Oleh :
ISYA RAHMADANI
1905106010043
Oleh :
ISYA RAHMADANI
NIM : 1905106010043
Disetujui
Banda Aceh, 12 Oktober 2022
Dr. Muhammad Dhafir S.T., M.Si Dr. Muhammad Idkham S.TP, M.Si
NIP. 19720330 200212 1001 NIP. 177911212005011004
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Pertanian
i
KATA PENGANTAR
Pertama sekali, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bias menulis sebuah proposal praktek
lapang yang berjudul “Tinjauan Mesin Pengering Padi di Pabrik Kilang Padi Laris” dan
dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat berangkaikan salam penulis ucapkan juga kepada
Baginda kita Nabi besar Muhammad SAW dan juga untuk para sahabat yang setia menemani
beliau dalam memperjuangkan Islam sehingga kita dapat merasakan nikmat-Nya sampai
sekarang ini.
Praktek lapang ini adalah salah satu bentuk kata atau upaya dalam menambah
kemampuan baik softskill dan hardskill untuk melanjutkan ke dunia pekerjaan. Tujuan dari
dibuatnya proposal ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Lapangan di Program
Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala dan untuk melaporkan
Tinjauan Mesin Penggiling Padi di Pabrik Kilang Padi Laris.
Selama pelaksanaan kegiatan Praktek Lapang ini telah memperoleh bimbingan serta
bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini akan mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Kepada kedua orang tua tercinta yang telah melahirkan, merawat dan membesarkan
penulis yaitu Bapak Rahmanizar dan Ibu Lili Rusmiati.
2. Bapak Dr. rer.hort. Indra Sakti Nasution, S.TP., M.Sc.sebagai ketua Program Studi
Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.
3. Bapak Dr. Muhammad Dhafir, S.T., M.Si sebagai koordinator Praktek Lapang Teknik
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.
4. Bapak Dr. Muhammad Idkham S.TP. M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan serta nasehat kepada saya dalam kegiatan praktek lapangan
ini.
5. Seluruh dosen Prodi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala yang
sudah membantu dan membimbing saya dari semester pertama sampai sekarang, begitu
banyak ilmu yang bermanfaat untuk penulis amalkan.
ii
6. Abang dan Kakak saya yang turut memberikan semangat dan motivasi kepada saya
sehingga lancarnya proses Praktek Lapang ini.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta petunjuk bagi kita
semua. Penulis berharap laporan ini dapat memberikan informasi dan menambah ilmu
pengetahuan untuk kita semua. Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, demi kesempurnaan pelajaran dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan khususnya untuk penulis.
Isya Rahmadani
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................................vii
BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktek Lapang..............................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup Praktek Lapang.................................................................................3
1.4 Manfaat Praktek Lapang............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4
2.1 Padi (Oryza Sativa)....................................................................................................4
2.2 Pemanenan dan Pasca Panen Padi..............................................................................6
2.3 Proses Pengeringan Gabah.........................................................................................7
BAB III METODOLOGI PRAKTEK LAPANG....................................................................10
3.1 Waktu dan Tempat.....................................................................................................10
3.2 Metode Pelaksanaan Praktek Lapang.........................................................................10
3.3 Jadwal kegiatan Praktek Lapang................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN…………………………........….................................................…..12
4.1 Keadaan Umun Perusahaan.........................................................................................12
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan............................................................12
4.1.2 Lokasi dan Tata Letak.......................................................................................12
4.1.3 Struktur Organisasi............................................................................................13
4.1.4 Struktur Ketenagakerjaan..................................................................................13
4.1.5 Jumlah Tenaga Kerja.........................................................................................14
4.2 Proses Pengolahan Padi...............................................................................................14
iv
4.2.1 Pemilihan Bahan Baku.....................................................................................14
4.2.2 Proses Pengeringan...........................................................................................15
4.2.3 Proses Penggilingan.........................................................................................17
4.2.4 Proses Pemisah Beras Kupas Kulit (Paddy Separator)....................................17
4.2.5 Proses Penyosoh (Polisher)..............................................................................18
4.2.6 Proses Pemisah Beras (Rice Grader)...............................................................18
4.2.7 Proses Pengemasan...........................................................................................19
4.2.8 Proses Penyimpanan.........................................................................................21
4.3 Prinsip Kerja Mesin Pengering ...................................................................................23
4.4 Keunggulan Mesin Pembakaran sekam / Husk Furnace.............................................25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………….............27
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................27
5.2 Saran............................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………................................29
LAMPIRAN ……………………………………………………...............................................31
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN
1
2
budaya, nilai spiritual, bahkan nilai politik bagi bangsa Indonesia karena tumbuhan padi dapat
mempengaruhi hajat hidup masyarakat Indonesia.
