Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM 1

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU


(Faktor Mutu)

OLEH :
M. SULTAN
2010516110006

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mutu adalah ketetapan yang ditentukan untuk menentukan standar baku


untuk berbagai bahan baku maupun produk. Mutu yang telah ditetapkan ini
berdasarkan kepada beberapa faktor mutu. Faktor-faktor mutu yang biasa
digunakan untuk menetapkan standar mutu adalah faktor kuantitatif, tersembunyi
dan cacat atau kelainan.
Faktor mutu kuantitatif adalah faktor mutu yang ditentukan dengan
menggunakan panca indera, seperti ukuran, bentuk, panjang, lebar, tinggi, besar,
kecil, diameter, volume, bau atau aroma, volume, dan warna. Adapun faktor mutu
tersembunyi adalah faktor mutu yang tidak dapat ditentukan dengan menggunakan
panca indera, akan tetapi ditentukan berdasarkan pengukuran dengan menggunakan
peralatan, seperti kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, cemaran logam,
dan cemaran mikroorganisme. Selain faktor mutu kuantitatif dan tersembunyi,
maka ada lagi faktor mutu berdasarkan kecacatan dan kelainan. Contoh dari faktor
mutu kecacatan dan kelainan adalah cacat genetik, penyakit, serangga, dan kotoran.
Ketiga jenis faktor mutu ini digunakan untuk semua jenis bahan baku
maupun produk. Penentuan faktor mutu ini merupakan sesuatu yang sangat penting
untuk menentukan bahan baku maupun produk yang dihasilkan masuk dalam
kriteria mutu apa atau sudah sudah sesuai dengan standar ataukah tidak. Standar
mutu yang dapat digunakan untuk menentukan kriteria mutu bahan baku tersebut
adalah Standar Nasaional Indonesia (SNI).
Kacang-kacangan merupakan sumber protein dan lemak nabati sebagai
pangan yang kaya akan gizi, tetapi mengandung pula komponen yang merugikan
kesehatan (anti zat gizi antara lain : tripshin inhibitor). Sebelum di lakukan proses
pengolahan terhadap kacang-kacangan perlu di lakukan pemilihan bahan baku,
karena akan mempengaruhi proses selanjutnya dan mutu produk yang di hasilkan.
Tahap awal dari proses pengolahan kacang-kacangan adalah pencucian dan
perendaman.
Dalam memilih mutu kacang-kacangan dapat di lakukan dengan
menggunakan Standar Kreteria Mutu seperti Standar Nasional Indonesia (SNI).
Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya standar yang
berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan
ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat
sesuatu. Istilah ini banyak digunakan dalam dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur
dalam kaitannya dengan teknik dan konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau
jasa yang dihasilkan, seperti Six Sigma, TQM, Kaizen, dll.
Didalam kacang-kacangan yang biasa di jadikan standar Nasional Indonesia
adalah persentasi dari butir belah, butir rusak, butir keriput, butir warna lain, dan
kotoran. Butir belah adalah butir yang kulit bijinya terlepas dan keping-keping
bijinya terlepas atau tergeser, butir keriput adalah biji yang berubah bentuknya dan
keriput termasuk biji yang sangat muda dan atau tidak sempurna perubahannya,
butir rusak adalah biji kacang yang berlubang bekas serangan hama, pecah, karena
mekanis, biologis, fisik dan enzimatis, seperti berkecambah, busuk, bau tidak di
sukai, berubah warna, maupun bentuk, butir warna lain adalah butir kacang yang
berwarna lain dari warna aslinya disebabkan varietas lain, benda asing atau disebut
dengan kotoran adalah seperti pasir, tanah, potongan batang dan potongan daun
kulit polong dan biji-bijian lain.

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah menganalisis faktor mutu kacang-kacangan


yang disesuaikan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
METODOLOGI

Alat dan Bahan

Alat – alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas ukur,
mikrometer sekrup, oven, desikator, cawan aluminium, timbangan analitik, alat
tulis, dan buku.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah berbagai jenis
kacang (kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, kacang putih, biji jagung
kering, dan biji kopi).

Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah :


1. Penentuan kotoran dan cacat
Ditimbang sebanyak 10 gram sampel

Dipisahkan bagian kotoran dan yang cacat

Ditimbang bagian kotoran dan yang cacat dan dihitung persentasenya

Hasil

2. Penentuan Panjang, lebar, dan diameter


Diukur panjang, lebar, dan diameter pada sampel sebanyak 10 biji
menggunakan mikrometer skrup

Hasil

3. Penentuan berat

Ditimbang berat masing-masing jenis kacang per 10 biji

Hasil

4. Penentuan volume absolute


Dimasukan air ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml dan dicatat
volumenya

A
A

Dimasukkan sampel dan dicatat perubahan volumenya

Ditentukan volume sampel dengan menghitung selisih antara volume


akhir dan volume awal

Hasil

5. Penentuan kerapatan mutlak


Dihitung perbandinngan antara berat sampel dan volume awal

Hasil

6. Penentuan kadar air


Ditentukan kadar air sampel menggunakan metode oven

Hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kacang Hijau
1. Penentuan Kotoran dan Kadar Cacat
- Sampel awal = 10 gr
- Kotoran =-
- Cacat = 0,1473 gr →1,473%
2. Penentuan Panjang, Lebar dan Diameter
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10
5,4 5,2 5,1 5,2 5,2 5,2 5,4 4,4 5,4 6,1
P
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
4,7 4,1 4,2 4,4 4,2 4,1 3,2 4,3 4,3 4,1
L
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
4,7 4,1 4,2 4,4 4,2 4,1 3,2 4,4 4,3 4,1
D
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm

3. Penentuan Berat
Berat 10 biji kacang yaitu 0,6126 gr.
4. Penentuan Volume Absolut (volume air 50 mL dan kacang 50 gr)
Diketahui : Air di dalam gelas ukur = 20 ml
Berat kacang = 50 gram
Volume awal = 50 ml
Volume akhir = 89 ml
➔ V kacang hijau = Vakhir – Vawal
= 89 ml – 50ml
= 39 ml
Volume absolut kacang hijau yaitu 39 mL.
5. Penentuan Kerapatan Mutlak
- Berat sampel = 50 gr
- Kenaikan air = 39 mL
50 𝑔𝑟
= 1,282 mL/gr
39 𝑚𝐿

6. Penentuan Kadar Air


Diketahui : Berat cawan = 3,4801 g
Berat cawan + kacang hijau = 5.0452 g
Berat cawan + kacang hijau setelah dikeringkan = 8, 0541 g
• Kadar Air (Basah)
Berat cawan = W2
Berat cawan + kacang hijau = W
Berat cawan + kacang hijau setelah kering = W1
𝑊− (𝑊1 − 𝑊2)
× 100
𝑊
5,0452 − (8,0541 − 3,4801)
= × 100
3,4801
5,0452 − 4,574
= × 100
3,4801
0,4712
= 3,4801 × 100 = 0,1354 × 100 = 13,54%

• Kadar Air (Kering)


𝑊 − (𝑊1 − 𝑊2)
× 100
𝑊1 − 𝑊2
5,0452 − (8,0541 − 3,4801)
= × 100
8,0541 − 3,4801
5,0452 − 4,574
= × 100
4,574

= 0,103 × 100
= 10,3 %

Kacang Merah
1. Penentuan Kotoran dan Kadar Cacat
- Sampel awal = 10 g
- Kotor =-
- Cacat = 4 g →40%
2. Penentuan Panjang, Lebar dan Diameter
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10
13,5 14 13,5 13,5 14,2 13,5 13,5 13,5 13,5 13,5
P
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
7,9 7,9 8 7,9 8,2 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9
L
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
7,9 7,9 8 7,9 8,2 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9
D
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
3. Penentuan Berat
Berat 10 biji kacang yaitu 3 g.
4. Penentuan Volume Absolut (volume air 50 mL dan kacang 20 g)
Diketahui : Berat kacang = 20 gram
Volume air awal = 50 ml
Volume air akhir = 68 ml
➔ V kacang merah = V akhir – V awal
= 68 ml – 50ml
= 18 ml
Volume absolut kacang merah yaitu 18 mL.
5. Penentuan Kerapatan Mutlak
- Berat sampel = 20 g
- Kenaikan air = 18 mL
20 𝑔𝑟
= 1,11 mL/g
18 𝑚𝐿

