Anda di halaman 1dari 8

Juhu Umbut Sawit: Hidangan Kata Kunci : Juhu Umbut Sawit, Kuliner,

Tradisional Khas Dayak dalam Pernikahan Suku Dayak, Agama Hindu


Kaharingan.
Upacara Pernikahan Agama Hindu
Kaharingan
PENDAHULUAN

Kalimantan Tengah yang merupakan


bagian dari bangsa Indonesia yang dihuni
oleh berbagai suku, ras, golongan dan agama
yang homogeny, memiliki sebuah agama
yang di anut oleh masyarakat suku dayak
yang padaawalnya adalah agama
Kaharingan (setelah integrasi menjadi Hindu
Silpana Riati_2001571005 Kaharingan). Dalam ajaran agama Hindu
Program Studi Antropologi, Fakultas Ilmu Kaharingan sangat banyak sekali harus di
Budaya, Universitas Udayana
gali baik dari filsafat, etika dan
silfanariati142@gmail.com
ritual .sebagai bekal untuk generasi penerus
agar agama hindu kaharingan tetap eksis di
Abstrak negara ini. Terkhusus didalam upacara,
Artikel ini membahas tentang makanan banyak sekali upacara – upacara ritual yang
tradisional suku Dayak Ngaju di Kalimantan dilaksanakan oleh penganut agama Hindu
Tengah, yang disebut Juhu Umbut Sawit. Kaharingan dan upacara – upacara ritual
Makanan ini hanya disajikan saat perayaan tersebut mempunyai ciri khas tersendiri
dan sangat dihargai oleh masyarakat sesuai dengan tradisi yang dijalankan oleh
setempat. Juhu Umbut Sawit adalah jenis berbagai suku yang mendiami kepulauan
sayuran yang terbuat dari batang pohon Kalimantan ini. Begitu juga dengan upacara
kelapa atau pohon sawit yang memiliki pernikahan yang dilaksanakan oleh pemeluk
penampilan yang mirip dengan rebung. agama Hindu Kaharingan, masing – masing
Namun memiliki rasa yang lebih manis. suku tentunya memiliki ciri khas tersendiri
Biasanya, makanan ini dimakan mentah atau tetapi secara esensial adalah mengacu pada
dimasak dan disajikan dengan sambal. firman Ranying Hatalla Langit (sebutan
Meskipun mungkin nama dan makanannya Tuhan menurut Agama Hindu Kaharingan)
belum familiar bagi sebagian orang, juhu yang tertuang dalam Kitab Suci Panaturan..
umbut sawit adalah hidangan yang populer Menurut ajaran Agama Hindu Kaharingan
di kalangan masyarakat yang datang ke upacara perkawinan adalah suci yang harus
daerah tersebut dan merupakan hidangan dilaksanakan oleh setiap pasangan yang
wajib pada setiap perayaan suku Dayak, akan hidup berumah tangga. Setiap
terlebih pada perayaan pernikahan dalam pasangan yang ingin membentuk rumah
umat hindu kaharingan. tangga harus sadar tentang tanggung jawab
sebagai suami istri dan yang paling penting
adalah bagaimana sepasang suami istri
tersebut mampu menerapkan ajaran agama hidangan sayuran yang terbuat dari batang
terutama bila ia ingin melangsungkan sawit dan kelapa ini adalah favorit yang
pernikahan. Dengan demikian jelas bahwa harus disajikan pada setiap acara, termasuk
tujuan perkawinan menurut agama Hindu pernikahan, upacara kematian, dan acara
Kaharingan yaitu menginginkan dalam syukuran. Jika masyarakat Jawa memiliki
