240210150003
IV.
adalah substansi yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan beperan sebagai katalisator
pada reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme. Katalisator adalah substansi
yang mempercepat reaksi tetapi pada hasil reaksi, substansi tersebut tidak berubah
(Gaman & Sherrington, 1994). Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk
proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat
mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut
dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat
efisien, di samping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi (Poedjiadi, 1994).
Adanya enzim dalam bahan pangan seperti sayur dan buah dapat
menyebabkan perubahan yang dikehendaki maupun perubahan yang tidak
dikehendaki. Perubahan yang dikehendaki seperti pada reaksi pencoklatan enzimatis
pada produk yang dipanggang seperti biji kopi,sedangkan perubahan perubahan yang
tidak dikehendaki misalnya pada pemutihan sayuran. Enzim yang biasanya ada dalam
produk sayur dan buah ini misalnya enzim katalase dan enzim peroksidase.
Menurut Tjahjadi (2008), enzim katalase dan peroksidase yang bersifat heatresistant dalam buah-buahan dan sayuran, dapat menimbulkan perubahan yang tidak
dikehendaki selama masa penyimpanan. Perubahan-perubahan tersebut dapat dicegah
dengan cara menekan aktivitas enzim yang terjadi dalam bahan. Cara yang lazim
dilakukan untuk inaktivasi enzim tersebut adalah dengan melakukan blansing buahbuahan dan sayur-sayuran tersebut atau dengan penambahan asam dan basa sebelum
diproses lebih lanjut.
Menurut Winarno (2004), kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
substrat, susu, keasaman, kofaktor, dan inhibitor. Enzim lengkap disebut holoenzim,
bagian protein, apoenzim; dan bagian nonprotein, kofaktor. Senyawa yang diubah
dalam reaksi yang dikatalisis enzim disebut substrat. Tiap enzim memerlukan suhu
dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein,
yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Jika suhu
Besi
Kuning Kecoklatan ++++
Putih Kecoklatan ++
Putih Bercak Coklat +
Stainless Steel
Kuning Cerah
Kuning Dengan Bercak
Pisang
Coklat Sedikit
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)
Besi
Kuning Kecoklatan
Kuning Dengan Bercak
Hitam
Berdasarkan tabel 1, semua sampel yang berupa apel, pir, terong, kentang, dan
pisang yang di iris atau dipotong dengan menggunakan pisau stainless steel
menunjukkan warna yang lebih terang atau dengan kata lain tingkat pembentukan
warna coklat (pencoklatan) lebih rendah jika dibandingkan dengan sampel yang di
iris dengan menggunakan pisau besi. Data yang didapat dari hasil pengamatan ini
berarti sudah sesuai dengan literatur, yang menyebutkan bahwa sampel buah
pencoklatannya akan lebih terhambat jika menggunakan alat pengolahan atau
dipotong dengan menggunakan pisau stainless steel.
Perubahan warna sampel yang dipotong dengan menggunakan pisau stainless
steel lebih cerah atau tingkat pencoklatannya lebih rendah karena permukaan untuk
pisau yang terbuat dari stainless steel akan terdapat suatu lapiasam oksida (krom)
yang sangat stabil, sehingga pisau ini tahan terhadap korosi. Sedangkan pisau yang
terbuat dari besi biasa mudah mengalami korosi, dan apabila digunakan dalam
pengupasan akan mengakibatkan bahan mudah mengalami oksidasi menghasilkan
warna coklat (pencoklatan) (Supardi, 1997).
Tranggono (1990) yang menyebutkan bahwa pisau besi terbuat dari besi yang
mengandung senyawa Fe3+ dan Cu2+, sedangkan stainless steel terbuat dari baja. Fe3+
dan Cu2+ cenderung lebih reaktif apabila bertemu dengan oksigen dan dapat
mempengaruhi senyawa fenolase dan mempercepat terjadinya pencoklatan pada
buah.
Pencokelatan tersebut juga dapat disebabkan oleh aktivitas kresolase yang
dapat menyebabkan timbulnya protein- tembaga dengan menggabungkan satu atau
lebih molekul oksigen dengan protein tempat atom kupro yang berdampingan terikat (
Margono, 1993). Sampel yang dipotong akan mengalami kerusakan pada
jaringannya, sehingga enzim polifenolase yang menyebabkan pencokelatan akan
lebih cepat bereaksi dengan permukaan bahan. Kemudian enzim polifenolase tersebut
dengan Oksigen
Pengujian kedua yang dilakukan untuk mencegah pencoklatan enzimatis
adalah dengan cara mengurangi kontak dengan oksigen. Proses pencoklatan enzimatis
akan terjadi apabila adanya reaksi antara enzim fenol oksidase dan oksigen dengan
substrat tersebut. Pada pencoklatan enzimatis seperti pada buah apel dan buah yang
lainnya setelah dikupas disebabkan oleh pengaruh aktivitas enzim Polypenol Oxidase
(PPO), yang dengan bantuan oksigen akan mengubah gugus monophenol menjadi Ohidroksi phenol, yang selanjutnya diubah lagi menjadi O- kuinon yang membentuk
warna coklat (Rahmawati, 2008).
