Oleh
17031101
FAKULTAS AGROINDUSTRI
2021
USULAN PENELITIAN SKRIPSI
PENGARUH PENAMBAHAN BUAH PEPAYA DAN PENAMBAHAN
Oleh
Jonathan Asido Fourthy Hutauruk
17031101
Pembimbing Pembahas
Latar Belakang
gizi, vitamin, serta mineral yang biasanya baik buat disantap tiap hari. Buah-
buahan ialah sumber nutrisi (paling utama vitamin C serta Karotin maupun
provitamin A) serta mineral semacam zat kalsium, zat pospor serta yang lain
dalam jumlah kecil. Serat banyak terdapat pada buah- buahan di bagian kulitnya.
Dengan komsumsi buah- buahan tiap hari, maka dapat memberikan vitamin yang
larut air pada badan. Tidak seperti vitamin larut lemak (semacam vitamin A, D
serta E) yang dapat disimpan ditubuh untuk digunakan dilain hari, sebaliknya
vitamin larut air (semacam vitamin C, B1, B2, B3, B5, B6, B12 serta asam folat)
diperlukan tiap hari oleh badan supaya badan bisa berperan maksimal sebab
vitamin ini tidak bisa disimpan di badan maupun apabila terdapat cuma bisa
Buah naga atau yang dikenal dengan dragon fruit terbilang baru dikenal di
Indonesia sekitar tahun 2000. Meski begitu, belakang ini namanya sering menjadi
buah bibir di masyarakat luas. Buah naga yang eksotik, rasanya asam manis
daging buah naga secara rutin dapat membantu mengurangi gangguan kesehatan
Buah naga selain rasanya nikmat dan segar, diyakini banyak memberikan
bermanfaaat untuk menjaga kesehatan. Bagian-bagian buah naga terdiri dari kulit
buah naga, daging buah naga dan biji buah naga. Manfaat lain buah naga merah
yang tidak kalah pentingnya bagi kesehatan jasmani adalah bahan antioksidan
Pepaya (Carica papaya L.) adalah salah satu komoditas buah tropis utama
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki potensi produksi yang tinggi
baik buah segar, maupun olahan produk. Kesadaran masyarakat Indonesia akan
pola hidup sehat semakin meningkat, salah satunya dengan mengkonsumsi buah-
buahan terutama pepaya. Buah pepaya mengandung zat gizi yang dapat
mencukupi kebutuhan gizi untuk kesehatan manusia (Suketi dan Imanda 2018).
Menurut Sankat dan Maharaj dalam Suketi dan Imanda (2018), pepaya
mengandung 85-90% air, 10-13% gula, 0.6% protein, vitamin A, vitamin B1,
vitamin B2, vitamin C dan kadar lemak yang rendah yaitu 0.1%.
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2012, besarnya produksi buah
pepaya di Indonesia mencapai 675.801 ton pada tahun 2010. Menurut FAO
terbesar setelah Brazil, Meksiko, Nigeria, dan India. Besarnya produksi buah
produksi pepaya tidak terpakai (loss) dan rusak akibat kurangnya penanganan
pasca panen. Pemanfatan buah pepaya dewasa ini dalam usaha pengawetan
dengan cara mengubahnya atau menjadi produk yang lebih awet dan variatif
masih terbatas pada produk seperti manisan, buah dalam sirup. Salah satu cara
macam produk pangan. Penggunaan selai pun semakin luas, baik untuk industri
bakery, kue, maupun bahan olesan roti. Produk selai adalah produk makanan yang
pektin, gula, dan asam yang terkandung dalam buah. Semakin besar konsentrasi
pektin maka semakin besar gel yang terbentuk dan menyebabkan selai yang
dihasilkan semakin kental (Yuliani, 2011). Pektin pada buah akan mengalami
Pada penelitian ini buah pepaya dan buah naga merah akan dicampurkan
untuk dijadikan produk selai. Buah pepaya pada penelitian ini sebagai bahan
tambahan dengan perbandingan 1:1, 1:2, 1:3. Buah naga pada penelitian ini
(Carboxyl Methyl Cellulose) juga akan memperngaruhi sifat fisik maupun kimia
pada pembuatan selai. Menurut penelitian Bekti (2019), berdasarkan hasil uji
tertinggi yakni pada perlakuan P5 konsentrasi CMC 1% dengan nilai 4665 cP.
yakni dengan nilai 1185 cP. Bekti (2019) juga menambahkan bahwa hasil analisis
menunjukkan pH tertinggi adalah 3,83 yang ditunjukkan dari hasil analisis selai
1. Tujuan Umum
Membuat selai buah naga yang disubstitusi dengan buah pepaya dan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh penambahan buah pepaya dan CMC pada sifat fisik,
A. Selai
Selai ialah bahan dengan konsistensi gel ataupun semi gel yang terbuat
dari buah segar yang direbus dengan gula, pektin serta asam (Muresan et al,
2014). Penafsiran lain selai ialah produk awetan yang dibuat dengan memasak
hancuran buah yang dicampur gula ataupun kombinasi gula dengan ataupun tanpa
akumulasi air serta memilki tekstur yang lunak serta platis (Suryani dkk, 2004).
selaku produk olahan yang dibuat dari buah– buahan baik berbentuk buah fresh,
buah beku, buah kaleng ataupun kombinasi ketiganya. Kombinasi ini setelah itu
Asam, pektin serta gula ialah aspek yang butuh dicermati dalam proses
berupa struktur gel yang baik serta menghindari terbentuknya kristalisasi gula.
