i
ANALISIS PENERAPAN SISTEM HAZARD ANALYSIS AND
CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUK
KECAP MANIS PT. X
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada
Program Studi Agribisnis
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
No. Hp : +62812-8040-0702
E-mail : salsabilalulu@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
v
PENGALAMAN ORGANISASI DAN PRESTASI
PENGALAMAN KERJA
vi
KATA PENGANTAR
Critical Control Point (HACCP) Pada Produk Kecap Manis PT. X”.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
Hidayatullah Jakarta.
tidak mudah dan tidak terlepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai
dan bantuan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat
kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta Ibu (Iis Helmina) dan Ayah (Edi Sunardi)
yang telah memberikan doa yang tiada henti, kasih sayang yang tidak
vii
2. Kedua adik tercinta yaitu Naura Azzahra Kamila dan Alaric Gibran
3. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan
jajarannya.
4. Ibu Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis
dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari, MM selaku Sekretaris Program Studi
5. Ibu Eny Dwiningsih, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Rizki
Adi Puspita Sari, MM selaku dosen pembimbing II, terima kasih ibu
7. Ibu Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku pembimbing akademik yang
skripsi ini.
viii
8. Bapak Iwan Aminuddin selaku Ketua Prodi Magister Agribisnis,
menyelesaikan skripsi.
10. Teh Nemi, Mas Willy, Pak Anin, Pak Syarief, beserta anggota divisi
Food Safety Quality, Pak Sudi anggota divisi EHS dan seluruh
ini.
11. Sahabat penulis yaitu MILAN (Mutiah Nabilla Ulfah, Iqnestita Dwi
keluh kesah dalam segala cerita kehidupan penulis dan telah menjadi
ix
13. Adik-adik Agribisnis yaitu Dita Milih Anggraini, Arin Annisa, Anas
15. Kakak-kakak mentor tersayang yaitu Alif Akbar Al Islami dan Wulan
16. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini
Penulis
x
RINGKASAN
xi
Merumuskan rekomendasi tindak lanjut untuk perbaikan penerapan
HACCP di PT. X.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, observasi,
dokumentasi perusahaan, dan instrumen penelitian terhadap aktivitas
produksi kecap manis X. Data sekunder diperoleh dari berbagai studi
pustaka dan sumber literatur yang mendukung penelitian. Metode analisis
yang digunakan yaitu antara lain metode GAP Analysis yaitu untuk
menganalisis kesenjangan yang terjadi terhadap penerapan sistem
HACCP di perusahaan dan formulir checklist yaitu untuk menganalisis
penyimpangan yang terjadi terhadap penerapan sistem persyaratan dasar
HACCP yaitu GMP dan SSOP di perusahaan. Penelitian ini dilakukan
dengan menyusun instrumen penelitian GMP, SSOP, dan HACCP yang
akan digunakan peneliti dengan teknik wawancara, observasi dan
mengumpulkan dokumentasi internal perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa rata-rata keseluruhan penyimpangan sistem persyaratan dasar
HACCP yaitu GMP dan SSOP di perusahaan sebesar 17,64 % untuk
penerapan GMP, dan 19,27 % untuk penerapan SSOP yang artinya bahwa
penerapan GMP dan SSOP cukup memenuhi instrumen penelitian yang
telah disusun. Kemudian rata-rata kesenjangan penerapan sistem HACCP
sebesar 12,09 % yang artinya bahwa penerapan sistem HACCP telah
dijalankan dan didokumentasikan hampir secara keseluruhan memenuhi
instrumen penelitian yang dibuat berdasarkan panduan HACCP, namun
terdapat sedikit kelalaian dalam pelaksanaan sistem tersebut.
Rekomendasi tindak lanjut yang dirumuskan berdasarkan hasil penelitian
sebanyak 12 rekomendasi untuk penerapan GMP yaitu pada variabel
lokasi, bangunan, fasilitas sanitasi, mesin dan peralatan, bahan,
laboratorium, karyawan, pengemas, penyimpanan, pemeliharaan sanitasi,
pengangkutan dan pelatihan. Kemudian untuk SSOP dirumuskan 4
rekomendasi tindak lanjut yaitu pada variabel kebersihan permukaan yang
kontak langsung dengan makanan, fasilitas sanitasi dan cuci tangan dan
toilet, pengendalian kesehatan karyawan, dan pemberantasan hama.
Rekomendasi tindak lanjut untuk penerapan HACCP sebanyak 4 yaitu
pada variabel tim HACCP, analisa bahaya, sistem penyimpanan catatan,
dan prosedur verifikasi sistem HACCP.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
xiii
1. Studi Lapangan .............................................................................................. 48
2. Studi Kepustakaan......................................................................................... 49
3.5. Informan ............................................................................................................. 50
3.6. Metode Analisis Data ....................................................................................... 50
3.6.1. Model Pendekatan Miles dan Huberman ............................................ 51
3.6.2. Analisis Kesenjangan (GAP Analysis) ................................................. 54
3.6.3. Formulir Checklist Penilaian GMP dan SSOP ................................... 57
3.7. Instrumen Penelitian ......................................................................................... 58
3.8. Definisi Operasional ......................................................................................... 59
xiv
BAB VI PENUTUP
LAMPIRAN ........................................................................................................156
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
12. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Fasilitas Sanitasi ........ 85
13. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Mesin dan Peralatan .. 89
16. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Produk Akhir ............. 97
xvi
21. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Penyimpanan ........... 103
23. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Pengangkutan .......... 108
25. Penyimpangan Penerapan GMP PT.X pada Variabel Pelatihan ................... 110
27. Penyimpangan Penerapan SSOP PT. X pada Keamanan Air ....................... 112
34. Penyimpangan Penerapan SSOP PT. X pada Pemberantasan Hama ............ 123
36. Kesenjangan Penerapan HACCP PT. X pada Variabel Kebijakan Mutu ..... 127
37. Kesenjangan Penerapan HACCP PT. X pada Variabel Tim HACCP .......... 128
38. Kesenjangan Penerapan HACCP PT. X pada Variabel Deskripsi Produk ... 130
xvii
41. Penilaian Penyimpangan Penerapan SSOP PT. X ........................................ 133
43. Kesenjangan Penerapan HACCP PT. X pada Variabel Analisa Bahaya ...... 135
47. Rekomendasi Tindak Lanjut Penerapan GMP dan SSOP PT. X .................. 144
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Halaman
xx
BAB I
PENDAHULUAN
dapat menyebabkan pangan tersebut menjadi tidak aman. Hal ini membuat
sistem pengendalian yang dilakukan pada titik-titik kendali kritis bahan baku,
tahapan proses untuk menentukan komponen, kondisi atau tahap proses untuk
1
yang ditetapkan. Penerapan sistem Hazard Analysis Critical Control Point
Industri kecap merupakan salah satu industri pangan yang berasal dari
hasil olahan kedelai yang perkembangannya dinilai cukup baik dan produknya
banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
Proses produksi kecap harus melalui proses yang benar sehingga dapat
kecap berasal dari hasil fermentasi sari kedelai, baik itu kedelai putih atau
dalam pembuatan kecap karena proses produksi yang tidak sesuai akan
2
perusahaan ini. Pada saat ini, kecap X terus mengembangkan berbagai variasi
dan inovasi. Berbagai variasi rasa dari kecap X disajikan pada Tabel 2.
dapat merusak keamanan produk (food safety) dan kualitas produk (food
hingga menghasilkan produk akhir yang aman dan siap untuk dikonsumsi.
yang dihasilkan.
kecap setiap batch sebanyak 4800 liter dengan produksi yang bersifat kontinu
3
aman dan berkualitas melalui sistem keamanan pangan yang diterapkan oleh
perusahaan.
beberapa ISO diantaranya ISO 9001, ISO 22000 dan ISO 17025 yang telah
Critical Control Point (HACCP) dimana sistem ini merupakan bagian dari
Procedures (SSOP). Namun dengan adanya audit yang dilaksanakan baik itu
internal maupun eksternal, masih terjadi hal atau temuan yang akan
negeri, bahkan konsumen yang berasal dari luar negeri sering melakukan audit
4
berjalan dengan baik sehingga menghasilkan produk yang aman untuk
dengan tujuan agar produk kecap yang dihasilkan oleh perusahaan dapat terus
350
300
250
200 Prioritas Critical
Mei-18
Jan-18
Jul-18
Jan-19
Apr-18
Nov-18
Des-18
Jun-18
Feb-18
Agt-18
Sep-18
Okt-18
Januari 2018 hingga Januari 2019 dimana ketika terjadi temuan, perusahaan
didasarkan pada seberapa fatalnya temuan yang ditemukan pada saat audit dan
temuan yang sering terjadi di perusahaan yaitu temuan dengan prioritas minor.
Prioritas minor merupakan suatu prioritas yang bersifat ringan dan kecil
5
kemungkinan untuk mempengaruhi produk yang dihasilkan. Penentuan waktu
dilakukan perusahaan melebihi batas waktu (due date) yang telah ditetapkan.
Hal ini yang menyebabkan semakin banyak temuan dalam prioritas minor
pada setiap bulannya dan dapat mempengaruhi keamanan dan kualitas produk
apabila tidak segera ditangani. Selain prioritas minor, terdapat temuan dengan
suatu prioritas yang lebih serius dibandingkan dengan prioritas minor dimana
temuan pada saat proses produksi dapat disebabkan oleh beberapa hal yang
6
Gambar 2 menunjukkan grafik penyebab temuan yang terdapat pada
(WOW), dan methods. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan evaluasi dari
itu dari sistem persyaratan dasar yaitu GMP dan SSOP untuk mengurangi
temuan yang terdapat saat kegiatan audit berlangsung. Oleh karena itu, penulis
pangan yaitu HACCP baik dari segi kelengkapan panduan HACCP, menilai
penerapan persyaratan dasar yaitu GMP dan SSOP dengan panduan yang
tersusun, menilai dan melihat penerapan serta konsistensi sistem HACCP pada
Analysis And Critical Control Point (HACCP) Pada Produk Kecap Manis
PT. X”.
7
2. Bagaimana penerapan sistem HACCP di PT. X?
2. Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana strata satu
8
3. Bagi pembaca, sebagai informasi tentang penerapan sistem Hazard
Analysis and Critical Control Point (HACCP) pada produk kecap yang
mengetahui penerapan yang berjalan sesuai atau tidak dengan panduan yang
lanjut untuk tindakan perbaikan serta saran kepada perusahaan agar dapat
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kecap
Kecap adalah salah satu produk olahan kedelai yang sangat familiar
cita rasanya, yaitu kecap manis dan kecap asin. Komposisi kecap manis
berbentuk kental dan terbuat dari kedelai, sementara kecap asin lebih cair dan
terbuat dari kedelai dengan komposisi garam yang lebih banyak. Kecap
umumnya menggunakan bahan dasar kedelai hitam atau kedelai kuning, dapat
pula menggunakan air kelapa atau ampas padat dari pembuatan tahu. Kecap
yang beredar di pasaran memiliki cita rasa yang berbeda-beda karena masing-
pembuatan kecap dari kacang kedelai dapat dilakukan secara fermentasi atau
kimiawi, pada proses kimiawi komponen protein dan karbohidrat dalam bahan
baku dihidrolisis dengan menggunakan HCL (asam klorida) pada suhu tinggi
yang akan menyebabkan asam amino triptofan akan rusak, maka dari itu
hanya diproduksi melalui proses fermentasi baik dari kedelai hitam, kedelai
kuning maupun bungkil kedelai. Selain itu kecap yang dihasilkan di Indonesia
10
ditambahkan gula merah (kelapa atau aren) (Kataoka, (2005) dalam Muchtadi,
2010:33).
tahun ke tahun. Produsen kecap bersaing untuk merebut pasar dengan harga
yang kompetitif dan produk yang berkualitas. Hal ini menjadi peluang bagi
para produsen untuk menyajikan kecap yang berkualitas dalam cita rasa dan
dengan kapang Aspergillus sp. dan Rhizopus sp. menjadi semacam tempe
menjadi asam-asam amino dan komponen rasa dan aroma, serta menghasilkan
asam. Kedelai akan terfermentasi pada larutan dengan kadar garam 15-20%.
kedelai hitam. Beberapa varietas kedelai unggul cocok sebagai bahan baku
pembuatan kecap antara lain Merapi dan Cikuray dengan kadar protein tinggi
(42%), Malika dengan kadar protein (37%), Detam-1 dan Detam-2 memiliki
kadar protein lebih tinggi (43-44,6%), dan bobot biji lebih besar (14 g / 100
biji). Detam-1 dan Detam-2 memiliki potensi hasil 3-3,5 ton/ha lebih unggul
11
dibanding dengan varietas Merapi, Cikuray, dan Malika serta beberapa
Kecap juga dapat diproduksi dari bungkil kedelai (sisa hasil ekstraksi
minyak kedelai). Pada proses fermentasi dalam pembuatan kecap terdapat dua
dalam pembuatan kecap, tetapi sangat menentukan kualitas kecap yang akan
campuran kedelai yang telah dimasak dan gandum yang telah disangrai.
(Muchtadi, 2010:34).
12
KEDELAI BERSIH
Perebusan
Penirisan
Inokulum Gandum (Terigu
(Aspergillus sp.) Sangrai)
Inkubasi, 3 hari
Larutan Garam
(NaCl) 25%
Perendaman dalam larutan
garam, 2 bulan
Penyaringan Ampas
Filtrat 2
(Cairan)
Pemasakan
dikandungnya (total nitrogen). Mutu kecap juga dapat dinilai dari rasio
13
konversi protein yang berhasil dihidrolisis menjadi peptide larut dan asam
flavour kecap.
terjadi pada saat produksi sehingga kecap yang dihasilkan dapat aman untuk
14
Tabel 3. Identifikasi Bahaya pada Produksi Kecap
Langkah Proses Input Bahaya
Pemasakan gula Sari kecap dan gula, larutan Fisik
garam, air Kontaminasi benda asing
(logam, plastik, kayu, kaca)
Penyaringan Campuran sari kecap, gula, Fisik
larutan garam, serta air Kontaminasi benda asing
yang sudah dimasak (logam, plastik, kayu, kaca)
Pencampuran Filtrate hasil penyaringan, Fisik
(blending) sodium, benzoate, dan Kontaminasi benda asing
pewarna caramel (logam, plastik, kayu, kaca)
Separator setelah Sari kecap Fisik
preheating Kontaminasi benda asing
(logam, plastik, kayu, kaca)
Pencucian botol Botol dan obat pencuci Kimia
kemasan Kontaminasi bahan kimia
Fisik
Kontaminasi benda asing
(logam, plastik, kayu, kaca)
Sumber : Model Rencana HACCP Industri Kecap dalam eBookPangan (2006:24)
kimia, maupun fisik yang terdapat pada proses pembuatan kecap pada bahan
baku atau produk jadi yang memiliki kategori risiko yang lebih tinggi harus
berikutnya.
biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
15
membahayakan kesehatan manusia. Kegiatan keamanan pangan meliputi
1. Sanitasi pangan
keamanan, mutu, dan gizi pangan menjelaskan bahwa pangan yang aman ialah
pangan yang memiliki kualitas dengan mutu yang baik dan bergizi. Sistem
perlu diwaspadai dalam penggunaan air, yaitu bakteri, virus, protozoa, dan
16
Mikroba dan beberapa bahan pangan yang paling bertanggung jawab
industri, atau karena sengaja bahkan tidak sengaja ditambahkan sebagai bahan
pada makanan adalah cemaran limbah industri yang dapat mencemari perairan
menggunakan air yang tercemar tersebut. Cemaran industri antara lain Arsenik
(As), Kadmium (Cd), Khromium (Cr), Timbal (Pb), Merkuri (Hg), dan Timah
tambahan pangan (additive). Bahan kimia lainnya yaitu senyawa toksin yang
17
ditumbuhi kapang dari jenis Aspergillus sp yang dapat menghasilkan toksin
fisik relatif rendah dibandingkan dengan bahaya biologis dan kimia (Surono
dkk, 2016:21).
kawasan didunia dengan rujukan pada prinsip yang dikembangkan oleh Codex
2001. Standar terbaru tentang HACCP yakni ISO 22000 telah direncanakan
18
mendefinisikan dan mendokumentasikan semua persyaratan agar mutu pada
mengendalikan suatu areal atau titik dalam sistem pangan yang berkontribusi
fisik, kimiawi terhadap bahan baku, suatu proses, penggunaan langsung, oleh
(1994) dalam Thaheer (2008), terdapat tujuh prinsip yang secara garis besar
jaminan mutu pangan sehingga produk hasil akhir memiliki mutu yang baik
dan layak untuk dikonsumsi. Persyaratan minimum pada GMP harus dipenuhi
mulai dari awal hingga akhir pada proses produksi. Setiap tahap proses
Fungsi dari SSOP yakni sebagai pengontrol untuk setiap karyawan atau
19
HACCP
SSOP
GMP
Prinsip dasar dari GMP adalah mutu suatu produk yang dibuat selama
proses. Jaminan mutu produk tidak hanya untuk mendapatkan spesifikasi akhir
sebagainya.
20
sehingga produk pangan yang dihasilkan benar-benar bermutu dan sesuai
Secara umum, GMP terdiri dari desain dan konstruksi higienis untuk
peralatan, pemilihan bahan baku dan kondisi yang baik, pelatihan dan
a. Lokasi Pabrik
bebas pencemaran, tidak berada di daerah yang mudah banjir, jauh dari sarang
hama hewan pengerat seperti tikus, jauh dari pembuangan sampah dan
b. Keadaan Lingkungan
sampah dan limbah pabrik sebaiknya dikumpulkan pada tempat khusus dan
sebaiknya segera dibuang, tempat sampah selalu dalam keadaan tertutup agar
pembuangan berjalan lancar agar air tidak tergenang dan sarana jalan
hendaknya diaspal atau dicor serta dilengkapi dengan sistem drainase yang
baik.
21
c. Bangunan dan Fasilitas Pabrik
pengolahan yang baik dirancang sejak awal pembangunan pabrik agar dapat
menjamin dan menjaga pangan yang diproduksi tidak tercemar. Denah lokasi
dan tata letak pabrik harus diatur sesuai dengan arus proses produksi agar
bahan yang pertama kali masuk ke dalam gudang hendaknya juga yang keluar
d. Peralatan Pengolahan
e. Fasilitas Sanitasi
kebersihannya.
1. Sumber Air
22
limbah. Air yang kontak langsung dengan permukaan bahan pangan harus
minum.
air panas agar kotoran berlemak atau berminyak dapat dibersihkan dengan
dilengkapi dengan sabun, mesin pengering tangan, tempat ganti pakaian dan
toilet dengan keadaan selalu bersih dan jumlahnya mencukupi untuk seluruh
karyawan. Satu buah toilet untuk 10 karyawan dan penambahan satu buah
5. Penerangan
terang.
23
f. Higienitas Karyawan
kotor, jorok, tidak disiplin dan tidak dapat bekerja dengan baik bisa
1. Kesehatan Karyawan
Karyawan yang bekerja harus dalam kondisi sehat dan prima serta
tidak sakit atau membawa penyakit. Karyawan yang sakit sebaiknya tidak
jalannya proses produksi dan juga bisa mencemari produk yang akan
dihasilkan.
2. Kebersihan Karyawan
terdiri atas baju kerja, penutup kepala, sepatu, sarung tangan, masker dan
menggunakan sabun sebelum dan sesudah bekerja, setelah keluar dari toilet,
setelah menangani bahan kotor, bahan mentah dan hal lainnya yang dapat
24
bersin atau batuk. Selama mengolah pangan karyawan tidak diperkenankan
menggunakan jam tangan, peniti, bros dan aksesori lainnya yang jika terjatuh
g. Penyimpanan
disimpan dengan cara yang baik dan tepat untuk memudahkan produsen dalam
yang digunakan.
h. Transportasi
i. Laboratorium
untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan masalah kesehatan. Oleh karena itu,
25
tepat. Laboratorium pemeriksaan dibutuhkan dalam proses pemeriksaan
secara cepat dan tepat terhadap mutu bahan yang diterima dan produk yang
produk, nama pemeriksa dan hal lainnya yang dibutuhkan. Dianjurkan bagi
j. Bahan Pengemas
untuk dipasarkan. Produk akhir yang bermutu baik dan memenuhi persyaratan
26
akan menjamin mutu dan keamanan produk serta dapat menjaga dan
ditetapkan dari segi mutu fisik, mikrobiologis, kimia serta aman dan tidak
atau persyaratan produk akhir jika belum memiliki standar mutu atau
l. Labelling
label, lot atau batch. Fungsi label adalah untuk menginformasikan tentang
menyajikan produk dengan cara yang tepat. Lot atau batch harus mudah
pangan. Setiap wadah seharusnya diberikan tanda nama produsen dan nomor
lot.
