Anda di halaman 1dari 8

Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Protein Serta Nitrat Dalam Sarang

Burung Walet Putih (Collocolia fuciphaga)

Zara Syafitri Solihat


Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi Farmasi
Universitas Islam Bandung

Abstract

Swallow nest contains various useful chemical content. Protein is the most chemical content
in swallow nest. Beside useful chemical content, swallow nest contains nitrates that can harm
human body. This research was conducted to find out the levels of protein and nitrate in
white swallow nest. Qualitative determination of protein and nitrate were carried out by spot
test method. Whereas the determination of total protein levels was carried out using Kjeldahl
method by process destruction, distillation and titration. Then determination of nitrates used
UV-Vis spectrophotometer. Results showed that the average levels of protein in the white
swallow nest is 36% and nitrate 9.031 ppm and 1.525 ppm.
Keywords: White swallow nest, protein, nitrate, Kjeldahl method, UV-Vis spectrophotometer

PENDAHULUAN

Sarang burung walet dibangun dari air liur juga dapat digunakan sebagai sumber
burung walet yang kemudian mengeras energi apabila tubuh kita kekurangan
dan berwarna putih. Sarang burung walet karbohidrat dan lemak (Poedjiadi,
ini dipercaya mempunyai khasiat sebagai 1994:82).
obat kuat, obat penurun panas dan obat
penyakit paru-paru, namun hingga kini Selain mengandung beberapa senyawa
belum dapat dibuktikan secara ilmiah. kimia bermanfaat, ternyata dalam sarang
Menurut Direktorat Gizi, Departemen burung walet yang diimpor ke luar negeri
Kesehatan RI, 1979, Komposisi 100 gram sering ditemukan senyawa nitrat yang
sarang burung putih adalah kalori 281; kadarnya melebihi dari batas normal.
kadar air 24,8 g; protein 37,5 g; kalsium dimana WHO mentolelir kandungan nitrat
18,285 mg; karbohidrat 32,1 g; fospor 18,0 dalam makanan berjumlah 44 ppm
mg; lemak 0,3 g; besi 3,0 mg. Kandungan (Powlson, 2008).
kimia yang paling besar adalah protein,
yaitu sekitar 37,5%. Dengan demikian Nitrat dibentuk dari asam nitrit yang
sarang burung walet dianjurkan sebagai berasal dari amonia melalui proses
makanan sumber protein (zat pembangun) oksidasi katalitik. Sumber nitrat dalam
yang baik (Koswara, 2009). sarang burung walet tersebut dapat
disebabkan oleh kotoran feses dan urin
Protein merupakan komponen penting atau dari burung walet itu sendiri yang
komponen utama sel hewan atau manusia. mencemari sarang walet. Di dalam kotoran
Oleh karena sel itu merupakan pembentuk walet tersebut terdapat mikroba dimana
tubuh kita, maka protein yang terdapat mikroba dapat menguraikan nitrogen