Gula berperan dalam pembuatan tekstur, penampakan, serta flavor pada selai.
Pektin berfungsi dalam pembuatan gel selai. Dalam pembuatan selai dicoba
sitrat, pektin dan menguapkan sebagian air sehingga tercipta gel (Fatonah, 2002).
keseimbangan yang cocok, apabila gula yang digunakan sangat sedikit maka selai
yang akan dihasilkan bakal menjadi keras. Bila gula sangat banyak, maka selai
akan menyerupai sirup (Muchtadi dkk, 1979). Penambahan asam pada pembuatan
selai juga wajib dicermati sebab akumulasi asam berlebihan akan mengakibatkan
pH jadi rendah, sehingga terjalin sineresis yakni keluarnya air dari gel. Hendaknya
bila pH besar, hendak menimbulkan gel rusak (Fachrudin, 1998). Syarat kualitas
mutu selai ialah bersumber pada SNI 3746- 2008 yang disajikan pada Tabel 1.
berasal dari Meksiko, Amerika Tengan serta Amerika Selatan, tetapi bersamaan
seperti Indonesia. Buah naga ialah buah pitaya berbentuk bundar lonjong
semacam nanas yang mempunyai sirip warnah kulitnya merah dihiasi sulur alias
sisik semacam naga. Buah ini termasuk dalam keluarga kaktus, yang batangnya
berupa segitiga serta berkembang memanjat. Batang tumbuhan ini memiliki duri
pendek dan tidak tajam (Cahyono, 2009). Tanaman buah naga dilihat dari segi
1. Kingdom : Plantae
2. Subkingdom : Tracheobionta
6. Ordo : Cactales
7. Famili : Cactaseae
8. Subfamili : Hylocereanea
Tanaman buah naga adalah tanaman yang tumbuh dengan cara merambat,
secara morfologi tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak
mempunyai daun. Berikut adalah morfologi buah naga merah. Buah naga
berbentuk bulat panjang, biasanya terletak mendekati ujung cabang atau batang.
Pada cabang atau batang dapat tumbuh buah lebih dari satu, terkadang berdekatan
atau berhimpitan buah satu dengan yang lain. Buah naga merah (Hylocereus
polyrizus) mempunyai buah lebih kecil dari pada buah naga putih buah naga jenis
ini dapat menghasilkan bobot rata-rata sampai 500 gram. buah naga merah
memiliki kadungan rasa manis mencapai 15 briks (Rahayu, 2014). Bentuk buah
Buah naga merah adalah kategori buah naga yang mempunyai buah
dengan kulit bercorak merah serta daging bercorak merah sedikit keunguan. Pada
dasarnya kandungan gizi yang ada di dalam buah naga kurang lebih sama, mulai
dari kalsium, karoten, vitamin C, B1, B2, B3, protein serta masih banyak lagi yang
lainnya. Oleh sebab itu, buah naga memiliki khasiat untuk badan manusia yang
sangat banyak antara lain yaitu menguatkan peranan ginjal, tulang serta
sebagai antioksidan (Saati, 2009). Zat gizi buah naga merah disajikan pada tabel
2.
berkhasiat untuk mencegah berbagai penyakit. Buah naga juga kaya akan
pada buah naga terdapat pada daging buahnya, sehingga berpotensi untuk
dalam 1 mg/ml buah naga merah mampu menghambat 27,45 ± 5,03 % radikal
bebas.
Menurut penelitian Mitasari (2012) yang menyatakan bahwa ekstrak
kloroform buah naga merah memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50
pangan fungsional, karena mengandung zat warna antosianin, serat yang tinggi
terdapat pada daging maupun kulit buahnya dan antioksidan beta karoten.
C. Buah Pepaya
Buah pepaya (Carica papaya L.) merupakan buah tropis yang digemari.
Daging buah pepaya memiliki rasa manis, enak, dan menyegarkan, serta memiliki
nilai gizi yang cukup tinggi. Buah pepaya juga mengandung nutrisi yang
diperlukan oleh manusia antara lain karbohidrat, protein, vitamin serta mineral.