Proses pengolahan padi menjadi beras memiliki beberapa tahapan dalam prosesnya
diantaranya adalah proses pengeringan. Pengeringan adalah suatu kegiatan yang penting untuk
dilakukan, dengan tujuan agar dapat menurunkan kadar air gabah hingga mencapai kadar air
yang diinginkan. Dengan dilakukan pengeringan pada padi sehingga gabah dapat disimpan lebih
lama serta aman dari kemungkinan berkembangbiaknya serangga dan terjadinya jamur atau
bakteri pada gabah. Proses pengeringan harus dilakukan sesegera mungkin setelah dilakukannya
proses pemanenan padi, apabila gabah tidak dapat dilakukan proses pengeringan, maka gabah
harus ditebarkan agar terhindar dari terjadinya fermentasi. Pengeringan gabah akan lebih cepat
apabila adanya pemanasan gabah padi dan aliran udara.
Tujuan dari pengeringan adalah untuk dapat menurunkan kadar air gabah hingga
mencapai kadar air yang diinginkan yaitu 13-14%. Dengan kadar air yang demikian dapat
memudahkan dalam proses penggilingan sehingga dapat menghasilkan mutu beras yang
berkualitas baik, disamping itu gabah yang telah dikeringkan juga dapat disimpan dalam waktu
yang lebih lama. Proses pengeringan gabah dilakukan secara perlahan-lahan dan merata dengan
suhu yang sesuai. Apabila pengeringan yang dilakukan kurang merata maka dapat menyebabkan
timbulnya keretakan pada gabah atau gabah dengan suhu yang sangat tinggi maka dapat
menyebabkan kepatahan pada gabah pada saat dilakukannya penggilingan. Sedangkan ditinjau
dari kondisi yang masih basah maka gabah akan sulit untuk digiling dan juga kurang baik dari
segi penyimpanannya karena gabah akan mudah terserang hama gudang, jamur dan lainnya
d. Agar mahasiswa dapat melakukan dan membandingkan penerapan teori yang diterima di
jenjang akademik praktek yang dilakukan di lapangan.
3. Bagi Organisasi
Observasi yang dilakukan di praktek lapang dapat menjadi masukan (umpan balik) bagi
pihak organisasi atau untuk menentukan kebijaksanaan organisasi di masa yang akan datang,
khususnya di bidang keteknikan pertanian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Famili : Graminae
Genus : Oryza Linn
Species : Oryza sativa L.
Padi merupakan salah satu tanaman terpenting dalam peradaban dan pula tanaman yang
sangat penting bagi Indonesia karena merupakan makanan pokok yaitu nasi yang dimasak dari
beras dan tentunya diperoleh oleh tanaman padi. (Suparyono dan setyono. 1993). Tumbuhan
padi merupakan tumbuhan yang tergolong kedalam tanaman air “waterplant”, tetapi bukan
berarti tanaman padi hanya dapat tumbuh di atas permukaan air atau tanah yang terus menerus
digenangi air saja, baik itu penggenangan yang terjadi secara alamiah ataupun penggenangan
yang sengaja dilakukan seperti yang sering terjadi padi tanah-tanah persawahan. Tumbuhan padi
juga dapat tumbuh di atas daratan atau tanah kering apabila curah hujan dapat mencukupi
kebutuhan tanaman akan air tersebut (Andoko, 2002)
Tanamana padi dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan yang baik yaitu rata-rata 200
mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan curah hujan yang dikehendaki
pertahun sekitar 1500-2000 mm. Adapun suhu yang baik untuk pertumbuhan padi yaitu 23˚C.
tinggi yang tepat untuk pertumbuhana tanaman padi berkisar antara 0-1500 m dpl. Tanah yang
baik untuk pertumbuhan padi yaitu tanah sawah yang memiliki kandungan fraksi pasir, debu dan
lempung dalam perbandingan tertentu dengan jumlah air yang cukup. Tanaman padi dapat
tumbuh dengan baik di atas tanah dengan ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm dengan pH
antara 4-7 (Salman, 2014).