dalam makanan berfungsi sebagai zat organik menjadi amonia, kemudian
utama dalam pembentukan dan dioksidasikan menjadi nitrat dan nitrit.
pertumbuhan tubuh. Disamping digunakan Oleh karena nitrit dapat mudah
untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein dioksidasikan menjadi nitrat, maka
kandungan nitrat dalam sarang walet akan ALAT
tinggi (Trawang, 2011).
Pipet volume, pipet tetes, tabung reaksi,
Apabila nitrat dan nitrit yang masuk timbangan, spatula, spektrofotometer UV-
bersamaan dengan makanan, maka Vis (Shimadzu UV-1800), gelas kimia,
banyaknya zat makanan akan menghambat labu ukur, Erlenmeyer, pipet ukur,
absorbsi dari kedua zat. Hal ini akan mikropipet, kertas saring, plat tetes, labu
mengakibatkan mikroba usus mengubah Kjeldahl, buret, klem, seperangkat alat
nitrat menjadi nitrit sebagai senyawa yang destilasi.
lebih berbahaya. Nitrit dapat bereaksi
dengan amina dan amida membentuk BAHAN
senyawa N-nitroso yang kebanyakan Sarang burung walet putih, akuadestilata,
bersifat karsinogenik. Nitrat dalam jumlah asam klorida, fenol, asam sulfat, besi (II)
besar dapat menyebabkan gangguan diare sulfat, difenilamin, natrium hidroksida,
campur darah disusul oleh konvulsi, koma asam borat, tembaga (II) sulfat, kalium
dan bila tidak tertolong akan meninggal. sulfat, indikator Tashiro (campuran 0,2%
Keracunan kronis dapat menyebabkan metil merah dalam alkohol dan 0,1%
depresi, sakit kepala. Metemoglobin metilen biru dalam alkohol), natrium
adalah hemoglobin yang di dalamnya ion karbonat, metil oranye.
Fe2+ diubah menjadi ion Fe3+ dan
kemampuannya untuk mengangkut PROSEDUR KERJA
oksigen telah berkurang dan menyebabkan
darah menjadi coklat. Metemoglobin dapat Pengumpulan bahan
terjadi apabila hemoglobin terpapar
oksidator termasuk nitrat (Ompusunggu, Sarang burung walet putih yang digunakan
2009). diperoleh dari peternakan burung walet
yang berada di daerah Jawa Barat, yaitu
Berdasarkan hal diatas, untuk mengetahui Bogor, Cianjur dan Sukabumi.
ada atau tidaknya kandungan nitrat dalam
sarang burung walet tersebut maka akan Penanganan sampel
dilakukan uji kualitatif menggunakan
Sarang dibersihkan terlebih dahulu dari
beberapa pereaksi dan uji kuantitatif
bulu dan kotoran burung yang menempel
menggunakan spektrofotometer. Selain itu,
pada sarang. Kemudian sampel
kandungan protein dalam sarang burung
dimasukkan ke dalam air panas sampai
walet dapat kemungkinan dijadikan suatu
sampel berbentuk kenyal dan tidak keras.
sediaan farmasi, namun sebelumnya
diperlukan penentuan kadar yang lebih
akurat dan presisi menggunakan metode
Kjeldahl dan uji kualitatif menggunakan Penetapan kadar protein pada sarang
metode Biuret. burung walet putih