(SDM) yang ada di dalam perusahaan termasuk dari manajemen pusat hingga
27
2.5. Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
2008:80).
sanitasi. Hal-hal tersebut merupakan aspek yang sangat esensial dalam setiap
industri pengolahan makanan. Prinsip dasar sanitasi meliputi dua hal, yaitu
sanitasi merupakan langkah menggunakan zat kimia atau metode fisika untuk
Menurut FDA (1995), SSOP terdiri atas delapan aspek utama yaitu :
1. Keamanan Air
28
7. Pengawasan kondisi kesehatan karyawan / pekerja
bahaya dan titik kendali kritis merupakan suatu sistem manajemen yang
dapat terjadi, dan bukan merupakan reaksi dari munculnya bahaya (Rauf,
29
4. Menentukan prosedur monitorin
bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi
30
Gambar 5. Langkah Penyusunan dan Implementasi Sistem HACCP
Sumber : Panduan Penyusunan Rencana HACCP dalam eBookPangan (2006:7)
1. Tim HACCP
dalam industri yang terlibat dalam menghasilkan produk pangan yang aman.
pendidikan atau disiplin ilmu yang beragam, dan memiliki keahlian spesifik
dari bidang ilmu yang bersangkutan, misalnya ahli mikrobiologi, ahli mesin/
31
engineer, ahli kimia, dan lain sebagainya sehingga dapat melakukan
yang menyangkut keamanan pangan. Jika masalah yang ada tidak dapat
dipecahkan secara internal, maka perlu meminta saran dari ahli atau konsultan
HACCP.
harus memulai dan dimana harus berhenti serta apa saja yang harus
2. Deskripsi Produk
uraian dari produk pangan yang akan disusun rencana HACCP. Deskripsi
cara distribusi, serta keterangan lain yang berkaitan dengan produk. Seluruh
32
luas dan komprehensif. Penetepan deskripsi produk perlu diperhatikan dan
tersebut yang dapat berasal dari orang umum atau kelompok masyarakat
khusus.
keseluruhan proses produksi. Diagram alir proses ini selain bermanfaat untuk
sebagai pedoman bagi orang atau lembaga lainnya yang ingin mengerti proses
dan verifikasinya.
kesempurnaan diagram alir proses yang telah disusun oleh tim HACCP.
33
Apabila ternyata diagram alir proses tersebut tidak tepat atau kurang
Practices), GDP (Good Distribution Practices) dan atau GCP (Good Catering
tahapan dan jam operasi dan merubah diagram alir dimana yang tepat.
saja yang mungkin terjadi dalam suatu proses pengolahan sejak awal hingga
ke tangan konsumen. Analisa bahaya terdiri dari tiga tahap yaitu, identifikasi
semua bahaya potensial yang terkait dengan setiap tahap dan sedapat mungkin
34
Tabel 4. Jenis-Jenis Bahaya Produk Kecap
Jenis Bahaya Contoh
Biologi - Sel Vegetatif : Salmonella sp,
Escherichia coli
- Kapang : Aspergillus, Penicillium,
Fusarium
- Virus : Hepatitis A
- Parasit : Cryptosporodium sp
- Spora bakteri : Clostridium botulinum,
Bacillus cereus
Kimia Toksin mikroba, bahan tambahan yang tidak
diizinkan, residu pestisida, logam berat, bahan
allergen
Fisik Pecahan kaca, potongan kaleng, ranting kayu,
batu kerikil, rambut, kuku, perhiasan.
Sumber : Model Rencana HACCP Industri Kecap dalam eBookPangan (2006:8)
identifikasi HACCP dan harus mendaftar semua bahaya potensial yang terkait
bahaya biologis, bahaya kimia dan bahaya fisik. Setelah mengidentifikasi, tim
35
Tabel 5. Karakteristik Bahaya Produksi Kecap
Bahaya Karakteristik Bahaya
Tidak ada tahap pemanasan akhir setelah pengemasan
atau di tangan konsumen atau tidak ada pemanasan
akhir atau tahap pemusnahan mikroba setelah
F pengemasan sebelum memasuki pabrik (untuk bahan
baku) atau tidak ada cara apapun bagi konsumen
untuk mendeteksi, menghilangkan atau
menghancurkan bahaya kimia atau fisik.
Sumber : Model Rencana HACCP Industri Kecap dalam eBookPangan (2006:9)
produksi yang dikategorikan hingga VI kategori risiko. Selain itu, bahaya juga
36
7. Penetapan Critical Control Point (Prinsip 2)
Critical Control Point atau Titik Kendali Kritis dan biasa dikenal
dengan CCP didefinisikan sebagai suatu titik, langkah atau prosedur dimana
bahaya yang telah diidentifikasi, maka akan ditentukan satu atau beberapa
CCP yang dapat dan wajib untuk dikendalikan. CCP dapat diidentifikasi
bahaya dan signifikasi bahaya dari analisa bahaya serta tindakan pencegahan
lebih banyak dari yang seharusnya diperlukan. Sebaliknya juga sering terjadi
negoisasi deviasi yang menyebabkan terlalu sedikitnya CCP yang justru dapat
setiap bahaya. jawaban dari setiap pertanyaan yang akan memfasilitasi dan
membawa Tim HACCP secara logis memutuskan apakah CCP atau bukan.
Diagram ini dapat membawa pola pikir analisa yang terstrukur dan
memberikan jaminan pendekatan yang konsisten pada setiap tahap dan setiap
37
Gambar 6. Diagram Pohon Keputusan Penentuan CCP
Sumber : Panduan Penyusunan Rencana HACCP Bagi Industri Pangan dalam
eBookPangan (2006:29)
mungkin muncul dalam suatu langkah proses, dan dapat juga diaplikasikan
pada bahan baku untuk mengidentifikasi bahan baku yang sensitif terhadap
untuk mengendalikan satu atau beberapa bahaya dan mengurangi bahaya fisik
dan mikrobiologi.
38
8. Penetapan Critical Limit (Prinsip 3)
Critical limit (CL) atau batas kritis adalah suatu kriteria yang harus
menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai batas aman. Batas ini akan
toleransi pada setiap CCP. Batas kritis ditetapkan untuk menjamin bahwa CCP
dan harus dapat divalidasi artinya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
serta dapat diukur. Penentuan batas kritis ini biasanya dilakukan berdasarkan
apakah komponen kritis berhubungan dengan CCP atau tidak. Suatu CCP
keamanan produk. Secara umum batas kritis dapat digolongkan ke dalam batas
fisik (suhu, waktu), batas kimia (pH, kadar garam). Penggunaan batas
memerlukan waktu untuk mengukurnya, kecuali jika terdapat uji cepat untuk
pengukuran tersebut.
39
CL untuk menjamin bahwa CL tersebut menjamin keamanan produk. CCP dan
checklist atau pun merupakan suatu pengukuran yang direkam ke dalam suatu
waktu dan frekuensi, serta hal apa saja yang perlu dipantau dan orang yang
melakukan pemantauan.
batas kritis suatu CCP. Tindakan koreksi yang dilakukan jika terjadi
koreksi yang dapat dilakukan selain menghentikan proses produksi antara lain
menentukan bahwa sistem HACCP telah sesuai dengan rencana HACCP yang
40
verifikasi. Verifikasi harus dilakukan secara rutin dan tidak terduga untuk
juga dilakukan jika ada informasi baru mengenai keamanan pangan atau jika
catatan mengenai CCP, CL, rekaman pemantauan CL, tindakan koreksi yang
Oleh karena itu dokumen ini dapat ditunjukkan kepada inspektur pengawas
makanan jika dilakukan audit eksternal dan dapat juga digunakan oleh
operator.
41
dalam proses penerapan HACCP. Penulis menggunakan analisa kualitatif
sumber satu dengan lainnya kemudian mencocokkan data agar data tersebut
berkualitas dan dapat dipercaya. Hasil dari penelitian ini yaitu penerapan
penyimpangan yang paling sering terjadi pada tahap awal yaitu penetapan
sehingga didapatkan sistem HACCP yang lebih optimal. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa terdapat gap pada jumlah anggota tim HACCP,
42
diagram alir, analisis resiko, CCP, dan deskripsi produk. Peneliti
berkelanjutan dalam menentukan batas kritis CCP dan sPP serta perlunya
menyeluruh.
Hasil dari penelitian ini yaitu masih ditemukan beberapa temuan terhadap
kegiatan GMP yaitu terdapatnya rumput liar dan semak semak serta masih
produksi. Sedangkan untuk HACCP ditemukan CCP pada jalur produksi pada
proses sterilisasi dan capping. Peneliti telah menyampaikan temuan ini kepada
43
2.8. Kerangka Pemikiran Penelitian
kesenjangan yang terjadi dari segi kesesuaian panduan dan penerapan yang
yang belum sesuai. Kerangka pemikiran penelitian yang menjadi langkah yang
44
Produksi Kecap PT. X
Rekomendasi Wawancara,
Tindak Lanjut Observasi,
dan Literatur.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2019 yang dilaksanakan setiap hari kerja dari Senin hingga Jumat pukul 08.00
waktu yang tidak berurutan dan disesuaikan dengan jam kerja perusahaan.
kata - kata tertulis atau lisan dari orang - orang berperilaku yang dapat diamati
dan pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik
atau utuh (Moleong, 2013: 4). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
46
yang diterapkan oleh PT. X dan menetapkan rekomendasi tindak lanjut yang
yang bersifat data kualitatif dan kuantitatif serta bersumber dari internal dan
eksternal perusahaan. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian
terkait penelitian. Dalam penelitian ini yang akan menjadi informan yaitu
kepala pabrik PT. X, Kepala Food Safety Quality (FSQ), kepala produksi
sistem persyaratan dasar HACCP yaitu GMP dan SSOP serta dokumentasi
47
3.4. Metode Pengumpulan Data
data yang relevan, akurat dan realible sesuai dengan apa yang diperlukan
1. Studi Lapangan
PT. X yang dimulai dari kegiatan proses persiapan bahan baku, proses
Control Point (HACCP) dan sistem persyaratan dasar yaitu GMP dan
48
memperoleh informasi secara akurat dan mendalam serta untuk
2. Studi Kepustakaan
untuk menilai penerapan sistem persyaratan dasar HACCP yaitu GMP dan
49
kegiatan, absensi kegiatan, atau dokumen dalam bentuk apapun yang
3.5. Informan
dan kondisi latar penelitian. Informan yang dipilih ialah orang-orang yang
perusahaan.
50
menghitung, mengekstraksi data untuk membentuk informasi dan
pengetahuan. Metode Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
secara apa-adanya.
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis data kualitatif terdiri dari 3 tahap (Sugiyono, 2014: 91) yaitu :
1. Data Reduction
karena itu, maka harus dilakukan analisis data dengan cara mereduksi data.
Mereduksi data ini berarti merangkum, memilah hal-hal yang penting dan
pokok, dan menfokuskan data sesuai tema serta tujuan penelitian. Data yang
telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan fokus agar
selanjutnya.
51
2. Data Display
data (data display). Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, observasi,
kualitatif lebih banyak menggunakan penyajian data dalam bentuk uraian teks
3. Conclution Drawing/Verification
didukung dengan bukti-bukti kuat yang didapat pada saat pengumpulan data.
mungkin juga tidak. Hal ini dikarenakan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif ini masih bersifat sementara dan dapat berubah serta berkembang
dan objektif. Oleh karena itu, uji keabsahan data merupakan tahap yang sangat
52
diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck
1. Perpanjangan pengamatan
yang telah diberikan oleh narasumber sudah benar atau tidak. Jika setelah
meningkatkan derajat keabsahan data dan dapat menghasilkan data yang lebih
sistematis.
3. Triangulasi
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Triangulasi ini dapat dibagi kedalam tiga kategori, yaitu triangulasi
53
beberapa narasumber untuk menemukan poin kunci terhadap indikator yang
dengan harapan atau standar tertentu. Langkah dalam melakukan analisis ini
kriteria atau persyaratan yang membentuk sistem yang akan dianalisis. Setiap
kriteria akan diberi nilai atau poin yang dijelaskan sebagai berikut :
mengerti bahwa itu merupakan suatu hal yang baik namun tidak
melakukannya.
saja.
sempurna.
54
f. Skor 0, jika perusahaan atau organisasi telah melakukan aktivitas dengan
sebagai berikut.
Skor nol (0) akan diberikan apabila tidak terdapat kesenjangan sama
baik.
yang sesuai dengan ketentuan dari panduan sistem HACCP menurut SNI 01-
keamanan pangan.
55
terdapat di perusahaan dan mengetahui bahwa hal tersebut seharusnya
perusahaan tentang sistem keamanan pangan sudah baik, hanya dari segi
keamanan pangan.
56
d. Nilai 21%-40%, artinya aktivitas sistem keamanan pangan dijalankan
harian.
bidang keamanan pangan dalam perusahaan yaitu kepala Food Safety Quality
perusahaan. Hasil dari penilaian dari formulir checklist ini kemudian dianalisis
57
sistem GMP dan SSOP. Skor dan nilai persentase serta keterangan dari
peneliti dalam melakukan pengamatan dan pencatatan data apa saja yang
SSOP berdasarkan Food and Drug Administration USA yang berisi beberapa
58
kunci sistem SSOP. Selain itu form – form lain terkait dengan penerapan
konsep secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkup objek
penelitian atau objek yang diteliti. Definisi operasional dalam penelitian ini
1. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia
ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku, dan materi agar lebih
berwarna cokelat atau hitam gelap yang memiliki rasa manis atau asin.
manusia.
59
5. Sistem Manajemen Keamanan Pangan adalah suatu sistem untuk
standar.
analisis dan kontrol biologi, kimia, dan bahaya fisik dari produksi bahan
60
BAB IV
GAMBARAN UMUM
perusahaan dari X Company yang berpengalaman lebih dari 140 tahun dan
telah memiliki berbagai merek terkemuka. Pabrik PT. X memiliki luas sebesar
16.579 m2.
selatan berbatasan dengan jalur kereta api, dan sebelah utara berbatasan
dengan sungai Mookevart atau dikenal dengan sebutan sungai Daan Mogot.
diikuti dengan memproduksi saus sambal pada tahun 1979, saus tomat pada
tahun 1980, teh dan jus buah dalam bentuk kemasan tetra pack pada tahun
1982.
61
Mengingat keadaan perusahaan yang semakin berkembang, maka para
aliansi dengan suatu company dari Amerika Serikat pada tahun 1998 dengan
komitmen untuk memberikan produk yang bergizi dan sehat serta berpotensi
terdepan di dunia yang menghasilkan produk yang unggul dalam cita rasa dan
bergizi bagi konsumen dimana saja. Dengan visi yang dimiliki, lalu
62
unggul dalam cita rasa, bergizi serta memiliki mutu yang konsisten bagi
seluruh keluarga Indonesia agar dapat hidup lebih sehat dan sejahtera. PT. X
berikut :
3. Integrity, memiliki arti dimana PT. X selalu melakukan hal yang benar,
seperti pemilik dari perusahaan tersebut, membuat pilihan yang sulit, serta
memiliki performa kerja yang bagus pada setiap tingkat jabatan dalam
perusahaan.
63
5. Quality, memiliki arti dimana PT. X memiliki komitmen untuk
telah ditetapkan.
human resources.
64
Factory Manager
Plant
Administration
Supervisor General
RTD Kecap HR Affair
65
Berdasarkan struktur organisasi di atas, masing-masing departemen
ditemukan ketidaksesuaian.
dalam produksi.
dengan baik.
66
aspek keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan lingkungan yang aman dan
yang akan digunakan untuk menjaga kualitas dalam proses produksi agar
agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu yang telah
dilakukan dari perolehan bahan baku, bahan dalam proses menjadi produk
jadi.
Karyawan yang bekerja di office memiliki jam kerja dimulai pada pukul 08.00
hingga pukul 17.00 dengan adanya waktu istirahat pada pukul 12.00 hingga
pukul 13.00 dan khusus pada hari Jum’at, jam istirahat untuk seluruh
karyawan dimulai pada pukul 11.00 hingga pukul 13.00. Karyawan yang
bekerja di area produksi jam kerja dibagi menjadi 3 shift. Jam kerja pada shift
pertama dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 15.00 dengan jam istirahat
67
dimulai pada pukul 12.00 hingga pukul 13.00. Jam kerja pada shift kedua
dimulai dari pukul 15.00 hingga pukul 22.00 dengan jam istirahat dimulai
pada pukul 18.00 hingga pukul 19.00. Jam kerja pada shift ketiga dimulai dari
pukul 22.00 hingga pukul 07.00 dengan jam istirahat dimulai pada pukul
12.00 hingga pukul 03.00. Pergantian shift untuk karyawan yang bekerja di
area produksi dilakukan secara acak setiap minggu dengan jadwal yang
maupun mulut ke mulut dengan sistem yang dimulai dari tahap perencanaan
telah direkrut di PT. X akan diberikan pelatihan mengenai hal yang berkaitan
dengan ketenagakerjaan.
dan apabila masih diulangi kembali, maka akan mendapat surat peringatan
ketiga dimana masa berlaku sebuah surat peringatan adalah selama 6 bulan.
Pekerja yang mendapat surat peringatan ketiga akan dikenakan sanksi berupa
68
Kegiatan penetapan upah gaji pekerja di PT. X digolongkan
Upah gaji yang akan diberikan mencakup uang transportasi dan uang makan
yang akan ditransfer melalui rekening bank pada setiap karyawan perusahaan.
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan asuransi jiwa swasta. Para tenaga
kerja juga akan mendapatkan bonus 2 kali dalam setahun berupa uang
Tunjangan Hari Raya (THR) dan uang tunjangan akhir tahun yang diberikan
berdasarkan upah gaji tenaga kerja selama 2 bulan. Setiap tenaga kerja dalam
PT. X akan mendapatkan jatah cuti kerja selama 12 hari dalam satu tahun dan
akan berlaku apabila pekerja telah bekerja selama kurang lebih 2 tahun.
makanan dan minuman. PT. X memproduksi produk kecap dan minuman siap
minum (Ready To Drink). Varian dari kecap dan minuman Ready To Drink di
69
Tabel 7. Varian Produk Kecap dan Minuman RTD PT. X
Kecap
kontinu, sedangkan untuk minuman RTD sesuai dengan jadwal produksi yang
RTD. Setiap varian kecap maupun minuman RTD memiliki formulasi dan
70
4.7. Proses Produksi Kecap PT. X
PT. X yaitu gula, baik itu gula yang berbentuk padat maupun cair. Kemudian
bahan baku lainnya yaitu kedelai, gandum, air, garam, serta bahan tambahan
yaitu asam sitrat, natrium benzoat, pewarna karamel, dan xanthan gum. Bahan
baku yang digunakan oleh perusahaan berasal dari impor maupun lokal yang
ingredients atau packaging. Bahan baku yang digunakan oleh PT. X telah
diperiksa oleh bagian Quality Control (QC) dan wajib memenuhi standar mutu
Codex.
dibedakan melalui line atau area sesuai dengan jenis kemasan karena pada
setiap kemasan memiliki mesin dan alat serta perlakuan yang berbeda. Jenis
kemasan pada kecap manis X dibedakan menjadi botol beling, botol PET
71
(plastik), sachet, pouch, dan jerigen. Jenis kemasan ini dikelompokkan ke
dalam masing-masing line atau area yang akan dijelaskan sebagai berikut :
berbentuk botol beling dan botol PET (plastik). Botol beling dan botol PET
(plastik) memiliki ukuran yang beraneka ragam. Botol beling memiliki ukuran
620 ml dan 320 ml, sedangkan botol PET (plastik) memiliki ukuran 275 ml
dan 135 ml. Botol beling dan botol PET (plastik) yang akan digunakan telah
diperiksa oleh Quality Control (QC) dan telah lulus COA (Certificate of
pencuci botol beling yang menggunakan air dan botol PET (plastik) akan
lainnya yang digunakan seperti tutup botol, capseal, label, kardus dan partisi
kualitas bahan tersebut oleh Quality Control (QC) dan apabila terdapat bahan
yang tidak sesuai, akan dikembalikan kepada supplier bahan tersebut. Kecap
yang diproduksi di line A yaitu kecap manis dan kecap asin. Kecap manis
dikemas ke dalam botol beling (620 ml dan 320 ml) dan botol PET (plastik)
(275 ml dan 135 ml), sedangkan untuk kecap asin dikemas ke dalam botol
beling yang berukuran 620 ml, dan botol PET (plastik) yang berukuran 135
ml.
