ABSTRACT
Texture is one of the properties that affect product quality and consumer perception.
The purpose of this practice is to determine the working principles of the texture analyzer and
to determine the hardness of a sample. Hardness value of tofu is 1.8622 N, wafers is 64.0111 N,
meatball is 25.0612 N, crackers is 20.0362 N, bread is 19.3963 N, dodol is 17.0658 N, starfruit
is 10.1246 and jelly is 9.1676 N. Cohesiveness value of meatball is 0.7187, dodol is 7.08028,
jelly is 6.6061. Springiness value of jelly is 0.995086, meatball is 0.9320, and dodol is 0.8094.
Key Words: texture, texture analyzer, hardness.
PENDAHULUAN
Tekstur adalah salah satu dari sifat
kualitas yang mempengaruhi produk dan
persepsi konsumen. Tekstur bergantung
pada sifat fisika-kimia dari sampel dan
persepsi manusia. Bourne (1978) telah
mempublikasi secara luas tentang beberapa
aspek dari tekstur, yaitu pengukurannya dan
interpretasi dari data yang berhubungan
dengan tekstur dari makanan. Metode TPA
berbasis kompresi atau tekanan pada
sampel beserta alat texture analyzer
digunakan untuk menilai tekstur secara
objektif dengan probe berbentuk silindris
dengan diameter sekitar 35mm (Kim,
2014).
Tekstur dari makanan berhubungan
dengan konsistensi yang dapat dirasakan,
seperti: keras versus lembut, renyah atau
tidak, halus versus kental, dapat mengalir
atau menggumpal. Tekstur ditentukan dari
respon bahan makan terhadap gaya yang
diberikan. Tekstur dapat dirasakan ketika
bahan makan tersebut diaduk, dituang,
dipompa, ditarik, dan kemudian terakhir
dimakan. Karakteristik reologi dapat
berubah dengan variabel seperti suhu dan
kelembapan (Owusu, 2004).
Menurut deMan (2013), dalam
mempelajari tekstur makanan, telaah
METODOLOGI
Bahan
yang
digunakan
dalam
praktikum adalah dodol, bakso, jelly,
kerupuk, tahu, wafer, roti, dan belimbing.
Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah
texture analyzer, micrometer sekrup, probe,
laptop, dan pisau.
Analisis Tekstur
Tempatkan sampel di tengah stage.
Stage adalah tempat meletakkan sampel.
Diameter probe harus besar dari pada
diameter sampel agar sampel yang tertekan
tidak rusak. ukur compression test dan
puncture test. Catat parameternya. Buat
kurva dan tentukan parameter seperti
hardness, fracturability, cohesiveness,
adhesiveness, springiness. Tentukan nilai
stress.
Stress ( )=
F
A
Strain ( )=
L
Lo
Bakso
30
20
Force (N)
Bakso
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14
-10
Time (s)
Area 1 Bakso
30
20
Force (N)
10
0
Time (s)
Area 2 Bakso
25
20
f(x) = 10.97x - 103.86
R = 0.91
15
Force (N) 10
Bakso
Linear (Bakso)
5
0
10
11
12
Time (s)
Dodol
20
15
10
Dodol
Force (N)
5
0
0
10
12
14
-5
Time (S)
area 1
20
15
Force 10
Linear (area 1)
5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Time
area 2
12
10
8
Force
area 2
Linear (area 2)
4
2
0
0 f(x)
2 4
= 6 8 10 12
Time
-2
jelly
area1
10
8
6
Force
area1
Linear (area1)
2
0
0
Time
area2
10
8
Force
area2
Linear (area2)
f(x) = 2.51x - 24.06
2
0
8
10
12
Time
Tahu
3
2.5
2
Force (N)
1.5
Tahu 1
Tahu 2
0.5
0
0
-0.5
10
12
14
16
-1
Time (s)
Belimbing
15
10
Force
Belimbing
5
0
0
-5
500
1000
1500
2000
Time
Kerupuk
30
20
Kerupuk
10
0
-10
10
12
14
Roti
25
20
Roti
15
10
5
0
-5
10
12
14
wafer
70
60
50
wafer
40
30
20
10
0
-10 0
10
12
penyimpanan.
Sebagian
konsumen
menyatakan bahwa penurunan mutu wafer
yang
mudah
teridentifikasi
secara
organoleptik adalah tekstur wafer yang
mulai lembek (kerenyahan wafer menurun)
yang disebabkan penyerapan uap air oleh
wafer sehingga kadar air wafer meningkat.
Hasil pengujian terhadap tingkat hardness
wafer dapat dilihat pada Kurva 6,
menunjukkan bahwa nilai kekerasan wafer
tertinggi berada pada 64.0111 N. Jika
dibandingkan dengan nilai hardness pada
kerupuk yaitu 20.0362 N, nilai hardness
pada wafer jauh lebih tinggi. Nilai
kekerasan yang semakin meningkat
menggambarkan tekstur yang kurang
renyah si bandingkan produk yang memiliki
kekerasan lebih rendah. Tingkat kekerasan
dipengaruhi oleh derajat gelatinisasi, derajat
pengembangan, indeks kelarutan air dan
indeks penyerapan air. Derajat gelatinisasi
yang semakin tinggi akan menyebabkan
derajat pengembangan semakin tinggi,
sehingga
nilai
kekerasan
menurun
(Muchtadi dkk, 1988). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kerupuk lebih renyah
dari pada wafer.
KESIMPULAN
Nilai hardness tahu sebesar 1.8622 N,
wafer sebesar 64.0111 N, bakso sebesar
25.0612 N, kerupuk sebesar 20.0362 N, roti
sebesar 19.3963 N, dodol sebesar 17.0658
N, belimbing sebesar 10.1246 N, dan jelly
sebesar 9.1676 N. Nilai cohesiveness bakso
sebesar 0.7187, dodol sebesar 7.08028, jelly
sebesar 6.6061. Nilai springiness jelly
sebesar 0.995086, bakso sebesar 0.9320,
dan dodol sebesar 0.8094
DAFTAR PUSTAKA
Bourne, M. C. 1978. Texture Profile
Analysis. Food Technology 32: 62
66, 72.
Dasgupta, P., P. Chakraborty dan N. N.
Bala. 2013. Averrhoa carambola.
Intenational Journal of Pharma
Research and Riview, volume 2 (7):
54-63.
Perception.
Aspen
Gaithersbrug.
Publisher,