Tanaman padi merupakan tanaman yang istimewa karena tanaman padi mempunyai
kemampuan beradaptasi hampir pada semua lingkungan dari daratan rendah sampai daratan
tinggi (2000 m dpl), dari daerah tropis sampai subtropis kecuali benua antartika (kutub), dari
basah (rawa-rawa) sampai kering (padang pasir), dari daerah subur sampai marjinal (cekaman
salinitas, aluminium, fero, asam-asam organic, kekeringan, dan lain sebagainya). Tanaman padi
termasuk jenis rumput yang mempunyai rumpun yang kuat, dan dari ruasnya keluar banyak
anakan yang berakar . berdasarkan tempat membudidayakannya, tanaman padi dapat
dikelompokkan menjadi padi sawah, padi lading (gogo), dan padi rawa (dapat tumbuh dalam air
yang dalam) (Utama, 2015).
Padi dapat tumbuh baik di daerah “tropis” maupun “sub tropis”, ketersediaana air yang
mampu mengenangi lahan sangat penting untuk tempat penanaman. Tanaman padi dapat
6
dibudidayakan di daerah pantai sampai 2400 meter diatas permukaan laut, mulai dari posisi 530
lintang utara sampai 35 sampai dengan 400 lintang selatan. Sebelum tahun 1965, padi
diusahakan secara konvensional. Padi ditanam di ladang atau sawah tadah hujan dengan
pemeliharan yang sederhana.Varietas padi yang ditanam adalah varietas lokal, berumur panjang,
anakan sedikit, daya hasil rendah, dan umumnya di tanam hanya sekali dalam setahun. Varietas
padi pada periode ini yaitu BB-5, PB-8, Pelita I-1, Pelita I-2, PB-26, PB-28, dan si ampat
(Istiyastuti dan Yanuharso, 1996).
jamur atau mencegah terjadinya fermentasi, dan dapat memperlambat perubahan kimia pada
makanan. Selama pengeringan dua proses terjadi secara simultan yaitu perpindahan panas ke
produk dari sumber pemanas dan perpindahan massa uap air dari bagian dalam produk ke
permukaan dan dari permukaan ke udara sekitar. Esensi dasar dari pengeringan adalah
mengurangi kadar air dari produk agar aman dari kerusakan dalam jangka waktu tertentu, yang
biasa diistilahkan dengan periode penyimpanan aman (Rajkumar dan Kulanthaisami, 2006).
Pengeringan gabah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Pada saat cuaca cerah, gabah dapat
dikeringkan dengan cara dijemur di atas lantai jemur yang diberi alas. Ketebalan gabah pada saat
dijemur sekitar 5-7 cm. gabah dijemur hingga mencapai kadar air maksimum 14 % dan
dilakukan pembalikan gabah setiap jam. selanjutnya pada saat musim hujan, apabila terjadinya
musim hujan pada saat panen, gabah dikeringkan dengan menggunakan alat pengering (dryer).
Suhu pengering yang diberikan tidak boleh lebih dari 50° C, dengan laju pengeringan 1% per
jam (Sriyanto, 2010).
Pengeringan buatan merupakan alternatif cara pengeringan padi bila penjemuran dengan
matahari tidak dapat dilakukan. Secara garis besar pengeringan buatan dibagi atas 3 bentuk, yaitu
tumpukan datar (Flat Bed), Sirkulasi (Recirculation Batch) dan kontinu (Continuous-Flow
Dryer). Flat bed dryer (FBD) merupakan tipe pengering bak statis yang paling sederhana.