METODOLOGI PENELITIAN 1. Analisis kualitatif (metode Biuret)


Larutan protein dibuat alkalis dengan
Tahap prosedur yang dilakukan meliputi NaOH 40% kemudian ditambahkan
pengumpulan bahan sarang burung walet larutan CuSO4 0,1%. Uji ini
putih, penanganan sampel sarang burung memberikan reaksi positif apabila
walet, uji kualitatif dan kuantitatif protein, timbul warna merah violet atau biru
uji kualitatif dan kuantitatif nitrat pada violet.
sarang burung walet putih.
2. Analisis kuantitatif (metode Kjeldahl) Panjang gelombang maksimum
Sampel sebanyak 1 g didekstruksi ditentukan dari larutan standar
dengan menambahkan 1 g garam KNO3 500 ppm yang diencerkan
Kjeldahl yang berupa campuran CuSO4 menjadi 20 ppm. Larutan KNO3 20
dan K2SO4 (1:10) yang berperan ppm dimasukkan ke dalam tabung
sebagai katalis. Kemudian ditambahkan reaksi sebanyak 2 mL kemudian
7 mL H2SO4 pekat dan 1 mL H2O2 ditambah 100 µL HCl 12 N dan 50
30%. Panaskan labu dengan µL larutan fenol 2%, kemudian
menggunakan pemanas elektrik atau larutan tersebut dikocok dan
heating mantel sampai larutan dalam ditambahkan 2,4 mL H2SO4 33,5 N
labu tersebut berubah warna sampai kemudian dikocok diamkan 10
warna hijau bening. Setelah larutan menit, kocok lagi dan ukur
hasil dekstruksi berubah warna, absorbansinya pada rentang 300-
dinginkan labu sampai asap yang timbul 600 nm.
dari larutan hasil dektruksi telah hilang. b. Pembuatan kurva kalibrasi KNO3
Kemudian larutan hasil dekstruksi Kurva kalibrasi dibuat dari larutan
tersebut diencerkan dengan akuades standar KNO3 500 ppm yang
sebanyak 70 mL. NH3 yang sudah diencerkan menjadi 6; 8; 10; 12; 14;
terikat dengan asam borat dititrasi oleh 16; 18 dan 20 ppm. Masing-masing
HCl, menggunakan indikator Tashiro konsentrasi diambil 2 mL dan
sampai berubah warna dari hijau dimasukkan ke dalam tabung reaksi
menjadi ungu. Hasil pengenceran dari kemudian ditambah 100 µL HCl 12
tahap dekstruksi dimasukan ke dalam N dan 50 µL larutan fenol 2%,
labu destilasi dan ditambah NaOH 30% kemudian larutan tersebut dikocok
untuk membebaskan NH3, kemudian dan ditambahkan 2,4 mL H2SO4
ditampung dalam 10 mL H3BO3 3% 33,5 N kemudian dikocok diamkan
sampai kurang lebih 75-80 mL. 10 menit, kocok lagi dan ukur
absorbansinya pada panjang
Penetapan kadar nitrat pada sarang gelombang maksimal yaitu 386,20
burung walet putih nm. Kemudian dibuat kurva
hubungan antara absorbansi (Y)
1. Uji kualitatif dengan konsentrasi KNO3.
Sampel direaksikan dengan difenilamin c. Penetapan kadar
dalam H2SO4 pekat. Jika sampel positif Kadar nitrat dalam sarang burung
mengandung nitrat maka akan terbentuk walet putih ditentukan dengan cara
warna biru tua. Selain itu, sampel menimbang sarang burung walet
direaksikan dengan H2SO4 encer dan putih sebanyak 0,5 g dalam 100 mL
FeSO4 padat dalam tabung reaksi, akuades dan diaduk hingga larut.
kemudian campuran tersebut dikocok. Dari larutan tersebut dipipet
Setelah itu tabung reaksi disimpan sebanyak 2 ml kemudian masukan
dalam keadaan miring lalu ditambahkan dalam tabung reaksi dan tambahkan
H2SO4 pekat, kemudian larutan tersebut 100 µL HCl 12 N dan 50 µL larutan
diamati, jika positif mengandung nitrat, fenol 2%, kemudian larutan tersebut
maka akan terbentuk lapisan cincin dikocok. Tambahkan 2,4 mL H2SO4
berwarna cokelat. 33,5 N kemudian kocok dan
diamkan selama 10 menit, kocok
2. Uji kuantitatif (spektrofotometer UV- lagi dan ukur absorbannya pada
Vis) panjang gelombang 386,20 nm.
a. Penetapan λ maksimal Sebagai larutan blangko digunakan
2 mL akuades ditambah dengan 100
µL HCl 12 N, 50 µL larutan fenol masing larutan dengan spektrofotometer
2% dan 2,4 mL H2SO4 33,5 N yang UV-Vis.