menjalankan kehidupan setelah sayur rebung atau hidangan sayuran yang
melaksanakan perkawinan, merekamampu terbuat dari inti (bongkol) pohon bambu,
untuk menjalani kehidupannya guna maka hidangan sayur singkah ini juga
membangun rumah tangganya dalam sebuah berasal dari inti, tetapi inti pohon kelapa
rumah yang besar menjadi rumah tangga atau sawit . Bentuk dan warna dari inti
yang bahagia dan kesejahteraan. Adapun kelapa dan sawit tidak jauh berbeda dengan
tujuan perkawinan yang paling pokok adalah rebung, dan berwarna putih. Namun, rasanya
terwujudnya keluarga bahagia, kebahagiaan berbeda, sayuran ini lebih manis dari
dan kekekalan harus dibina sepanjang masa. rebung. Rasa manis inilah yang membuat
Khusus untuk upacara manyaki panganten masyarakat Dayak menyukai hidangan
dalam upacara perkawinan pada masyarakat sayuran mentah ini tanpa dimasak. Cara
Hindu Kaharingan yang merupakan suatu memasak hidangan ini relatif mudah,
perintah dari Ranying Hatalla Langit kepada sehingga hampir setiap orang Dayak tahu
umat Hindu Kaharingan untuk selalu cara memasaknya. Namun karena hidangan
dilaksanakan, maka kewajiban kita untuk ini tergolong hidangan khusus untuk acara-
menjaga dan memeliharanya. acara tertentu, tidak banyak restoran atau
warung khas Dayak yang menawarkannya
Ketika membicarakan tentang
untuk dijual.
memperkenalkan budaya dan tradisi daerah,
kuliner lokal seringkali menjadi fokus utama Juhu Umbut Sawit memang
pada berbagai acara kedaerahan. Hal yang berhubungan dengan perayaan pernikahan
sama juga terjadi di masyarakat Kalimantan umat Hindu Kaharingan di Kalimantan
Tengah, terutama suku Dayak, yang selalu Tengah. Hindu Kaharingan adalah agama
memperkenalkan kuliner mereka kepada yang diajarkan oleh suku Dayak di
para pengunjung pada berbagai acara lokal Kalimantan Tengah. Pada pernikahan yang
seperti pernikahan dan upacara syukuran. diselenggarakan umat Hindu Kaharingan,
Salah satu hidangan yang wajib dicoba saat Juhu Umbut Sawit dihidangkan sebagai
berada di wilayah Dayak adalah Juhu Umbut bagian dari hidangan perayaan. Hidangan ini
Sawit. Hidangan ini biasanya disajikan pada kemakmuran dan kebahagiaan untuk
acara-acara pernikahan. Pada pandangan pasangan pengantin baru. Selain itu Juhu
pertama, nama hidangan ini mungkin terlihat Umbut Sawit juga dianggap sebagai simbol
aneh dan tidak asing lagi, sehingga tidak dari keberanian dan kekuatan Dayak yang
banyak orang yang pernah mendengarnya. harus dihormati dalam perayaan pernikahan.
Namun, banyak orang yang mengetahui Karena itu, hidangan ini sangat penting
bahwa masyarakat Dayak memiliki dalam perayaan pernikahan umat Hindu
hidangan sayuran yang terbuat dari batang Kaharingan dan menjadi hidangan yang
sawit dan kelapa. Bagi masyarakat Dayak, wajib ada pada acara tersebut.
kaharingan tidak mulai pada zaman tertentu,
kaharingan telah ada sejak awal kreasi yang
METODE
dilakukan ranying hatalla, atau dengan kata
Riset dan pengumpulan data lain kaharingan ada karena adanya