Selain memiliki nilai gizi yang cukup, pepaya dikenal sebagai buah yang
yang sangat berguna untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan. Selain itu,
enzim papain juga berfungsi sebagai stabilisator pergerakan usus secara optimal
sehingga kerja usus tetap dalam kondisi normal. Selain kandungan papain, buah
pepaya juga memiliki kandungan serat yang cukup tinggi, sehingga bermanfaat
bagi pencegahan kanker usus besar. Serat pepaya dapat mengurangi kadar
kolesterol dalam darah sehingga sangat baik untuk menjaga kesehatan jantung dan
pada saat yang sama dapat mencegah penyakit jantung (Kurnianti, 2013).
cylicomoroph. Ketiga genus awal ialah tumbuhan asli Amerika tropis. Sebaliknya
genus keempat ialah tumbuhan yang berasal dar Afrika. Nama pepaya di dalam
bahasa Indonesia di ambil dari bahasa Belanda ialah papaja, dan setelah itu
mengadopsi dari bahasa arawak ialah papaya, tetapi dalam bahasa jawa diucap
dengan daun yang berupa spiral pada batang tumbuhan bagian atas. Daunnya
menyirip 5 tangkai yang panjang serta berlubang di bagian tengah wujudnya bisa
serta tanaman banci (hermafrodit). Wujud buah pepaya bulat memanjang dengan
ujung umumnya meruncing, Warna buah ketika muda hijau hitam serta sesudah
berikut:
3. Divisio : Spermatophyta
4. Divisi : Magnoliophyta
5. Kelas : Magnoliopsida
6. Subkelas : Dilleniiidae
7. Ordo : Violales
8. Famili : Caricaceae
9. Genus : Carica
Warna buah ketika masak hijau muda hingga kuning. Daging buah berasal dari
karpela yang menebal, bagian tengah berongga. Biji-biji pada buah yang masih
muda berwarna putih dan pada buah yang sudah masak berwarna hitam atau
dampak negatif dari terdapatnya radikal bebas. Radikal bebas sendiri ialah sesuatu
molekul yang memiliki kumpulan elektron yang tidak berpasangan pada suatu
bundaran luarnya. Khasiat dari antioksidan untuk mencegah radikal bebas ini yang
menjadikan antioksidan sangat banyak diteliti oleh para peneliti. Bermacam hasil
riset, antioksidan dilaporkan bisa memperlambat proses yang bisa disebabkan oleh
sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa bahan kimia). Sebaliknya
sekunder disebut pula antioksidan eksogenus ataupun non enzimatis. Metode kerja
non enzimatis yakni dengan cara memotong respon oksidasi berantai dari radikal
bebas. Dampaknya radikal bebas tidak bereaksi dengan komponen seluler. Contoh
berfungsi dalam perbaikan biomolekul yang dirusak oleh radikal bebas (Winarsi,
2007).
tokoferol (vitamin E), beta karoten serta asam askorbat (vitamin C). Antioksidan
A. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam pembuatan selai buah naga yaitu buah naga
merah dengan kualitas baik dan buah pepaya yang berkualitas baik yang didapat
dari pasar tradisional di Yogyakarta. Gula pasir didapat dari Mirota Kampus yang
ada di Yogyakarta. Bahan kimia yang digunakan yaitu CMC (Carboxy Methyl
B. Alat Penelitian
blender, wajan, talenan, kompor, spatula, sendok, pisau, timbangan dan gelas
kemasan.
C. Tempat Penelitian
Yogyakarta.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian terdiri dari beberapa tahap untuk pembuatan selai yaitu sortasi,
pemasakan.
1. Sortasi
Proses sortasi dilakukan untuk memilih bahan yang sesuai dengan kriteria
peneliti dalam pembuatan selai. Bahan buah naga merah dan buah pepaya
yang digunakan adalah buah yang berkualitas baik dan tidak memiliki
2. Pengupasan
naga merah dan buah pepaya dilakukan menggunakan pisau stainless steel
3. Pemotongan
Pemotongan buah naga merah dan buah pepaya dilakukan berbentuk dadu.
4. Pencucian
5. Blanching
Pada proses ini dilakukan dengan penguapan atau steam blanching pada
suhu kurang lebih 800 C dengan waktu 5 menit. Proses ini bertujuan untuk
6. Penghancuran
Buah naga merah dan buah pepaya yang telah di blanching dihancurkan
Penghancuran dilakukan dengan penambahan air 1:1 pada tiap jenis variasi
8. Pengemasan
Buah Pepaya
Buah Naga Merah
1:1, 1:2, 1:3
Sortasi ukuran
Steam Blanching
T±800C, t = 5 menit
Analisis :
a. Fisik : Viskositas
Warna
b. Kimia : Kadar air
Aktivitas Antioksidan
Nilai pH
c. Uji Kesukaan : Warna, Aroma, Rasa,
Tekstur, Keseluruhan
1. Analisa Fisik
a. Warna
Warna adalah salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam hal penerimaan
konsumen terhadap suatu produk pangan. Warna dalam bahan produk pangan
dapat menjadi ukuran terhadap mutu, warna juga dapat digunakan sebagai
mengatakan bahwa apabila suatu produk pangan yang mempunyai nilai gizi yang
baik, enak dan tekstur yang baik akan tetapi bila produk pangan tersebut memiliki
warna yang tidak sedap dilihat akan memberi kesan bahwa produk pangan
tersebut telah menyimpang atau bernilai buruk. Prosedur pengujian warna dengan
b. Viskositas
gesekan di dalam fluida. Semakin besar viskositas suatu fluida, maka akan
semakin sulit suatu fluida mengalir dan semakin sulit suatu benda bergerak di
dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas berasal dari gaya kohesi antara
molekul senyawa zat cair. Prosedur pengujian viskositas dengan menggunakan
diukur kekentalannya
2. Analisa Kimia
Prosedur yang umum buat mengukur aktivitas antioksidan yaitu dengan DPPH,
(AH) bereaksi dengan radikal bebas DPPH dengan metode mendonorkan atom
panjang gelombang 517 nm. Pada prosedur ini yang diukur merupakan aktivitas
DPPH digunakan secara luas untuk menguji aktivitas antioksidan suatu produk
pangan. Warna berubah menjadi kuning saat radikal DPPH menjadi berpasangan
Santoso, 2014).