dicampur sama dengan larutan
sampel. Kemudian konsentrasi HASIL DAN PEMBAHASAN
nitrat dalam sampel dihitung dari
Hasil penentuan kadar protein
kurva kalibrasi. Selanjutnya
ditentukan kadar nitrat dalam sarang 1. Analisis kualitatif (metode Biuret)
burung walet putih. Dari hasil uji Biuret pada ketiga sampel,
terbentuk warna biru violet pada ketiga
Kinerja analitik sampel tersebut. Warna biru violet
1. Linieritas terjadi karena terbentuknya senyawa
Penentuan liniearitas suatu metoda komplek Cu pada gugus –CO dan –NH
dilakukan dengan cara membuat 8 buah pada asam amino dalam protein.
larutan standar KNO3 dengan
konsentrasi 6; 8; 10; 12; 14; 16; 18 dan 2. Analisis kuantitatif (metode Kjeldahl)
20 ppm. Selanjutnya dilakukan Penetapan kadar protein dalam sampel
pengukuran absorbansi untuk setiap sarang burung walet dengan
konsentrasi standar pada kondisi menggunakan metoda Kjeldahl, yang
optimum dan dibuat persamaan terdiri dari tiga tahap. Tahap yang
garisnya dengan metoda regresi liniear pertama adalah tahap dekstruksi. Tahap
(y = bx + a). ini merupakan proses untuk memecah
ikatan kimia yang terdapat dalam
2. LOD dan LOQ sampel sarang burung walet menjadi
LOD dan LOQ ditentukan berdasarkan senyawa yang lebih sederhana. Hasil
persamaan linier yang diperoleh pada akhir dari proses ini terbentuknya
uji liniearitas. LOD dan LOQ dihitung amonium sulfat (NH4)2SO4. Dimana
dari rerata kemiringan garis dan standar reaksi yang terjadi adalah:
deviasi kurva standar yang diperoleh, N organik + H2SO4  (NH4)2SO4 +
selanjutnya limit deteksi ditentukan dari H2O + CO2
hasil bagi antara 3 simpangan baku Kemudian masuk ke tahap kedua yaitu
standar deviasi dengan kemiringan garis proses destilasi. Proses ini merupakan
kurva standar. Sedangkan limit proses pemisahan amonia dari digestat
kuantitasi ditentukan dari hasil bagi yang dilakukan melalui peningkatan pH
antara 10 standar deviasi dengan dengan penambahan NaOH yang
kemiringan garis kurva standar. mengubah ion amonium NH4+ menjadi
gas NH3. Nitrogen dipisahkan dengan
3. Presisi mendestilasi gas amonia yang terbentuk
Larutan standar dan sampel yang telah dan mengumpulkannya di medium
disiapkan sesuai dengan prosedur penerima yaitu asam borat.
pembuatan larutan sampel kemudian (NH4)2SO4 + 2NaOH  2NH3 ↑ +
diukur dengan spektrofotometer UV-Vis Na2SO4 + 2H2O
sebanyak 6 kali ulangan. 2NH3 + 2H2O  2NH4OH
2NH4OH + 4H3BO3  (NH4)2B4O7 +
4. Akurasi 7H2O
Penentuan ketepatan (akurasi) Tahap yang terakhir adalah proses
dilakukan dengan membuat larutan titrasi. Tahap ini dilakukan untuk
standar dan sampel masing masing menentukan jumlah nitrogen dengan
sebanyak 6 buah pada konsentrasi yang cara mentitrasi kompleks amonium
sama, kemudian mengukur masing- borat dengan asam hidroklorida (HCl)
dengan adanya indikator Tashiro
(campuran metil merah dan metilen Sedangkan sampel ketiga tidak
biru). menunjukkan adanya cincin cokelat.
(NH4)2B4O7 + 2HCl + 5H2O → 2NH4Cl Adanya cincin cokelat dalam sampel
+ 4H3BO3 pertama dan kedua tidak terlalu jelas
NH3 + 2H3BO3 + HCl → NH4Cl + terlihat. Hal ini dikarenakan oleh
2H3BO3 keberadaan nitrat yang sangat sedikit
Hasil pengukuran protein pada sarang dalam sampel sarang burung walet.
burung walet putih dapat dilihat pada Cincin cokelat yang timbul disebabkan
tabel 1 berikut: karena terbentuknya [Fe(NO)]2+ seperti
yang terlihat dalam reaksi berikut:
Tabel 1 Hasil penentuan kadar protein dengan
metoda Kjeldahl
2NO3- + 4H2SO4 + 6Fe2+ → 6Fe3+ +
Kadar
2NO↑ + 4SO42- + 4H2O
Sampel
Berat sampel
Kadar
protein
protein
Kadar total
protein rata-
Fe2+ + NO↑ → [Fe(NO)]2+
(g) rata-rata
(% ) rata (% )
(% )