Melakukan riset tentang agama kehidupan itu sendiri. Kemudian kata

Hindu Kaharingan dan tradisi pernikahan kaharingan berarti “Dengan Sendirinya”.

yang dilakukan oleh suku Dayak di Namun dalam kitab penaturan dan tutur

Kalimantan Tengah. Dan Mengumpulkan ritual kata kaharingan berarti kehidupan

informasi tentang Juhu Umbut Sawit dan (koentjaraningrat, 2004;137). Kaharingan

bagaimana hidangan ini menjadi bagian berasal dari bahasa sangiang yaitu bahasa

penting dari perayaan pernikahan. dayak kuna yang berasal dari kata “Haring”
yang berarti hidup dalam kuasa tuhan
Menentukan struktur artikel
(Pranata, 2009;56). Selanjutnya kata
Menentukan struktur artikel yang kaharingan berasal dari bahasa sangiang dari
akan dibuat. Misalnya, memulai dengan akar kata “Haring” yang artinya “Hidup”
pendahuluan tentang agama Hindu atau kehidupan. Mendapat awalan “Ka” dan
Kaharingan dan pernikahan, kemudian akhiran “An”. Jadi kata kaharingan berarti
mengenalkan Juhu Umbut Sawit dan peran suatu yang menjadi sumber segala yang
pentingnya dalam perayaan pernikahan. hidup (Buhol Dkk. 2016:2). Setelah
melewati proses yang panjang dengan
Menulis isi artikel Berdasarkan riset dan
berbagai penyebutan dan istilah tentang
struktur yang telah ditentukan
agama yang ada di pulau borneo, maka pada
Memulaikan penulisan artikel
tahun 1950 diadakannya kongres SKDI
dengan bahasa yang mudah dipahami dan
(Serikat Kaharingan Dayak Indonesia)
terstruktur dengan baik. Sertakan referensi
organisasi politik berkedudukan di
yang akurat dan jelas untuk mendukung
tangkahen dan sejak saat itu disepakati
informasi yang diberikan.
bersama menyebut nama agama yang dianut
Mengedit dan merevisi yaitu agama kaharingan (Pranata. 2006:8).
Pada tahun 1980, keluarlah surat keputusan
Setelah menyelesaikan penulisan
nomor; H/37/SK/1980 tanggal19 April 1980
artikel, lakukan pengeditan dan revisi untuk
dari Dirjen Bimas Hindu Kementerian
memastikan artikel telah menjelaskan topik
Agama Republik Indonesia, tentang
dengan jelas dan rapi. Pastikan semua
pengukuhan majelis besar alim
informasi telah disajikan dengan akurat dan
ulamakaharingan menjadi majelis besar
jelas.
agama hindu kaharingan yang direncanakan
di kota palangka raya. Inilah cikal bakal