6. Penentuan Kadar Air


Diketahui : Berat cawan = 3,181 g
Berat cawan + kacang merah = 5.0740 g
Berat cawan + kacang merah setelah dikeringkan = 7, 8292 g
• Kadar Air (Basah)
Berat cawan = W2
Berat cawan + kacang merah = W
Berat cawan + kacang merah setelah kering = W1
𝑊− (𝑊1 − 𝑊2)
× 100
𝑊
5,0740 − (7,8292 − 3,181)
= × 100
3,181
5,0740 − 4,6482
= × 100
3,181
0,4258
= × 100 = 0,1338 × 100 = 𝟏𝟑, 𝟑𝟖%
3,181

• Kadar Air (Kering)


𝑊 − (𝑊1 − 𝑊2)
× 100
𝑊1 − 𝑊2
5,0740 − (7,8292 − 3,181)
= × 100
7,8292 − 3,181
5,0740 − 4,6482
= × 100
4,6482

= 0,091 × 100
= 9,16 %

Kacang Tanah
1. Penentuan Kotoran dan Kadar Cacat
- Sampel awal = 10 gr
- Kotor = 7 gr -> 70%
- Cacat = 3 gr -> 30%
2. Penentuan Panjang, Lebar dan Diameter
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10
11 11 11 12 11 11 11 11 11 11
P
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
7 7 7 8 8 7 7 7
L 7 mm 8 mm
mm mm mm mm mm mm mm mm
7 7 7 8 8 8 7 7
D 7 mm 8 mm
mm mm mm mm mm mm mm mm

3. Penentuan Berat
Berat 10 biji kacang yaitu 3 gr.
4. Penentuan Volume Absolut (volume air 50 mL dan kacang 20 gr)
Volume absolut kacang tanah yaitu 21 mL.
5. Penentuan Kerapatan Mutlak
- Berat sampel = 50 gr
- Kenaikan air = 21 mL
50 𝑔𝑟
= 2,380 mL/gr
21 𝑚𝐿

6. Penentuan Kadar Air


Kadar air pada kacang tanah yaitu 8,1%

Kacang Putih
1. Penentuan Kotoran dan Kadar Cacat
- Sampel awal = 10 gr
- Kotor / cacat = 1 gr
 10%
2. Penentuan Panjang, Lebar dan Diameter (mm)
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10
9,61 10,7 10,45 10,11 10,41 10,38 10,26 10,5 10,18 10,16
P
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
5,41 5,31 6,41 6,19 4,41 5,38 5,22 5,18 5,11 6,36
L
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
6,37 6,49 6,42 6,2 6,6 6,1 6,17 6,44 6,26 6,49
D
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm

3. Penentuan Berat
Berat 10 biji kacang putih yaitu 0,87 gr
4. Penentuan Volume Absolut (volume air 50 mL dan kacang 20 gr)
Volume absolut kacang putih yaitu 42 ml.
5. Penentuan Kerapatan Mutlak
- Berat sampel = 50 gr
- Kenaikan air = 42 ml
50 𝑔𝑟
= 1,19 ml/gr
42 𝑚𝑙

6. Penentuan Kadar Air


Kadar air pada kacang putih yaitu 89,05%

Jagung
1. Penentuan kotoran dan kadar cacat
- Sampel awal : 10gr
- Kotor :-
- Cacat : 2gr = 20%
2. Penentuan panjang, lebar dan diameter
J1 J2 J3 J4 J5 J6 J7 J8 J9 J10
P 7,4 7,3 6,4 5,3 5,4 7,35 7,32 5,0m 6,28 7,5
mm mm mm mm mm mm mm m mm mm
L 5,3 5,3 5,3 5,3 5,1 6,11 6,47 6,34 5,7m 0,38
mm mm mm mm mm mm mm mm m mm
D 3,2 4,3 4,3 4,1 4,3 4,21 4,42 3,47 4,40 3,16
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
3. Penentuan berat
Berat 10 biji jagung kering yaitu1,5234gr
4. Penentuan volume absolut (volume air 50ml dan biji jagung kering 50gr)
- Berat kacang = 50gr
- Volume awal = 50ml
- Volume akhir = 91ml
- Biji jagung kering = volume akhir-volume awal
= 91ml-50ml
= 41ml (volume absolut biji jagung kering)
5. Penentuan kerapatan mutlak
- Berat sampel = 50gr
- Kenaikan air = 41ml
50𝑔𝑟
- = 1,219gr/ml
41𝑚𝑙
6. Penentuan kadar air
Kadar air pada biji jagung kering adalah 89,90%