34,08
2. Uji kuantitatif nitrat
1 1,07 32,62 33,33 Hasil scanning dari larutan standar
33,29 KNO3 pada konsentrasi 6, 8, 10, 12,
43,08
2 1,05 37,58 39,20 36
14, 16, 18, 20 ppm didapatkan bahwa
36,95 panjang gelombang maksimum terjadi
34,91
pada panjang gelombang 386,2 nm.
3 1,06 36,18 35,47
35,32
Dari konsentrasi tersebut diperoleh
absorbansi seperti yang terdapat dalam
tabel 2.
Hasil penentuan kadar nitrat Tabel 2 Hasil absorbansi dari standar KNO3
pada λ 386,2 nm
1. Uji kualitatif nitrat
Analisis kualitatif nitrat dilakukan No
Konsentrasi Absorbansi
(x) (y)
dengan mereaksikan masing-masing
sampel dengan difenilamin dalam 1 6 0,235
2 8 0,363
H2SO4 pekat. Hasil positif ditunjukkan 3 10 0,407
dengan terbentuknya warna biru tua. 4 12 0,542
5 14 0,61
Namun dari hasil reaksi yang terjadi 6 16 0,778
antara ketiga sampel sarang burung 7 18 0,882

walet dengan difenilamin, hasil 8 20 0,975

reaksinya tidak menunjukkan


perubahan warna seperti yang terjadi
Dari tabel 2, dapat dibuat kurva
antara standar (KNO3) dengan
kalibrasi standar seperti pada Gambar 1
difenilamin.
dibawah ini:
Kemudian sampel sarang burung walet
direaksikan dengan H2SO4 encer dan y = 0,0533x - 0,094
FeSO4 padat dalam tabung reaksi, 1,5
R² = 0,9907
absorbansi

kemudian dikocok dan disimpan dalam 1


keadaan miring, setelah itu ditetesi
0,5
H2SO4 pekat. Hasil positif akan
keberadaan nitrat ditunjukkan dengan 0
terbentuknya cincin cokelat dalam 0 10 20 30
konsentrasi (ppm)
larutan tersebut. Dari ketiga sampel
Gambar 1 Kurva kalibrasi standar
sarang burung walet yang diuji, hanya
sampel pertama dan kedua yang Dari persamaan linier yang didapat dari
terdapat cincin cokelat dalam larutan. kurva kalibrasi, dapat ditentukan kadar
nitrat dalam sampel sarang burung UV-1800) untuk penentuan kadar
walet dengan terlebih dahulu KNO3 sebesar 1,542 ppm. Nilai ini
mengkonversikan kadar KNO3 menjadi menunjukkan bahwa sinyal antara nitrat
NO3-. Kadar nitrat dapat dilihat pada dan blangko dapat dibedakan pada
tabel 3 berikut: konsentrasi terendah 1,542 ppm.
Instrumen tidak dapat membedakan
Tabel 3 Hasil kadar nitrat dalam sarang burung
walet putih
sinyal antara blangko dan nitrat pada
konsentrasi dibawah nilai ini. Limit
Konsentrasi kuantitasi ditentukan untuk mengetahui
Konsentrasi Konsentrasi
Sampel Absorbansi rata-rata
KNOɜ (ppm) NOɜ (ppm) konsentrasi terendah yang dapat
(ppm)
ditentukan oleh suatu instrumen pada
0,686 14,634 8,983 tingkat ketelitian dan ketepatan yang
1 8,908
0,673 14,39 8,833 yang baik. Nilai limit kuantitasi
0,73 15,459 9,489 berdasarkan hasil penelitian adalah
2 9,155 5,142 ppm. Konsentrasi analit yang
0,672 14,371 8,822
0,038 2,477 1,52
terukur di bawah nilai ini memberikan
3
0,039 2,495 1,531
1,525 ketelitian dan ketepatan yang kurang
baik.