HASIL DAN PEMBAHASAN integrasi kaharingan dengan hindu sehingga


dikenal dengan hindu kaharingan.
Agama Hindu Kaharingan
Jadi hindu kaharingan adalah agama
Menurut Riwut (2003:478)
yang tidak dimulai pada zaman tertentu yang
Menjelaskan bahwa kata kaharingan berasal
berasal dari bahasa sangiang dari kata
dari kata “Haring” yang berarti “Hidup” dan
Haring yang berarti kehidupan, kaharingan adalah bagaimana sepasang suami istri
adalah agama yang dijadikan sebagai tersebut mampu menerapkan ajaran agama
sumber kehidupan yang mengalirkan air suci terutama bila ia ingin melangsungkan
kehidupan yang hidup dalam kuasa ranying pernikahan. Hal ini seperti yang tertuang
hatalla langit. dalam Kitab Suci Panaturan Pasal 19 ayat 3
yaitu :“Ewen due puna palus lunuk hakaja
Pernikahan Dalam Agama Hindu
panting baringen hatamuei bumbung, awi
Kaharingan
ewen sintung karena dapit jeha ije manak
Pernikahan tidak hanya merupakan manarantang hatamunan aku huang pantai
hal umum yang terjadi di masyarakat, tetapi danum kalunen ije puna ingahandak awi-Ku
secara kodrat seorang pria dan wanita akan tuntang talatah panggawi manjadi suntu
membentuk kehidupan bersama-sama akan pantai danum kalunen”. Dari pasal 19
sebagai suami istri dan yang memiliki Kitab suci Panaturan ini sangatlah jelas bagi
kekuatan hukum. Hal tersebut dikemukakan umat Hindu Kaharingan pastilah nantinya
bahwa: “Pernikahan tidak semata-mata untuk melangsungkan kehidupan dan
berarti suatu ikatan antara seorang pria penerusan keturunan harus melalui proses
dengan seorang wanita sebagai suami untuk perkawinan. Bertitik tolak dari pengertian
istri mendapatkan keturunan dan diatas, maka sebagai umat yang beragama
membangun serta membina kehidupan kita kenakalan dalam setiap kegiatan
keluarga rumah tangga tetapi juga berarti keagamaan harus mengutamakan ritual
suatu hubungan rumah tangga yang sebagai bukti pertanggung jawaban kita
menyangkut para anggota keluarga dari kehadapan Yang Maha Kuasa demikian juga
pihak istri dan suami. Terjadinya pernikahan dengan Ritual pernikahan mana akan
berarti terjadinya ikatannya kekerbatan menjadi bukti kepada Ranying Hatalla
untuk saling membantu dan mendukung Langit, dan wujud pertanggungan jawaban
hubungan kekerabatan yang rukun dan kehadapan keluarga, masyarakat dan sebagai
damai (Hadikusuma, SH 1977 : 70). Dengan bentuk norma dan etika dalam
kehidupan yang diharapkan untuk bermasyarakat.
mendapatkan keturunan yang nantinya akan
Makanan Juhu Umbut Sawit Peran
menjadi penerus silsilah orang tua dan
Pentingnya Dalam Perayaan Pernikahan
kerabat menurut garis ayah dan garis ibu.
Adanya silsilah yang menggambarkan Mungkin nama sayuran ini sangat
kedudukan seorang sebagai anggota kerabat asing bagi sebagian orang karena namanya
adalah merupakan barometer dari asal usul yang tidak populer. Namun orang turis yang
keturunan yang baik dan teratur. Menurut sering ke tanah Dayak paling banyak
ajaran Agama Hindu Kaharingan upacara mencari sayuran yang terbuat dari bonggol
pernikahan adalah suci yang harus sawit atau kelapa ini. Dan bagi suku Dayak,
dilaksanakan oleh setiap pasangan yang juhu (sayur) umbut sawit ini merupakan
akan hidup berumah tangga. Setiap masakan favorit yang wajib dihidangkan di
pasangan yang ingin membentuk rumah setiap acara-acara yang diadakan seperti
tangga harus sadar tentang tanggung jawab pesta perkawinan, upacara kematian,
sebagai suami istri dan yang paling penting ataupun acara syukuran. Bila orang Jawa
mengenal sayur rebung, sayuran yang umbut kelapa ini sudah ada sejak zaman
terbuat dari inti (bongkol) pohon bambu, leluhur orang Dayak. Menurutnya, sayuran
maka sayur singkah ini juga berasal dari ini juga dipakai untuk upacara-upacara adat
bongkol. Tapi, sayur singkah ini bukan zaman dulu. Wanita asal suku Dayak Ngaju
diambil dari bongkol pohon bambu tapi ini mengatakan pada zaman dulu masyarakat
bongkol pohon sawit atau kelapa. Bentuk Dayak selalu menanam sekitar 2-3 pohon
dan warnanya tidak jauh berbeda dengan sawit atau kelapa di halaman rumahnya. Bila
rebung: putih. Yang membedakan, sayuran ada acara-acara seperti kematian atau
ini jauh lebih manis bila dibandingkan perkawinan maka warga Dayak akan
dengan rebung. Ini mungkin karena asalnya menebang 12 batang pohon untuk diambil
dari kelapa sawit atau kelapa. Tak heran bila inti (bongkol) yang berada di bagian pohon
suku Dayak menyukai sayuran ini masih akar. Pada zaman dulu para tetua suku
dalam kondisi mentah (belum dimasak). Dayak mengambil umbut dari pohon kelapa
Mereka akan memakannya dengan dicampur buah yang sudah beranjak tua. Pohon ini
dengan sambal. ditebang. Pada batang kelapa di bagian dasar
yang berada dalam tanah (bonggol) dikupas
dari kulit luarnya hingga yang tersisa adalah
bagian dalam (inti) kelapa bewarna putih
agak lunak (bonggol). Dan bonggol atau
umbut ini yang nantinya dibuat sebagai
sayur yang dikenal dengan sayur umbut
sawit atau kelapa. Seiring dengan
perkembangan zaman, bukan hanya umbut
kelapa yang bisa digunakan sebagai sayur.
Umbut dari kelapa sawit yang banyak
Gambar1.Umbut Sawit
tumbuh di Kalimantan ternyata bisa
dimanfaatkan untuk sayuran. Dalam kondisi
masih mentah, umbi yang berwarna putih
bersih ini terasa manis dan bisa langsung
dikonsumsi. Namun tentunya akan lebih
enak bila dijadikan sayur masak dengan
dicampur berbagi tambahan seperti daging.