berbentuk kristalin. Metode DPPH akan mengirim elektron atau atom hidrogen
kedalam radikal bebas sehingga mengakibatkan karakter radikal bebas
ternetralisasi. Intensitas warna didapat dari larutan uji yang diukur dengan alat
b. Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu prosedur uji laboratorium kimia yang sangat
penting dalam industri pangan untuk memastikan mutu serta ketahanan pangan
terhadap kerusakan yang barangkali terjadi. Semakin besar kandungan air suatu
pangan akan dapat bertahan lebih lama dari kerusakan. Pengaturan kadar air ialah
salah satu basis serta kunci terpenting dalam teknologi pangan Pengukuran kadar
air dalam bahan pangan dapat ditentukan dengan sebagian metode, ialah: dengan
metode fisis serta metode kimiawi (Karl Fischer Method). Dari keseluruhan
metode- metode yang bisa digunakan buat penentuan kandungan air bahan
pangan, pada umumnya penentuan kandungan air bahan pangan dicoba dengan
mengeringkan bahan dalam oven temperatur 105- 1100C sepanjang 3 jam ataupun
buat menentukan mutu bahan pangan yang tepat. Akurasi data hasil analisa
merupakan perihal berarti yang jadi atensi dalam jaminan kualitas hasil
butuh diketahui nilai sesungguhnya dari parameter yang diukur, setelah itu bisa
diperoleh dari data yang sebaiknya didapat. Pada tata cara penentuan kandungan
air secara Thermogravimetri ini terdapat beberapa aspek yang pengaruhi akurasi
c. Nilai pH
Nilai pH suatu larutan didefinisikan selaku nilai negatif logaritma konsentrasi ion
pH = - log [H+]
Nilai pH bisa menentukan berbagai mikroba yang berkembang dalam
hidangan dan produk yang dihasilkan. Setiap mikroba masing- masing memiliki
ada bakteri yang bisa berkembang sangat baik pada pH yang mendekati keadaan
netral namun sebagian bakteri menggemari keadaan netral tetapi beberapa bakteri
menggemari keadaan asam serta yang lain dapat berkembang dengan keadaan
(semakin basa), maka akan berlangsung reaksi pemecahan pektin oleh enzim metil
esterase yang akan menyebabkan kekentalan serta konsistensi sari buah menyusut
kepada skala hedonik. Atribut yang dinilai pada pengujian ini meliputi warna,
tekstur, rasa, aroma serta keseluruhan. Skala yang digunakan yakni 1- 5 yang
mewakili sangat tidak suka, tidak suka, netral, suka serta sangat suka.
pengujian inderawi dibutuhkan instrumen sebagai alat ukur yakni panelis agak
terlatih dengan mengenali tentang cara- cara penilaian yang meliputi evaluasi
terhadap warna, rasa, aroma, serta tekstur. Skala skor tingkatan kesukaan panelis
Pernyataan 1 2 3 4 5
F. Rancangan Percobaan
CMC serta lama pemanasan. Data yang diperoleh setelah itu dianalisis dengan
penambahan buah pepaya pada selai buah naga merah disajikan pada Tabel 4.
Perbandingan Rasio Konsentrasi Penambahan CMC
A. Sifat Fisik
1. Warna
Warna merupakan parameter yang penting dalam sebuah mutu pangan.