Dari hasil yang terdapat dari Tabel 3, 3. Presisi


dapat diketahui bahwa pada sampel Hasil perhitungan presisi dan akurasi
pertama dan kedua mengandung nitrat dapat dilihat pada tabel 4 berikut:
sebanyak 8,908 ppm dan 9,155 ppm.
Tabel 4 Hasil % RSD dan % perolehan kembali
Sedangkan pada sampel ketiga, hanya
mengandung nitrat sebanyak 1,525 % Perolehan
% RSD % RSD
ppm. Hasil ini berada pada rentang kembali rata-
Standar (% ) Sampel (% )
aman keberadaan nitrat dalam makanan. rata (% )
Dimana WHO mentolerir keberadaan
nitrat pada makanan dalam konsentrasi 0,3 1,7 103,8
44 ppm.
Dari hasil penelitian menunjukkan
Kinerja analitik
bahwa RSD (%) bernilai kurang dari
1. Linieritas 2%, yaitu 0,3% untuk nilai RSD larutan
Linearitas dinyatakan dengan koefisien standar KNO3 dan 1,7% untuk nilai
korelasi (r). Berdasarkan hasil RSD larutan sampel. Nilai RSD (%)
pengujian, diperoleh koefisien korelasi dibawah 2% menunjukkan bahwa galat
0,9907. Nilai koefisien korelasi yang acak yang berasal dari penyiapan
tinggi menunjukkan hubungan yang larutan tidak mempengaruhi hasil
linear antara sinyal detektor yang analisis secara nyata. Oleh sebab itu,
terukur dengan kandungan nitrat dalam spektrofotometer UV-Vis Shimadzu
sampel. Persamaan regresi linear untuk UV-1800 mempunyai keterulangan
kurva standar ialah y = 0,0533x – 0,094 yang baik.
(Gambar 1).
4. Akurasi
2. LOD dan LOQ Hasil perhitungan akurasi dapat dilihat
Limit deteksi dan limit kuantitasi pada tabel 4 diatas. Penentuan
ditentukan dari persamaan regresi linear ketepatan dilakukan dengan
kurva standar rata-rata hasil penentuan menambahkan larutan standar KNO3
linieritas. . Limit deteksi kinerja dengan konsentrasi 16 ppm pada larutan
spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu sampel sarang burung walet masing-
masing sebanyak 6 buah. Perolehan DAFTAR PUSTAKA
kembali yang diperoleh berkisar antara
103-104%, dengan nilai rata-rata Budiman, Arief. (2008). Budidaya dan
perolehan kembali adalah 103,81%. Bisnis Sarang Walet, Penebar
Rentang umum nilai perolehan kembali Swadaya, Jakarta.
yang dapat diterima adalah 90-107%. Darmawan, Petrus. Ekstraksi Protein dari
Sehingga, dari hasil nilai rata-rata Buah Mengkudu dengan Pelarut
perolehan kembali yang didapat yaitu Asam, Jurnal Kimia dan Teknologi,
103,81%, menunjukan bahwa instrumen Surakarta.
spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu Gandjar, I. B, dan Abdul Rohman.(2007).
UV-1800) mempunyai ketepatan yang Kimia Farmasi Analisis, Pustaka
cukup baik. Belajar, Yogyakarta.
Harmita. (2004). ‘Petunjuk Pelaksanaan
Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya’, Majalah Ilmu
KESIMPULAN Kefarmasian, Vol. I, No. 3,
Desember.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
Harvey, David. (2000). Modern Analytical
bahwa rata-rata kadar protein pada sarang
Chemistry, McGraw-Hill, New
burung walet putih sebanyak 36%, hasil ini
York.