“Jadi bila ada acara-acara cukup


dengan menebang pohon ini dan kemudian
mengolahnya menjadi sayuran untuk
kemudian dibagikan kepada para tamu. Jadi
Gambar 2. Pohon Sawit di sini pengertiannya, suku Dayak zaman
dulu tidak ingin membebani orang lain bila
ada hajatan dan cukup mengambil hasil
Muliyani, dari bagian Hubungan
dari kebun mereka sendiri,” ujar Muliyani.
Masyarakat Pemerintah Provinsi Kalimantan
Menurutnya, proses memasak sayuran ini
Tengah, mengatakan keberadaan sayur
sangat mudah dan cepat. Bagi orang Dayak, juga memiliki makna simbolis yang sangat
sayur ini hanya direbus kemudian diberi penting bagi pasangan yang baru saja
bumbu-bumbu seperti layaknya membuat menikah.
sayur sop dan kemudian dicampur dengan
Adapun cara membuat makanan juhu umbut
ikan atau daging sesuai dengan selera.
sawit seperti berikut:
Hampir semua orang Dayak bisa membuat
jenis sayuran ini. Dan karena sayuran ini Bahan-bahan:

dinilai hanya dihadirkan untuk acara 1 kg Umbut atau pohon kelapa


tertentu, maka jarang ada warung khas
1 iris Labu kuning.
Dayak yang menjualnya. Dan kalaupun ada,
sayur ini tidak pernah dihadirkan untuk ½ kg tulang iga sapi atau ayam.
dijajakan.
Bumbu-bumbu:
Dalam konteks upacara pernikahan
6 siung bawang merah
atau acara adat Dayak, Juhu Umbut Sawit
3 lembar daun salam
biasanya disajikan sebagai hidangan utama
untuk para tamu undangan. Hidangan ini 2 gelas santan kental dan 6 gelas santan cair.
terdiri dari sayur-sayuran, daging, dan ikan
2 siung bawang putih
yang diolah dengan cara direbus atau
digoreng, kemudian disajikan bersama 1 ruas kunyit laos, memarkan
dengan nasi. Dalam upacara pernikahan 1 ruas serai, memarkan
suku Dayak, Juhu Umbut Sawit memiliki
1 sendok teh ketumbar
makna simbolis yang sangat penting.
Hidangan ini dianggap sebagai simbol sedikit terasi dan garam.
kebersamaan dan persatuan antara kedua
Persiapan
belah pihak yang menikah. Selain itu, Juhu
Umbut Sawit juga dianggap sebagai simbol 1. Umbut atau pohon sawit bagian atas

kemakmuran dan kesuburan bagi pasangan yang masih lemah dan bisa di masak,

yang baru saja menikah. Dalam praktiknya, dicuci, diiris tipis seukuran sendok

Juhu Umbut Sawit biasanya disajikan dalam makan, tebal ½ cm, di rendam

sebuah tempat besar yang terbuat dari supaya tidak berubah warna menjadi

anyaman bambu atau rotan yang disebut merah. Tiriskan.

sebagai "bakul". Setelah dimasak, hidangan 2. Tulang iga sapi atau ayam, dipotong-

ini kemudian diangkat bersama-sama potong lalu bersihkan.

dengan bakul dan diletakkan di tengah- 3. Labu kuning ,dipotong setebal 2cm

tengah meja makan untuk disajikan kepada Cara membuat:


para tamu undangan.
1. Rebus tulang iga sapi / ayam sampai agak
Secara keseluruhan, Juhu Umbut matang, lalu masukkan umbut, dan labu
Sawit adalah hidangan khas yang sangat kuning.
penting dalam upacara pernikahan suku
2. Haluskan bumbu, kecuali daun salam,
Dayak. Selain sebagai hidangan utama yang
laos, dan serai. Masukan kedalam wajan
disajikan kepada para tamu, hidangan ini
umbut yang sedang direbus. Masak sampai sehingga menghasilkan cita rasa yang unik
matang dan meresap. Tambahkan air bila air dan lezat. Sebagai hidangan tradisional, Juhu
berkurang. Umbut Sawit juga memiliki nilai historis
yang tinggi sebagai bagian dari warisan
3. Hidangkan bersama opor ayam, dan
budaya Dayak yang perlu dilestarikan dan
sambal goreng kacang putih (kacang tolo)
dijaga keberlangsungannya. Serta kaitannya
dan sambal terasi atau sambal mangga muda
dengan perayaan atau upacara pernikahan
-Selamat mencoba – masyarakat hindu kaharingan. Juhu Umbut
Sawit yang sangat penting dalam upacara
pernikahan suku Dayak. Selain sebagai
hidangan utama yang disajikan kepada para
tamu, hidangan ini juga memiliki makna
simbolis yang sangat penting bagi pasangan
yang baru saja menikah.

Saran

Masyarakat Dayak perlu terus


Gambar 3. Juhu Umbut Sawit Santan
melestarikan dan menjaga keberlangsungan
hidangan tradisional khas mereka, seperti
Juhu Umbut Sawit. Hal ini penting untuk
menjaga warisan budaya dan kekayaan
kuliner tradisional yang dimiliki oleh suatu
daerah. Lebih lanjut, pemerintah setempat
dapat mempromosikan hidangan tradisional
khas Dayak, seperti Juhu Umbut Sawit,
sebagai salah satu atraksi wisata kuliner di
daerah tersebut. Dengan cara ini, masyarakat
Gambar 4. Juhu Umbut Sawit dan ikan patin
Dayak dapat memperoleh manfaat ekonomi
dari warisan budaya dan kuliner tradisional
mereka, sementara wisatawan dapat
Kesimpulan
menikmati pengalaman kuliner yang unik
Berdasarkan pembahasan dan autentik.
yang sudah dipaparkan, dapat disimpulkan
Pihak-pihak terkait, seperti pengelola
bahwa Juhu Umbut Sawit adalah hidangan
acara adat atau upacara keagamaan, dapat
tradisional khas Dayak yang disajikan dalam
memperkenalkan Juhu Umbut Sawit sebagai
upacara agama Hindu Kaharingan. Hidangan
hidangan yang khas dan penting dalam
ini tentunya memiliki nilai religius dan
upacara adat atau agama Hindu Kaharingan.
budaya yang tinggi bagi masyarakat Dayak
Dengan demikian, hidangan tersebut dapat
yang mempraktikkan agama Hindu
terus dilestarikan dan dihargai sebagai
Kaharingan. Bahan utama hidangan ini
bagian dari tradisi dan kearifan lokal.
adalah umbut sawit yang diolah dengan
Masyarakat Dayak juga dapat
bumbu dan rempah-rempah khas Dayak
mempertahankan penggunaan bahan-bahan
alami dalam pembuatan Juhu Umbut Sawit
dan mendorong praktik pertanian yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan. Hal ini
penting untuk menjaga keberlanjutan bahan-
bahan baku yang digunakan dalam hidangan
tradisional mereka, serta menjaga
keseimbangan ekosistem di daerah tersebut.

Daftar Pustaka

Sulandra. 2023. Upacara Menyaki


Penganten Dalam Perkawinan Umat
Hindu Kaharingan Di Desa Tuwung
Kabupaten Pulang Pisau. Institut
Agama Hindu Negeri Tampung
Peyang. Palangka Raya.

Nendrabertus. 2022. Kuliner Favorit Suku


Dayak “Juhu Umbut Sawit”.
Kooliner. Palangka Raya.

Paskalis Yuri Alfred, Asahi Asry Larasati.


2019. Nikmatnya Juhu Umbut Sawit,
Kuliner Khas Dayak. GenPI.com.
Palangka Raya.

Danisapitaloka. 2017. Juhu Umbut Sawit.


Budaya Indonesia. Kalimantan
Tengah.

Anda mungkin juga menyukai