Line F merupakan line atau area pada kemasan kecap manis berbentuk
pouch yang memiliki 3 ukuran yaitu 520 ml, 225 ml, dan 65 ml. Kemasan
72
pouch ini kecap yang diproduksi yaitu hanya kecap manis. Kemasan pouch
yang akan digunakan untuk proses pengemasan kecap manis telah diperiksa
oleh Quality Control (QC) dan telah lulus COA (Certificate of Analysist)
berbentuk sachet yang memiliki 2 ukuran yaitu 18 ml, dan 15 ml. Kemasan
sachet ini kecap yang diproduksi yaitu kecap manis dan kecap manis sedang.
Kemasan sachet yang akan digunakan untuk proses pengemasan kecap manis
telah diperiksa oleh Quality Control (QC) dan telah lulus COA (Certificate of
botol beling dengan ukuran 195 ml. Proses produksi kecap inggris dilakukan
akan digunakan untuk proses pengemasan kecap inggris telah diperiksa oleh
Quality Control (QC) dan telah lulus COA (Certificate of Analysist) sehingga
jerigen memiliki 2 ukuran yaitu 6 kg dan 25 kg. Jenis kecap yang akan
dikemas ke dalam jerigen yaitu kecap manis dan kecap asin. Kemasan jerigen
yang akan digunakan untuk proses pengemasan manis dan asin telah diperiksa
73
oleh Quality Control (QC) dan telah lulus COA (Certificate of Analysist)
untuk mengetahui apakah kecap yang dihasilkan telah memenuhi standar yang
74
ditetapkan oleh pabrik. Pengujian dilakukan dengan menggunakan analis baik
kadar garam, pH, dan viskositas. Pengujian kadar protein dilakukan dengan
nitrogen yang ada pada sampel. Pengujian kadar garam dilakukan dengan
prinsip dari titrasi ini yaitu pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pengujian
meter.
media yang berbeda. Media yang digunakan untuk menguji coliform adalah
Violet Red Bile Agar (VRBA), untuk pengujian yeast-mold adalah Yeast
Agar (PCA).
dipasarkan atau tidak. Produk kecap manis yang telah dinyatakan layak untuk
75
seluruh daerah akan diatur oleh pihak gudang distributor. Apabila truk yang
akan mengangkut produk kecap manis belum datang, maka produk kecap
manis akan diletakkan terlebih dahulu pada gudang finnished good. Tetapi hal
finnished good dilakukan dengan menggunakan rak dan diberi jarak pada tiap
paletnya.
yaitu proses pembuatan sari kecap dan proses pembuatan kecap manis.
pengepresan dan pengolahan sari kecap. Setelah proses pembuatan sari kecap
yang sangat berperan adalah bagian FSQ (Food Safety Quality) dibantu oleh
76
departemen terkait yang memerlukan pengendalian (produksi, warehouse,
internal maupun eksternal. Proses produksi dapat dihentikan jika dalam data
kontrol tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal ini dilakukan untuk
77
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang diterapkan perusahaan sesuai dengan panduan GMP dan SSOP. Panduan
mengacu pada Food and Drug Administration USA berisi beberapa kunci
78
Tabel 9. Rekapitulasi Penyimpangan Penerapan GMP PT. X
No Variabel Good Jumlah Σ Skor Tiap Σ Skor Persentase
Manufacturing Parameter Parameter Maksimal (%)
Practices (GMP) (a) (b) (c = a x 4) (b/c x 100%)
4. Mesin dan
11 13 44 29,54
Peralatan
5. Bahan 6 2 24 8,33
6. Pengawasan
16 9 64 14,06
Proses
7. Produk Akhir 4 4 16 25
8. Laboratorium 3 2 12 16,67
9. Karyawan 9 7 36 19,44
10 Pengemas
4 1 16 6,25
.
11 Label dan
3 0 12 0
. Keterangan Produk
12 Penyimpanan
11 12 44 27,27
.
13 Pemeliharaan dan
10 11 40 27,5
. Program Sanitasi
14 Pengangkutan
6 8 24 33,33
.
15 Dokumentasi dan
4 4 16 25
. Pencatatan
16 Pelatihan
7 14 28 50
.
Rata-Rata Keseluruhan 17,64
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
1. Lokasi
79
Tabel 10. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Lokasi
Skor
Parameter
0 1 2 3 4
1. Lokasi pabrik tempat produksi jauh dari daerah
lingkungan yang tercemar atau daerah tempat X
kegiatan industri/usaha.
2. Lokasi pabrik jauh dari tempat pembuangan
sampah umum atau pemukiman penduduk kumuh X
(min. 2km).
3. Lingkungan pabrik bersih dan bebas dari
X
tumpukan sampah.
4. Lingkungan pabrik bebas dari semak-semak atau
X
daerah sarang hama.
5. Pabrik tempat produksi berada di daerah bebas
X
banjir atau tidak mudah tergenang air
6. Kondisi jalan menuju pabrik tempat produksi
tidak menimbulkan debu atau genangan air dan X
tersedia saluran air yang mudah dibersihkan.
7. Lingkungan di luar tempat produksi yang
X
terbuka tidak digunakan untuk kegiatan produksi.
pemukiman warga yang kumuh. Perusahaan juga berada satu kawasan dengan
pabrik non pangan yaitu pabrik baterai dan pabrik pakaian. Hal ini belum
GMP yang memiliki persyaratan bahwa lokasi pabrik tempat produksi pangan
harus jauh dari kawasan pemukiman penduduk kumuh dan tempat kegiatan
industri non pangan. Keberadaan pabrik pakaian dan pabrik baterai sangat
pakaian dan baterai tidak banyak menghasilkan limbah padat, melainkan lebih
80
banyak menghasilkan limbah cair yang mengandung sisa bahan kimia jika
dibandingkan dengan pabrik X. Hal ini merupakan salah satu yang menjadi
kumuh ditandai dengan kondisi pemukiman tersebut cukup padat dan sering
terjadi banjir akibat sungai yang meluap pada saat musim penghujan datang.
Sungai ini berada di depan lokasi pabrik dengan kondisi air yang berwarna
hitam. Lokasi pabrik yang seharusnya menurut persyaratan GMP yaitu harus
karena terdapat tempat sampah organik dan non organik pada setiap sudut
jalan sekitar pabrik dan sampah tersebut tidak dibiarkan menumpuk di sekitar
cukup bersih.
2. Bangunan
layout produk yang baik, ruang yang cukup untuk memenuhi tujuan produksi,
81
penyimpanan dan fasilitas lain (Thaheer, 2008:60). Penilaian penyimpangan
82
berlangsung kurang memenuhi panduan GMP. Desain dan tata letak produksi
pengolahan kurang sesuai dengan panduan GMP karena lokasi antar ruang
proses satu dengan yang lainnya terpisah dan belum membentuk pola desain
tata letak yang seharusnya. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran produk
pada saat proses produksi. Desain dan tata letak dalam suatu pabrik memiliki
(circular) dimulai pada saat material datang yang menjadi titik awal dari
konsumen. Selain itu desain dan tata letak antar ruangan sebaiknya tidak
terkontaminasi.
pabrik pangan diperlukan lantai selalu kering dan memiliki kemiringan yang
produksi lancar dan tidak terdapat genangan air. Kondisi antara lantai dan
dinding membentuk landai dan hal ini memenuhi persyaratan GMP dimana
seharusnya kondisi antara lantai dan dinding tidak membentuk siku-siku agar
Konstruksi atap dan langit-langit tahan lama dan tahan air. Atap
terbuat dari genteng yang kuat dan memenuhi persyaratan GMP. Namun
83
pembersihan secara berkala, setidaknya satu tahun sekali untuk perawatan
Konstruksi pintu dan jendela terbuat dari bahan kuat dan padat dan
memenuhi persyaratan GMP. Pintu yang dibuat anti rayap dan jendela yang
terbuat dari kaca yang tidak mudah pecah. Namun terdapat pintu pada ruang
karena kondisi ruang pengemasan pada pabrik harus selalu steril. Jumlah
ventilasi pada area produksi cukup memenuhi, dan terdapat kasa pencegah
serangga pada ventilasi. Namun terkadang masih terdapat serangga yang dapat
masuk ke area produksi akibat celah pintu yang tidak tertutup rapat sehingga
hal ini dapat menyebabkan kontaminasi produk khususnya pada saat proses
3. Fasilitas Sanitasi
kebersihan serta merupakan hal yang penting yang wajib dimiliki industri
84
mencegah penyakit atau kecelakaan dari konsumsi pangan yang diproduksi
Tabel 12. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Fasilitas Sanitasi
Skor
Parameter
0 1 2 3 4
1. Tersedia pipa-pipa dan penampungan air
untuk mengalirkan air dengan kondisi baik, X
terawat dan bersih.
2. Sumber air bersih, air produksi, dan air
X
minum berasal dari PAM.
3. Kualitas air yang digunakan memenuhi
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 32 tahun
X
2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air.
4. Air yang tidak digunakan untuk produksi
memiliki sistem yang terpisah dengan air untuk X
air minum / kebutuhan produksi.
5. Sistem pemipaan dibedakan antara air minum
atau air yang kontak langsung dengan bahan
X
pangan olahan dengan air yang tidak kontak
langsung dengan pangan olahan.
6. Tersedia sumber air bersih yang digunakan
untuk kegiatan pembersihan/pencucian dengan X
kondisi yang layak.
7. Tersedia sumber air mengalir (kran air),
tempat sampah yang tertutup, bak air, sabun,
X
kloset, serta fasilitas pencuci tangan seluruh area
produksi.
8. Tersedia saluran pembuangan air, limbah cair,
semi padat/padat, gas, dan saluran pembuangan X
limbah terolah.
9. Tersedia wadah untuk limbah bahan
berbahaya dan diberi tanda serta tertutup rapat. X
10. Desain dan konstruksi sistem pembuangan
air dan limbah yang dapat mencegah risiko
X
pencemaran pangan olahan, air minum, dan air
bersih terpisah dari area produksi.
11. Tersedia tempat pembuangan limbah padat
X
dan cair.
12. Kondisi toilet bersih dan terawat. X
13.Letak toilet tidak terbuka langsung ke ruang
X
pengolahan dan selalu tertutup.
85
Tabel 12. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Fasilitas Sanitasi
Parameter
Skor
0 1 2 3 4
14. Tersedia tanda peringatan mencuci tangan
X
yang baik dan benar setelah menggunakan toilet.
15. Tersedia penerangan dan ventilasi yang
cukup pada area toilet. X
16. Tersedia fasilitas cuci tangan di depan pintu
masuk seluruh ruang produksi. X
dari PAM lalu digunakan sebagai air minum, air produk, dan air bersih. Air
yang digunakan perusahaan telah memenuhi standar baku mutu air yang
yang meliputi pH dan temperatur air, warna air, TPC dan coliform. Hasil
86
Perusahaan memiliki sistem pemipaan yang terpisah antara air minum,
air produk, dan air bersih yang dipisahkan setelah melalui serangkaian proses
yang di lakukan di Pengolahan Air Bersih (PAB). Air minum akan dialirkan
melalui pipa menuju ruang yang nantinya air tersebut dapat diminum langsung
oleh para karyawan pabrik. Air produk akan dialirkan melalui pipa menuju
pemasakan dan juga untuk kegiatan sanitasi alat pada kegiatan produksi. Air
bersih akan dialirkan melalui pipa menuju seluruh kran dan toilet yang
pengolahan untuk air limbah. Limbah yang dihasilkan yaitu terdiri dari limbah
cair dan limbah padat. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan mengolah
limbah hasil dari seluruh kegiatan produksi sehingga limbah dapat diedarkan
langsung keluar pabrik dengan status aman dan tidak mengganggu masyarakat
pakan ternak. Limbah cair yang dihasilkan memiliki sistem pemipaan yang
berbeda dan tidak kontak langsung dengan sistem pemipaan kegiatan produksi
area dan meletakkan di atas pallet kayu yang telah disediakan. Limbah yang
87
air bersih kurang memenuhi persyaratan GMP karena hal ini dapat
perusahaan.
terawat, namun berbeda dengan kondisi toilet area pemasakan kecap yang
kurang bersih dan agak bau serta kurangnya penerangan di toilet tersebut.
Seluruh toilet perusahaan belum ada tanda peringatan mencuci tangan yang
mencuci tangan yang baik dan benar hanya ada pada fasilitas pencuci tangan
pakaian ganti serta untuk istirahat dan sholat. PT. X belum memiliki fasilitas
pembilas sepatu kerja di depan pintu masuk ruang produksi. Hal ini tidak
pabrik pangan agar sepatu yang digunakan oleh karyawan maupun visitor
sesuai dengan pangan yang akan diproduksi, tidak menyerap air, tidak
88
berlubang atau bercelah, tidak mengelupas dan tidak mudah berkarat serta
Tabel 13. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Mesin dan Peralatan
Skor
Parameter
0 1 2 3 4
1. Mesin atau peralatan yang digunakan sesuai
dengan jenis produksi. X
89
Rata-rata penilaian terhadap penyimpangan penerapan GMP pada
produksi. Mesin dan peralatan produksi mudah dibongkar pasang pada saat
bahan atau produk. Hal ini disebabkan kurang dilakukannya perawatan pada
atau produk yang diproduksi. Beberapa peralatan produksi terbuat dari kayu
pengangkut bahan baku dari penyimpanan menuju tempat proses kecap. Pallet
kondisi kayu rapuh. Persyaratan GMP untuk peralatan seharusnya tidak lagi
menggunakan bahan kayu. Hal ini untuk menghindari adanya rayap atau jamur
produk.
penggunaan mesin dan peralatan dilakukan setiap hari oleh supervisor untuk
90
produksi. Selain itu, untuk mesin dan peralatan juga selalu dilakukan validasi
setiap tahunnya.
5. Bahan
yang biasanya terdiri dari bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong
91
mengacu pada SNI, salah satunya yaitu SNI 3543.1:2013. Formula yang
disusun untuk ekspor harus sesuai dengan permintaan konsumen karena tiap
Bahan yang digunakan terdiri dari bahan baku dan bahan tambahan
pangan yang diperiksa terlebih dahulu oleh pihak Quality Control. Bahan-
selalu diperiksa agar bahan tidak ada yang rusak, busuk atau mengandung
bahan berbahaya. Pemeriksaan bahan juga dilakukan oleh setiap Line Leader
dengan cara mencium aroma dan melihat bentuk kenampakan dari bahan baku
proses produksi dan telah sesuai dengan standar air produk yang dimiliki
air sisa produksi yang langsung dibuang atau dialirkan menuju kali yang
92
pewarna produk. Formula Bahan Tambahan Pangan yang telah disusun
sama, sehingga karyawan menambahkan kadar BTP dalam jumlah yang sama
pada setiap produk padahal telah diketahui bahwa formula pada jenis produk
kecap berbeda. Hal ini dapat menyebabkan produk menjadi tidak memenuhi
standar dan tidak dapat diedarkan ke konsumen. Produk yang tidak memenuhi
standar harus dicek kembali hingga memenuhi standar yang telah ditentukan.
6. Pengawasan Proses
kegiatan proses produksi yang sedang berjalan sesuai dengan apa yang telah
Tabel 15. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Pengawasan Proses
Skor
Parameter
0 1 2 3 4
1. Terdapat perancangan dan pemantauan
yang dilakukan supervisor terkait dengan X
proses pengolahan.
2. Terdapat deskripsi/penjelasan mengenai
jenis dan jumlah bahan yang digunakan, tahap
produksi, langkah yang perlu diperhatikan X
selama proses produksi, dan informasi lain
yang diperlukan pada proses pengolahan.
3. Terdapat informasi tertulis mengenai nama
produk, tanggal dan kode produksi, jenis dan
jumlah bahan yang digunakan, tahap X
pengolahan, jumlah hasil pengolahan pada
saat produksi akan berlangsung.
93
Tabel 15. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Pengawasan Proses
Parameter Skor
0 1 2 3 4
4. Pengawasan terhadap waktu dan suhu
dilakukan oleh karyawan pada saat produksi X
berlangsung.
5. Pengawasan pada pengisian produk yang
dilakukan setiap hari oleh karyawan produksi
X
untuk mencegah masuknya bahan asing ke
produk.
6. Pengawasan terhadap kondisi kebersihan
X
fasilitas sanitasi area produksi.
7. Karyawan produksi menggunakan
perlengkapan lengkap selama proses produksi
(seragam, topi, sepatu, masker) dan selalu X
mencuci tangan sebelum masuk tempat
produksi.
8. Kondisi permukaan peralatan dan lantai
X
tempat produksi bersih.
9. Lampu di tempat pengolahan, pengemasan,
penyimpanan dilindungi dengan bahan yang X
tidak mudah pecah.
10. Pengawasan setiap hari oleh supervisor
terhadap keadaan lingkungan luar area X
produksi.
11. Pemeriksaan dan pengujian bahan secara
organoleptic, fisik, kimia dan mikrobiologi X
oleh bagian QC.
12. Bahan yang digunakan sesuai mutu yang
telah ditetapkan perusahaan. X
13. Bahan yang memenuhi standar dicatat
X
oleh bagian QC.
14. Bahan yang beracun disimpan jauh atau
terpisah dari tempat penyimpanan pangan dan X
diberi label dengan jelas.
15. Bahan baku, bahan yang telah diolah, dan
X
produk akhir disimpan terpisah.
16. Bahan atau barang yang tidak
berhubungan dengan proses produksi X
disimpan terpisah.
94
seluruh proses produksi. Kegiatan ini dilakukan setiap hari oleh supervisor
oleh manager produksi yang berisi penjelasan mengenai jenis dan jumlah
informasi lain seputar proses produksi. Perencanaan tertulis ini yang akan
bagian Food Safety Quality (FSQ) agar bahan sesuai dengan standar mutu
digunakan.
kecap yang berceceran dan tidak segera dibersihkan oleh karyawan dimana
seharusnya kondisi lantai harus selalu dalam keadaan kering dan bersih.
Lampu yang terdapat dalam ruang produksi dilindungi oleh penutup lampu
guna melindungi lampu agar tidak langsung jatuh ke bawah. Namun terdapat
95
beberapa lampu dengan kondisi pelindung yang pecah atau retak. Hal ini perlu
agar karyawan selalu mematuhi instruksi kerja yang telah ditetapkan. Instruksi
(QC) dan disimpan jauh terpisah dari tempat penyimpanan bahan pangan yang
dan ketertiban karyawan dalam menjalankan instruksi kerja. Selain itu, masih
7. Produk Akhir
Produk akhir merupakan hasil proses dengan cara atau metoda tertentu
dengan atau tanpa bahan tambahan yang telah sesuai dengan standar mutu
96
Tabel 16. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Produk Akhir
Skor
Parameter
0 1 2 3 4
1. Terdapat spesifikasi produk akhir yang
X
dihasilkan.
2. Produk akhir yang dihasilkan memenuhi
persyaratan atau standar mutu produk. X
3. Produk akhir yang belum memenuhi standar
segera dilakukan penanganan oleh bagian QC. X
4. Pemeriksaan mutu dan keamanan produk akhir
di gudang penyimpanan oleh supervisor sebelum X
di release.