Indikator warna yang digunakan dengan alat Color meter ada L* merupakan
Lightness antara 0 sampai 100 adalah warna putih, a* merupakan warna merah
antara 0 sampai 60 dan warna hijau antara 0 sampai -70 dan b* merupakan warna
a. Nilai L* (Kecerahan)
perbandingan buah naga merah dan buah pepaya terdapat perbedaan nyata
terhadap selai campuran, hal ini ditunjukan dengan nilai signifikansi (P<0,05) dan
terdapat interaksi Antara proporsi buah dengan konsentarsi CMC terhadap nilai
Tabel 5. Nilai L* Kecerahan Selai Campuran Buah Naga dan Pepaya dengan
Variasi Penambahan Konsentrasi CMC
Perbandingan Penambahan Presentase Penambahan CMC (%)
Buah Naga : Pepaya 0 0,1 0,2
c c
1:1 22,68 22,83 23,03c
b b
1:2 22,02 22,15 22,70c
a b
1:3 20,73 21,85 21,96b
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
(P<0,05)
Warna pada selai buah untuk nilai warna pada Tabel 5 diketahui
penambahan proporsi buah pepaya dan konsentrasi CMC ada interaksi atau
tinggi 23,03 pada selai buah dengan perbandingan proporsi 1:1 (buah naga : buah
dengan perlakuan perbandingan buah naga merah dan buah pepaya dengan
konsentrasi CMC 0,1% dan berbeda nyata dengan dengan konsentrasi 0% yang
berarti warna mengarah ke putih atau memudar. Warna L* terendah 20,73 pada
selai dengan perbandingan proporsi 1:3 (buah naga : buah pepaya) dan
perbandingan proporsi 1:3 (buah naga : buah pepaya) dengan konsentrasi CMC
0,1% dan berbeda nyata dengan perlakuan perbandingan proporsi 1:3 (buah naga :
buah pepaya) dengan konsentrasi CMC 0,2%. Semakin banyak CMC yang
ditambahkan pada perlakuan, maka nilai kecerahan warna (L*) semakin tinggi.
Novelina dkk. (2007), apabila gum xanthan dilarutkan ke dalam air maka akan
berwarna cream sedangkan untuk jenis penstabil CMC apabila dilarutkan dalam
air akan menjadi bening sehingga tingkat kejernihannya lebih tinggi daripada
b. Nilai a* (Kemerahan)
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai a* menunjukkan hasil yang positif,
hal ini menunjukan adanya warna merah pada produk. Berdasarkan uji statistik
terhadap produk. Hal ini ditunjukan dengan nilai signifikansi (P<0,05) dan
terdapat interaksi antara keduanya. Nilai a* selai dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai a* Selai Campuran Buah Naga dan Pepaya dengan Variasi
Penambahan Konsentrasi CMC
Perbandingan Penambahan Presentase Penambahan CMC (%)
Buah Naga : Pepaya 0 0,1 0,2
a b
1:1 3,11 3,24 4,19d
1:2 3,13a 3,31b 4,20d
b c
1:3 3,28 3,68 4,43e
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
(P<0,05)
Warna pada selai buah untuk nilai warna pada Tabel 6 diketahui
penambahan proporsi buah pepaya dan konsentrasi CMC ada interaksi atau
tinggi pada Nilai a* (kemerahan) tertinggi pada selai buah dengan perbandingan
1:1 (buah naga merah : buah pepaya) dengan konsentrasi CMC 0,2% dengan nilai
4,43, sedangkan nilai a* terendah dengan perbandingan 1:3 (buah naga merah :
buah papaya) dengan konsentrasi CMC 0% dengan nilai 3.11. Nilai a* merupakan
warna merah antara 0 sampai 60 dan warna hijau antara 0 sampai -60. Tabel 6
menurun, atau dengan kata lain warna tidak mendekati warna kemerah – merahan,
hal ini dikarenakan pigmen warna karatenoid yang menunjukan adanya warna
kehilangan warna dan off flavor karena adanya penamasan yang berulang
hal ini menunjukan adanya warna merah pada produk. Berdasarkan uji statistik
terhadap produk. Hal ini ditunjukan dengan nilai signifikansi (P<0,05) dan terdapat
Tabel 7. Nilai b* Selai Campuran Buah Naga dan Pepaya dengan Variasi
Penambahan Konsentrasi CMC
Perbandingan Penambahan Presentase Penambahan CMC (%)
Buah Naga : Pepaya 0 0,1 0,2
a c
1:1 5,09 5,88 6,58e
b d
1:2 5,51 6,14 6,60e
c d
1:3 5,79 6,22 7,68f
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
(P<0,05)
Warna b* selai buah campuran tertinggi pada perbandingan 1:3 (buah naga
merah : buah pepaya) dengan konsentrasi CMC 0,2% dengan nilai 7,68
pengaruhnya berbeda nyata dengan perlakuan perbandingan 1:3 (buah naga merah
: buah pepaya) dengan konsentrasi CMC 0,1% dan 0%, sedangkan nilai warna
kuning (b*) terendah pada perlakuan perbandingan 1:1 (buah naga merah : buah
nyata dengan perlakuan perbandingan buah naga merah dan buah pepaya dengan
konsentrasi CMC 0,1% dan 0%. Nilai b* untuk perbandingan 1:3 (buah naga
merah : buah pepaya) dengan konsentrasi CMC 0,2% menunjukan hasil yang
positif, hal ini menunjukan adanya warna kuning pada bahan. Sesuai dengan
2. Viskositas
Berdasarkan hasil uji statistik nilai Viskositas menunjukkan bahwa pengaruh
perbandingan buah naga merah dengan pepaya terdapat perbedaan nyata terhadap
selai campuran, hal ini ditunjukan dengan nilai signifikansi (P<0,05) dan terdapat
interaksi antara proporsi buah dengan konsentrasi CMC terhadap nilai Viskositas.
Viskositas selai campuran buah naga dengan pepaya disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Viskositas Selai Campuran Buah Naga dan Pepaya dengan Variasi
Penambahan Konsentrasi CMC
Perbandingan Penambahan Presentase Penambahan CMC (%)
Buah Naga : Pepaya 0 0,1 0,2
a d
1:1 3219,5 4950,75 5504e
b d
1:2 3655 4985,25 8541,25f
c d
1:3 4287 4978 9677,75g
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
(P<0,05)
dan buah papaya tertinggi pada perlakuan konsentrasi CMC 0,2% dengan
perbandingan 1:3 (buah naga : buah pepaya), pengaruhnya berbeda nyata dengan
konsentrasi CMC 0,1% dan perlakuan perbandingan 1:3 (buah naga : buah pepaya)
dihasilkan pada konsentrasi CMC 0% dengan 1:1 (buah naga : buah pepaya).
Pengaruhnya berbeda nyata dengan perlakuan perbandingan 1:3 (buah naga : buah
pepaya) dengan penambahan konsentrasi CMC 0,1% dan 0,2%. Hal ini dikarenakan
proporsi buah naga. Menurut Kamal dan Netty (2010), bahwa semakin besar
Hal serupa juga dinyatakan oleh Prayitno (2002), bahwa Penggunaan CMC dalam
terdapat pada buah pepaya adalah 1,32 gram per 70,6 gram berat tepung ekstrak
buah pepaya. Kandungan pektin buah pepaya antara 0,73%-0,99%, yang dapat
pada selai campuran yang tertinggi terdapat pada perlakuan penambahan 1:3 (buah
naga : buah pepaya) dan konsentrasi CMC 0,2%, hal ini terjadi karena pektin
didalam buah naga merah dan ditambah dengan pektin didalam buah pepaya dan
B. Sifat Kimia
1. Antioksidan
Aktivitas antioksidan dapat diukur dengan metode DPPH. Radikal 2,2 difenil-1-
(2001) di dalam DPPH terdapat elektron yang tidak berpasangan, hal ini
pada sebuah gelombang dengan panjang 517 mm dengan warna ungu. Cara kerja
intensitas warna yang terkandung dalam DPPH. Hasil pembacaan absorbansi yang
2018).
Hasil uji statistik menunjukkan pengaruh pada selai campuran dengan variasi
perbandingan buah naga dengan buah pepaya dan variasi konsentrasi penambahan
antioksidan, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi (P<0,05). Nilai aktivitas
Tabel 9. Antioksidan Selai Campuran Buah Naga dan Pepaya dengan Variasi
Penambahan Konsentrasi CMC
Perbandingan Penambahan Presentase Penambahan CMC (%)
Buah Naga : Pepaya 0 0,1 0,2
1:1 29,13a 30,71c 42,53f
1:2 29,21a 33,03d 47,51g
b e
1:3 29,89 34,30 47,67g
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
(P<0,05)
Hasil uji statistik menunjukan bahwa selai buah dengan penambahan buah
terhadap antioksidan selai campuran buah naga merah dan buah pepaya.
1:3 (buah naga : buah pepaya), pengaruhnya berbeda nyata dengan perlakuan
rendah pada perlakuan proporsi 1:1 (buah naga : buah pepaya) dan penambahan
CMC 0%.
kadar flavonoid total yang cukup tinggi pada bagian tunasnya yaitu 1264.0 mg/kg
tertinggi diperoleh pada jenis pepaya lokal dengan kadar rata-rata sebesar 1,29
(mg/100 g) bahan, diikuti kelompok pepaya Thailand dengan kadar sebesar 1,22
(mg/100 g) bahan, kemudian pepaya Taiwan dengan kadar sebesar 1,18 (mg/100
meningkatkan nilai aktivitas antioksidan selai buah campuran buah naga merah
dan buah pepaya, karena semakin banyak gugus hidroksil yang dimiliki oleh
senyawa aktif, semakin besar pula kemampuan senyawa aktif tersebut dalam
dan buah pepaya dengan variasi penambahan CMC berpengaruh nyata dan terdapat
interaksi diantara keduanya terhadap kadar air, hal ini ditunjukkan dengan nilai
Tabel 10. Kadar air Selai Campuran Buah Naga dan Pepaya dengan Variasi
Penambahan Konsentrasi CMC.
