Flavonol Glycosides from Leaves of Phlomis
lychnitys. Phytochemistry.
Da’i, M., Meiyanto, E., and Supardjan, A.M. 2004. Antiproliferative effect of
Pentagamavunon-0 on Myeloma cells. Sains kesehatan.
Dalimartha S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Puspa Swara.
Dash, GK & Murthy, PN. 2011. Wound Healing Effects of Ageratum conyzoides
Linn. Int J Pharma Bio Sci, Vol 2, no. 2, pp 370, 376, 379.
Dehpour, A.A., Ebrahimzadeh, M.A., Fazel, N.S., dan Mohammad, N.S. 2009.
Antioxidant Activity of Methanol Extract of Ferula Assafoetida and Its
Essential Oil Composition, Grasas Aceites, 60(4), 405-412
Departemen Farmakologi dan Terapi. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi V.
Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Dirjen
POM Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Dirjen
POM Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Jakarta: Dirjen POM.
21
Zou,Y., Lu,Y. and Wei,D. 2004. Antioxidant Activity of Flavonoid Rich Extract of
Hypericum perforatum L. in Vitro. J.Agric.Food Chem.
23
LAMPIRAN
Lampiran 1. Penggunaan Dana
No. Tanggal Keterangan Jumlah Harga Satuan Masuk Keluar Saldo
HER-2
Ageratochromene
Dimer
26
Doxorubicin
Ageratochromene
Dimer
NF-kB
Doxorubicin
27
Kegiatan Penelitian
28
29