Rata-Rata 4/16 x 100 = 25 %
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
spesifikasi produk akhir yang dihasilkan sesuai dengan SNI yang berbeda
memenuhi spesifikasi atau standar mutu yang ditetapkan baik untuk produk
ruang penyimpanan produk jadi kemudian akan dicek kembali oleh bagian
8. Laboratorium
97
dan pengujian mutu bahan dan produk akhir. Penilaian penyimpangan pada
dilengkapi alat memadai untuk melakukan kegiatan pengujian mutu bahan dan
produk akhir. Aktivitas laboratorium telah sesuai dengan ISO 17025 mengenai
Namun kondisi saat ini pada laboratorium kecap terdapat kebocoran pada
steril dan bebas dari faktor lain agar tidak mempengaruhi pengujian mutu
98
yang ditetapkan oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Seluruh alat ukur
dilakukan kalibrasi setiap sebulan sekali untuk keakuratan alat ukur tersebut.
9. Karyawan
menjadi karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Panduan GMP membahas
99
Tabel 18. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Karyawan
Parameter Skor
0 1 2 3 4
8. Tersedia penanggung jawab bidang
X
pengawasan mutu/keamanan pangan olahan.
9. Terdapat prosedur bagi pihak luar yang akan
X
memasuki area produksi.
Rata-Rata 7/36 x 100 = 19,44 %
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
tangan atau benda lain yang akan menyebabkan kontaminasi atau tercemarnya
instruksi kerja diantaranya seragam, topi, masker, dan earplug dan hairnet.
kerja seperti tidak menggunakan earplug pada saat berada di tempat produksi
yang bising. Hal ini dapat membahayakan kondisi kesehatan karyawan dalam
jangka ke depan. Selain itu Terdapat prosedur untuk visitor (pengunjung) yang
prosedur yang harus dilakukan oleh karyawan area produksi dimana harus
masih menaruh peralatan atau barang yang tidak diperlukan proses produksi
100
maka karyawan diperbolehkan untuk ke klinik atau perusahaan memberi izin
10. Pengemas
terdiri dari botol plastik, botol beling, pouch, dan sachet dimana kemasan ini
tahan terhadap perlakuan selama proses produksi dan mampu melindungi serta
101
kemasan yang belum memenuhi sertifikasi, maka kemasan dikembalikan ke
pemasok dan diganti dengan kemasan baru yang sesuai dengan sertifikasi.
tertutup yang higienis serta terpisah dengan penyimpanan bahan produksi dan
produk akhir.
Keterangan produk dalam produksi pangan harus lengkap dan jelas yang
produk pada setiap kemasan. Penilaian penyimpangan pada variabel label dan
Tabel 20. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Label dan Keterangan
Produk
Skor
Parameter
0 1 2 3 4
1. Adanya informasi mengenai nama, komposisi,
tanggal/kode produksi, tanggal kadaluarsa, cara X
penyajian, cara penyimpanan, sasaran konsumen.
2. Penggunaan label yang berbeda untuk setiap
X
jenis produk yang dihasilkan.
3. Label yang digunakan mengikuti persyaratan
X
yang dibuat konsumen atau ketentuan pemerintah.
102
persyaratan yang berlaku memuat nama produk, alamat perusahaan, komposisi
keterangan produk dan lain sebagainya yang terdapat dalam peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor 31 Tahun 2018 mengenai label pangan
olahan. Ketika label datang lalu diperiksa oleh bagian Quality Check Label
12. Penyimpanan
103
Tabel 21. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Penyimpanan
Parameter
Skor
0 1 2 3 4
7. Tindakan pengawasan terhadap penyimpanan
bahan/produk akhir dilakukan setiap hari oleh X
supervisor.
8. Kondisi ruang penyimpanan (bahan baku /
produk akhir) bersih, suhu sesuai, penerangan X
cukup, bebas hama, dan aliran udara terjamin.
9. Kondisi penyimpanan wadah dan pengemas
X
yang bersih, rapih, dan teratur.
10. Kondisi penyimpanan label yang bersih,
X
rapih dan teratur.
11. Kondisi mesin dan peralatan produksi yang
X
bersih, rapih dan teratur.
Rata-Rata 12/44 x 100 = 27,27 %
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
bahan kemasan, serta produk akhir terpisah satu sama lain. Kemudian
dari bahan pangan atau produk akhir dan ruangan tersebut selalu terkunci
rapat. Penyimpanan label dalam ruangan rapih dan teratur, tersusun dalam rak
bertingkat dengan bahan besi sehingga tidak mudah adanya kontaminasi pada
label.
pemasangan label secara kontinyu untuk mengetahui bahan yang belum dan
104
Penyimpanan bahan baku atau produk akhir tidak menyentuh lantai,
selalu berada di atas pallet baik itu kayu maupun allergen, tidak menempel ke
dinding karena bahan-bahan tersebut tersusun di dalam rak tinggi. Hal ini
baku gula dimana masih terdapat banyak serangga dapat masuk ke ruang
tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi terhadap bahan baku gula.
Selain itu, banyaknya sarang laba-laba dan debu di area ruang penyimpanan
baik itu penyimpanan bahan baku atau produk akhir. Penerangan kurang pada
ruang penyimpanan bahan baku dimana terdapat beberapa lampu yang sudah
tidak berfungsi dan lampu yang tidak ada pelindungnya. Hal ini sangat
unggas, serta binatang lain ke dalam area produksi. Pembasmian jasad renik,
105
Tabel 22. Penyimpangan Penerapan GMP PT. X pada Variabel Pemeliharaan dan
Program Sanitasi
Skor
Parameter 0 1 2 3 4
1. Fasilitas produksi dalam keadaan terawat
X
dengan baik sesuai SOP perusahaan.
2. Mesin/peralatan yang berhubungan langsung
dan tidak berhubungan langsung dengan bahan
X
dan produk dalam keadaan bersih dan diletakkan
sesuai tempatnya.
3. Alat angkut atau alat pemindahan barang dalam
X
keadaan bersih.
4. Pengawasan/pemeriksaan oleh supervisor
terhadap ketepatan dan keefektifan program
X
sanitasi yang dilakukan oleh karyawan produksi
setiap hari.
5. Pengawasan terhadap bahan-bahan yang masuk
X
ke dalam pabrik yang dilakukan oleh bagian FSQ.
6. Kegiatan pembersihan fasilitas produksi
dilakukan sesuai metode dan dilakukan secara X
rutin dan berkala.
7. Kegiatan pembersihan dan sanitasi dicatat rutin
X
oleh karyawan produksi.
8. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi
tidak dibiarkan menumpuk, segera ditangani, X
diolah, atau dibuang.
9. Limbah padat segera dikumpulkan untuk
X
dikubur, dibakar atau diolah.
10. Pengolahan limbah cair dilakukan secara rutin
oleh PAL sebelum dialirkan ke luar pabrik X
(kondisi air harus bening dan bersih).
Rata-Rata 11/40 x 100 = 27,5 %
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
sanitasi dalam PT. Heinz ABC Indonesia, Daan Mogot Plant meliputi sanitasi
106
change over atau saat produksi selesai. Terdapat dua perlakuan pada mesin
dan peralatan yaitu cleaning dan sanitasi. Pada kegiatan cleaning dilakukan
air panas atau air chemical (klorin). Langkah tersebut dilakukan secara
produk dari lokal ke ekspor khususnya produk ekspor yang mengandung non
dilakukan secara berkala. Hal ini disebabkan karena karyawan yang lupa
terdapat fasilitas produksi seperti mesin dan peralatan dalam kondisi yang
kurang baik ditandai dengan belum maksimal atau tidak berfungsinya mesin
Critical Control Point. Selain itu, alat angkut seperti pallet kayu dan allergen
GMP seluruh alat dalam kondisi bersih dan bebas dari adanya kontaminasi.
limbah cair dialirkan ke area luar pabrik. Limbah cair dialirkan langsung ke
sungai yang berada di depan pabrik sesuai dengan standar perusahaan yang
107
mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun
limbah padat langsung diserahkan kepada pihak ketiga yang biasanya limbah
14. Pengangkutan
108
menggunakan pallet dan forklift untuk yang telah di desain agar tidak mudah
dan forklift belum dilakukan secara rutin. Selain itu perusahaan jarang
109
dilakukan dengan konsisten. Sistem pencatatan tersedia dalam bentuk hard
copy dan soft copy disimpan dalam komputer paralel dalam perusahaan.
produksi dimulai dari bahan baku yang masuk, proses produksi, jumlah dan
sanitasi.
16. Pelatihan
110
ini dijalankan namun untuk implementasi dari pelatihan jarang dilakukan
dari pihak luar, namun yang mengikuti pelatihan hanya manager dan
111
Berdasarkan Tabel 26, pelaksanaan sistem Sanitation Standard
namun ada juga variabel belum memenuhi panduan SSOP. Berikut ini
1. Keamanan Air
menjamin air yang digunakan aman dengan kualitas tertentu sesuai dengan
112
Rata-rata penilaian terhadap penyimpangan penerapan SSOP pada
memenuhi panduan SSOP. Saluran air atau sistem pemipaan air, baik itu air
bersih maupun air sisa produksi di desain terpisah sesuai dengan panduan
dahulu sehingga aman untuk proses produksi. Terdapat 3 jenis air, yaitu air
produk, air bersih, dan air minum. Air produk digunakan untuk kegiatan yang
kantin, WC, dan seluruh area perusahaan. Kemudian air yang berasal dari
PAM juga diolah menjadi air minum dengan dilakukan serangkaian proses
5. pH - 6,5 – 8,5
113
Air Bersih (PAB) Hasil pemeriksaan dicatat kemudian dilaporkan kepada
supervisor terkait. Hasil pemeriksaan air baik itu air produksi atau air sisa
dipenuhi suatu perusahaan pada setiap proses produksi. Indikator ini berisi
114
Rata-rata penilaian terhadap penyimpangan penerapan SSOP pada
menjadi tidak rata atau tidak mulus. Hal ini perlu dilakukan pemeliharaan
produk secara rutin dan kegiatan ini dipantau oleh supervisor terkait.
SSOP dimana bahan sanitasi yang digunakan yaitu dengan air panas dan air
klorin. Hal ini dapat membantu mengurangi kotoran berupa kerak serta
melarutkan kotoran sisa produksi khususnya pada mesin dan peralatan agar
jadwal untuk pembersihan dan sanitasi yang disusun oleh supervisor produksi.
Hal ini dikarenakan karyawan lupa untuk mencatat bahwa telah melakukan
kegiatan sanitasi.
115
3. Pencegahan Kontaminasi Silang
116
Tabel 30. Penyimpangan Penerapan SSOP PT. X pada Pencegahan Kontaminasi
Silang
Parameter
Skor
0 1 2 3 4
11. Tindakan koreksi apabila terjadi
penyimpangan atau ketidaksesuaian yang
X
menyebabkan kontaminasi dalam proses
produksi.
12. Pencatatan kegiatan pembersihan dan
sanitasi area, alat penanganan, pengolahan, dan X
rekaman monitoring.
Rata-Rata 10/48 x 100 = 20,83 %
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
dan sanitasi area dilakukan oleh karyawan produksi secara rutin sesuai jadwal
sanitasi dilakukan menggunakan air klorin agar mesin dan peralatan yang
digunakan higiene. Bahan baku dan produk akhir disimpan dan diolah dalam
ruangan terpisah. Letak penyimpanan bahan baku dekat dengan ruang proses
SSOP artinya ruang penyimpanan bahan pangan dan produk akhir tidak
menyentuh lantai, tidak menyentuh dinding, dan jauh dari langit-langit untuk
117
Salah satu pencegahan kontaminasi silang dalam panduan SSOP
proses lain. Namun perusahaan ini kurang memenuhi panduan SSOP karena
perlu dilakukan pengaturan kembali agar bahan yang akan digunakan tidak
karyawan.
terhadap aktivitas karyawan dlakukan oleh line leader yang kemudian akan
penyimpanan bahan produk akhir yang dilakukan oleh line leader sebagai
dicatat agar perusahaan menentukan tindakan apa yang harus dilakukan untuk
118
4. Fasilitas Cuci Tangan, Sanitasi Tangan, dan Toilet
Tabel 31. Penyimpangan Penerapan SSOP PT. X pada Fasilitas Sanitasi Cuci Tangan
dan Toilet
Skor
Parameter
0 1 2 3 4
1. Pemeliharaan, pengontrolan, dan
pengecekan kelengkapan dan kondisi
fasilitas cuci tangan dan toilet (petunjuk
cara mencuci tangan yang baik dan benar X
sebelum memasuki area produksi dan
setelah menggunakan toilet).
2. Kegiatan pembersihan fasilitas cuci
tangan, sanitasi tangan, dan toilet setiap X
hari.
3. Pemeriksaan yang dilakukan setiap hari
oleh supervisor terhadap kondisi fasilitas X
cuci tangan yang tidak layak (kotor).
4. Adanya sosialisasi mengenai pentingnya
program pencucian dan sanitasi tangan X
kepada karyawan dan pengunjung.
5. Tersedia petunjuk cara mencuci tangan
yang baik dan benar dekat dengan fasilitas X
cuci tangan dan sanitasi tangan.
Rata-Rata 5/20 x 100 = 25 %
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
fasilitas cuci tangan, sanitasi tangan, dan toilet di PT. X sebesar 25 %, artinya
fasilitas cuci tangan sebelum memasuki ruang produksi dan tersedia petunjuk
cara mencuci tangan yang baik dan benar. Kegiatan pembersihan fasilitas cuci
tangan dilakukan rutin setiap harinya. Pembersihan toilet juga dilakukan rutin
setiap hari. Tersedia petunjuk untuk mencuci tangan dengan baik dan benar
119
sebelum memasuki area produksi. Namun belum terdapat petunjuk untuk
kondisi fasilitas cuci tangan dan toilet selalu dicatat. Pencatatan selalu
dikontrol setiap hari oleh supervisor. Apabila ditemukan kondisi cuci tangan
atau toilet kotor langsung menjadi sebuah temuan akan dibahas pada daily
meeting.
tangan setelah menggunakan toilet sehingga masih ada karyawan yang tidak
Indikator ini berisi tata cara serta jenis pelabelan yang diterapkan pada
Tabel 32. Penyimpangan Penerapan SSOP PT. X pada Pelabelan dan Penyimpanan
Bahan Kimia yang Tepat
Skor
Parameter
0 1 2 3 4
1. Adanya label dan keterangan yang jelas
mengenai nama bahan, nama dan alamat
produsen/distributor dan petunjuk X
penggunaan.
2. Pemeriksaan label oleh QC pada saat
X
penerimaan label.
3. Pemberian label identitas bahan yang jelas
X
pada wadah yang dilakukan oleh perusahaan
120
Tabel 32. Penyimpangan Penerapan SSOP PT. X pada Pelabelan dan Penyimpanan
Bahan Kimia yang Tepat
Parameter Skor
0 1 2 3 4
4. Penyimpanan bahan kimia di dalam box
tertutup atau rak dengan mengelompokkan X
berdasarkan jenis bahan.
5. Ruangan untuk menyimpan bahan kimia
selalu dalam keadaan tertutup dan aksesnya X
dibatasi serta jauh dari ruang produksi.
6. Pengawasan/pemeriksaan dilakukan oleh
supervisor secara rutin (setiap bulan)
X
terhadap kondisi pelabelan dan penyimpanan
bahan kimia.
pelabelan dan penyimpanan bahan kimia yang tepat di PT. X sebesar 0%,
yang digunakan untuk proses produksi diperiksa terlebih dahulu oleh bagian
berada terpisah dari ruang penyimpanan lain dan area produksi. Bahan kimia
disimpan dalam tabung dan diberi identitas dengan jelas (QC Pass).
Penyimpanan bahan kimia selalu dalam keadaan tertutup dan akses menuju
121
permukaan yang kontak langsung dengan makanan. Penilaian penyimpangan
pada pola hidup dan hygiene perorangan dengan mencuci tangan, pemakaian
122
karyawan yang sakit dalam bentuk cuti hingga karyawan pulih. Perusahaan
produk.
7. Pemberantasan Hama
123
Tabel 34. Penyimpangan Penerapan SSOP PT. X pada Pemberantasan Hama
Skor
Parameter
0 1 2 3 4
12. Pemusnahan sarang hama seperti semak-
semak, rumput liar, limbah atau sampah,
barang tidak terpakai, peralatan/wadah yang
X
kotor, area yang kotor, dan langit-langit yang
kotor dilakukan secara berkala oleh karyawan
produksi.
13. Pembasmian hama dilakukan dengan bahan
kimia, biologi, dan fisik sesuai petunjuk
kegiatan pembasmian hama dan instruksi X
penggunaan bahan tanpa mempengaruhi mutu
dan keamanan produk.
Rata-Rata 16/52 x 100 = 30,76 %
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
dan pengecekan rutin kondisi proses produksi. Adanya kasa serangga pada
Namun masih terdapat serangga lolos masuk ke area produksi sehingga perlu
pestisida dan jebakan sangat efektif jika dilakukan sesuai dengan dosis dan
124
aturan pemakaian. Perkembangan hama dan hewan yang terdapat di
dalam dan luar pabrik kurang memenuhi panduan SSOP karena belum selalu
2002.
3. Deskripsi Produk 9 0 45 0
Good
Manufacturing
133 138 665 17,64
Practices
(GMP)
125
Tabel 35. Rekapitulasi GAP Analysis Penerapan HACCP PT. X
No. Σ Skor
Jumlah Σ Skor Tiap Persentase
Variabel Sistem Maksimal
Sub variabel Parameter Parameter (%)
HACCP (c)
(a) (b) (b/c x 100%)
(a x 5)
Penyusunan dan
5. Verifikasi Bagan 5 1 20 5
Alir
Sistem
7. Penyimpanan 5 5 25 20
Catatan
Prosedur Verifikasi
8. 11 1 55 1,81
Sistem HACCP
Perubahan / Revisi
9. 6 5 30 16,67
Dokumen
1. Kebijakan Mutu
Bentuk fisik dari kebijakan mutu ialah suatu dokumen yang dipegang dan
126
Tabel 36. Kesenjangan Penerapan HACCP PT. X pada Variabel Kebijakan Mutu
Skor
Parameter
0 1 2 3 4 5
1. Dokumentasi tentang kebijakan mutu. X
2. Sosialisasi tentang pentingnya kebijakan
X
mutu untuk karyawan produksi.
Rata-Rata 1/10 x 100 = 10%
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
127
2. Tim HACCP
pemantauan dalam penerapan sistem HACCP karena setiap keputusan dari tim
Tabel 37. Kesenjangan Penerapan HACCP PT. X pada Variabel Tim HACCP
Skor
Parameter
0 1 2 3 4 5
1. Tim HACCP ditentukan oleh pimpinan
tertinggi atau ahli HACCP (dari luar X
pabrik).
2. Tim HACCP ditentukan berdasarkan
kompetensi/ kualifikasi/ latar belakang
X
pendidikan serta pengalaman yang dimiliki
setiap karyawan.
3. Terdapat struktur organisasi tim HACCP
X
dalam panduan HACCP perusahaan.
4. Perusahaan mencantumkan job
description dalam panduan HACCP. X
5. Tim HACCP melaksanakan pelatihan
mengenai HACCP yang dilaksanakan dari X
eksternal dan internal.
6. Tim HACCP melaksanakan job
description sesuai SOP perusahaan. X
128
Rata-rata penilaian terhadap kesenjangan penerapan HACCP pada tim
description tertulis pada masing-masing tim. Hal ini dapat membuat bingung
mengenai tugas dan wewenangnya apa sebagai tim HACCP. Job description
mengetahui dan memahami apa yang harus dilakukan sebagai tim HACCP.
Pelatihan mengenai HACCP jarang dilakukan, baik dari luar maupun dari
dalam perusahaan.
3. Deskripsi Produk
produk berisi tentang komposisi, sifat fisik atau kimia, perlakuan mikrosida
distribusi, dan cara penyajian dan persiapan konsumsinya. Selain itu, perlu
129
Tabel 38. Kesenjangan Penerapan HACCP PT. X pada Variabel Deskripsi Produk
Skor
Parameter
0 1 2 3 4 5
1. Terdapat komposisi produk pada panduan
X
HACCP.