Pengeringan secara mekanis pada umumnya dapat menghasilkan beras giling dengan mutu yang
lebih baik dibandingkan dengan beras giling dengan hasil pengeringan dengan menggunakan
sinar matahari, apabila mesin pengering ini dapat dioperasikan pada kondisi optimumnya. Untuk
pengeringan padi, ketebalan optimum gabah yang digunakan FBD pada saat pengeringan adalah
40-50 cm dengan kecepatan angin 0,15-0,25 m/det (Noor, 2021).
Pengeringan pada umumnya dilakukan secara konvesional, yaitu dengan cara
memanfaatkan sinar matahari langsung dalam proses pengeringannya. Pengeringan gabah secara
langsung dapat menghabiskan waktu pengeringannya selama 3-7 hari lamanya dan sangat
tergantung terhadap besarnya sinar matahari. Kerugian yang dapat terjadi akibat pengeringan
secara alami yaitu dapat terjadinya retak (Checking) pada gabah apabila suhu matahari yang
terlalu panas, sangat tergantung terhadap cuaca, dan membutuhkan tenga operasional yang lebih
banyak. Selain itu, pengeringan secara alami juga memiliki kelemahan lain diantaranya adalah
tingkat susut hasil karena tercecer, adanya resiko gabah basa karena hujan, adanya gabah kotor
9
akibat binatang atau kotoran pada lantai jemur, dan mengalami kesulitan dalam mengontrol suhu
(Shinta, 2015).
Pada proses pengeringan, Suhu udara juga akan berpengaruh terhadap kualitas bahan yang
dikeringkan, selain berpengaruh terhadap waktu dalam proses pengeringan. Semakin tinggi suhu
pada udara pengering maka relative humadity udara akan semakin rendah, sehingga dapat
menyebabkan transfer panas dan massa antara udara dan gabah akan semakin besar, sehingga
akhirnya proses pengeringan akan lebih cepat (Affian, dkk, 2012).
Hasil analisis pada kadar air gabah menunjukkan bahwa terjadinya pengurangan kadar air di
setiap waktu pengeringan. Penurunan kadar air gabah tersebut terjadi karenan disebabkan oleh
lama pengeringan, juga dapat disebabkan oleh suhu si setiap proses pengeringan. Kadar air
gabah menurun secara simultan. Hal ini dapat terjadi sesuai dengan tujuan pengeringan yaitu
agar dapat mengurangi kandungan air yag terdapat pada bahan. Pengurangan kadar air tersebut
bertujuan untuk dapat memperpanjang masa simpan pada produk dan juga sangat mempengaruhi
mutu produk. Ananingsih (2007) menyatakan bahwa dengan penurunan air bebas hingga
mendekati nol, maka pertumbuhan mikroorganisme, aktivitas enzim, dan reaksi kimia dalam
bahan dapat terhenti sehingga umur simpan (shelf life) pada bahan pangan akan lebih panjang.
Apabila air bebas diuapkan seluruhnya, maka kadar air bahan dapat berkisar antara 12-25%
tergantung pada jenis bahan serta suhu (Adawyah, 2007).
Pada peristiwa pengeringan, terdapat dua bagian air yang diuapkan yaitu air bebas dan air
terikat. Laju pengeringan sangat tinggi terjadi di awal pengeringan. Hal ini disebabkan karena
terdapat banyaknya air pada permukaan bulir gabah yang tergolong kedalam air bebas.
Sedangkan dengan bertambahnya waktu pada proses pengeringan dan bahan semakin kering,
maka yang tersisa adalah air terikat pada sel-sel bahan sehingga penurunan kadar air bahan
semakin kecil dan akhirnya konstan (Wijaya, 2007).
BAB III METODOLOGI PRAKTEK LAPANG
10
11
Data sekunder diperoleh dengan membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan tema
praktek lapang yang berupa buku-buku bacaan, jurnal, sumber pustaka dan artikel-artikel yang
berhubungan dengan proses pengeringan padi.
12
13
Bangunan Kilang Padi Laris terdiri dari tempat penjemuran gabah tempat penggilingan
gabah, tempat pengeringan (pemasakan gabah), tempat penyimpanan gabah (gudang
penyimpanan), serta fasilitas lainnya seperti kantor, musholla dan parkir.