Sampel yang digunakan pada pengujian kali ini juga sama dengan pengujian
sebelumnya yaitu apel, pir, pisang, terong, dan kentang dengan diberi 4 perlakuan
berbeda. Pengujian ini digunakan larutan gula 20%, larutan garam 2,5% dan akuades.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah, sampel diiris kemudian
sampel yang telah diiris tersebut dimasukkan ke dalam wadah sterofoam kosong
sebagai kontrol, wadah berisi air, wadah berisi larutan garam 2,5%, dan wadah berisi
larutan gula 20%. Sampel tersebut diletakkan didalam wadah hingga terendam selama
15 menit lalu diamati perubahan warna dan tekstur yang terjadi. Berikut adalah hasil
pengamatan dari pengujian yang dilakukan:
Air Gula
20%
Kuning Cerah
Kuning
Kecoklatan +
Putih
Putih
Kecoklatan +
+
Putih Bercak Putih Bercak
Coklat +
Coklat ++
Kuning Cerah Kuning Cerah
++++
+++
Kuning
Keputihan ++
+
Kuning
Keputihan ++
++
pH
menurun,
karena
gula mempunyai
sifat coolingeffect. Pendapat ini juga di dukung oleh Tranggono (1990), yang
menyebutkan bahwa campuran antara NaCl/larutan gula dan asam klorogenat serta
fenolase dari sampel akan menghambat enzim yang dihasilkan oleh sayuran atau
buah-buahan. Perlakuan ini menyebabkan pembentukan senyawa dopakrom menjadi
metionin yang berwarna coklat akan berkurang.
Sampel yang direndam dengan larutan gula dan garam, interaksi antara
oksigen dengan permukaan sampel yang luka telah terbatasi secara sempurna.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perendaman sayur dan buah kedalam larutan gula
dan garam lebih efektif menghambat pencokelatan enzimatis karena oksigen
dibandingkan dengan perendaman menggunakan air.
4.3
Pencegahan Pencoklatan Enzimatis dengan Cara Menonaktifkan Enzim
Polifenol Oksidase
Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat dalam tabel 3, sampel yang tidak
diberi perlakuan perendaman ataupun pemblansingan mengalami pencoklatan
enzimatis yang lebih cepat dengan ditandai perubahan warna pada sampel menjadi
lebih coklat karena tidak adanya penghambat aktivitas enzim polifenol oksidase yang
terdapat dalam sampel tersebut sehingga enzim ini kontak langsung dengan udara dan
mempercepat terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis. Tekstur dari sampel masih
tetap keras karena tidak diberi perlakuan apa-apa sehingga tidak menimbulkan
perubahan pada tekstur sampel.
Sampel yang diberi perlakuan dengan direndam dalam larutan NaMetabisulfit menunjukkan hasil yang paling optimal karena dapat menghambat
pencoklatan enzimatis pada masing-masing sampel, dimana warna sampel mendekati
warna buah dan sayur sebelumnya saat masih segar meskipun dari beberapa sampel
ada perubahan bercak coklat yang tingkat kepekatan warna coklatnya hanya sedikit
sekali. Hal ini sesuai dengan literatur yaitu Sulfit dapat mencegah pencoklatan baik
enzimatik maupun non enzimatik, melindungi vitamin C dan mempertahankan warna
alami bahan, selain itu juga sulfit murah dan bersifat antiseptik (Eskin, 1990).
Mekanisme penghambatan dengan sulfit merupakan inhibitor paling baik
untuk menghambat pencoklatan enzimatis, adalah dengan cara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung yaitu dengan mengikat logam Cu pada enzim. Secara tidak
langsung yaitu dengan cara menghambat oksidasi L-Tyrosin menjadi 3,4
dihydroksiphenylalanine, interaksi dengan quinon menjadi difenol (bentuk semula),
dan mengikat O2. Mekanisme penghambatan sulfit pada proses pencoklatan non
enzimatis adalah dengan menghambat reaksi Mailard, dimana sulfit akan bereaksi
dengan hasil urai gula amino dan mencegah senyawa ini berkondensasi menjadi
melanoidin (de Man,1997). Selain itu sulfit juga dapat bereaksi dengan quinone yang
dihasilkan dari oksidasi senyawa fenolik sehingga menghambat polimerisasi quinon
membentuk pigmen melanin (cokelat). Adanya Na- bisulfit pada sayur dan buah akan
menyebabkan sayur dan buah tampak lebih segar, cerah dan lambat dalam mengalami
V.
5.1
5.2
Saran
Prosedur percobaan dilakuakan lebih aspetis lagi agar hasil pengamatan yang