Kopi
1. Penentuan Kotoran dan Kadar Cacat
- Sampel awal = 10 gr
- Kotor = 9 gr -> 90%
- Cacat = 1 gr -> 10%
2. Penentuan Panjang, Lebar dan Diameter
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10
12,35 13,14 12,53 12,23 13,39 13,57 12,52 12,76 12,45 11,32
P
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
4,66 6,19 6,49 7,93 5,58 6,30 5,37 6,00 5,96 6,27
L
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm
7,83 8,83 10 8,79 8,85 9,61 8,89 9,25 9,00 9,61
D
mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm

3. Penentuan Berat
Berat 10 biji kopi yaitu 2,0194 gr.
4. Penentuan Volume Absolut (volume air 100 mL dan kopi 25 gr)
Volume awal: 100 ml
Volume akhir: 140 ml
Volume absolut kopi yaitu 40 mL.
5. Penentuan Kerapatan Mutlak
- Berat sampel = 25 gr
- Kenaikan air = 40 mL
25 𝑔𝑟
= 0,625 mL/gr
40 𝑚𝐿

6. Penentuan Kadar Air


Kadar air pada kopi yaitu 96%

Pembahasan

Pengawasan mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijakan


dalam hal mutu (standar) dapat tercermin dalam hasil akhir. Dengan perkataan lain
pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu atau kualitas dari
barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan
berdasarkan kebijaksanaan perusahaan. Pengawasan mutu harus berlandaskan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Makin modern tingkat industri, makin kompleks ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk menangani mutu. Demikian pula,
makin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat, makin besar dan makin kompleks
tuntutannya akan produk pangan. Karena itu, pengawasan mutu pangan memegang
peran yang sangat penting.
Pada praktikum ini, berbagai jenis kacang-kacangan yang digunakan adalah
kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kacang putih dan jagung. Kacang-
kacangan adalah sebutan untuk biji yang berukuran relatif lebih besar dibandingkan
serealia dan digunakan untuk bahan pangan bagi manusia dan hewan ternak. Jenis
kacang-kacangan, jagung dan kopi ini di tentukan mutunya dengan penetepan
standar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Beberapa yang harus di
tentukan mutunya dalam standar nasional indonesia yaitu butir rusak, keriput,
warna lain, kotoran.
Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang berumur pendek dan dapat
tumbuh di daerah yang curah hujannya rendah. Kacang hijau merupakan sumber
protein nabati. Protein biji kacang hijau mengandung 8 asam amino esensial, yaitu
Valine, Leucine, Isoleucine, Methionine, Venyl Alanine, Lycine dan Tryptophane.
Selain itu juga terdapat lemak, karbohidrat serta mineral yang dibutuhkan tubuh.
Kacang hijau mengandung minyak yang sangat rendah namun mengandung vitamin
(terutama vitamin B1) dan protein yang cukup. Kualitas kacang hijau ditentukan
oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 01-9323-1995. Berdasarkan hasil
praktikum yang telah dibandingkan dengan standar nasional indonesia (SNI)
kacang hijau, didapatkan bahwa untuk kadar air kacang hijau masuk dalam katagori
mutu grade I karena tidak melebihi batas maksimal yaitu 13%. Begitu juga untuk
kotoran pada kacang hijau sudah sesuai standar dan masuk kategori mutu I karena
terbebas dari kotoran atau 0%. Namun untuk butir cacat dikategorikan dalam mutu
grade II karena tidak melebihi batas maksimal yaitu 3%. Adapun untuk diameter
kacang hijau juga memenuhi standar karena rata-rata butir kacang hijau memiliki
diameter yang sama. Sedangkan untuk berat, volume absolute, dan kerapatan
mutlak kacang hijau tidak ada ketentuan dalam standar nasional.
Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sumber protein
yang baik, dengan kandungan proteinnya sekitar 23,1% (Depkes, 1992). Selain itu
kacang merah juga mengandung karbohidrat kompleks, serat, vitamin B , kalsium,
fosfor, zat besi, dan folasin. Pada praktikum ini, sampel kacang merah tidak bisa
dideskripsikan mutunya karena belum ada standar nasional biji kacang merah.
Kacang tanah (Arachis Hypogaea L.) merupakan tanaman polong-polongan
kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Sebagai tanaman budidaya, kacang
tanah terutama dipanen bijinya yang kaya protein dan lemak. Biji ini dapat dimakan
mentah, direbus (di dalam polongnya), digoreng atau disangrai. Biji kacang tanah
kaya akan nutrisi karena mengandung karbohidrat, protein dan lemak sehingga
dapat menjadi subtrat yang baik bagi pertumbuhan kapang. Kualitas kacang tanah