MANAJER
ADMINISTRASI
KEUANGAN
GUDANG PEMASARAN
PENGOPERASIAN MESIN
Direktur
Lismanlizam
Manajer
M. Nazir, SE
Administrasi Keuangan
Raudhatul Husna, SE
Karyawan 20
orang
gabah serta langsung dikeringkan sampai kadar air 14% baik melalui penjemuran atau
menggunakan alat pengering.
Penggunaan bahan baku, berupa padi yang diperoleh dari wilayah provinsi Aceh maupun
Sumatera Utara, namun tidak berjalan penuh sepanjang tahun atau bersifat musiman, sebab
gabah tidak tersedia sepanjang tahun. Kegiatan usaha jasa penggilingan padi berjalan hanya pada
musim panen dan beberapa bulan setelahnya, tergantung pada besarnya hasil panen di wilayah
sekitar penggilingan padi berada.
Padi setelah dipanen pada umumnya mempunyai kadar air yang cukup tinggi pada musim
panas berkisar 22 – 23% dan 24 – 26% di musim hujan. Pada tingkat kadar air tersebut padi tidak
aman disimpan karena sangat mudah terserang jamur atau mudah rusak, pada kondisi yang
lembab proses respirasi dapat berjalan dengan cepat, akibatnya terjadi butir gabah yang busuk,
berjamur, berkecambah maupun terjadi reaksi browning enzimatis yang dapat menyebabkan
beras berwarna kuning atau kuning kecoklatan (Nugraha, 2007). Pengeringan menjadi sangat
penting karena dengan berkurangnya kandungan air dalam bahan, resiko kerusakan bahan akibat
aktivitas enzimatis dan biologi dapat dikurangi sehingga bahan pertanian dapat dipertahankan
kualitasnya selama proses penyimpanan. Padi harus dikeringkan hingga kadar air sekitar 14%
basis basah agar aman disimpan dalam jangka waktu lama atau sebelum dipasarkan.
Proses pengeringan pada Pabrik Kilang Padi Laris dilakukan dengan menggunakan mesin
pengering, dimana proses ini merupakan proses yang sangat penting sebagai kegiatan utama
dalam menghasilkan kualitas beras yang bermutu tinggi. Dasar proses pengeringan adalah
terjadinya penguapan air bahan ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara
dengan bahan yang dikeringkan. Gabah dikeringkan hingga sampai kadar air 14% sehingga pada
saat proses penggilingan akan menghasilkan beras dengan kualitas yang baik. pengeringan dapat
berlangsung selama 8-9 jam untuk gabah yang tidak terlalu basah dan pengeringan untuk gabah
yang basah dapat mencapai 10-11 jam. Pengeringan ini dilakukan dengan tujuan dapat
memudahkan hasil untuk pengolahan lebih lanjut, untuk mempertinggi mutu giling,
memperpanjang umur simpan produksi pangan, mempertahankan nilai gizi dan kegunaan sisa
atau hasil sampingan, dan dapat memperkecil biaya transportasi.
Pada proses pengupasan sekam, tidak semua gabah yang masuk akan terkupas menjadi
beras pecah kulit, tetapi ada yang masih berupa gabah, sehingga apabila semuanya dimasukkan
ke mesin penyosoh maka beras yang dihasilkan banyak yang patah atau hancur. Oleh karena itu
perlu dipisahkan terlebih dahulu menjadi beras pecah kulit dan gabah. Beras pecah kulitnya
langsung masuk ke mesin penyosoh, sedangkan gabah kembali ke mesin pecah kulit.
18
Setelah dilakukan pemisahan beras pecah kulit, gabah yang dihasilkan masih berwarna
kecoklatan dan masih kotor sehingga perlu dilakukan proses pemutihan dengan cara menyosoh
menggunakan mesin polisher. Tujuan dilakukan penyosohan yaitu untuk menghilangkan lapisan
aleuron yang ada di bagian permukaan beras pecah kulit, sehingga yang dihasilkan beras putih.