Perbandingan Penambahan Presentase Penambahan CMC (%)
Buah Naga : Pepaya 0 0,1 0,2
f e
1:1 81,74 80,70 78,61c
f d
1:2 81,51 79,75 76,81b
1:3 80,66e 79,72d 75,81a
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
(P<0,05)
Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa semakin banyak penambahan
buah pepaya dan penambahan CMC maka kadar air semakin meningkat. Kadar air
tertinggi pada perlakuan perbandingan proporsi 1:3 (buah naga : buah pepaya)
perbandingan proporsi 1:2 (buah naga : buah pepaya) dengan penambahan CMC
0,2% dan perlakuan proporsi 1:1 (buah naga : buah pepaya) dengan penambahan
konsentrasi CMC 0,1 % dan 0%, sedangkan kadar air terendah pada perlakuan
perbandingan proporsi 1:1 (buah naga : buah pepaya), pengaruhnya berbeda nyata
pepaya) dan perlakuan perbandingan perbandingan proporsi 1:3 (buah naga : buah
pepaya) dengan penambahan CMC 0%. Hal ini menunjukkan semakin banyak
kandungan pektin dalam buah pepaya mampu mengikat air pada selai, karena sifat
pektin yang mampu membentuk gel bersama air, gula, asam sehingga air yang ada
terperangkap untuk pembentukan gel. Semakin tinggi kadar pektin, maka struktur
serabut halus akan semakin padat sehingga pada kandungan pektin yang tinggi
akan membentuk gel yang liat (Haris, 1990). Dan semakin tinggi CMC yang
digunakan maka kadar air menurun, karena CMC merupakan pengental yang
mampu mengikat air sehingga molekul air terperangkap dalam struktur sel yang
3. pH
buah pepaya dan penambahan CMC terdapat interaksi atau signifikan (P>0,05)
pH terhadap selai buah yang dihasilkan. pH selai campuran buah naga dan buah
Tabel 11. Kadar air Selai Campuran Buah Naga dan Pepaya dengan Variasi
Penambahan Konsentrasi CMC.
Perbandingan Penambahan Presentase Penambahan CMC (%)
Buah Naga : Pepaya 0 0,1 0,2
a b
1:1 2,69 2,78 2,89c
1:2 2,77b 2,78b 2,89c
b bc
1:3 2,80 2,84 3,00d
Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
(P<0,05)
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai pH tertinggi terdapat pada
selai buah naga dengan buah pepaya dengan perbandingan proporsi 1:3 (buah
terendah terdapat pada selai buah naga dengan buah pepaya dengan perbandingan
proporsi 1:1 (buah naga : buah pepaya) dengan penambahan CMC 0%. Hal ini
memiliki pH yang lebih tinggi (4,94), sehingga semakin banyak jumlah pepaya
penambahan CMC maka pH, semakin meningkat hal ini disebabkan CMC
karboksil bebas. Hal ini akan mempengaruhi kestabilan ikatan pektin dan air
karena ion OH- akan menaikkan muatan positif dari molekul pektin, sehingga
ikatan pektin dan air menjadi stabil. Akibatnya air yang teruapkan semakin sedikit
Uji tingkat kesukaan selai campuran buah naga dengan pepaya dilakukan
dengan uji hedonik untuk menentukan kesukaan panelis pada selai campuran buah
naga dengan pepaya. Adapun parameter yang digunakan meliputi warna, aroma,
rasa, kekentalan dan keseluruhan. Skala yang digunakan untuk uji tingkat
kesukaan pada selai yaitu 1-5, 1 menyatakan ‘sangat tidak suka’ dan 5
menyatakan ‘sangat suka’. Tabel 12. menunjukkan hasil tingkat kesukaan selai
Tabel 12 . Tingkat Kesukaan Selai Campuran Buah Naga dengan Pepaya dan
Variasi Konsentrasi CMC
Analisis keragaman terhadap warna selai campuran buah naga dengan pepaya
terhadap warna selai, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi (P < 0,05).
Berdasarkan Tabel 12. nilai rata – rata kesukaan terhadap selai campuran
buah naga dengan pepaya berkisar antara 3,05 sampai 4,05. Nilai kesukaan warna
CMC 0%.
2. Aroma
Analisis keragaman terhadap aroma selai campuran buah naga dengan pepaya
hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi (P<0,05). Berdasarkan Tabel 12. nilai
rata – rata kesukaan terhadap aroma selai campuran buah naga dengan pepaya
berkisar antara 2,60 sampai 3,55. Nilai kesukaan aroma terendah terdapat pada
konsentrasi CMC 0,1% , sedangkan untuk nilai kesukaan tertinggi terdapat pada
Cita rasa bahan pangan sesungguhnya terdiri dari tiga komponen utama yaitu
bau, rasa, dan rasangan mulut. Bau makanan banyak menentukan kelezatan bahan
makanan tersebut. Pada umumnya bau diterima oleh hidung dan otak lebih
banyak merupakan berbagai ramuan atau campuran empat bau utama yatitu
harum, asam, tengik, dan hangus (Winarno, 2004). Menuut Carpenter (2000)
indera penciuman manusia dapat mendeteksi banyak aroma atau bau berbeda
ketika dihirup oleh hidung, hal ini penting untuk mendeteksi uap volatil yang
dikeluarkan oleh bahan pangan dalam mulut sebagai bagian dari persepsi bau dan
rasa.
3. Rasa
Analisis keragaman terhadap rasa selai campuran buah naga dengan pepaya
hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi (P<0,05). Berdasarkan Tabel 12.
nilai rata – rata kesukaan terhadap rasa campuran buah naga dengan pepaya
berkisar antara 2,70 sampai 4,00. Nilai kesukaan rasa terendah terdapat pada
Menurut Saparinto dan Hidayat (2006), sukrosa, asam, glukosa, dan fruktosa
faktor yang mempengaruhi panelis terhadap rasa yaitu adaptasi dan kelelahan
penerimaan panelis terhadap rasa adalah senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan
interaksi dengan komponen rasa yang lain. Produk yang memiliki rasa tidak enak
tidak akan diterima oleh konsumen meski warna, aroma dan teksturnya baik.
4. Kekentalan
kualitas akhir selai (Sari, 2011). Berdasarkan Tabel 12. nilai rata – rata kesukaan
terhadap kekentalan selai campuran buah naga dengan pepaya berkisar antara 2,40
sampai 3,80. Nilai kesukaan kekentalan selai campuran buah naga dengan pepaya
kekentalan selai campuran buah naga dengan pepaya tertinggi terdapat pada
5. Keseluruhan
terhadap nilai keseluruhan selai, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi
(P<0,05). Berdasarkan Tabel 12. nilai rata – rata kesukaan terhadap nilai
keseluruhan selai campuran buah naga dengan pepaya berkisar antara 2,60 sampai
pepaya 1:1 dengan penambahan konsentrasi CMC 0,1%, sedangkan untuk nilai
kesukaan tertinggi terdapat pada perlakuan penambahan buah pepaya 1:3 dengan
1. Kesimpulan Umum
Selai campuran buah naga merah dan buah pepaya yang dihasilkan disukai
2. Kesimpulan Khusus
a. Pengaruh penambahan buah pepaya dan penambahan konsentrasi
CMC pada selai akan meningkatkan aktivitas antioksidan, kadar pH,
viskositas, dan kadar air.
b. Perlakuan terbaik dan disukai oleh panelis diperoleh puding dengan
variasi perbandingan penambahan 1:3 (buah naga merah : buah
papaya) dengan penambahan CMC 0,1% serta aktivitas antioksidan
sebesar 34,30%, kadar air 79,72%, kadar pH 2,84, nilai L* 21,85, nilai
a* 3,68, nilai b* 6,22, viskositas 4978 cp
B. Saran
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Andriani, Y. 2007. Uji aktivitas antioksidan ekstrak betaglukan dari
Saccharomyces Cerevisiae. GRADIEN: Jurnal Ilmiah MIPA, 3(1), 226-
230.
Anggraeni, Adisty C. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta
Apriyantono, A. 2002. Pengaruh Pengolahan Terhadap Nilai Gizi dan Keamanan
Pangan. Karumo Women dan Education. Jakarta
Bekti, E., Prasetyowati, Y., & Haryati, S. (2019). Berbagai Konsentrasi CMC
(Carboxyl Methyl Cellulose) Terhadap Sifat Fisikokimia Dan
Organoleptik Selai Labu Siam (Sechium Edule). Jurnal Teknologi Pangan
dan Hasil Pertanian, 14(2), 41-52.
Bonaditya, 2014. Pepaya carica. Penebar Swadya. Jakarta
BPS, 2012. Produksi Tanaman Perkebunan. Badan Pusat Statistik
(http://bps.go.id).
Cahyono, B. 2009. Sukses Bertanam Buah Naga. Penerbit Pustaka Mina. Jakarta.
Carpenter, Roland P., David H. Lyon, and Terry A. Hasdell. 2000. Guidelines for
Sensory Analysis in Food Product Development and Quality Control;
second edition. Gaithersburg, Maryland: Aspen Publisher, Inc.
Direktorat Gizi, Depkes Ri, 2010. Kandungan Dan Komposisi Gizi Buah Pepaya
Kumalasari, R., Ekafitri, R., & Desnilasari, D. (2016). Pengaruh bahan penstabil
dan perbandingan bubur buah terhadap mutu sari buah campuran pepaya-
nanas.
Rahayu, S. 2014. Budidaya Buah Naga Cepat Panen. Jakarta: Infra Hijau.
Rahayu, Rufaidah Putri. 2018. Pengaruh Rasio Sari Buah Sirsak-Jambu Biji
Merah dan Penambahan CMC terhadap Aktivitas Antioksidan dan Tingkat
Kesukaan Sari Buah. Skripsi. UMBY. Yogyakarta
Saati, Elfi Anis. 2009. Identifikasi dan Uji Kualitas Pigmen kulit Buah Naga
Merah pada Beberapa Umur Simpan dengan Perbedaan Jenis Pelarut.
Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. UMM, Malang.
Saparinto, Cahyo. Diana Hidayat. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta.
Kanisius
Setyaningsih, D., Apriyantono, A., dan Sari, M. P. 2010. Analisis Sensori untuk
Industri Pangan dan Agro. IPB Press. Bogor. Hal 1–65.
SNI.(2008). Selai Buah. SNI 3746 : 2008. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winarno, F.G. 2004. Kimia pangan dan gizi Edisi Kesebelas. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Yuliani, H.R, 2011. Karakterisasi Selai Tempurung Kelapa Muda. Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Ujung Pandang.
Yuniarti. 2000. Penanganan dan Pengolahan Buah Mangga. Penerbit Kanasius.
Yogyakarta.
44
45
46
47
48