ABSTRACT
Protein is a source of energy in the body as well as builder substances and regulators. Biuret
protein assay method, determination of protein content based on measurement of light absorption by
bonding a purple colored complex. Anthocyanins have the ability to react either with acids or with bases.
Both test methods biuret and anthocyanins using a spectrophotometer. Spectrophotometri is a
measurement of the absorption of light energy by a molecule at a particular wavelength. Purpose of this
lab is to determine levels of anthocyanin and protein samples. Average anthocyanins duplo content of 0
% is 6.3815, 10 % is 5.06375 %, and 20 % is 4.9468 %. Average protein content koro benguk peanut is
27,67%.
Keywords: Anthocyanins, Biuret, Protein, Spectrophotometer
PENDAHULUAN
Protein merupakan suatu zat makanan
yang sangat penting bagi tubuh karena zat ini
berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh
serta sebagai zat pembangun dan pengatur.
Protein adalah polimer dari asam amino yang
dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul
protein mengandung unsur-unsur C, H, O, N, P,
S, dan terkadang mengandung unsur logam
seperti besi dan tembaga (Winarno, 1992).
Protein merupakan suatu polipeptida
dengan BM yang sangat bervariasi dari 5000
sampai lebih dari satu juta karena molekul
protein yang besar, protein sangat mudah
mengalami perubahan fisis dan aktivitas
biologisnya. Banyak agensia yang menyebabkan
perubahan sifat alamiah dari protein seperti
panas, asam, basa, solven organik, garam, logam
berat, radiasi sinar radioaktif (Sudarmadji,
1996).
Oleh adanya kedua gugus tersebut asam
amino dalam larutan dapat membentuk ion yang
bermuatan positif dan juga bermuatan negatif
atau disebut juga ion amfoter (zwitterion).
Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH
Berfungsi untuk
memperbesar arus
yang dihasilkan oleh
detektor agar dapat
dibaca
oleh
indikator.
7. Indikator
Indikator
yang
digunakan
dapat
berupa
Recorder
ataupun Komputer.
Uji protein menggunakan metode
Biuret, penentuan kadar protein didasarkan pada
pengukuran serapan cahaya oleh ikatan
kompleks yang bewarna ungu. Hal ini terjadi
apabila protein bereaksi dengan tembaga dalam
suasana basa alkali. Reaksi ini dilakukan pada
suasana basa alkali, dalam hal ini digunakan
NaOH, basa kuat memiliki ion OH - yang tinggi
dalam larutan sehingga mampu mengikat ion H +
pada larutan tersebut. Ion H+ yang lebih reaktif
tersebut. Ion H+ yang lebih reaktif tersebut dapat
diikat dan takakan bereaksi dengan gugus
amino, dan ion Cu+2 dapat bereaksi dengan 4
gugus amino dari ikatan peptida protein.
Warna dari larutan protein berbeda-beda
dari berbagai konsentrasi. Semakin besar
konsentrasi yang digunakan maka semakin pekat
warna yang terbentuk, dan sebaliknya. Panjang
gelombang pada daerah 540 nm, maka radiasi
sinar yang kita pakai adalah sinar UV-Visual.
Secara kimia antosianin merupakan
turunan struktur aromatik tunggal, yaitu
sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen
sianidin dengan penambahan atau pengurangan
gugus hidroksil, metilasi dan glikosilasi
(Harborne 2005). Antosianin adalah senyawa
yang bersifat amfoter, yaitu memiliki
kemampuan untuk bereaksi baik dengan asam
maupun dengan basa. Dalam media asam
antosianin berwarna merah, dan pada media basa
berubah menjadi ungu dan biru (Man 1997).
Gambar 1. Rumus Struktur Antosianin
Spektrofotometri adalah pengukuran
absorbsi energi cahaya oleh suatu molekul pada
suatu panjang gelombang tertentu untuk tujuan
analisa kualitatif dan kuantitatif. Spektrofometri
sinar tampak mempunyai panjang gelombang
METODOLOGI
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian
adalah minuman serbuk bunga telang, kacang
koro benguk, larutan TCA 10%, pereaksi biuret,
etil eter, akuades, CuSO4.5 H2O, NaK, KI,
NaOH 0,2 N, BSA 5 mg/ml, KCl, HCl, Na
Asetat, dan HCl pH 1. Sedangkan alat-alat yang
digunakan adalah labu ukur, gelas kimia, tabung
sentrifugasi, sentrifugator, sfektrofotometer,
tabung reaksi, batang pengaduk, kuvet, dan
neraca analitik.
Preparasi Sampel
Disiapkan 1-2 gram sampel dalam 25ml
akuades lalu aliquot sebanyak 0,5 ml ditepatkan
menjadi 1 ml
dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 1 ml TCA 10% dan dilakukan
sentrifugasi 3000 ppm selama 10 menit. Tujuan
penambahan TCA yaitu untuk menghilangkan
residu-residu komponen lain selain protein,
A x BM x FP x 1000
xb
= Absorbansi
b
BM
FP
Sampel
%
pH
A510
A700
1,2
20%
1
4,
5
0,670
0,364
0,007
0,024
Kadar
antosianin
%
5,3889
1
3,5
0%
4,7,8
10%
9,10
20%
14,16
0%
15,20
10%
4,
5
1
4,
5
1
4,
5
1
4,
5
1
4,
5
1,122
0
0,632
0,019
0
0,032
0,850
0,459
0,009
0,021
6,724
0,668
0,399
0,016
0,017
4,5047
0,569
0,321
0,003
0,017
4,371
0,241
0,45
0,021
0,017
3,4035
8,3920
Kadar Protein
Penentuan
kadar
protein
ini
menggunakan
metode
biuret.
Sebelum
mengukur absorbansi sampe terlebih dahulu
dibuat kurva standar dengan menggunakan
larutan BSA (Bovine serum albumin) sebagai
protein yang telah diketahui konsentrasinya.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kurva Standar
BSA
Ppm (x)
Absorbansi (y)
0
0
250
0,044
500
0,118
750
0,185
1000
0,234
1250
0,303
1500
1750
0,386
0,439
KESIMPULAN
Semakin banyaknya kandungan gula
pada sampel, maka persen kadar antosianin pada
sampel akan semakin menurun. Sedangkan
semakin sedikit kandungan gula pada sampel,
maka persen kadar antosianin pada sampel akan
semakin meningkat. Rata-rata kadar protein
kacang koro benguk sebesar 27,67%.
DAFTAR PUSTAKA
Analisis.