Untuk mendapatkan beras giling dengan butir patah yang rendah, proses penyosohan di Kilang
Padi LarisS dilakukan penyosohan hingga dua kali sehingga menghasilkan beras yang memiliki
mutu yang tinggi
Beras pecah kulit yang seluruh atau sebagian dari kulit arinya telah dipisahkan dalam
proses penyosohan disebut Beras Giling (Milled Rice). Mesin penyosoh yang digunakan pada
Kilang Padi Laris adalah mesin penyosoh beras yang menggunakan tipe gesekan (batu) dan air
(Rice Water Polisher). Adapun kapasitas dari kedua tipe mesin penyosoh ini adalah 2 sampai 3
ton perjam nya.
Gambar 5. Mesin Polisher tipe gesekan (kiri) dan Rice Water Polisher (kanan)
Rice Grader yaitu mesin untuk memisahkan beras berdasarkan ukuran agar dihasilkan
beras menurut seleras yang diinginkan. Mesin ini berfungsi sebagai pemisah beras antara beras
kepala dari pencampuran beras patah. Adapun beras yang dipisahkan yaitu beras utuh dan beras
campuran (beras pecah dan beras menir). Beras utuh selanjutnya masuk ke proses pengemasan
sedangkan beras pecah dan beras menir. Akan ditampung dengan wadah lain. Adapun klasifikasi
hasil yang dikeluarkan dari mesin rice grader ini yaitu butir beras utuh, beras kepala, beras
patah, dan beras menir.
19
Kemasan beras merupakan komponen utama yang tidak dapat ditinggalkan dalam sebuah
produksi beras. Dalam mempertahankan mutu beras giling selama proses penyimpanan maka
diperlukan beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah diperlukan kemasan
setelah proses penggilingan gabah. Pengemasan merupakan salah satu usaha yang dilakukan
untuk melindungi beras terhadap kontaminasi dari luar hingga sampai ke tangan konsumen
dalam keadaan yang baik. kemasan berfungsi sebagai wadah atau bahan yang digunakan agar
beras tidar tercecer, untuk mempermudah proses pengangkutan, serta dapat mempertahankan
mutu. Kemasan beras juga akan berpengaruh terhadap kualitas beras dan nilai jual produk,
dengan bentuk kemasan yang menarik sehingga akan menumbuhkan kepuasan terhadap
konsumen.
Beras hasil gilingan tidak langsung dikemas hingga sisa panas akibat penggilingan
hilang. Jenis kemasan yang digunakan pada beras adalah karung plastik yang telah berlabelkan
nama perusahaan yaitu Laris. Dalam kilang padi ini, untuk kemasannya tidak diproduksi sendiri
tetapi dilakukan percetakan dari medan. Ukuran kemasan beras yang digunakan yaitu berbeda-
beda dan dengan model/warna yang berbeda pula berdasarkan dengan tingkatan mutu dari beras
tersebut. Adapun ukuran kemasan yang digunakan adalah 5kg, 10kg, 15kg, 20 kg, 25 kg dan 30
kg. untuk beras dengan mutu yang paling tinggi maka akan diberikan kemasan dengan label
super premium.
20
terjadinya respirasi, tumbuhnya jamur, terjadinya serangan dari serangga, binatang mengerak,
serta bisa terdapat kutu beras yang dapat menurunkan mutu beras/gabah (Hadiutomo,2019).
Tujuan proses penyimpanan adalah untuk menghindari terjadinya kerusakan pada bahan.
Beberapa faktor yang diperhatikan untuk mencegah terjadinya kerusakan antara lain serangan
dari serangga, tikus, mikroorganisme, reaksi enzimatis dan non enzimatis dan respirasi. Faktor-
faktor tersebut dapat menyebabkan susut kualitatif dan kuantitatif. Proses penyimpanan
dilakukan terhadap beras yang telah siap dikemas dan juga dilakukan terhadap gabah yang telah
dikeringkan dan belum dilakukan proses penggilingan.
Pengeringan gabah adalah suatu perlakuan yang bertujuan menurunkan kadar air
sehingga gabah dapat disimpan lama, daya kecambah dapat dipertahankan, mutu gabah
dapat dijaga agar tetap baik (tidak kuning, tidak berkecambah dan tidak berjamur),
23
pembakaran sekam, sekam dimasukkan ke dalam mesin pemanas sekam. Aliran udara panas
yang dihasilkan langsung dialirkan dari tungku sekam. Dan udara panas yang masuk ke ruang
pengering akan menguapkan air gabah lalu keluar melalui mekanisme hisap blower, proses
pengeluaran uap ini diikuti juga dengan keluarnya kotoran debu dan gabah hampa. Suhu udara
panas di atur dengan termocontrol panel. Sirkulasi pengering ini dilakukan secara berkelanjutan,
sehingga setelah kadar air dibawah 14% maka proses pengeringan sudah bisa di hentikan.
Jumlah mesin pengering yang digunakan pada Pabrik Kilang Padi Laris yaitu
menggunakan 2 (dua) mesin penggering dryer dan satu alat tungku pembakarnya. Muatan dari
mesin pengering ini adalah 35-50 ton dalam sekali proses pengeringan. Lama proses pengeringan
gabah tergantung pada basah atau tidaknya gabah yang dikeringkan. Pada gabah yang tidak
terlalu basah maka proses pengeringannya dapat berlangsung selama 8 sampai 9 jam sedangkan
gabah yang basah maka proses pengeringan gabah dapat belangsung hingga 10 sampai 11 jam.
Proses pengeringan dilakukan dari hasil pembakaran sekam hingga gabah mencapai kadar air
yang diinginkan. Setelah gabah kering maka selanjutnya gabah disortasi untuk dilakukan proses
penggilingan. Apabila gabah tidak dilakukan proses penggilingan, maka gabah yang telah kering
dimaksukkan kedalam karung goni besar dengan muatan 1 ton untuk dilakukan proses
penyimpanan.
Adapun keunggulan dari mesin pengering dryer ini adalah lebih ekonomis karena bahan
bakar yang digunakan adalah sekam yang dihasilkan dari proses penggilingan gabah itu sendiri,
proses pengeringan lebih cepat dan merata karena di sirkulasi sehingga proses pengeringan bisa
merata dan lebih sempurna, operasional pengisian dan pengeluaran gabah lebih mudah, lebih
menghemat tempat dan praktis karena material yang akan dikeringkan ditampung dalam bak
yang besar dengan muatan 35-50 ton dalam sekali proses pengeringan, dan terdapat pengaturan
suhu sehingga objek yang dikeringkan bisa dikontrol dengan outputan suhu yang dibutuhkan
sehingga hasil yang didapatkan lebih baik.
Tungku sekam (husk furnace) merupakan tungku bakar yang berfungsi sebagai sumber
penghasil energi panas dalam proses pengeringan padi. Tungku sekam ini dapat menghasilkan
output udara panas yang bersih ke dryer dengan hasil pembakarannya berupa arang sekam. Pada
tungku sekam dilengkapi dengan pengendalian temperature dan pasokan sekam secara otomatis
26
serta inverter pada panel kontrol. Energi panas pada pengeringan gabah sebesar 300kW. Udara
panas yang dihasilkan dalam proses pengeringan gabah yaitu sebesar 180˚C-200˚C, untuk udara
panas yang diperoleh dapat diatur tergantung dengan kebutuhan yang diinginkan. Pemakaian
sekam pada pengeringan gabah adalah 20-60 kg/jam. Adapun arang sekam yang dihasilkan
pengeringan gabah yaitu 5-15 kg/jam. Suhu arang sekam sekitar 30-40˚C sehingga dapat
memungkinkan untuk langsung dikemas. Mesin pembakaran atau tungku sekam yang digunakan
pada pabrik kilang padi Laris yaitu ada satu yang terletak di samping mesin pengering dryer.