2. Terdapat karakteristik (kimia,
X
mikrobiologi, fisik) pada panduan HACCP.
3. Dokumentasi standar mutu produk dalam
panduan HACCP yang digunakan sebagai X
acuan dalam menghasilkan produk.
4. Cara penyajian atau cara penggunaan
produk yang dijelaskan dalam panduan X
HACCP.
5. Cara dan kondisi penyimpanan produk
X
yang dijelaskan dalam panduan HACCP.
6. Metode pendistribusian produk yang
X
dijelaskan dalam panduan HACCP.
7. Tipe pengemas yang digunakan ditentukan
oleh perusahaan yang dicantumkan dalam X
panduan HACCP.
8. Sasaran konsumen dijelaskan dalam
X
panduan HACCP.
9. Daya tahan (umur simpan) atau masa
kadaluarsa produk dijelaskan dalam panduan X
HACCP.
Rata-Rata 0/45 x 100 = 0%
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
deksripsi produk dalam panduan HACCP yang sesuai dengan standar SNI.
130
Tabel 39. Deskripsi Produk dalam Panduan HACCP PT. X
Deskripsi Produk
Nama Produk
Nomor SKU
Tipe Produk
Karakteristik Produk Akhir
Metode Pengawetan
Bahan
Kemasan
Rework
Spesifikasi dan Regulasi (Food Safety)
Deskripsi Kemasan
Persyaratan dan Informasi Label
Distribusi/Penyimpanan/Deskripsi (Instruksi
Penyimpanan dan Umur Simpan)
Penggunaan Oleh Konsumen
Potensi Salah Penanganan dan Penggunaan Produk
Sumber : Panduan HACCP PT. X (2019)
4. Persyaratan Dasar
131
Manufacturing Practices) mencakup lokasi pabrik, bangunan, fasilitas sanitasi,
132
and Drug Administration USA berisi beberapa kunci sistem SSOP mencakup
pencegahan kontaminasi silang, fasilitas cuci tangan serta sanitasi tangan dan
133
Tabel 42. Kesenjangan Penerapan HACCP PT. X pada Variabel Penyusunan dan
Verifikasi Bagan Alir
Skor
Parameter
0 1 2 3 4 5
1. Tersedia dokumentasi rincian seluruh
X
proses produksi.
2. Bahan yang diolah dalam setiap proses
X
produksi sesuai dengan formula.
3. Cara pengoprasian mesin atau peralatan
yang digunakan dalam produksi dilakukan X
oleh karyawan produksi.
4. Pemantauan terhadap kondisi lingkungan
seperti waktu dan suhu dalam proses X
produksi dilakukan oleh line leader.
5. Tersedia gambaran jelas mengenai titik
masuk dan bentuk keluaran dari proses X
produksi.
Rata-Rata 1/20 x 100 = 5 %
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
melakukan proses penyusunan diagram atau bagan alir oleh tim HACCP
dengan mengamati setiap langkah proses yang terjadi dalam proses produksi
untuk mendapatkan bagan atau diagram alir yang sesuai. Hal ini sangat
penting dimana diagram atau bagan alir nantinya akan menjadi acuan valid
atau tidaknya tim HACCP dalam menganalisa suatu bahaya yang terdapat
validasi terhadap diagram atau bagan alir yang sudah lengkap. Verifikasi
dilakukan dengan mendiskusikan diagram atau bagan alir yang telah disusun
134
oleh tim HACCP dengan bagian produksi kemudian disahkan oleh ketua tim
tahun sekali.
6. Analisa Bahaya
HACCP terhadap seluruh jenis bahaya yang terdapat dalam proses produksi.
Analisa bahaya adalah tahap awal dari perancangan sistem HACCP. Bahaya
akan direkam dan disiapkan untuk analisis lanjut pada pemastian titik kendali
Tabel 43. Kesenjangan Penerapan HACCP PT. X pada Variabel Analisa Bahaya
Skor
Parameter
0 1 2 3 4 5
1. Pengecekan standar mutu yang ditetapkan
perusahaan mengenai kualitas bahan pangan X
yang dilaksanakan oleh bagian FSQ.
2. Penggunaan bahan pangan yang akan
digunakan dijelaskan kepada karyawan oleh X
Line Leader sebelum memulai produksi.
3. Diskusi dan pendataan untuk identifikasi
bahaya terhadap bahan pangan dilakukan X
oleh Tim HACCP.
4. Penentuan cara pencegahan oleh tim
HACCP untuk mengurangi atau
X
menghilangkan bahaya terhadap bahan
pangan.
5. Pengawasan mutu bahan pangan
dilakukan oleh tim HACCP untuk
X
mengidentifikasi bahaya yang timbul pada
proses produksi.
6. Pengembangan metodologi pengolahan
dilakukan oleh tim HACCP yang dapat X
mengurangi kontaminasi.
135
Tabel 43. Kesenjangan Penerapan HACCP PT. X pada Variabel Analisa Bahaya
Parameter
Skor
0 1 2 3 4 5
7. Pemantauan langkah dan kriteria produksi
dengan standar yang telah ditetapkan X
dilakukan oleh tim HACCP.
8. Pengecekan terhadap kondisi mesin dan
peralatan yang dapat menimbulkan
kontaminasi terhadap produk (permukaan
X
tidak halus, mudah mengelupas, berkarat,
berlubang, terbuat dari bahan beracun)
dilakukan oleh tim HACCP.
9. Tersedia catatan terhadap penyimpangan
pengoprasian, perawatan, pembersihan,
X
pemeliharaan mesin yang dapat
menimbulkan kontaminasi pada produk.
10. Pengecekan terhadap tata letak mesin
dan peralatan pada setiap proses produksi X
dilakukan oleh tim HACCP.
11. Pemantauan tim HACCP terhadap
karyawan melaksanakan instruksi kerja yang X
telah ditetapkan perusahaan.
12. Pengendalian yang dilakukan tim
HACCP terhadap karyawan yang kurang
X
sehat agar tidak menimbulkan kontaminasi
silang.
13. Pengecekan tim HACCP terhadap
kondisi lingkungan pabrik, ruangan
X
produksi, ruang penyimpanan yang bersih
dan bebas dari sumber pencemaran.
14. Pengecekan tim HACCP terhadap
kondisi konstruksi struktur ruangan (lantai,
langit-langit, dinding, dan sebagainya) yang X
tidak layak, tidak bersih, dan tidak mudah
untuk dilakukan pembersihan.
15. Pengecekan oleh tim HACCP terhadap
X
pengelolaan limbah hasil produksi.
16. Pengecekan oleh tim HACCP terhadap
kemasan yang akan digunakan (mudah X
penyok, sobek, mudah pecah).
17. Pemantauan oleh tim HACCP terhadap
cara penyimpanan produk yang dapat X
menimbulkan bahaya/kontaminasi.
18. Pengendalian masa simpan dilakukan
oleh tim HACCP yang dapat mencegah X
munculnya bahaya dan kontaminasi.
19. Bahan yang datang dari pemasok dicatat
oleh tim HACCP untuk memastikan bahwa X
telah memenuhi persyaratan perusahaan.
136
Tabel 43. Kesenjangan Penerapan HACCP PT. X pada Variabel Analisa Bahaya
Parameter Skor
0 1 2 3 4 5
20. Pengecekan oleh tim HACCP terhadap
kondisi atau kualitas bahan dan produk akhir
X
(penyebab bahaya) yang disesuaikan dengan
standar mutu perusahaan.
21. Tim HACCP melakukan tindakan
pencegahan terhadap bahaya yang X
teridentifikasi pada proses produksi.
22. Terdapat pihak yang bertanggung jawab
dalam menentukan dan mendokumentasikan X
penentuan CCP.
23. Penentuan oleh tim HACCP terhadap
X
objek yang akan dimonitor atau dipantau.
24. Penentuan oleh tim HACCP terhadap
X
tempat atau lokasi pemantauan.
25. Penentuan oleh tim HACCP mengenai
metode pemantauan (pengukuran fisik, dan
X
kimia, atau pengamatan sensori dan visual)
pada setiap batas kritis.
26. Penentuan oleh tim HACCP mengenai
jadwal dan frekuensi pemantauan pada setiap X
batas kritis.
27. Penentuan personel khusus untuk
melakukan pemantauan pada setiap batas
X
kritis dan melakukan pencatatan selama
proses pemantauan.
28. Penentuan personel yang bertanggung
jawab untuk melaksanakan masing-masing X
tindakan koreksi dan melakukan pencatatan.
29. Penentuan tindakan/perlakuan khusus
terhadap produk yang dihasilkan dari proses X
yang menyimpang.
Rata-Rata 19/145 x 100 = 13,10 %
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
137
Kemudian tim HACPP melakukan diskusi dan pendataan untuk identifikasi
bahaya yang mungkin terjadi pada saat proses produksi dengan menggunakan
(Secure, Contain, Protect) dan CCP (Critical Control Point) dalam penerapan
sistem HACCP produksi kecap. Analisa bahaya bahan baku yaitu bungkil
kedelai, gandum, kulit gandum, garam, gula, bibit asli, serta bahan tambahan
lain tidak ditemukan SCP ataupun CCP karena seluruh bahan baku telah
produksi saat penyaringan sari kecap untuk menuju ke ruang pemasakan dan
Plate 4 mm dan penyaringan wire mesh dengan kekuatan 100 mesh terdeteksi
SCP dimana dapat terjadi kontaminasi fisik berupa serpihan bambu, plastik,
tali, pasir, serta kerikil yang akan ikut bersama sari kecap yang akan diolah.
kecap setelah melalui proses blending. Hal ini dapat terjadi kontaminasi fisik
138
kemasan plastik, atau karton. Kemudian pada proses magnetic trap termasuk
ke dalam SCP dimana proses ini bertujuan untuk menangkap besi ataupun
produksi kecap manis yaitu pada proses heating dan holding. Terdapat
beberapa mikroba tidak diinginkan atau melebihi batas. Selain itu, pada
kecap di Daily Tank juga termasuk ke dalam CCP. Pada saat penyaringan
Tank).
pada saat botol dibilas masih dapat memungkinkan adanya kontaminasi fisik
seperti serangga, plastik, kardus yang tidak ikut terbilas oleh mesin. Hal ini
dikarenakan karena kinerja mesin yang tidak terlalu maksimal dan perlu
panduan yang telah dibuat selalu benar. Penilaian kesenjangan pada variabel
139
Tabel 44. Kesenjangan Penerapan HACCP PT. X pada Variabel Sistem
Penyimpanan Catatan
Skor
Parameter
0 1 2 3 4 5
1. Pengesahan dokumen HACCP oleh yang
X
dibuat perusahaan oleh Manager Plant.
2. Tim HACCP melakukan identifikasi atau
X
penomoran dokumen HACCP.
3. Distribusi dokumen oleh tim HACCP
X
kepada seluruh karyawan.
4. Perubahan atau perbaikan dokumen
X
dilakukan oleh tim HACCP.
5. Pemusnahan dokumen usang (tidak
dibiarkan menumpuk agar tidak terjadi
X
kesalahan terhadap pemahaman dokumen
HACCP yang baru).
Rata-Rata 5/25 x 100 = 20 %
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
yang belum dipisahkan antara dokumen usang dan dokumen yang telah
diperbaharui.
digunakan untuk rencana HACCP yang telah dibuat agar dapat berjalan sesuai
140
dan efektif. Penilaian kesenjangan pada variabel prosedur verifikasi sistem
Tabel 45. Kesenjangan Penerapan HACCP PT. X pada Variabel Prosedur Verifikasi
Sistem HACCP
Skor
Parameter
0 1 2 3 4 5
1. Verifikasi terhadap keseluruhan sistem
HACCP sesuai dengan panduan oleh tim X
HACCP.
2. Prosedur verifikasi memiliki personel
sendiri (salah satu tim HACCP) yang
X
bertanggung jawab penuh dalam memeriksa
semua kesesuaian sistem.
3. Ketepatan diagram alir dan tata letak
dengan panduan yang telah disusun oleh X
tim HACCP.
4. Pemantauan oleh tim HACCP mengenai
panduan yang berhubungan dengan
X
persyaratan dasar dengan faktual yang
terjadi di perusahaan.
5. Tersedia dokumentasi keluhan pelanggan
terhadap produk dan proses yang X
berhubungan dengan keamanan pangan.
6. Validasi batas kritis dan peninjauan
ulang terhadap tindakan koreksi dilakukan X
oleh tim HACCP.
7. Pengambilan sampel secara acak dan
pengujian produk oleh tim HACCP. X
8. Peninjauan oleh tim HACCP mengenai
hasil rekaman pemantauan CCP yang X
terdapat di panduan HACCP.
9. Terdapat audit internal dan eksternal
X
terhadap implementasi sistem HACCP.
10. Tersedia catatan/dokumentasi hasil
X
audit internal dan eksternal.
11. Auditor internal berasal dari seluruh tim
X
HACCP.
Rata-Rata 1/55 x 100 = 1,81 %
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
141
persyaratan dipenuhi, aktivitas dokumentasi konsisten dan terkendali. PT. X
pengendalian agar dokumen selalu sesuai dan merupakan suatu proses tindak
Tabel 46. Kesenjangan Penerapan HACCP PT. X pada Variabel Perubahan atau
Revisi Dokumen
Skor
Parameter
0 1 2 3 4 5
1. Tersedia rekaman hasil audit internal
X
dan pengaduan/saran dari konsumen.
2. Terdapat personel yang bertanggung
jawab atas semua kegiatan perubahan X
panduan HACCP.
3. Penerbitan ulang dan distribusi dokumen
baru untuk seluruh karyawan. X
142
Rata-rata penilaian terhadap kesenjangan penerapan HACCP pada
perusahaan.
observasi lapang sistem HACCP, GMP, dan SSOP yang berjalan di PT. X.
dan SSOP. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan tindak lanjut untuk
143
Tabel 47. Rekomendasi Tindak Lanjut Penerapan GMP dan SSOP PT. X
GAP
Target yang Rekomendasi Tindak
No (Temuan
Diinginkan Lanjut
Ketidaksesuaian)
- Melakukan
pengendalian
terhadap limbah
pabrik non pangan
Lokasi pabrik tempat yang berada di satu
produksi jauh dari kawasan agar
tempat kegiatan lingkungan tidak
1. Lokasi
industri/usaha dan tercemar.
pemukiman kumuh. - Membuat jadwal dan
melakukan kegiatan
pembersihan
lingkungan sekitar
luar pabrik secara
rutin setiap bulan.
- Melakukan
perawatan serta
pembersihan
Konstruksi dinding, terhadap dinding,
atap, langit-langit, atap, langit-langit,
pintu, jendela, pintu, jendela serta
ventilasi yang tahan ventilasi secara rutin
lama, tahan air (tidak setiap seminggu
2. Bangunan bocor) mudah sekali
dipelihara dan - Menambah
dibersihkan. penerangan
Penerangan cukup dan (pemasangan lampu)
mudah untuk dan mengganti
dibersihkan. bahan pelindung
lampu dengan bahan
yang tidak mudah
pecah.
144
Tabel 47. Rekomendasi Tindak Lanjut Penerapan GMP dan SSOP PT. X
Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
GAP
Target yang Rekomendasi Tindak
No (Temuan
Diinginkan Lanjut
Ketidaksesuaian)
- Melakukan
perawatan pada
kondisi toilet
Kondisi toilet bersih
khususnya pada
dan terawat, tersedia
toilet di area proses
tanda peringatan
pemasakan kecap,
mencuci tangan yang
dan membuat serta
baik dan benar setelah
menempelkan pada
menggunakan toilet,
setiap toilet yang ada
3. Fasilitas Sanitasi tersedia penerangan
tentang peringatan
dan ventilasi yang
untuk mencuci
cukup pada area toilet,
tangan yang baik
tersedia fasilitas
dan benar setelah
pembilas sepatu kerja
menggunakan toilet.
di depan pintu masuk
- Menyediakan
ruang produksi
fasilitas pembilas
sepatu kerja pada
setiap area produksi.
- Melakukan tindakan
pengawasan,
pemeriksaan, dan
Kondisi permukaan
pemantauan
mesin dan peralatan
terhadap
yang kontak langsung
penggunaan
dengan bahan pangan
mesin/peralatan
olahan halus, tidak
secara rutin (setiap
berlubang, tidak
hari).
4. Mesin dan Peralatan mengelupas, tidak
- Melakukan
menyerap air, dan
perawatan dan
tidak berkarat.
perbaikan mesin dan
Bahan perlengkapan
peralatan yang
mesin/peralatan yang
berkarat atau tidak
terbuat dari kayu
berfungsi dengan
selalu bersih.
baik
145
Tabel 47. Rekomendasi Tindak Lanjut Penerapan GMP dan SSOP PT. X
Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
GAP
Target yang Rekomendasi Tindak
No (Temuan
Diinginkan Lanjut
Ketidaksesuaian)
Melakukan pengecekan
setiap hari khususnya
Bahan yang digunakan
terhadap bahan baku agar
5. Bahan sesuai dengan standar
tidak terjadi lolosnya bahan
mutu perusahaan
baku yang tidak sesuai
standar mutu perusahaan.
Melakukan perbaikan dan
Laboratorium bersih perawatan laboratorium
6. Laboratorium
dan terawat khususnya pada
laboratorium mikrobiologi.
Melakukan peringatan
Karyawan tidak
kepada karyawan yang
makan, minum,
melakukan hal lain di area
merokok, meludah,
produksi (mengambil
atau melakukan
7. Karyawan handphone yang sedang di
tindakan lain di tempat
charger di area produksi) dan
produksi. Karyawan
menyiapkan selalu earplug,
mengenakan pakaian
masker, serta hairnet pada
kerja/pelindung diri
setiap area produksi.
Melakukan pembersihan
Kondisi penyimpanan
rutin setiap hari terhadap
kemasan yang
area penyimpanan kemasan
8. Pengemas higienis, terpisah dari
dan melakukan pengecekan
bahan baku dan
kemasan agar tidak
produk akhir
menimbulkan kontaminasi
terhadap produk akhir.
Kondisi ruang
Melakukan pembersihan dan
penyimpanan (bahan
perawatan secara rutin setiap
baku / produk akhir)
hari terhadap penyimpanan
9. Penyimpanan bersih, suhu sesuai,
bahan baku, memperbaiki
penerangan cukup,
penerangan di ruang
bebas hama, dan aliran
penyimpanan bahan baku.
udara terjamin
Melakukan pembersihan
Fasilitas produksi setiap seminggu sekali
Pemeliharaan dan
10. dalam keadaan terawat terhadap sepatu boot dan jas
Program Sanitasi
dengan baik lab yang digunakan
karyawan atau pengunjung.
146
Tabel 47. Rekomendasi Tindak Lanjut Penerapan GMP dan SSOP PT. X
Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
GAP
Target yang Rekomendasi Tindak
No (Temuan
Diinginkan Lanjut
Ketidaksesuaian)
- Melakukan
perawatan dan
pembersihan rutin
seminggu sekali
terhadap alat
Desain alat pengangkutan baik
pengangkutan mampu itu forklift maupun
mempertahankan suhu, pallet kayu yang
kelembaban, dan digunakan.
11. Pengangkutan
kondisi penyimpanan - Mengganti peralatan
produk akhir dan seperti pallet yang
kondisi alat masih terbuat dari
pengangkutan bersih kayu, atau
melakukan
pembersihan secara
rutin setiap hari
terhadap pallet yang
terbuat dari kayu.
Seluruh karyawan Mengadakan pelatihan
produksi mengikuti internal untuk karyawan
pelatihan yang mengenai pentingnya
12. Pelatihan
diadakan oleh keamanan pangan dan safety
perusahaan maupun self secara rutin setiap
luar perusahaan seminggu sekali.
147
Tabel 47. Rekomendasi Tindak Lanjut Penerapan GMP dan SSOP PT. X
Penerapan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
GAP
Target yang Rekomendasi Tindak
No (Temuan
Diinginkan Lanjut
Ketidaksesuaian)
- Melakukan
perbaikan atau
pemeliharaan
terhadap mesin
khususnya pada
mesin yang sudah
mengalami
Permukaan mesin, pengelupasan dan
alat, dan perlengkapan karat dengan
produksi dalam melakukan
Kebersihan
kondisi baik (halus, pembersihan lebih
Permukaan yang
1. rata, tidak mengelupas, intensif pada mesin.
Kontak dengan
tidak beracun, - Melakukan
Makanan
terpelihara kebersihan pengecekan terhadap
dan kondisi tersedianya
sanitasinya) perlengkapan
produksi seperti jas
lab, hairnet, masker,
covershoes pada
setiap loker yang
terdapat pada area
pinti masuk setiap
aktivitas produksi.
Mengadakan sosialisasi
setiap hari selama 3 kali
Adanya sosialisasi
Fasilitas dan (shift 1, shift 2, dan shift 3)
mengenai pentingnya
2. Sanitasi Cuci mengenai pentingnya
program pencucian
Tangan dan Toilet aktivitas cuci tangan
dan sanitasi tangan
sebelum memasuki area
produksi.
Melakukan pengecekan
Kondisi kebersihanterhadap rambut, kuku,
Pengendalian pribadi pekerja yang pakaian karyawan setiap hari
3. Kesehatan baik, rapi, dan bersihsebelum memulai kerja yang
Karyawan (rambut, kuku, kulit dilakukan oleh setiap line
dan sebagainya) leader pada setiap area
produksi.
Keadaan pabrik atau Melakukan pembersihan
Pemberantasan tempat produksi dalam rutin setiap hari terhadap
4.
Hama kondisi terawat dan area produksi dan
baik lingkungan sekitar produksi.
Sumber : Hasil Observasi (2019)
148
5.3.2. Rekomendasi Tindak Lanjut Penerapan Sistem HACCP
GAP
Rekomendasi
No (Temuan Target yang Diinginkan
Tindak Lanjut
Ketidaksesuaian)
Melakukan
pemeriksaan bahan
baku setiap hari dan
pencatatan bahan
Bahan baku selalu
baku yang telah
2. Analisa Bahaya tersedia dan aman dari
diperiksa. agar tidak
kontaminasi yang ada
terjadi kebusukan
bahan baku akibat
lamanya masa
penyimpanan.
Melakukan
pemusnahan dengan
membakar dokumen
Sistem Penyimpanan Pemusnahan dokumen usang agar tidak
3.
Catatan usang yang tidak terpakai disalahgunakan atau
karyawan tidak keliru
terhadap dokumen
usang perusahaan.
149
Tabel 48. Rekomendasi Tindak Lanjut Penerapan HACCP PT. X
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
GAP
Rekomendasi
No (Temuan Target yang Diinginkan
Tindak Lanjut
Ketidaksesuaian)
Validasi yang
dilaksanakan setiap
setahun sekali
sebaiknya tidak hanya
dilaksanakan oleh
supervisor namun
diikuti oleh manager
plant, manager
Prosedur Verifikasi Validasi berjalan sesuai
4. produksi, dan
Sistem HACCP dan efektif
beberapa karyawan
bagian produksi agar
pimpinan atas segera
mengetahui langsung
kondisi yang terjadi
di lapangan dan dapat
langsung mengambil
tindakan perbaikan.
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
150
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
HACCP dan penerapan sistem GMP dan SSOP di PT. X, dapat ditarik
dan 39,28%. Nilai penyimpangan terendah terdapat pada variabel label dan
sebesar 0%, 6,25%, dan 8,33%. Nilai penyimpangan pada variabel GMP
lainnya yaitu fasilitas sanitasi sebesar 22,22%, mesin dan peralatan sebesar
151
penyimpangan pada indikator SSOP lainnya yaitu pemberantasan hama
pada variabel lain yaitu tim HACCP sebesar 17,5%, analisa bahaya
sebesar 20%.
152
Rekomendasi tindak lanjut untuk penerapan SSOP meliputi kebersihan
6.2. Saran
rutin setiap hari, tidak hanya sebulan sekali saat performance monitoring.
Hal ini membuat tindakan perbaikan menjadi lebih cepat apabila terjadi
GMP, SSOP dan HACCP dimana karyawan produksi masih belum sadar
peralatan yang digunakan untuk kegiatan produksi. Hal ini dilakukan agar
153
DAFTAR PUSTAKA
Hermansyah et, al. 2012. Risiko Baru Penyakit Kardiovaskuler. Ethical Digest
2005 : 3 : 20 Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol. 1, No. 2. Februari
2012 : 79-83.
Istijanto. 2005. Riset Sumber Daya Manusia : Cara Praktis Mendeteksi Dimensi-
Dimensi Kerja Karyawan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Laelasari, Ela. 2015. Islam dan Keamanan Pangan. Ciputat : UIN Press.
154
Moleong, Lexi J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Remaja
Rosdakarya.
Peraturan Pemerintah Nomor 28. 2004. Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan.
Purwono dan Heni Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Pangan Unggul. Depok
: Penebar Swadaya.
Rauf, Rusdin. 2013. Sanitasi Pangan dan HACCP. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Salim, Emil. 2012. Kiat Cerdas Wirausaha Aneka Olahan Kedelai. Yogyakarta :
Lily Publisher.
Zahra, Inas Tahir Nurfaidah. 2011. Evaluasi Good Halal Manufacturing Practice
(GHMP) di Mill MNO PT. ISM Bogasari Flour Mills. Makasar :
Universitas Hasanuddin. [Skripsi].
155
LAMPIRAN
156
Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Instrumen
Variabel Deskripsi Indikator Parameter
W*) O*) D*)
Lokasi Lokasi adalah tempat Letak pabrik bebas dari - Lokasi pabrik tempat produksi jauh
perusahaan beroperasi sumber pencemaran. dari daerah lingkungan yang
√ √
atau tempat melakukan tercemar atau daerah tempat kegiatan
kegiatan untuk industri atau usaha. (min. 2km).
menghasilkan barang - Lokasi pabrik jauh dari tempat
atau jasa yang memiliki pembuangan sampah umum atau
√ √
letak dan kondisi bebas pemukiman penduduk kumuh (min.
dari sumber 2km).
pencemaran. Keadaan lingkungan - Lingkungan pabrik bersih dan bebas
√
tempat produksi bebas dari tumpukan sampah.
dari sumber pencemaran. - Lingkungan pabrik bebas dari
semak-semak atau daerah sarang √
hama.
- Pabrik tempat produksi berada di
daerah bebas banjir atau tidak mudah √
tergenang air.
- Kondisi jalan menuju pabrik tempat
produksi tidak menimbulkan debu
√
atau genangan air dan tersedia
saluran air yang mudah dibersihkan.
- Lingkungan di luar tempat produksi
yang terbuka tidak digunakan untuk
√
kegiatan produksi.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi
157
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Bangunan Bangunan adalah Desain ruangan pabrik - Desain dan tata letak (layout) bagian
tempat atau ruangan sesuai dengan persyaratan dalam ruangan (pengolahan) sesuai √
yang digunakan untuk hygiene pangan olahan. dengan urutan proses produksi.
melakukan kegiatan - Desain bangunan dan ruangan sesuai
produksi atau dengan jenis pangan olahan yang √
penyimpanan makanan diproduksi.
yang sesuai dengan - Penerangan dalam ruang produksi
hygiene pangan olahan. √
cukup dan mudah untuk dibersihkan.
Tata letak ruangan pabrik - Konstruksi dinding yang tahan lama,
memenuhi persyaratan terbuat dari bahan yang tahan lama, √
hygiene pangan olahan. mudah dipelihara dan dibersihkan.
- Konstruksi atap yang tahan lama,
tahan air (tidak bocor) mudah √
dipelihara dan dibersihkan.
- Konstruksi langit-langit yang tidak
berlubang dan tidak retak, tidak
√
terkelupas serta terbuat dari bahan
yang tahan lama.
- Konstruksi lantai yang tahan lama,
pengaliran air lancar dan tidak
tergenang, mudah dibersihkan,
√
permukaan rata dan tidak licin, kedap
air, lantai dan dinding tidak
membentuk siku-siku.
- Pintu terbuat dari bahan yang kuat
dan tahan lama, mudah dipelihara
√
dan mudah dibersihkan dan mudah
ditutup dengan baik.
Keterangan :
W*) : Wawancara 158
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Bangunan Bangunan adalah Tata letak ruangan pabrik - Jendela dibuat dari bahan yang tahan
tempat atau ruangan memenuhi persyaratan lama, tidak mudah pecah serta
yang digunakan untuk hygiene pangan olahan. mudah dipelihara dan dibersihkan.
√
melakukan kegiatan Jumlah dan ukuran jendela sesuai
produksi atau dengan besarnya bangunan (jarak
penyimpanan makanan dengan lantai minimal 1m).
yang sesuai dengan - Ventilasi yang cukup dan dapat
hygiene pangan olahan. menjamin peredaran udara dengan
baik dan dapat menghilangkan uap,
√
gas, asap, bau, debu dan panas dan
dilengkapi dengan kasa pencegah
serangga.
- Permukaan tempat kerja yang kontak
dengan bahan pangan olahan dalam
√
kondisi baik, tahan lama, mudah
dipelihara dan dibersihkan.
Fasilitas Sanitasi Fasilitas Sanitasi adalah Sarana penyediaan air - Tersedia pipa-pipa dan penampungan
sarana yang digunakan bersih dan air minum air untuk mengalirkan air dengan √
dalam usaha yang digunakan kondisi terawat dan bersih.
pencegahan penyakit memenuhi persyaratan - Sumber air bersih dan air minum dan
√ √
atau mengatur faktor- mutu air. air produksi berasal dari PAM.
faktor lain yang - Kualitas air yang digunakan
berkaitan dengan memenuhi Peraturan Menteri
perpindahan penyakit. Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2017 tentang √ √
Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 159
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Fasilitas Sanitasi Fasilitas Sanitasi adalah Sarana penyediaan air - Air yang tidak digunakan untuk
sarana yang digunakan bersih dan air minum produksi memiliki sistem yang
dalam usaha yang digunakan terpisah dengan air untuk konsumsi / √
pencegahan penyakit memenuhi persyaratan air minum / untuk kebutuhan
atau mengatur faktor- mutu air. produksi.
faktor lain yang - Sistem pemipaan dibedakan antara
berkaitan dengan air minum atau air yang kontak
perpindahan penyakit. langsung dengan bahan pangan √
olahan dengan air yang tidak kontak
langsung dengan pangan olahan.
- Tersedia sumber air bersih yang
digunakan untuk kegiatan
√
pembersihan/pencucian dengan
kondisi yang layak.
- Tersedia sumber air mengalir (kran
air), tempat sampah yang tertutup,
bak air, sabun, kloset, serta fasilitas √
pencuci tangan seluruh area
produksi.
Sarana pembuangan air - Tersedia saluran pembuangan air,
dan limbah mencukupi limbah cair, semi padat/padat, gas,
dan desain sesuai dengan dan saluran pembuangan limbah √
persyaratan hygiene terolah.
pangan olahan.
- Tersedia wadah untuk limbah bahan
berbahaya dan diberi tanda serta √
tertutup rapat.
Keterangan :
W*) : Wawancara 160
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Fasilitas Sanitasi Fasilitas Sanitasi adalah Sarana pembuangan air - Desain dan konstruksi sistem
sarana yang digunakan dan limbah mencukupi pembuangan air dan limbah yang
dalam usaha dan desain sesuai dengan dapat mencegah risiko pencemaran √ √
pencegahan penyakit persyaratan hygiene pangan olahan, air minum, dan air
atau mengatur faktor- pangan olahan. bersih terpisah dari area produksi.
faktor lain yang - Tersedia tempat pembuangan limbah
berkaitan dengan padat dan cair. √ √
perpindahan penyakit.
Sarana toilet, fasilitas cuci - Kondisi toilet bersih dan terawatt. √
tangan, ganti pakaian - Letak toilet tidak terbuka langsung
karyawan, dan pembilas ke ruang pengolahan dan selalu √
sepatu seluruh area tertutup.
produksi mencukupi. - Tersedia tanda peringatan mencuci
tangan yang baik dan benar setelah √
menggunakan toilet.
- Tersedia penerangan dan ventilasi
√
yang cukup pada area toilet.
- Tersedia fasilitas cuci tangan di
depan pintu masuk seluruh ruang √
produksi.
- Tersedia fasilitas ganti pakaian yang
dilengkapi tempat menyimpan √
pakaian kerja/pakaian luar terpisah.
- Tersedia Fasilitas pembilas sepatu
kerja di depan pintu masuk ruang √
produksi.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 161
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Mesin dan Mesin dan peralatan Desain mesin dan - Mesin/peralatan yang digunakan
√ √
Peralatan adalah suatu fasilitas peralatan menjamin mutu sesuai dengan jenis produksi.
untuk membantu dalam dan keamanan produk - Tidak menimbulkan pencemaran
proses produksi yang yang dihasilkan. terhadap produk oleh jasad renik,
√
memiliki desain dan bahan logam yang terlepas dari
tata letak bebas dari mesin/peralatan.
sumber pencemaran - Setiap mesin/peralatan berfungsi
dan menjamin mutu sesuai dengan kegunaan dalam √
yang dihasilkan. proses produksi.
- Mesin/peralatan yang digunakan
dalam proses produksi mudah √
dipantau dan diawasi.
- Mesin/peralatan dilengkapi dengan
alat pengatur dan pengendali
kelembapan, aliran udara, yang √
mempengaruhi keamanan pangan
produk.
- Mesin/peralatan yang terbuat dari
kayu selalu dibersihkan untuk
√ √
menjamin sanitasi agar tidak
menimbulkan kontaminasi.
Tata letak mesin dan - Kondisi permukaan mesin dan
peralatan bebas dari peralatan yang kontak langsung
pencemaran yang dengan bahan pangan olahan halus,
√
memenuhi persyaratan tidak berlubang, tidak mengelupas,
hygiene pangan olahan. tidak menyerap air, dan tidak
berkarat.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 162
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Mesin dan Mesin dan peralatan Tata letak mesin dan - Mesin dan peralatan produksi terbuat
Peralatan adalah suatu fasilitas peralatan bebas dari dari bahan yang tahan lama, tidak
untuk membantu dalam pencemaran yang beracun, tidak larut, mudah √
proses produksi yang memenuhi persyaratan dipindahkan/dibongkar pasang, dan
memiliki desain dan hygiene pangan olahan. mudah dibersihkan.
tata letak bebas dari - Tata letak mesin/peralatan produksi
sumber pencemaran sesuai dengan urutan proses √
dan menjamin mutu produksi.
yang dihasilkan. Pemeriksaan seluruh - Tindakan pengawasan, pemeriksaan,
mesin dan peralatan area dan pemantauan terhadap
produksi. penggunaan mesin/peralatan √
dilakukan setiap hari oleh karyawan
produksi.
- Alat ukur yang terdapat pada
mesin/peralatan selalu diperiksa
√
keakuratannya oleh karyawan
produksi.
Bahan Bahan adalah sebuah Tersedianya bahan baku, - Formula dasar bahan sesuai dengan
masukan (bahan baku, bahan tambahan pangan , jenis dan persyaratan mutu bahan. √ √
bahan tambahan bahan penolong untuk
pangan, bahan produksi yang tidak - Bahan yang digunakan selalu
penolong) dalam proses membahayakan bagi diperiksa agar tidak ada yang rusak,
√ √
produksi dari hasil kesehatan manusia. busuk, atau mengandung bahan
pertanian (nabati atau berbahaya.
hewani) untuk - Penggunaan BTP pada produk sesuai
menghasilkan produk dengan persyaratan yang ditetapkan √
akhir. dan memiliki izin untuk digunakan.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 163
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Bahan Bahan adalah sebuah Tersedianya bahan baku, - Kualitas air yang digunakan untuk
masukan (bahan baku, bahan tambahan pangan , proses produksi memenuhi standar √ √
bahan tambahan bahan penolong untuk baku air produksi.
pangan, bahan produksi yang tidak - Tindakan penanganan dan
penolong) dalam proses membahayakan bagi pemeliharaan terhadap penggunaan
√ √
produksi dari hasil kesehatan manusia. air sisa produksi dilakukan setiap
pertanian (nabati atau hari oleh karyawan produksi.
hewani) untuk - Tindakan pemantauan terhadap air,
menghasilkan produk es, dan uap panas dilakukan oleh
akhir. karyawan produksi agar tidak √ √
terkontaminasi bahan berbahaya dari
luar.
Pengawasan Pengawasan proses Pengawasan pengolahan - Terdapat perancangan dan
Proses adalah tindakan proses produksi agar tidak pemantauan yang dilakukan
√
pencegahan melalui terjadi kontaminasi supervisor terkait dengan proses
pengawasan yang ketat produk. pengolahan.
terhadap kemungkinan - Terdapat deskripsi/penjelasan
timbulnya bahaya pada mengenai jenis dan jumlah bahan
proses produksi. yang digunakan, tahap produksi,
langkah yang perlu diperhatikan √ √
selama proses produksi, dan
informasi lain yang diperlukan pada
proses pengolahan.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
164
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Pengawasan Pengawasan proses Pengawasan pengolahan - Terdapat informasi tertulis mengenai
Proses adalah tindakan proses produksi agar tidak nama produk, tanggal dan kode
pencegahan melalui terjadi kontaminasi produksi, jenis dan jumlah bahan
pengawasan yang ketat produk. yang digunakan, tahap pengolahan, √
terhadap kemungkinan jumlah hasil pengolahan pada saat
timbulnya bahaya pada produksi akan berlangsung.
proses produksi.
- Pengawasan terhadap waktu dan
suhu dilakukan oleh karyawan pada √ √
saat produksi berlangsung.
- Pengawasan pada pengisian produk
dilakukan setiap hari oleh karyawan
√ √
produksi untuk mencegah masuknya
bahan asing ke produk.
- Pengawasan terhadap kondisi
kebersihan fasilitas sanitasi area √ √
produksi.
- Karyawan produksi menggunakan
perlengkapan lengkap selama proses
produksi (seragam, topi, sepatu, √
masker) dan selalu mencuci tangan
sebelum masuk tempat produksi.
- Kondisi permukaan peralatan dan
√
lantai tempat produksi bersih.
- Lampu di tempat pengolahan,
pengemasan, penyimpanan
√
dilindungi dengan bahan yang tidak
mudah pecah.
- Pengawasan setiap hari oleh
supervisor terhadap keadaan √ √
lingkungan luar area produksi.
Keterangan :
W*) : Wawancara 165
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Pengawasan Pengawasan proses Pengawasan bahan yang - Pemeriksaan dan pengujian bahan
Proses adalah tindakan digunakan agar tidak secara organoleptik, fisik, kimia dan √ √
pencegahan melalui terjadi kontaminasi mikrobiologi oleh bagian QC.
pengawasan yang ketat sebelum digunakan. - Bahan yang digunakan sesuai mutu
√ √
terhadap kemungkinan yang telah ditetapkan.
timbulnya bahaya pada - Bahan yang memenuhi standar
proses produksi. √
dicatat oleh bagian QC.
- Bahan yang beracun disimpan jauh
atau terpisah dari tempat
√
penyimpanan pangan dan diberi label
dengan jelas.
- Bahan baku, bahan yang telah diolah,
dan produk akhir disimpan terpisah. √
- Bahan atau barang yang tidak
berhubungan dengan proses produksi √
disimpan terpisah.
Produk Akhir Produk akhir adalah Produk akhir dengan - Terdapat spesifikasi produk akhir
√ √
produk makanan atau mutu yang memenuhi yang dihasilkan.
minuman hasil proses standar dan persyaratan - Produk akhir yang dihasilkan
dengan cara atau yang ditetapkan. memenuhi persyaratan atau standar √ √
metoda tertentu dengan mutu produk.
atau tanpa bahan - Produk akhir yang belum memenuhi
tambahan. standar segera dilakukan √
penanganan.
- Pemeriksaan mutu dan keamanan
produk akhir di gudang penyimpanan √ √
oleh supervisor sebelum di release.
Keterangan :
W*) : Wawancara
166
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Laboratorium Laboratorium adalah Penggunaan laboratorium - Tersedia laboratorium untuk
suatu ruangan atau untuk mrngukur melakukan pemeriksaan dan
√
bangunan atau tempat keamanan produk yang pengujian mutu terhadap bahan baku
untuk mengadakan diproduksi. dan produk akhir.
percobaan - Proses kalibrasi untuk semua alat
√ √
(penyelidikan, ukur yang dilakukan oleh QC.
pengujian dan lainnya) - Penggunaan laboratorium sesuai
yang berhubungan dengan Good Laboratorium
√
dengan ilmu fisika, Practices (GLP) dan ISO 17025.
kimia, dan biologi.
Karyawan Karyawan adalah setiap Kondisi atau keadaan - Karyawan dalam keadaan sehat,
orang dengan kondisi karyawan yang tidak bebas dari luka, atau penyakit kulit
baik dan mematuhi mencemari produk. atau hal lain yang diduga √
SOP yang akan mengakibatkan pencemaran terhadap
melakukan pekerjaan produk.
untuk menghasilkan
barang/jasa dalam suatu Karyawan menggunakan - Karyawan mengenakan pakaian
peusahaan. perlengkapan/atribut kerja/pelindung diri sesuai dengan
sesuai SOP perusahaan prosedur atau persyaratan hygiene √
bagi karyawan. (sarung tangan, tutup
kepala, masker, dan sepatu).
- Karyawan dalam unit pengolahan
tidak memakai perhiasan, jam
√
tangan, atau benda lainnya yang
dapat mencemari produk.
Aktivitas karyawan - Karyawan mencuci tangan sebelum
memenuhi SOP agar tidak melakukan pekerjaan. √
mencemari produk.
Keterangan :
W*) : Wawancara 167
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Karyawan Karyawan adalah setiap Aktivitas karyawan - Karyawan tidak makan, minum,
orang dengan kondisi memenuhi SOP agar tidak merokok, meludah, atau melakukan
baik dan mematuhi mencemari produk. tindakan lain di tempat produksi √
SOP yang akan yang dapat mengakibatkan
melakukan pekerjaan pencemaran produk.
untuk menghasilkan Pengendalian perusahaan - Tindakan pengendalian dilakukan
barang/jasa dalam suatu terhadap karyawan agar dengan mengistirahatkan, memberi
peusahaan. tidak mencemari produk. izin pulang, tidak diperbolehkan
masuk ke ruang produksi jika √ √
ditemukan kondisi kesehatan
karyawan yang dapat mencemari
produk.
- Tersedianya penanggung jawab
√
bidang produksi.
- Tersedianya penanggung jawab
bidang pengawasan mutu/keamanan √
pangan olahan.
- Terdapat prosedur bagi pihak luar
√
yang akan memasuki area produksi.
Pengemas Pengemas adalah Bahan kemasan yang - Bahan kemasan tidak mudah
wadah atau dapat mempertahankan larut/melepaskan senyawa yang
pembungkus dengan mutu dan melindungi dapat membahayakan
desain untuk produk. kesehatan/mempengaruhi mutu
√
melindungi produk dan produk.
dilengkapi dengan
informasi tentang
produk tersebut.
Keterangan :
W*) : Wawancara 168
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Pengemas Pengemas adalah Desain dan jenis kemasan - Jenis kemasan dapat melindungi dan
wadah atau yang dapat mempertahankan produk dalam
√ √
pembungkus untuk mempertahankan mutu. jangka waktu yang lama (minimal
melindungi produk di hingga waktu kadaluarsa produk).
dalamnya dan - Desain kemasan yang dapat
dilengkapi dengan memberikan perlindungan terhadap
√
informasi tentang produk (mencegah kerusakan,
produk tersebut. memperkecil kontaminasi).
Kondisi penyimpanan - Kondisi penyimpanan kemasan yang
kemasan agar produk higienis, terpisah dari bahan baku √
tidak tercemar. dan produk akhir.
Label dan Label dan keterangan Label dan keterangan - Adanya informasi mengenai nama
Keterangan produk adalah produk yang jelas pada produk, komposisi, tanggal dan kode
Produk keterangan mengenai setiap kemasan produk produksi, tanggal kadaluwarsa, cara √
pangan olahan yang atau pangan olahan. penyajian, cara penyimpanan,
berbentuk gambar, sasaran konsumen.
tulisan, kombinasi - Penggunaan label yang berbeda
keduanya atau dalam untuk setiap jenis produk yang √
bentuk lain yang dihasilkan.
terdapat pada pangan - Label yang digunakan mengikuti
olahan. peraturan yang dibuat konsumen atau √ √
ketentuan dari pemerintah.
Penyimpanan Penyimpanan adalah Cara penyimpanan bahan - Penyimpanan bahan baku dan produk
upaya mengelola dan produk akhir yang akhir terpisah.
barang atau produk dapat mencegah
√
untuk menjamin penurunan mutu.
ketersedian produk bila
dibutuhkan.
Keterangan :
W*) : Wawancara 169
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Penyimpanan Penyimpanan adalah Cara penyimpanan bahan - Penyimpanan bahan baku / produk
upaya mengelola dan produk akhir yang akhir tidak menyentuh lantai (min.
barang atau produk dapat mencegah 15 cm), tidak menempel dinding √
untuk menjamin penurunan mutu. (min. 5cm) dan jauh dari langit-langit
ketersedian produk bila (min. 60cm).
dibutuhkan. - Adanya pemasangan tanda dan
penempatan secara terpisah antara
√
bahan dan produk yang belum dan
sudah diperiksa.
- Penggunaan catatan dalam
penyimpanan bahan/produk akhir
√ √
untuk memudahkan mengidentifikasi
dan memeriksa bahan dan produk.
- Penyimpanan bahan berbahaya
terpisah dari bahan pangan/ produk
√
akhir dan memiliki ruangan
tersendiri.
- Tindakan pengawasan terhadap
penyimpanan bahan/produk akhir
√ √
dilakukan setiap hari oleh supervisor
terkait.
Kondisi penyimpanan - Kondisi ruang penyimpanan (bahan
yang menjaga keamanan baku / produk akhir) bersih, suhu
√
pangan produk olahan. sesuai, penerangan cukup, bebas
hama, dan aliran udara terjamin.
- Kondisi penyimpanan wadah dan
pengemas yang bersih, rapih dan √
teratur.
Keterangan :
W*) : Wawancara 170
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Penyimpanan Penyimpanan adalah Kondisi penyimpanan - Kondisi penyimpanan label yang
√
upaya mengelola yang menjaga keamanan bersih, rapih dan teratur.
barang atau produk pangan produk olahan. - Kondisi penyimpanan mesin atau
untuk menjamin peralatan dalam kondisi bersih, rapih
√
ketersedian produk bila dan teratur.
dibutuhkan.
Pemeliharaan dan Pemeliharaan dan Pemeliharaan dan - Fasilitas produksi dalam keadaan
Program Sanitasi program sanitasi adalah Pengawasan kegiatan terawat dengan baik sesuai SOP √
proses, cara, tindakan pembersihan dan sanitasi perusahaan.
untuk menjaga kondisi dalam menjaga dan - Mesin/peralatan yang berhubungan
dan kebersihan fasilitas memelihara kondisi dan langsung dan tidak berhubungan
produksi (bangunan, kebersihan fasilitas langsung dengan bahan dan produk
mesin produksi, alat produksi. √
dalam keadaan bersih dan diletakkan
dan perlengkapan dan sesuai tempatnya.
peralatan produksi
lainnya). - Alat angkut atau alat pemindahan
barang dalam keadaan bersih. √
- Pengawasan / pemeriksaan oleh
supervisor terkait terhadap ketepatan
dan keefektifan program sanitasi √
yang dilakukan oleh karyawan
produksi setiap hari.
- Pengawasan terhadap bahan-bahan
yang masuk ke dalam pabrik √ √
dilakukan oleh bagian FSQ.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi
171
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Pemeliharaan dan Pemeliharaan dan Pembersihan dan sanitasi - Kegiatan pembersihan fasilitas
Program Sanitasi program sanitasi adalah seluruh fasilitas produksi produksi dilakukan sesuai metode
√ √
proses, cara, tindakan agar bebas dari dan dilakukan secara rutin dan
untuk menjaga kondisi kontaminasi. berkala
dan kebersihan fasilitas - Kegiatan pembersihan dan sanitasi
produksi (bangunan, dicatat rutin oleh karyawan produksi. √
mesin produksi, alat Tindakan pengendalian - Limbah yang dihasilkan dari proses
dan perlengkapan dan dalam menjaga produksi tidak dibiarkan menumpuk,
peralatan produksi kebersihan fasilitas dan segera ditangani, diolah, atau √ √
lainnya). limbah produksi. dibuang setelah melakukan kegiatan
produksi.
- Limbah padat segera dikumpulkan
untuk dikubur, dibakar atau diolah √
- Pengolahan limbah cair dilakukan
secara rutin oleh bagian PAL
√
sebelum dialirkan ke luar pabrik
(kondisi air harus bening dan bersih).
Pengangkutan Pengangkutan adalah Desain wadah atau alat - Desain wadah/alat pengangkutan
kegiatan transportasi pengangkutan yang dapat mudah dibersihkan. √
dalam memindahkan menghindari kerusakan
barang atau produk dari dan penurunan mutu serta - Wadah/alat pengangkutan di desain
agar tidak mencemari produk. √
satu tempat ke tempat keamanan pangan olahan.
lain. - Desain wadah/alat pengangkutan
yang mampu mempertahankan suhu,
√
kelembaban, dan kondisi
penyimpanan produk akhir.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 172
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Pengangkutan Pengangkutan adalah Kondisi wadah atau alat - Keadaan wadah/alat pengangkut
kegiatan transportasi pengangkutan yang bebas dari kotoran yang dapat √
dalam memindahkan menjaga keamanan mencemari produk.
barang atau produk dari pangan olahan. - Wadah atau alat pengangkut
satu tempat ke tempat dibedakan untuk setiap jenis
lain. √
produksi dan dibersihkan setiap hari
oleh karyawan produksi.
- Tersedia jadwal pemeliharaan
pembersihan wadah atau alat
√
pengangkutan untuk menjaga kondisi
agar tetap bersih.
Dokumentasi dan Dokumentasi dan Adanya dokumentasi dan - Kegiatan pencatatan lengkap pada
√
Pencatatan pencatatan adalah pencatatan untuk setiap proses produksi.
proses pengumpulan, meningkatkan jaminan - Terdapat prosedur metode
pemilihan, pengolahan, mutu dan keamanan pengendalian distribusi, akses, √
penyimpanan, serta produk, mencegah produk pengambilan/penggunaan dokumen.
pengendalian distribusi melampaui batas - Terdapat prosedur tentang
mengenai informasi kadaluarsa, dan penempatan atau penyimpanan
tertentu. meningkatkan keefektifan √
dokumen dan dilakukan dengan baik,
sistem pengawasan rapih, dan teratur.
pangan olahan. - Tersedia dokumentasi terkait bahan
yang masuk, proses produksi, jumlah
dan tanggal produksi, distribusi,
inspeksi, dan pengujian, penarikan √
produk, penyimpanan, pembersihan
dan sanitasi, kontrol hama, kesehatan
karyawan, pelatihan.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 173
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 1. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)
Variabel Deskripsi Indkator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Pelatihan Pelatihan adalah Terdapat kegiatan - Pelatihan penyuluhan yang terkait
aktivitas dalam pengembangan keahlian dengan dasar-dasar hygiene √
meningkatkan keahlian dan pengetahuan yang karyawan.
dan pengetahuan berkaitan dengan mutu - Pelatihan penyuluhan faktor yang
karyawan secara dan keamanan produk. menyebabkan penurunan mutu √
sistematis sehingga produk
mampu memiliki - Pelatihan penyuluhan faktor yang
kinerja yang mengakibatkan penyakit dan √
professional di keracunan melalui pangan olahan.
bidangnya. - Pelatihan penyuluhan cara produksi
√
pangan yang baik.
- Pelatihan penyuluhan prinsip dasar
√
pembersihan dan sanitasi.
- Pelatihan penyuluhan penanganan
bahan pembersih atau bahan kimia √
berbahaya.
- Adanya bukti absensi kegiatan
√
pelatihan yang rutin dan efektif.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
174
Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
Instrumen
Variabel Deskripsi Indikator Parameter
W*) O*) D*)
Keamanan Air Keamanan air adalah Saluran pemipaan air - Saluran pemipaan air untuk kegiatan
kondisi air yang bebas yang bebas dari sumber produksi/non produksi terpisah. √
dari bahaya pencemaran.
(mikrobiologis, fisika, Aktivitas karyawan yang - Water treatment terhadap air untuk
dan kimia) sehingga menjaga keamanan air proses produksi yang dilakukan oleh √ √
tidak mengganggu dan dalam proses produksi. karyawan.
membahayakan - Inspeksi visual, sampling dan
kesehatan. pengujian kualitas sumber air yang √
dilakukan oleh karyawan produksi.
Sarana air produksi dan - Kualitas air yang digunakan
sanitasi memenuhi memenuhi persyaratan air minum/air
persyaratan mutu air. bersih menurut Kemeterian √ √
. Kesehatan mengenai standard baku
air.
- Kualitas air yang digunakan untuk
pembersihan/sanitasi
√ √
bangunan/ruangan memenuhi SOP
perusahaan.
Tindakan koreksi dan - Tindakan koreksi apabila terdapat
dokumentasi terhadap penyimpangan terhadap standar atau √
kondisi air yang bebas ketentuan lain.
dari bahaya. - Tersedia rekaman/catatan pengujian √
kualitas air.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 175
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Kebersihan Keadaan permukaan Kondisi atau keadaan - Permukaan mesin, alat, dan
Permukaan yang yang kontak langsung permukaan yang kontak perlengkapan produksi dalam kondisi
Kontak dengan dengan makanan langsung dengan makanan baik (halus, rata, tidak mengelupas, √
Makanan (mesin, alat dan bebas dari pencemaran. tidak beracun, terpelihara kebersihan
perlengkapan dan kondisi sanitasinya).
produksi)yang bebas - Kondisi sarung tangan dan pakaian
√
dari kotoran sehingga luar pekerja yang bersih dan layak.
tidak memungkinkan Aktivitas karyawan - Pembersihan dan sanitasi terhadap
terjadinya kontaminasi. produksi dalam menjaga permukaan yang kontak langsung
√ √
kebersihan permukaan dengan produk dilakukan setiap hari
yang kontak langsung sesuai dengan SOP.
dengan makanan. - Pemantauan dan pemeriksaan
terhadap kondisi kebersihan
√
permukaan yang kontak langsung
dengan produk.
- Tindakan koreksi apabila kondisi
permukaan yang kontak langsung
dengan produk tidak baik, tidak √
bersih, dan menimbulkan
kontaminasi.
- Pencatatan kegiatan pembersihan dan
sanitasi permukaan yang kontak √
dengan makanan.
Pencegahan Suatu kondisi Tindakan/upaya - Karyawan produksi selalu mencuci
Kontaminasi pencegahan terhadap mencegah agar tidak tangan sesuai prosedur hygiene bagi
Silang pencemaran yang akan terjadi perpindahan karyawan. √
terjadi pada proses kuman atau bahaya lain
produksi. dari pekerja.
Keterangan :
W*) : Wawancara 176
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Pencegahan Suatu kondisi Tindakan/upaya - Penggunaan pakaian kerja karyawan
√
Kontaminasi pencegahan terhadap mencegah agar tidak sesuai dengan SOP perusahaan.
Silang pencemaran yang akan terjadi perpindahan - Karyawan tidak diperkenankan
√
terjadi pada proses kuman atau bahaya lain keluar masuk ke area proses lain.
produksi. dari pekerja. - Pemantauan dan pemeriksaan yang
dilakukan oleh supervisor terhadap
√
kegiatan karyawan ketika produksi
berlangsung.
Tindakan/upaya - Pembersihan dan sanitasi permukaan
mencegah agar tidak yang kontak langsung dengan
terjadi perpindahan makanan di area produksi (alat
√ √ √
kuman atau bahaya lain penanganan dan pengolahan pangan)
dari permukaan yang dilakukan setiap hari oleh karyawan.
kontak dengan makanan.
Tindakan/upaya - Bahan baku dan produk akhir
mencegah agar tidak diletakkan dan diolah secara terpisah
terjadi perpindahan serta supervisor selalu melakukan
√ √
kuman atau bahaya lain pemantauan selama proses produksi.
dari bahan baku dan
produk akhir.
Tindakan/upaya - Penyimpanan bahan pangan, bahan
mencegah agar tidak berbahaya, peralatan produksi,
terjadi perpindahan peralatan pembersihan, label, wadah
√
kuman atau bahaya lain pengemas, dan produk akhir secara
dari penyimpanan seluruh terpisah.
aspek produksi.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 177
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Pencegahan Suatu kondisi Tindakan/upaya - Penyimpanan bahan pangan dan
Kontaminasi pencegahan terhadap mencegah agar tidak produk akhir tidak menyentuh lantai,
√
Silang pencemaran yang akan terjadi perpindahan tidak menyentuh dinding, dan jauh
terjadi pada proses kuman atau bahaya lain dari langit-langit.
produksi. dari penyimpanan seluruh - Penyimpanan bahan pangan dan
aspek produksi. produk akhir yang bersih, suhu
sesuai, penerangan cukup, bebas √
hama, aliran udara cukup, dan pintu
tertutup rapat.
- Pemantauan atau pemeriksaan setiap
hari oleh supervisor terkait terhadap
√
penyimpanan bahan dan produk
akhir.
Tindakan koreksi dan - Tindakan koreksi apabila terjadi
pencatatan pada kegiatan penyimpangan atau ketidaksesuaian
√
produksi agar bebas dari yang menyebabkan kontaminasi
bahaya. dalam proses produksi.
- Pencatatan kegiatan pembersihan dan
sanitasi area, alat penanganan,
√ √
pengolahan, dan rekaman
monitoring.
Failitas Cuci Fasilitas dalam pabrik Upaya menjaga fasilitas - Pemeliharaan, pengontrolan, dan
Tangan, Sanitasi sebagai upaya untuk cuci tangan dan toilet agar pengecekan kelengkapan fasilitas
Tangan, dan mengawasi atau tidak ada kontaminasi cuci tangan dan toilet (petunjuk cara
√ √ √
Toilet memelihara kondisi terhadap proses produksi. mencuci tangan yang baik dan benar
fasilitas cuci tangan dan sebelum memasuki area produksi dan
toilet. setelah menggunakan toilet).
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 178
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Failitas Cuci Fasilitas dalam pabrik Upaya menjaga fasilitas - Kegiatan pembersihan fasilitas cuci
Tangan, Sanitasi sebagai upaya untuk cuci tangan dan toilet agar tangan, sanitasi tangan, dan toilet
√ √
Tangan, dan mengawasi atau tidak ada kontaminasi setiap hari.
Toilet memelihara kondisi terhadap proses produksi.
fasilitas cuci tangan dan - Pemeriksaan yang dilakukan setiap
toilet. hari oleh supervisor terhadap kondisi
√
fasilitas cuci tangan tidak layak
(kotor).
- Adanya sosialisasi dan bukti absensi
mengenai pentingnya program
√ √
pencucian dan sanitasi tangan kepada
karyawan dan pengunjung.
- Tersedia petunjuk cara mencuci
tangan yang baik dan benar dekat
√
dengan fasilitas cuci tangan dan
sanitasi tangan.
Pelabelan dan Kegiatan atau proses Langkah yang dilakukan - Adanya label dan keterangan yang
Penyimpanan memberikan label dan dalam memeriksa jelas dari produsen mengenai nama
Bahan Kimia yang menyimpan bahan kegiatan pelabelan agar bahan, nama dan alamat √
Tepat kimia dengan tepat tidak terjadi kesalahan. produsen/distributor dan petunjuk
untuk menjamin produk penggunaan.
pangan aman dan - Pemeriksaan label yang dilakukan
√
terlindungi dari oleh QC pada saat penerimaan label.
kontaminasi. - Pemberian label identitas bahan yang
jelas pada wadah yang dilakukan
√
oleh perusahaan (nama bahan,
petunjuk penggunaan).
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 179
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter
Instrumen
W*) O*) D*)
Pelabelan dan Kegiatan atau proses Upaya penyimpanan - Penyimpanan bahan kimia di dalam
Penyimpanan memberikan label dan bahan kimia yang tepat box tertutup atau rak dengan
√
Bahan Kimia yang menyimpan bahan untuk menjamin proses mengelompokkan berdasarkan jenis
Tepat kimia dengan tepat produksi aman. bahan.
untuk menjamin produk - Ruangan untuk menyimpan bahan
pangan aman dan kimia selalu dalam keadaan tertutup,
√
terlindungi dari akses dibatasi dan jauh dari ruang
kontaminasi. produksi.
- Pengawasan/pemeriksaan dilakukan
supervisor secara rutin (setiap bulan)
√
terhadap kondisi penyimpanan bahan
kimia dan penggunaan pelabelan.
Pengendalian Kegiatan mengontrol Kondisi dan aktivitas - Kondisi kebersihan pribadi pekerja
Kesehatan kondisi kesehatan karyawan yang menjaga yang baik, rapih, dan bersih (rambut, √
Karyawan karyawan atau pekerja kebersihan dan tidak kuku, kulit dan sebagainya).
pabrik agar tidak menyebabkan - Karyawan melaksanakan prosedur
menjadi sumber kontaminasi pada produk. cuci tangan dengan baik sebelum dan √
kontaminasi bagi sesudah menangani produk.
produk akhir. - Line leader melaporkan kepada
supervisor apabila ada karyawan lain √
yang sakit atau terluka.
- Line leader melakukan pengontrolan
terhadap kesehatan karyawan setiap √
hari sebelum melaksanakan produksi.
- Medical check up rutin setiap tahun
untuk seluruh karyawan produksi. √
Keterangan :
W*) : Wawancara 180
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter
Instrumen
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 181
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP)
Variabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Pemberantasan Tindakan penghilangan Kondisi pabrik yang - Penyimpanan bahan pangan olahan
Hama organisme pengganggu bebas dari hama yang disusun dengan baik menggunakan
√
di seluruh area dapat menurunkan mutu rak dan sesuai dengan jenis bahan
produksi. produk. masing-masing.
- Ruangan di dalam dan luar pabrik
√
selalu dalam keadaan bersih.
- Pintu area produksi dan tempat
sampah di luar maupun di dalam
ruang produksi selalu dalam keadaan √
tertutup dan terbuat dari bahan yang
tahan hama.
- Pemeriksaan terhadap
kondisi/keadaan pabrik secara
√ √
berkala oleh manager dan supervisor
produksi.
- Pemusnahan sarang hama seperti
semak-semak, rumput liar, limbah
atau sampah, barang tidak terpakai,
peralatan/wadah yang kotor, area √
yang kotor, dan langit-langit yang
kotor dilakukan secara berkala oleh
karyawan produksi.
- Pembasmian hama dilakukan dengan
bahan kimia, biologi, dan fisik sesuai
petunjuk kegiatan pembasmian hama
√
dan instruksi penggunaan bahan
tanpa mempengaruhi mutu dan
keamanan produk.
Keterangan :
W*) : Wawancara 182
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 183
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Variabel Subvariabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Tim HACCP Kelompok orang Aktivitas dan - Tim HACCP melaksanakan
dalam perusahaan pengetahuan Tim pelatihan mengenai HACCP
dari berbagai disiplin HACCP dalam yang dilaksanakan dari √ √
ilmu yang bertugas keamanan pangan eksternal dan internal.
untuk olahan.
- Tim HACCP melaksanakan
mengembangkan,
mengimplementasika
job description sesuai SOP √
perusahaan.
n, dan memelihara
sistem HACCP. - Tim HACCP memahami dan
melaksanakan SOP √
perusahaan.
- Tim HACCP melaksanakan
pelatihan terhadap sistem √ √
keamanan pangan.
Deskripsi Produk Rincian informasi Penjelasan lengkap - Terdapat komposisi produk
lengkap mengenai mengenai yang disusun oleh tim
suatu produk yang karakteristik, HACCP pada panduan √
diproduksi. komposisi, dan tipe HACCP.
pengemas produk
yang dihasilkan. - Terdapat karakteristik
(kimia, mikrobiologi, fisik)
produk pada panduan √
HACCP.
- Tipe pengemas ditentukan
oleh tim HACCP dan
√
terdapat dalam panduan
HACCP.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 184
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Variabel Subvariabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Deskripsi Produk Rincian informasi Penjelasan lengkap - Terdapat standar mutu
lengkap mengenai mengenai standar produk disusun tim dalam
suatu produk yang mutu produk yang panduan HACCP yang √
diproduksi. dihasilkan digunakan sebagai acuan
dalam menghasilkan produk.
Penjelasan lengkap - Cara penyajian atau cara
mengenai penyajian penggunaan produk
√
dan penyimpanan dijelaskan dalam panduan
produk yang bebas HACCP.
dari kontaminasi. - Cara dan kondisi
penyimpanan produk
√
dijelaskan dalam panduan
HACCP.
Penjelasan lengkap - Metode pendistribusian
mengenai metode produk dijelaskan lengkap
distribusi yang dalam panduan HACCP. √
tidak menimbulkan (distribusi menggunakan alat
kerusakan produk. angkut perusahaan).
Informasi mengenai - Sasaran konsumen dijelaskan
sasaran konsumen dalam panduan HACCP.
yang (untuk siapa produk √ √
mengkonsumsi ditujukan, umur
produk.
Informasi mengenai - Daya tahan/masa kadaluarsa
daya tahan / masa dijelaskan dalam panduan
kadaluarsa produk. HACCP. (terdapat kode
√
produksi, tanggal produksi,
tanggal kadaluarsa, kode line
kemasan produk).
Keterangan :
W*) : Wawancara 185
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Variabel Subvariabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Persyaratan Dasar Good Sebuah prosedur Pelaksanaan cara - Penerapan GMP sesuai
Manufacturing yang dilakukan untuk pengolahan pangan dengan Peraturan Menteri
Practices (GMP) menjamin atau makanan yang Perindustrian Republik
keselamatan produk baik secara Indonesia nomor 75/M-
pangan atau konsisten oleh IND/PER/7/2010 tentang √ √
makanan. perusahaan. Pedoman Cara Produksi
Pangan Olahan yang Baik
(Good Manufacturing
Practices).
- Dokumentasi prosedur
standar terkait cara
√
pengolahan makanan yang
baik.
Sanitation Standard Prosedur untuk Pelaksanaan - Penerapan SSOP sesuai
Operating membantu kegiatan sanitasi dengan panduan SSOP
Procedure (SSOP) perusahaan dalam dalam produksi perusahaan yang mengacu √ √
mengembangkan dan secara konsisten pada Food and Drug
menerapkan oleh perusahaan. Administration USA.
pengawasan sanitasi, - Dokumentasi prosedur
dan memelihara standar terkait penerapan
√
kondisi praktik sanitasi dan hygiene.
sanitasi.
Penyusunan dan Suatu diagram yang Diagram berupa - Tersedia dokumentasi rincian
Verifikasi Bagan menggambarkan tahap-tahap yang seluruh proses produksi.
Alir tahap-tahap dilalui suatu produk
√
operational dalam dalam operasional
pengerjaan suatu produksi.
produk.
Keterangan :
W*) : Wawancara 186
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Variabel Subvariabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Penyusunan dan Suatu diagram yang Diagram berupa - Bahan yang diolah sesuai
√
Verifikasi Bagan menggambarkan tahap-tahap yang dengan formula.
Alir tahap-tahap dilalui suatu produk - Pengoprasian
operational dalam dalam operasional mesin/peralatan yang
pengerjaan suatu produksi. digunakan dalam produksi √ √
produk. dilakukan oleh karyawan
produksi.
- Pemantauan kondisi
lingkungan (waktu/suhu)
dalam proses produksi √ √
dilakukan oleh line leader.
- Tersedia gambaran jelas
mengenai titik masuk dan
bentuk keluaran dari proses √
produksi.
Analisa Bahaya Identifikasi bahaya. Identifikasi bahaya Penentuan potensial - Pengecekan oleh FSQ
merupakan proses bahaya mengenai kualitas bahan
pendataan seluruh (mikrobiologi, pangan sesuai standar mutu
jenis dan letak kimia, dan fisik) perusahaan.
bahaya potensial berdasarkan bahan
yang terjadi dalam pangan (bahan √
setiap proses baku, bahan
produksi. penolong, bahan
tambahan pangan
dan bahan
pengemas).
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan 187
(Lanjutan) Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Variabel Subvariabel Deskripsi Indikator Parameter
Instrumen
W*) O*) D*)
Analisa Bahaya Identifikasi bahaya. Identifikasi bahaya Penentuan potensial - Penggunaan bahan pangan
merupakan proses bahaya yang dijelaskan kepada
√
pendataan seluruh (mikrobiologi, karyawan oleh Line Leader
jenis dan letak kimia, dan fisik) sebelum memulai produksi.
bahaya potensial berdasarkan bahan - Pendataan identifikasi
yang terjadi dalam pangan (bahan bahaya terhadap bahan
√
setiap proses baku, bahan pangan dilakukan oleh Tim
produksi. penolong, bahan HACCP.
tambahan pangan - Penentuan cara pencegahan
dan bahan oleh tim HACCP untuk
pengemas). mengurangi atau √
menghilangkan bahaya
terhadap bahan pangan.
- Pengawasan mutu bahan
pangan oleh tim HACCP
untuk mengidentifikasi √
bahaya yang timbul pada
proses produksi.
Analisa Bahaya Identifikasi bahaya. Identifikasi bahaya Penentuan potensial - Pengembangan metodologi
merupakan proses bahaya pengolahan dilakukan oleh
pendataan seluruh (mikrobiologi, tim HACCP yang dapat
jenis dan letak kimia, dan fisik) mengurangi kontaminasi.
bahaya potensial berdasarkan √
yang terjadi dalam metode/aktivitas/ko
setiap proses ndisi setiap tahapan
produksi. proses.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 188
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Variabel Subvariabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Analisa Bahaya Identifikasi bahaya. Identifikasi bahaya Penentuan potensial - Pemantauan langkah dan
merupakan proses bahaya kriteria produksi dengan
pendataan seluruh (mikrobiologi, standar yang telah ditetapkan
jenis dan letak kimia, dan fisik) dilakukan oleh tim HACCP.
bahaya potensial berdasarkan √ √
yang terjadi dalam metode/aktivitas/ko
setiap proses ndisi setiap tahapan
produksi. proses.
Penentuan potensial - Pengecekan terhadap kondisi
bahaya mesin dan peralatan yang
(mikrobiologi, dapat menimbulkan
kimia, dan fisik) kontaminasi terhadap produk
berdasarkan mesin (permukaan tidak halus, √
dan peralatan setiap mudah mengelupas, berkarat,
tahapan proses. berlubang, terbuat dari bahan
beracun) dilakukan oleh tim
HACCP.
- Tersedia catatan terhadap
penyimpangan pengoprasian,
perawatan, pembersihan,
pemeliharaan mesin yang √
dapat menimbulkan
kontaminasi pada produk.
- Pengecekan terhadap tata
letak mesin dan peralatan
√
pada setiap proses produksi
dilakukan oleh tim HACCP.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 189
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Variabel Subvariabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Analisa Bahaya Identifikasi bahaya Identifikasi bahaya Penentuan potensial - Pemantauan tim HACCP
merupakanproses bahaya terhadap karyawan
pendataan seluruh (mikrobiologi, melaksanakan instruksi kerja √
jenis dan letak kimia, dan fisik) yang telah ditetapkan
bahaya potensial berdasarkan perusahaan.
yang terjadi dalam karyawan - Pengendalian yang dilakukan
setiap proses (manpower) pada tim HACCP terhadap
produksi. setiap proses karyawan yang kurang sehat √
produksi. agar tidak menimbulkan
kontaminasi silang.
Penentuan potensial - Pengecekan tim HACCP
bahaya terhadap kondisi lingkungan
(mikrobiologi, pabrik, ruangan produksi,
√
kimia, dan fisik) ruang penyimpanan yang
berdasarkan bersih dan bebas dari sumber
infrastruktur pencemaran.
bangunan/lokasi, - Pengecekan tim HACCP
dan limbah. terhadap kondisi konstruksi
struktur ruangan (lantai,
langit-langit, dinding, dan
√
sebagainya) yang tidak
layak, tidak bersih, dan tidak
mudah untuk dilakukan
pembersihan.
- Pengecekan tim HACCP
terhadap pengelolaan limbah √
hasil produksi.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 190
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Variabel Subvariabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Analisa Bahaya Identifikasi bahaya Identifikasi bahaya Penentuan potensial - Pengecekan oleh tim
merupakanproses bahaya HACCP terhadap kemasan
pendataan seluruh (mikrobiologi, yang akan digunakan (mudah √
jenis dan letak kimia, dan fisik) penyok, sobek, mudah
bahaya potensial berdasarkan pecah).
yang terjadi dalam pengemasan, - Pemantauan oleh tim
setiap proses penyimpanan, dan HACCP terhadap cara
produksi. distribusi produk. penyimpanan produk yang √
dapat menimbulkan
bahaya/kontaminasi.
- Pengendalian masa simpan
dilakukan oleh tim HACCP
yang dapat mencegah √
munculnya bahaya dan
kontaminasi.
Tindakan Tindakan Kegiatan dan - Bahan yang datang dari
pencegahan bahaya pencegahan adalah aktivitas yang pemasok dicatat oleh tim
faktor-faktor, dibutuhkan untuk HACCP untuk memastikan √ √
tindakan dan menghilangkan dan bahwa telah memenuhi
kegiatan yang dapat memperkecil persyaratan perusahaan.
digunakan untuk bahaya hingga - Pengecekan oleh tim
mengendalikan suatu tingkat yang dapat HACCP terhadap kondisi
bahaya keamanan diterima. atau kualitas bahan dan
pangan yang telah produk akhir (penyebab √
diidentifikasi. bahaya) yang disesuaikan
dengan standar mutu
perusahaan.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 191
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Variabel Subvariabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Lembar Kerja Critical Control CCP merupakan Titik atau tahapan - Tim HACCP melakukan
Control Measure Point (CCP) / Titik suatu titik, tahap, produksi yang tindakan pencegahan
Kendali Kritis prosedur ketika dapat terhadap bahaya yang √
pengendalian dapat mengendalikan teridentifikasi pada proses
diterapkan dan bahaya keamanan produksi.
bahaya dapat pangan dan apabila - Terdapat pihak yang
dicegah, dihilangkan tidak dapat bertanggung jawab dalam
atau dikurangi dikendalikan akan menentukan dan √
hingga pada tahap menimbulkan risiko mendokumentasikan
yang dapat diterima. terhadap kesehatan. penentuan CCP.
Prosedur Prosedur pemantauan Prosedur - Penentuan oleh tim HACCP
Pemantauan Batas batas kritis pemantauan untuk terhadap objek yang akan √
Kritis Setiap CCP merupakan metode menjamin bahwa dimonitor atau dipantau.
pemeriksaan atau suatu prosedur - Penentuan oleh tim HACCP
pengamatan penanganan/proses terhadap tempat atau lokasi √
terjadwal terhadap pada titik kendali pemantauan.
efektivitas suatu kritis (CCP) - Penentuan oleh tim HACCP
proses untuk terkendali atau mengenai metode
mengendalikan CCP batas kritis tidak pemantauan (pengukuran
dan batas kritisnya. terlampaui. fisik, dan kimia, atau √
pengamatan sensori dan
visual) pada setiap batas
kritis.
- Penentuan oleh tim HACCP
mengenai jadwal dan
√
frekuensi pemantauan pada
setiap batas kritis.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi 192
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Variabel Subvariabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Lembar Kerja Prosedur Prosedur pemantauan Prosedur - Penentuan personel khusus
Control Measure Pemantauan Batas batas kritis pemantauan untuk untuk melakukan
Kritis Setiap CCP merupakan metode menjamin bahwa pemantauan pada setiap
pemeriksaan atau suatu prosedur batas kritis dan melakukan
pengamatan penanganan/proses pencatatan selama proses
√
terjadwal terhadap pada titik kendali pemantauan.
efektivitas suatu kritis (CCP)
proses untuk terkendali atau
mengendalikan CCP batas kritis tidak
dan batas kritisnya. terlampaui.
Tindakan Koreksi Tindakan koreksi Rencana tindak
merupakan tindakan lanjut ketika - Penentuan personel yang
yang harus diambil adanya bertanggung jawab untuk
berdasarkan hasil penyimpangan pada melaksanakan masing- √
monitoringterhadap CCP masing tindakan koreksi dan
CCP (batas kritis (penyimpangan dari melakukan pencatatan.
setiap CCP). Yang batas kritis suatu
mengindikasikan CCP/Proses
bahwa CCP terjadi berlangsung
penyimpangan dan melewati batas - Penentuan
tidak terkendali. kritis). tindakan/perlakuan khusus
terhadap produk yang √
dihasilkan dari proses yang
menyimpang.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
193
(Lanjutan) Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Variabel Subvariabel Deskripsi Indikator Parameter
Instrumen
Keterangan :
W*) : Wawancara 194
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Variabel Subvariabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Prosedur Uraian metode yang Metode/kegiatan - Prosedur verifikasi memiliki
Verifikasi digunakan untuk pemeriksaan personel sendiri (salah satu
menentukan apakah efektivitas dan tim HACCP) yang
√
rencana HACCP kesesuaian bertanggung jawab penuh
yang dibuat telah pelaksanaan dalam memeriksa semua
berjalan efektif. HACCP. kesesuaian sistem.
- Ketepatan diagram alir dan
tata letak dengan panduan
√ √
yang telah disusun oleh tim
HACCP.
- Pemantauan oleh tim
HACCP mengenai panduan
yang berhubungan dengan
√
persyaratan dasar dengan
faktual yang terjadi di
perusahaan.
- Tersedia dokumentasi
keluhan pelanggan terhadap
produk dan proses yang √
berhubungan dengan
keamanan pangan.
- Validasi batas kritis dan
peninjauan ulang terhadap
√
tindakan koreksi dilakukan
oleh tim HACCP.
- Pengambilan sampel secara
acak dan pengujian produk √
oleh tim HACCP.
Keterangan :
W*) : Wawancara 195
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Variabel Subvariabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Prosedur Uraian metode yang Metode/kegiatan - Peninjauan oleh tim HACCP
Verifikasi digunakan untuk pemeriksaan mengenai hasil rekaman
√
menentukan apakah efektivitas dan pemantauan CCP yang
rencana HACCP kesesuaian terdapat di panduan HACCP.
yang dibuat telah pelaksanaan - Terdapat audit internal dan
berjalan efektif. HACCP. eksternal terhadap
√
implementasi sistem
HACCP.
- Tersedia
catatan/dokumentasi hasil √
audit internal dan eksternal.
- Auditor internal berasal dari
√
seluruh tim HACCP.
Perubahan atau Cara pengendalian Aktivitas dan - Tersedia rekaman hasil
Revisi Dokumen dan pemutakhiran proses tindak lanjut audit internal dan
dokumen agar selalu atas √
pengaduan/saran dari
tercatat sehingga berlangsungnya konsumen.
dapat diketahui kegiatan perubahan
perubahannya. atau revisi
- Terdapat personel yang
bertanggung jawab atas
dokumen panduan √
sistem HACCP. semua kegiatan perubahan
panduan HACCP.
- Penerbitan ulang dan
distribusi dokumen baru √
untuk seluruh karyawan.
- Penarikan/pemusnahan
dokumen usang (tidak √
dibiarkan menumpuk).
Keterangan :
W*) : Wawancara 196
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
(Lanjutan) Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Variabel Subvariabel Deskripsi Indikator Parameter Instrumen
W*) O*) D*)
Perubahan atau Cara pengendalian Aktivitas dan - Pengesahan panduan baru
Revisi Dokumen dan pemutakhiran proses tindak lanjut oleh manager plant √ √
dokumen agar selalu atas perusahaan.
tercatat sehingga berlangsungnya - Perubahan panduan telah
dapat diketahui kegiatan perubahan
disetujui manager plant
perubahannya. atau revisi
dan sesuai dengan hasil
dokumen panduan √
sistem HACCP. verifikasi sistem HACCP
yang dilakukan oleh tim
HACCP.
Keterangan :
W*) : Wawancara
O*) : Observasi
D*) : Dokumen Perusahaan
197