ditentukan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 01-3921-1995. Standar
tersebut merupakan kriteria mutu kacang tanah yang ditetapkan oleh Badan
Standarisasi Nasional (BSN). Berdasarkan hasil praktikum yang telah
dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) kacang tanah, didapatkan
bahwa mutu kacang tanah untuk kadar air masuk dalam katagori mutu grade III
karena melebihi standar yang ditetapkan yaitu maksimum 8%. Begitu juga untuk
kotoran dan cacat tidak bisa dikategorikan atau tidak sesuai standar karena melebihi
batas yang ditentukan yaitu 3% untuk mutu grade 3. Adapun untuk diameter kacang
tanah juga sudah memenuhi standar karena rata-rata butir kacang tanah memiliki
diameter 7-8 mm sehingga termasuk dalam kategori mutu I dan II. Sedangkan untuk
berat, volume absolute, dan kerapatan mutlak kacang tanah tidak ada ketentuan
dalam standar nasional.
Kacang putih/tunggak (Vigna unguiculataL. Walp) termasuk keluarga
Leguminoceae. Keunggulan kacang tunggak yaitu mempunyai kadar lemak yang
lebih rendah sehingga dapat meminimalisasi efek negatif dari penggunaan produk
pangan berlemak. Kacang tunggak juga mempunyai kandungan vitamin B1 lebih
tinggi dibandingkan kacang hijau. Asam amino yang penting dari protein kacang
tunggak adalah kandungan asam amino lisin, asam aspartat dan glutamat. Pada
praktikum ini, sampel kacang putih juga tidak bisa dideskripsikan mutunya karena
belum ada standar nasional biji kacang putih.
Jagung merupakan salah satu bahan pangan sumber karbohidrat.
Persyaratan mutu Jagung menjamin kesehatan dan bebas dari Hama dan penyakit.
Persyaratan khusus sesuai SNI yang memiliki batas nilai maksimal terhadap butir
rusak, butir warna lain, butir pecah, kadar kotoran dan Aflatoxin. Kualitas/mutu
jagung biasanya identik dengan kadar Aflatoxins yang berbahaya atau karsinogenik
jika dikonsumsi. Kontaminasi aflatoksin pada komoditas pertanian menimbulkan
risiko yang cukup besar bagi kesehatan manusia dan ternak serta kerugian ekonomi
(Negash, 2018). Selain itu, penurunan kadar air dengan pengeringan dapat
memperlambat aktivitas mikroorganisme tersebut sehingga pengeringan menjadi
bagian terpenting dalam memproduksi jagung berkualitas (Arsyad, 2018).
Komoditi jagung merupakan serealia terpenting setelah beras. Standar Nasional
mutu jagung di Indonesia telah ditetapkan berdasarkan SNI 3920:2013 (BSN,
2013), yang diklasifikasikan dalam kelas mutu I (Satu), II (Dua), III (Tiga) dan IV
(Empat). Berdasarkan hasil praktikum yang telah dibandingkan dengan standar
nasional indonesia (SNI) didapatkan bahwa untuk kadar air jagung sebesar 89.90%
tidak dapat dikategorikan dalam grade mutu atau tidak sesuai dengan standar yang
ditetapkan karena melebihi batas maksimal yaitu 14%. Begitu juga dengan butir
cacat jagung sebesar 20% tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan karena
melebihi batas maksimal yaitu 5%. Adapun untuk banyaknya kotoran sudah
memenuhi standar karena tidak ada kotoran pada sampel jagung. Sedangkan untuk
diameter, berat, volume absolute, dan kerapatan mutlak jagung tidak ada ketentuan
dalam standar nasional.
Kopi telah memberikan manfaat tersendiri bagi kelangsungan hidup
masyarakat Indonesia. Selain memiliki fungsi ekonomi, kopi juga memiliki fungsi
sosial. Adapun jenis kopi yang terutama dikembangkan oleh rakyat adalah kopi
robusta. Standar Nasional mutu biji kopi di Indonesia telah ditetapkan berdasarkan
SNI 01-2907-2008 (BSN, 2008). Berdasarkan hasil praktikum yang telah
dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) biji kopi, didapatkan
bahwa mutu biji kopi untuk kadar air tidak sesuai standar karena melebihi batas
yang ditetapkan yaitu maksimum 12,5%. Begitu juga untuk kotoran dan cacat tidak
dapat dikategorikan atau tidak sesuai standar karena melebihi batas yang ditentukan
yaitu maksimal 0,5%. Adapun untuk diameter biji kopi juga tidak sesuai standar
karena melebihi dari standar yang ditetapkan yaitu 7,7 mm. Sedangkan untuk berat,
volume absolute, dan kerapatan mutlak biji kopi tidak ada ketentuan dalam standar
nasional. Mutu kopi robusta yang dihasilkan petani umumnya masih rendah karena
pengolahan pasca panen masih menghasilkan kopi asalan, yaitu biji kopi yang
dihasilkan dengan metode dan fasilitas sangat sederhana, kadar air relatif tinggi dan
masih tercampur dengan bahan-bahan lain dalam jumlah relatif banyak (Yusianto
dan Mulato, 2002).
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah :


1. Kacang-kacangan, jagung dan kopi memiliki berbagai macam karakteristik.
Mutunya bisa di lihat dari kadar air, jumlah kotoran, butir rusak, butir yang
belah, butir keriput, dan diameter yang dibandingkan dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI).
2. Standar mutu kacang-kacang, jagung dan kopi dibagi menjadi 3-5 kelompok
mutu. Mutu I artinya kualitas atau mutunya terbaik dan begitu seterusnya.
3. Dari beberapa faktor mutu yang ditetapkan, masing-masing sampel memiliki
Standar Nasional yang berbeda-beda dan tidak semua standar dapat terpenuhi
oleh setiap bahan tergantung pada proses penanganan/pengolahan bahan
tersebut.

Saran

Saran untuk praktikum ini adalah sebaiknya semua sampel yang dipilih
adalah sampel yang memiliki ketentuan Standar Nasional Indonesia. Pada
praktikum ini sampel kacang merah dan kacang putih belum memiliki Standar
Nasional Indonesia sehingga tidak dapat dilakukan perbandingan.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Muh. 2018. Pengaruh Pengeringan Terhadap Laju Penurunan Kadar Air
dan Berat Jagung (Zea Mays L.) untuk Varietas Bisi 2 dan Nk22. Jurnal
Agropolitan 5(1): 44-52.

Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-2979-1992. Mutu dan Cara Uji
Mentega Kacang. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-9323-1995 Kacang hijau. Badan


Standardisasi Nasional, Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3921-1995 Kacang tanah. Badan


Standardisasi Nasional, Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 2008. SNI 01-2907-2008 Kacang tanah. Badan


Standardisasi Nasional, Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 2013. SNI 3920:2013 Jagung. Badan Standardisasi


Nasional, Jakarta.

Negash, Demissie. 2018. A review of aflatoxin: occurrence, prevention, and gaps


in both food and feed safety. Journal of Nutritional Health & Food
Engineering 8(2): 190-197. DOI: 10.15406/jnhfe.2018.08.00268

Yusianto dan S. Mulato. 2002. Pengolahan dan Komposisi Kimia Biji Kopi:
Pengaruhnya terhadap Cita Rasa Seduhan. Materi Pelatihan Uji Cita Rasa
Kopi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember.

Anda mungkin juga menyukai