Keunggulan tungku sekam yaitu mempunyai efisiensi pembakaran yang tinggi karena
sistem siklonis yang membentuk aliran berpusar sehingga proses pembakarnnya sempurna, tidak
berasap, ramah lingkungan dan bebas dari populasi. Supplai udara panas dapat diatur secara
otomatis yaitu dengan cera mengatur inverter untuk merubah putaran blower sekam. Alat
pembakaran ini juga dilengkapi dengan pengendali temperatur dan pasokan sekam secara
otomatis serta inverter pada panel kontrol sehingga sangat memudahkan dalam proses
pengeringan. Tungku pada bagian dalam dapat berfungsi sebagai tempat proses pembakaran
sekam secara cyclonic. Sedangkan tungku bagian luar berfungsi sebagai tempat udara panas
yang akan dihasilkan. Pada tungku dalam dilengkapi dengan Mix Air Chamber atau Heating
Chamber untuk menghasilkan udara panas yang bersih. Pada bagian dalam pembakaran dilapisi
batu tahan api minimum 1000˚C serta Castable dan loka yang taham hingga temperatur antara
1200˚C - 1700˚C.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan peninjauan yang dilakukan selama kegiatan praktek
lapang berlangsung pada Pabrik Kilang Padi Laris yang terletak pada Desa Alum Anggota
Kecamatan Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat Daya, maka dapat diambil kesimpulan yaitu
sebagai berikut :
1. Proses pengeringan gabah pada Pabrik Kilang Padi Laris yaitu dengan menggunakan 2 mesin
pengering dryer dan 1 alat tungku pembakar sekam (husk furnace). Proses pengeringan
dilakukan hingga kadar air gabah berkurang mencapai 14 %.
2. Prinsip kerja mesin penggering dryer yaitu dengan cara menghembuskan udara panas
kedalam wadah yang berisi gabah secara berulang-ulang atau terus-menurus hingga kadar air
pada gabah berkurang seperti yang diinginkan.
3. Kapasitas dari mesin pengering adalah 35 - 50 ton dalam sekali proses pengeringan. Lama
proses pengeringan gabah yaitu tergantung pada basah atau tidaknya gabah yang
dikeringkan. Pada gabah yang tidak terlalu basah maka proses pengeringannya dapat
berlangsung selama 8 sampai 9 jam sedangkan gabah yang basah maka proses pengeringan
gabah dapat belangsung hingga 10 sampai 11 jam.
4. Udara panas yang dihembuskan kedalam mesin pengering dryer yaitu diperoleh dari tungku
sekam (husk furnace), dimana udara panas dalam proses pengeringan yaitu sebesar 180˚C-
200˚C, untuk udara panas yang diperoleh juga dapat diatur secara otomatis tergantung
dengan kebutuhan yang diinginkan.
Keunggulan tungku sekam (husk furnace) pada proses pengeringan gabah yaitu
mempunyai efisiensi pembakaran yang tinggi karena sistem siklonis yang membentuk aliran
berpusar sehingga proses pembakarnnya sempurna, tidak berasap, ramah lingkungan dan bebas
dari populasi. Alat pembakaran ini juga dilengkapi dengan pengendali temperatur dan pasokan
sekam secara otomatis serta inverter pada panel kontrol sehingga sangat memudahkan dalam
proses pengeringan.
27
28
4.2 Saran
Diharapkan agar keamanan kerja untuk semua pekerja lebih diperhatikan agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bagi keselamatan perkerja baik dari menggunakan masker,
sarung tangan dan pelindung lainnya sesuai dengan SOP yang berlaku. Dalam pengendalian
mutu yang telah dilakukan terus dipertahankan dan ditingkatkan untuk menjamin kualitas produk
yang dihasilkan dari Pabrik Kilang Padi Laris dan menjaga kepuasan konsumennya.
DAFTAR PUSTAKA
29
30
Syahri dan R.U. Somantri. 2016. Penggunaan varietas unggul tahan hama dan penyakit
mendukung peningkatan produksi padi nasional. Jurnal Litbang Pertanian. 35 (1): 25-36.
Tiku, G. V. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah Menurut Sistem Mina Padi dan
Non Mina Padi. [Skripsi]. Program Studi Manajemen Bisnis. Fakultas Pertanian, IPB.
Utama, M. Zulman Hajar. 2015. Budidaya Padi Pada Lahan Marjinal: kiat Meningkatkan
Produksi Padi. Penerbit Andi. Yogyakarta
Wijaya, Aji. 2007. Uji Kinerja Mesin Pengering Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Berenergi Surya
dan Biomassa Untuk Pengeringan Biji Pala (Myristica sp.) Di UD Sari Awi, Ciherang
Pondok, Caringin, Inderect Contact. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri (On line) Vol.
1, No. 1, Halaman 157-164, (http://ejournal- sl.undip.ac.id, dikases 12 Juni 2016).
LAMPIRAN
31
32