mendekati dengan hasil yang telah
Husni, E dkk. (2007). ‘Analisa Zat
ditetapkan oleh BPOM yaitu 37,5%. Dan
Pengawet dan Protein dalam
hasil kadar nitrat dalam sarang burung
Makanan Siap Saji Sosis‘, Jurnal
walet, diperoleh dari sampel pertama dan
Sains dan Teknologi Farmasi, Vol.
kedua rata-rata adalah 9,031 ppm dan
12, No. 2.
sampel ketiga adalah 1,525 ppm. Hasil
JECFA. (1974). WHO Food Additive
tersebut masih dalam batas
diperbolehkannya nitrat dalam makanan Series No.5: Nitrate, Potassium and
yaitu ≤ 44 ppm. Persamaan regresi linier Sodium Salts.
dari kurva standar KNO3 adalah y = (http://www.inchem.org/documents/j
0,0533x – 0,094 dengan koefisien korelasi ecfa/jecmono/v05je14.html) diunduh
0,9907. Limit deteksi kinerja pada tanggal 14 Juli 2012.
spektrofotometer ultraviolet Shimadzu
Koswara, Sutrisno. (2009). Sarang Burung
UV-1800 untuk penentuan kadar nitrat
Walet: Pengolahan dan Khasiatnya.
sebesar 1,542 ppm. Dan nilai limit
eBookpangan, Jakarta.
kuantitasi berdasarkan hasil penelitian
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
adalah 5,142 ppm. Hasil presisi % RSD
(1987). ‘Metode Cepat Penentuan
untuk larutan standar KNO3 adalah 0,3%
Nitrat Di Dalam Air’, Warta Kimia
dan % RSD untuk larutan sampel adalah
Analitik, No.4 Th II Juli.
1,7%, hasil ini memenuhi persyaratan
Muliarty, L.S. (2010). Penentuan Kadar
karena % RSD kurang dari 2%. Hasil
Protein dalam Ampas Kecap dan
persen perolehan kembali pada sampel
Tepung Ampas Kecap Menggunakan
sarang burung walet putih rata-rata yaitu
Metode Kjehdahl, [Skripsi], Fakultas
103,81%, hasil tersebut memenuhi
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
persyaratan karena nilai yang diperoleh
Alam, Universitas Islam Bandung,
berada pada rentang nilai umum yaitu 90-
Bandung.
107%.
Ompusunggu, Henni. (2009). Analisa
Kandungan Nitrat Air Sumur Gali
Masyarakat di Sekitar Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di
Desa Namo Bintang Kecamatan Thompson B. (2004). Nitrates And Nitrites
Pancur Batu Kabupaten Deli Dietary Exposure and Risk
Serdang Tahun 2009, [Skripsi], Assessment, Institute of
Fakultas Kesehatan Masyarakat Environmental Science & Research
Universitas Sumatera Utara, Medan. Limited. Christchurch Science
Poedjiadi, Anna. (1994). Dasar-Dasar Centre, New Zealand.
Biokimia. Universitas Indonesia Trawang. (2011). Sarang Walet.
Press, Jakarta. (http://www.trawang.com/2011/08/s
Powlson, David. S, dkk. (2008). When arang-walet.html) diunduh pada
Does Nitrate Become a Risk for
tanggal 11 Desember 2011.
Human?, University of Nebraska,
Lincoln. Underwood, A. L and Day, R. A. (1999).
Sudarmadji, (1989). Analisa Bahan Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi 6,
Makanan dan Pertanian, Liberty, Erlangga, Jakarta.
Yogyakarta Vogel. (1985). Analisis Anorganik
Kualitatif makro dan semimikro, PT.
Kalman Media Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai